Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ORGANIK II
BAB IV
AMINA DAN AMIDA

NAMA : SRI AYU WINARTI


NIM : 1930211002
DOSEN : LELA LAILATUL KHUMAISAH, M.Si
ASDOS : LARAS AWALIA HERDIANTI
TANGGAL PRAKTIKUM : 27 MEI 2021

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Senyawa yang mengandung gugus amino (-NH2) disebut sebagai amina.
Amina merupakan turunan dari ammonia (NH3) dengan mengganti hidrogennya
dengan gugus alkil atau aromatic (Syukri, 1999).
Amina merupakan turunan dari ammonia, dengan mengganti satu atau lebih
hidrogennya dengan gugus organic. Seperti halnya ammonia, amina bersifat basa
yang merupakan basa organic penting di alam. Amina diklasifikasikan dalam 3
golongan yaitu amina primer, sekunder, dan tersier (Hart, 1990).
Penggolongan amina didasarkan pada banyaknya gugus organic yang
menempel pada nitrogen, sehingga amina dapat digolongkan menjadi amina
primer (satu gugus), sekunder (dua gugus), dan tersier (tiga gugus). Diamina
memiliki dua gugus amino pada satu molekuk. Golongan amina penting lainnya
adalah amina aromatic dan heterosiklik contohnya adalah:

(Tim dosen organic, )


1.2.Tujuan
1. Mempelajari sifat fisis dan kimia dari beberapa anggota amina dan amida
2. Mengenal nilai kebebasan dari beberapa amina dan amida
3. Memeriksa reaksi aminda dan amida yang penting secara fisioloogis dan
biokimia, terutama dalam hidrolisis protein
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Dasar Teori
Amina merupakan basa organic, dengan rumus umu R3N. Dimana R adalah
gugus-gugus alkil atau gugus hidrokarbon aromatic. Seperti amonia, amina adalah
basa Bronsted yang bereaksi dengan air sebagai berikut
RNH2 + H2O RNH3+ + OH-
Seperti semua basa, amina membentuk garam apabila bereaksi dengan asam:

Garam ini pada umumnya berupa padatan tidak berwarna, tidak berbau yang larut
dalam air. Amina aromatic kebanyakan bersifat karsinogenik (Chang, 2004).
Ikatan dalam suatu amina beranalogi langsung dengan ikatan dalam amonia.
Suatu atom nitrogen sp3 yang terikat pada tiga atom yang lain dan dengan
sepasang electron menyendiri dalam orbital sp3 yang tersisa.
Suatu molekul amina dengan tiga gugus berlainan yang terikat pada nitrogen
akan bersifat kiral, namun enantiomer dari sebagian besar amina tidak dapat
diisolasi karena terjadi invers yang tepat antara bayangan-bayangan cermin pada
temperature kamar (Fessenden, 1990).
Amida merupakan suatu senyawa yang mempunyai suatu nitrogen trivalent
yang terikat pada suatu gugus karbonil. Suatu amida induknya diberi nama asam
karboksilat dengan mengubah imbuhan asam – oat menjadi –amida (Fessenden,
1990).
Suatu amida mengandung nitrogen yang mempunyai sepasang electron
menyendiri dalam suatu orbital terisi. Amida merupakan basa yang sangat lemah
dengan pKb sekitar 15-16. Sama seperti ester, amida dapat dihidrolisis dalam
larutan asam ataupun basa. Dalam kedua hal ini, asam dan basa adalah pereaksi,
bukan katalis, dan harus digunakan dengan angka perbandingan molar 1:1, atau
berlebih. (Fessenden, 1986)
Reaksi amina dengan air
Amina bereaksi dengan air membentuk ion ammonium dan ion hidroksida.

