Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ORGANIK 1
BAB I
KARBOHIDRAT

NAMA : SRI AYU WINARTI


NIM : 1930211002
DOSEN : LELA LAELATUL KHUMAISA, M.Si
ASDOS : LARAS AWALIA. H
TANGGAL PRAKTIKUM : 22 APRIL 2021

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karbohidrat merupakan sumber energy utama bagi tubuh manusia, yang
menyediakan 4 kalori energy pangan pergram. Dalam tubuh manusia,
karbohidrat berguna untuk mencegah tumbuhnya ketosis, pemecah tubuh
protein yang berlebih, kehilangan mineral,dan berguna untuk membantu
metabolism lemak dan protein (Fitri dan Fitriana, 2020).
Klasifikasi karbohidrat secara sederhana yaitu monosakarida, disakarida,
dan polisakarida. Semua monosakarida, disakarida, dan polisakarida larut
dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut organic. Karbohidrat pada
hakikatnya adalah membentuk ikatan hydrogen dengan air, larutan gula pekat
(misal madu) adalah sirup kental yang lewat jenuh dan dapat mengkrisatal
perlahan-lahan (Modul praktikum)
1.2.Tujuan
1. Mengenal beberapa karbohidrat yang lazim dan sifat fisisnya
2. Mempelajari perbedaan penting sifat fisis dan kimia dari monosakarida,
disakarida dan polisakarida
3. Menghubungkan reaksi karbihidrat dengan kimiawi dasar dari gugus
fungsinya
4. Mempelajari beberapa reaksi karbohidrat yang penting dalam metabolism
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Teori
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang
terdapat di alam. Rumus empiris karbohidrat yaitu CH2O. karbohidrat
sebenarnya adalah polisakarida aldehid dan keton atau turunan mereka
(Poejiadi, 2006). Kebanyakan karbohidrat yang dikonsumsi adalah tepung
atau amilum/pati yang ada dalam gandum, jagung, beras, kentang, padi-padian
lainnya. Karbohidrat juga menjasi komponen struktur penting pada makhluk
hidup dalam bentuk serat, seperti selulosa, pectin serta ligan (Edahwati, 2010).
Sukrosa (gula pasir) dan banyak anggota lainnya dalam karbohidrat
memiliki rasa manis, derajat kamanisannya tergantung pada struktur khasnya.
Beberapa senyawa yang strukturnya tidak berhubungan (misal sakarin) jauh
lebih manis dibandingkan dengan gula.
Semua monosakarida dan kebanyakan disakarida mereduksi senyawa
pengoksida lemah seperti Cu dalam pereaksu fehling, karbohidrat ini disebut
gula pereduksi. Agar dapat berfungsi sebagai gula pereduksi, suatu
karbohidrat harus mempunyai gugus fungsi sebagai aldehid atau gugus fungsi
hemiasetal yang dapat membuka menjadi aldehid.
Monosakarida terdiri dari 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat dihidrolisis
lagi oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yang lebih sederhana.
Contoh monosakarida dengan ciri utamanya memiliki jumlah atom C berbeda-
beda yaittu Trisa (C3), Tetrosa (C4), Pentosa (C5), Heksosa C6), dan Hepstosa
c7).
Disaksrida terdiri dari 2 molekul monosakarida yang sejenis atau tidak.
Disakarida dapat dihidrolisis oleh larutan asam. Tiu terjafi dari 2
monosakarida.
Poisakarida senyawa yang terdiri dari gabungan molekul monosakarida
yang banyak jenisnya, senyawa ini dihidrolisis menjadi banyak molekul
monosakarida. Polisakarida merupakan jenis karbohidrat yang terdiri dari
lebih 6 monosakarida dengan rantai lurus atau cabang, contonnya selulosa,
pectin, hemiselulosa, dan lignin (Sumardjo, 2009).
2.2. Tinjauan Bahan
2.2.1. HCl
Sifat fisik dari HCl yaitu berat molekul 36,5 g/mol, densitas 1,19
g/ml, titik didih (1 atm) 50,5 , titik lebur (1 atm) -25 . Sifat
kimia dari HCl diantaranya korosif, berbau menyengat, iritatif,
beracun, termasuk B3 (Yurida, et al. 2013)
2.2.2. NaOH
Massa molar 40 g/mol, merupakan zat padat berwarna putih, titik
leleh 318,4 , larut dalam air, cepat mengabsorbsi uap air dan CO2
dari udara, dapat larut dalam etanol dan methanol.
2.2.3. Reagen Fehling
Dapat mereduksi monosakarida, dan disakarida, menghasilkan
endapan merah bata. Berwarna biru muda untuk fehling A dan
tidak berwarna untuk fehling B.
2.2.4. Pati
Pati berbentuk zat padat berbentuk granular, berwarna putih, tidak
berasa, tidak berbau. Dapat mereduksi larutan fehling, dan
mengalami reaksi hidrolisa total membentuk glukosa. Mereduksi
perak amonikal (reagen tollens).
2.2.5. Aquades
tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, kemampuan ionisasi
lemah, tidak akan terurai dari unsur pembentuknya.
2.2.6. Iod
iod berupa padatan berwarna biru-hitam, jari-jari atomnya lebih
besar, titik didih 184 , larut dalam pelarut organic dan reaktivitas
lemah.
2.2.7. Laktosa
laktosa memiliki berat molekul sebesar 343,4 g/mol titik lebur
288 , titik didih 668 , mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol tidak larut dalam CHCl3 dan eter.
2.2.8. Sukrosa
Sukrosa memiliki berat molekul 342,3 g/mol, berbentuk Kristal,
titik leleh 170 , dioksidasi dengan KMnO, HNO3, dan peroksida.
2.2.9. Glukosa
Glukosa memiliki berat molekul sebesar 98,08 g/mol, titik leleh
146 , densitas 1,5449 cm3, mudah larut dalam air, etanol dan
ester.
2.2.10. H2SO4
H2SO4 memiliki berat molekul sebesar 98,08 g/mol, titik leleh
10,49 , dengan basa membentuk garam dan air, dengan alcohol
membentuk eter dan air.
2.2.11. Reagen benedict
Reagen benedict berbentuk encer, berwarna biru, larut dalam air,
digunakan untuk uji makanan dan pemanasan.
BAB III
METODOLOGI
3.1.Alat
 Tabung reaksi  Gelas kimia
 Pipet tetes  Mortar
 Hot plate  Pipet volume
 Batang pengaduk  Thermometer
 Spatula  Bulp pipet
3.2.Bahan
 HCl pekat  NaOH 25%
 NaOH 10%  Glukosa 10%
 Reagen fehling  Reagen tollens
 Pati  Glukosa
 Aquades  Reagen benedict
 Iod  Reagen molisch
 Laktosa  H2SO4 pekat
 Sukrosa
3.3.Prosedur Kerja
a. Uji molisch