reaksi amina dengan asam


Karena amina bersifat basa, maka ketika bereaksi dengan asam menghasilkan
garam.
HCl + RNH2 RNH3+ + Cl-
2.2.Tinjauan Bahan
a. Etilena
Etilena merupakan senyawa alkena yang paling sederhana, terdiri dari empat
atom hydrogen dan dua atom karbon yang terhubungkan oleh ikatan rangkap.
Berat molekul 44,05 g/mol, densitas 0,8697 kg/L, titik didih 13,5 .
b. Ammonia
Amonia dapat bersifat racun pada manusia jika jumlah yang masuk ke dalam
tubuh melebihi jumlah yang dapat didetoksifikasi oleh tubuh (Azizah, 2015).
Sifat fisika dari amonia yaitu, berat molekul 17,03 g/mol, titik didih -35 ,
c. Trietilamina
Trietilamina adalah senyawa kimia yang memiliki rumus N(CH2CH3)3. Pada
umumnya disingkat menjadi Et3N, atau TEA. Trietilamina memiliki aroma
bau busuk ikan yang mirip dengan amonia. Massa molar sebesar 101,19
g/mol, densitas 0,726 gcm-3 .
d. HCl
HCl merupakan salaha satu asam kuat, oksidator kuat, bersifat korosif, berbau
tajam, mudah menguap, larut dalam air, beracun jika dihirup, menyebabkan
iritasi pada mata, tidak mudah terbakar, berat molekul 36.4 kg/kmol, titik
beku -74°C, densitas 1.18 g/ml.
e. Asam benzoate
Berat molekul 122.123 g/mol, densitas 1.316 g/cm³, titik didih 249.2°C,
Hidrogenasi asam benzoat dengan katalis nikel dan direaksikan dengan
NOHSO4 menjadi kaprolaktam., dengan katalis tembaga oksidasi asam
benzoat dapat menjadi fenol, garam pottasium dari asam benzoat direaksikan
dengan CO2 pada kenaikan suhu dan tekanan dapat membentuk asam
terepthalat
f. Anilin
Berat molekul 93.13 kg/mol, cair, berbau khas dan tajam, tidak berwarna,
berat jenis 1.024.41kg/m³, titik didih 184.5°C, titik leleh -6.2°C, Pemanasan
anilin hidrokhlorid dengan senyawa anilin sedikit berlebihan pada tekanan
sampai 6 atm menghasilkan senyawa dipenil amine
g. H2SO4
Asam sulfat merupakan asam mineral anorganik yang kuat. Zat ini larut dalam
air pada semua perbandingan. Asam sulfat bersifat higroskopis. Merupakan
cairan tidak berwarna, titik didih 279,6 (Arita, 2015).
h. NaOH
Natrium hidroksida murni berupa padatan putih dan tersedia dalam bentuk
pellet, serpihan, butiran maupun larutan jenuh 50%. Bersifat lembab cair dan
secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas, sangat larut dalam
air. (Apriastuti, 2017).
i. Urea
Berupa serbuk kristal tidak berwarna sampai berwarna putih, hampir tidak
berbau atau berbau ringan seperti amonia terutama jika dalam keadaan
lembab, Berat molekul 60,06; Titik Lebur 133°C; Titik didih 135°C; Berat
jenis (air=1) 1323 kg/m3 pada 20-24°C; Tekanan uap 80 Pa (0.6 mmHg) pada
20°C; Kerapatan uap 2.07 (udara=1); Koefisien partisi -1,59 pada 20-25°C;
Larut dalam air dingin dan air panas dengan kelarutan dalam air 1080 g/L
pada suhu 20°C;
BAB III
METODOLOGI
3.1.Alat
Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, gelas piala kecil, batang pengaduk,
sudip dan lampu alcohol.
3.2.Bahan
Bahan yang digunakan yaitu etilena, amoniak, trietilamina, asetamina, n-
propilamina, HCl pekat, asam benzoate, anilin, H2SO4 10%, NaOH pekat, urea,
pH indikator, kertas lakmus dan NaOH 10%.
3.3.Prosedur Kerja
a. Amina dan amida yang lazim
sampel
- Bandingkan bau etilamina dan ammonia (larutan).
- Bandingkan bau etilamina, asetamida dan amonia. Catat
bau asetamida, samakah baunya dengan ammonia.
- Ujilah kelarutan sampel dengan mengocok 6 tetes
amina, asetamida dan etilamina ke dalam 1 ml air
- Catat bau
Hasil
b. Kebasaan amoniak, amina, dan amida
1. Perbandingan kebasaan
Gelas piala
- 2 ml larutan 1 M berikut: amonia, etilamina, asetamida
- Tentukan pH dengan lakmus

Hasil

2. Reaksi amina dengan asam: pembentukkan garam

Gelas piala

- Basahi batang pengaduk dengan 1 tetes etilamina,


dekatkan pada mulut botol yang berisi HCl pekat
- Kocok seujung sudip asam benzoate dalam 2 ml air
- + beberapa tetes etilamina sambil diaduk sampai larutan
menjadi basa
- + 10 tetes aniline pada 5 ml air, aduk
- + HCl pekat, aduk sampai larutan menjadi asam

Hasil
c. Hidrolisi amida
1. Hidrolisis asam
Tabung reaksi
- 1 gr asetamida + 5 ml H2SO4 10%
- Didihkan, identifikasi bau
- Uji lakmus biru untuk meyakinkan adanya uap
- Dinginkan
- + NaOH pekat sampai larutan menjadi basa
Hasil

2. Hidrolisis basa
Tabung reaksi
- 1 gr urea + 2 ml NaOH
- Panaskan, identifikasi bau
- + beberapa tetes H2SO4
- Uji pH
Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Data Pengamatan
a. Amina dan amida yang lazim
No Perlakuan Pengamatan
1. Etilamina - Bau menyengat
2. Asetamida - Tidak berbau
3. Amonia - Bau menyengat
Uji kelarutan
1. Etilamina + 1 ml air - Larut (bening)
2. Asetamida + 1 ml air - Larut (bening)
3. Amonia + 1 ml air - Larut (bening)
b. Kebasaan amonia, amina dan amida
1. Perbandingan kebasaan
No Perlakuan Pengamatan
1. Asetanilida - Basa
2. Asetalamina - Basa
3. Amonia - Basa
2. Reaksi amina dengan asam: pembentukkan garam
No Perlakuan Pengamatan
1. Batang pengaduk dibasahi - Menghasilkan uap putih
etilamina, didekatkan
pada mulut botol HCl
pekat
2. Asam benzoate + 2 ml - Tidak larut sempurna
H2O
3. + 16 tetes etilamina + 10 - Tidak larut
tetes anilin, diaduk -
4. Uji pH - 5
5. + 10 ml HCl pekat, - Tidak larut
diaduk
6. Uji pH - 0
c. Hidrolisis amida
1. Hidrolisis asam
No Perlakuan Pengamatan
1. 1 gr asetamida + 5 ml - Tidak larut
H2SO4 10%
2. Didihkan - Larut, Tidak berbau
3. Uji lakmus - Terdapat uap
4. + 2 ml NaOH 10% - Larutan menjdai coklat, bersifat
basa
2. Hidrolisis basa
No Perlakuan Pengamatan
1. 1 gr urea + 2 ml NaOH - Larut, larutan menjadi dingin
10%
2. Dipanaskan - Bau amis
3. + 3 tetes H2SO4, uji - Bersifat asam (lakmus merah
lakmus tidak berubah)
-

4.2.Pembahasan
a. Amina dan amida yang lazim
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dari senyawa
golongan amina dan amida dan membandingkannya dengan amonia. Sifat
yang ingin diketahui yaitu bau dan kelarutannya dalam air. Sampel yang
digunakan adalah etilamina, asetamida dan amonia.
Percobaan pertama yaitu identifikasi bau, berdasarkan pengamatan
sampel amina memiliki bau yang menyengat seperti amonia kecuali asetamida
tidak berbau. Pada gugus amina, satu atau lebih atom hydrogen amonia
digantikan oleh gugus alkil atau aril. Oleh karena itu, sifat amina lebih
menyerupai amonia.
Setelah diidentifikasi bau, sampel ditambahkan 1 ml akuades untuk
menguji kelarutannya. Berdasarkan pengamatan semua sampel larut dalam
air. Hal ini karena sifatnya yang polar sehingga larutan dapat homogen.

Reaksi yang terjadi yaitu:


 Amonia
NH3 + H2O NH4- + OH-
 Asetamida
 Etilamina
(CH3CH2)2NH + H2O (H3CH2)2NH2+ + OH-
b. Kebasaan amonia, amina dan amida
1. Perbandingan kebasaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sifat kebasaan dari sampel
amonia, amina dan amida. Setiap sampel ditentukan pH nya dengan
menggunakan kertas lakmus kemudian dibandingkan satu dengan lainnya.
Berdasarkan perbandingan pH yang diperoleh, amonia, etilamina dan
asetamida bersifat basa hal ini terlihat dari warna lakmus yang berwarna
biru. Namun, asetamida kurang basa dibandingkan dengan etilamina dan
amonia. hal ini deisebabkan oleh struktur resonansi untuk amida
menunjukkan bahwa N pada amida kurang basa. Berdasarkan beberapa
literature percobaan telah sesuai.