Tabung reaksi

Masukkan 5 ml larutan gula


+ 1 tetes pereaksi molisch
Miringkan tabung, 5 ml H2SO4 pekat

Hasil

b. Reaksi glukosa
Dengan pereaksi fehling

Tabung reaksi

Masukkan 2 ml larutan fehling A dan 2 ml larutan


fehling B
+ beberapa tetes glukosa, kocok perlahan
Masukkan tabung ke dalam penangas air mendidih
amati

Hasil
Dengan pereaksi benedict

Tabung reaksi

Masukkan 2 ml pereaksi benedict


+ beberapa tetes glukosa, aduk
Masukkan ke penangas air yang mendidih
amati

Hasil

Dengan pereaksi tollens

Tabung reaksi

Masukkan 2 ml pereaksi tollens dan beberapa tetes


glukosa, kocok
Panasakan kedalam penangas air sampai terbentuk
cermin perak pada dinding tabung
amati

Hasil

Dengan basa kuat

Tabung reaksi

Masukkan 2 ml larutan glukosa 10% dan 0,5 ml


NaOH 25% aduk
Panaskan 5 menit
Perhatikan rupa dan bau
amati

Hasil

Reaksi sukrosa

Tabung reaksi

Larutkan 1,5 g sukrosa dalam 200 ml air, lakukan


seperti pada percobaan b (1,2,3,4) dengan
menggunakan sukrosa sebagai bahan percobaan

Hasil
Reaksi laktosa
Tabung reaksi

Larutkan 1,5 g sukrosa dalam 200 ml air, lakukan


seperti pada percobaan b (1,2,3,4) dengan
menggunakan laktosa sebagai bahan percobaan