2. Reaksi amina dengan asam: pembentukkan garam


Percobaan selanjutnya adalah reaksi amina dengan asam, reaksi amina
dengan asam disebut dengan penggaraman karena menghasilkan garam
amina.
Sampel amina yang diteteskan pada ujung sudip dapat menyebabkan
munculnya gas atau asap dari dalam mulut botol HCl pekat dimana gas
yang terbentuk adalah gas klor.
CH3CH2NH + HCl (CH3CH2)2NH2+ + Cl-
Percobaan selanjutnya, 1 sudip asam benzoate dilarutkan dalam air.
Asam benzoate tidak dapat larut sempurna dalam air. Hal ini karena
adanya inti benzene sehingga asam benzoate sulit bereaksi dengan air.
Kemudian ditambahkan 16 tetes etilamina. Etilamina merupakan suatu
basa, reaksi basa dengan asam menghasilkan garam.
Pertama reaksi asam benzoate dengan air:
C6H5COOH + H2O H3O+ + C6H5COO- + H2O
Kemudian ditambahkan etilamina:
C2H5NH2 + C6H5COOH + H3O+ C2H5NH2+ C6H5COO- + H2O
Percobaan lain adalah melarutkan anilin dalam air. Anilin tidak larut
sempurna karena adanya inti benzene. Kemudian kedalamnya
ditambahkan HCl pekat. Penambahan ini menyebab suasana larutan
menjadi asam. Reaksi antara anilin yang tergolong basa (anilin
merupakan senyawa amina aromatic) dengan HCl sebgai asam
menghasilkan suatu garam dengan reaksi:
C6H5NH2 + HCl C6H5NH3+ + Cl-
c. Hidrolisis amida
1. Hidrolisis asam
Amida dapat mengalami hidrolisis apabila bereaksi dengan asam.
Asam disini bukan merupakan katalis, karena asam ikut bereaksi dan
mempengaruhi produk yang dihasilkan. Asetamida yang dilarutkan
dengan H2SO4 10% menyebabkan timbulnya bau yang cukup menyengat.
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan kalor untuk mempercepat
reaksi. Reaksi yang terjadi adalah :

Dapat dilihat dari bau yang cukup menyengat seperti cuka disebabkan
karena terbentuknya asam asetat. Percobaan dilanjutkan dengan
penambahan NaOH pada larutan asetamida dengan asam sulfat sehingga
terbentuknya ammonium. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
(NH4)2SO4 + 2NaOH 2NH4OH + Na2SO4
2. Hidrolisis basa
Amida juga dapat mengalami hidrolisis dengan basa, sampel amida yaitu
urea direaksikan dengan NaOH menghasilkan larutan yang menjadi
dingin. Hal ini terjadi karena terjadinya reaksi endoterm sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan suhu pada lingkungan setelah reaksi
terjadi. Selanjutnya dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Reaksi yang
terjadi adalah:

Hidrolisis basa urea menyebabkan pembentukkan amonia dan garam


karboksilat. Penambahan asam sulfat pada larutan menyebabkan
terjadinya reaksi sebagai berikut:

Penambahan H2SO4 ini bertujuan untuk membuat larutan menjadi asam.