Hasil

c. Reaksi pati
Gelas piala

Gerus 0,5 g pati dengan sedikit air sampai


membentuk pasta
Masukkan kedalam gelas piala + air, dekantasi 3x
dengan air-cairan di atas menjadi endapan bening
Pati yang telah dicuci dipindahkan ke dalam gelas
piala berisi 100 ml air mendidih sambil dikocok
Lakukan percobaan dengan pereaksi fehling, basa
kuat, dan pereaksi iod. Gunakan 2 ml larutan
suspense zat pati yang tekah disiapkan untuk setiap
percobaan

Hasil

d. Reaksi pati yang dihidrolisis


100 ml larutan pati sisa
percobaan c

+ 1 ml HCl pekat lalu panasan perlahan-lahan dengan


api kecil
Suhu 800 teteskan sedikit cairan tersebut pada
laritan iodoum
Pemanasan sampai larutan mendidih sambil setiap
menit dilakukan uji warna, lakukan uji 5 atau 6x
sampai tidak terjadi lagi perubahan warna larutan
Amati perubahan
Netralkan larutan zat pati yang telah dihidrolisis
dengan NaOH 10% laukan uji dengan pereaksi
fehling

Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Tabel Pengamatan
4.1.1. Uji Molisch
No Perlakuan Pengamatan
1 Sukrosa + molisch+NaOH Cincin ungu
2 Glukosa + molisch+NaOH Cincin ungu
3 Laktosa + molisch+NaOH Cincin ungu
4.1.2. Uji Fehling

No Perlakuan Pengamatan
1 Sukrosa + Fehling, dipanaskan Bening & tosca, oren
2 Glukosa + Fehling, dipanaskan Hijau muda & hijau pekat, merah
Bening & hijau pekat, oren ke
3 Laktosa + Fehling, dipanaskan
merah-merahan

4.1.3. Uji Benedict

No Perlakuan Pengamatan
1 Sukrosa + benedict, dipanaskan Larut-Biru-endapan oren
2 Glukosa + benedict, dipanaskan Larut-Biru-endapan oren
3 Laktosa + benedict, dipanaskan Larut-Biru-endapan oren
4.1.4. Uji Tollens

No Perlakuan Pengamatan
1 Sukrosa + tollens Larut bening, ada cermin perak
2 Glukosa + tollens Larut bening
Larut, jadi lebih bening, ada
3 Laktosa + tollens
cermin perak
4.1.5. Uji basa kuat

No Perlakuan Pengamatan
1 Sukrosa + 0,5ml NaOH 25% Merah bata
2 Glukosa + 0,5ml NaOH 25% Coklat pekat
3 Laktosa + 0,5ml NaOH 25% Coklat
4.1.6. Uji Pati

No Perlakuan Pengamatan
1 10gr pati + H2O Bentuk pasta
2 No 1 + 100ml H2O (proses
dekantasi 1x)
3 2ml fehling + 6 tetes pati Biru muda,endapan biru tua
2ml iod + 6 tetes pati 3 fasa,kuning,biru,putih
2ml NaOH + 6 tetes pati Larutan jadi bening

4.1.7. Pati hidrolisis


No Perlakuan Pengamatan
1 2ml pati + 1ml HCl Keruh
2 2 ml pati + 1ml iod 2 fasa, bening dan biru hitam
4.2.Pembahasan
a. Uji molisch
Pengamatan ini bertujuan untuk menentukan kandungan
karbohidrat secara umum. Pada uji molisch dilakukan pengujian terhadap
monosakarida. Pada pengujian ini digunakan sampel glukosa, suksrosa,
dan laktosa. Berdasarkan pengamatan semua reaksinya positif dimana
terdapat cincin berwarna ungu, hal ini sesuai dengan literature.
Pereaksi molisch terdiri atas larutan naftol dan alcohol. Ketika
ditambahkan pada glukosa, laktosa, dan sukrosa kemudian ditambahkan
H2SO4 pekat, akan terbentuk cincin warna ungu yang menandakan adanya
karbohidrat. Hal ini terjadi karena reaksi kondensasi antara furfural dan
naftol.