Hal ini dibuktikan dengan pengujian menggunakan kertas lakmus merah
yang tidak berubah warna. Hal ini menunjukkan larutan bersifat asam.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan data pada percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Amina dan amida merupakan turunan dari amonia. Dari bau yang
ditimbulkan, amonia bersifat lebih lebih mirip dengan amonia daripada amida.
2. Nilai urut dari kebasaan dari basa yang tinggi ke yang kurang basa: amonia –
amina – amida.
3. Reaksi antara amina dan amida dengan asam dapat menghasilkan garam
karena amina dan amida tergolong sebagai basa. Selain itu, reaksi amina dan
amida dengan asam kuat terbentuk gas. Hidrolisis asam amida menghasilkan
asam karboksilat, apabila produk sampingnya dibasakan menghasilkan suatu
ammonium. Hidrolisis basa amida menghasilkan suatu garam karboksilat dan
amonia, apabila garam karboksilat diasamkan akan membentuk asam
karboksilat.
5.2.Saran
Diharapkan fasilitas seperti alat dan bahan lebih dilengkapi untuk meminimalisir
terjadinya kesalahan dan untuk menunjang berjalan lancarnya praktikum.
Praktikan diharapkan untuk lebih focus dan hati-hati pada saat berlangsungnya
praktiukum
DAFTAR PUSTAKA
Apriastuti, Elgatania Dwi, Janiar Pitulima, dan Mardiah. 2017. Pengaruh
Penambahan NaOH dan Ca(OH)2 Terhadap Penurunan Kadar Logam
Berat (Fe) di Kolong Tambang 23 Desa Kimhin Kecamatan Sungailiat.
Jurnal Mineral, 2(2), 1-6.
Arita, Susila, Risa Purnama Sari, dan Ivana Liony. 2015. Purifikasi Limbah Soent
Acid Dengan Proses Adsorpsi Menggunakan Zeolit dan Bentonit. Jurnal
Teknik Kimia, 21(4).
Azizah, Mia, dan Mira Humairoh. 2-15. Analisis Kadar Amonia (NH3) Dalam Air
Sungai Cilengsi. Jurnal Nusa Sylva, 15(1), 47-54.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Fessenden, Ralph J. & Joan S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Suatu Kuliah
Singkat. Jakarta: Erlangga.
Fessenden, dan Fessenden. 1990. Kimia Organik, Edisi Ketiga jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Hart, Harold & Suminar. 1983. Kimia Organik Suatu kuliah Singkat. Jakarta:
Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB Press.
Tim dosen organic. Modul Praktikum Kimia Organik II. Sukabumi: UMMI.
LAMPIRAN PERTANYAAN
1. Apakah nama amina dan amida berikut:
H CH 2OH
O
H CH 2OH
H NH2 NH2

2. Apakah niasin suatu amina primer, sekunder dan tersier?


3. Apakah produk yang terbentuk dari hidrolisis basa suatu amida? Dan apa
produk dari hidrolisis asam?
4. Tulis persamaan lengkap untuk pembentukan benzamida dari asam benzoat
dan ammonia.
5. Asam Oksalat, HOOCCOOH adalah asam dikarboksilat yang dijumpai pada
suhu belimbing-belimbingan. Tulislah rumus struktur garam yang terbentuk
jika trietil amina bereaksi dengan asam oksalat. Tuliskan persamaan reaksi
yang terjadi antara garam ini dengan natrum hidroksida!
Jawab

1. A. Formamide
B. 2-(2-aminobenzyl)propane-1,3-diol
2. Bukan. Niasin adalah asam amino triptofan.
3. Dalam hidrolisis basa menghasilkan amida dan ion karboksilat. Dalam
suasana asam membentuk asam karboksilat.

4.
5. Trietilamonium oksalat
LAMPIRAN GAMBAR
A. Amina dan Amida yang Lazim

Uji Kelarutan
Uji bau ( Etilamina, Asetamida dan (Etilamina, Asetamida, Amonia +
Amonia ) H2O)

B. Kebasaan Ammonia, Amina dan Amida


1. Perbandingan kebasaan

Ammonia, Etilamina, dan


Asetamida + Kertas lakmus

2. Reaksi amina dengan Asam : pembentukan garam

Batang Pengaduk yang dibasahi Seujung sudip asam benzoat +


etilamina didekatkan pada mulut H2O
botol HCl pekat
Seujung sudip asam benzoat + H2O Hasil pH gambar 3
+ 16 tetes etilamina + 10 tetes
Anilin

Seujung sudip asam benzoat + H2O Uji pH


+ 16 tetes etilamina + 10 tetes
Anilin + 10 HCl pekat
C. Hidrolisis Amida
1. Hidrolisis Asam

Asetamida + H2SO4, dididihkan


2.
3. Hidrolisis Basa

Penimbangan Urea Larutan Urea+ 2 ml NaOH 10%

Cek kebasaan dengan kertas


Proses pemanasan
lakmus

Anda mungkin juga menyukai