b. Reaksi benedict
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan adanya aldose dan
ketosa. Pada percobaan ini dilakukan dengan sample glukosa, sukrosa dan
laktosa. Berdasar pengamatan pada ketiga sampel menunjukkan reaksi
positif dimana terdapat endapan merah yang menandakan adanya aldose
dan ketosa. Pada sukrosa terdapat perbedaan dengan literature.
Berdasarkan literature, sukrosa yang direaksikan dengan benedicth tidak
menghasilkan endapan, yang berarti reaksi negative.
Prinsip dari uji benedicth adalah berdasarkan adanya gugus
karbonil bebas yang mereduksi Cu2+ dalam kondisi basa membentuk
Cu2O. pada gula pereduksi terdapat gugus aldehid dan oh laktol.
Percobaan benedict berupa larutan yang mengandung kuprisulfat,
natrium karbonat dan nantirum sitrat. Adanya nantriumkarbonat dan
natrium sitrat membuat pereaksi benedeict besifat asam lemah.
c. Reaksi fehling
Pengujian terhadap karbohidrat dapat dilakukan dengan
menggunakan larutan fehling untuk membuktikan terdapatnya sifat
pereduksi pada gula tersebut. Larutan fehling mampu mengoksidasi
karbohidrat yang memiliki ikatan aldehid bebas sehingga akan
mengakibatkan reduksi pada zat karbohidrat.
Berdasarkan percobaan, fehling terhadap larutan glukosa, sukrosa,
dan laktosa menghasilkan warna merah. Hal ini sesuai dengan literature
bahwa reaksi akan menunjukkan reaksi positif. Pada sukrosa,
menghasilkan warna oren. Hal ini menandakan bahwa sukrosa merupakan
bukan gula pereduksi. Dimana sukrosa tidak mampu bereaksi dengan
fehling.
Glukosa merupakan gula pereduksi, hal ini karena glukosa mampu
bereaksi dengan fehling menghasilkan warna merah. Glukosa merupakan
heksosa yang paling penting dalam dapat ditemukan di aliran darah dan
dalam cairan jaringan.
d. Reaksi tollens
Pada percobaan ini digunakan sample glukosa, sukrosa, dan
laktosa. Pada sukrosa dan laktosa terdapat cermin perak, hal ini
menunjukkan bahwa sukrosa dan laktosa termasuk aldehid. Aldehid
dioksidasi menjadi anion karboksilat dalam reagensia tollens direduksi
menjadi logam Ag. Uji positif pada percobaan ini yaitu ditandai dengan
adanya cermin perak.
e. Dengan basa kuat
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya gugus alkali. Uji
ini menggunakan NaOH yang berfungsi sebagai sumber ion OH- yang
akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol yang berwarna
kuning kecoklatan. Dari 3 sampel yang diuji yaitu glukosa, sukrosa, dan
laktosa yang menunjukkan reaksi positif yairu glukosa dan laktosa.
Pemanasan yang diberikan bertujuan untuk membuka ikatan karbon dan
hydrogen kemudian menggantikannya dengan gugus –OH.
Prinsip kerja uji dengan basa kuat yaitu suka dengan adanya basa
kuat akan membentuk warna coklat karena karamelisasi.
f. Reaksi pati
Pada percobaan ini serbuk pati dibuat menjadi pasta, hal ini
dilakukan untuk menghilangkan struktur Kristal, dan volume
pembengkakan yang disebut pembentukan pati nonkristal.
Pengujian pertama dengan fehling, uji ini digunakan untuk
memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi. Berdasarkan literature
monosakarida dapat mereduksi oksidator lemah. Berdasar pengamatan pati
yang direaksikan dengan fehling A menghasilkan larutan berwarna biru.
Hal ini karena pati merupakan polisakarida. Sehingga reaksi tidak dapat
positif.
Pengujian kedua dengan basa kuat, percobaan menunjukkan reaksi
negative dimana larutan tidak berwarna coklat melainkan menjadi bening.
Pada percobaan ketiga yaitu dengan iod, uji ini untuk menguji kandungan
pati pada suatu sampel. Prinsip dari uji adalah larutan iodium dalam
bentuk triiodida akan masuk pada struktur helical pati sehingga akan
terbentuk warna biru pekat. Warna biru pekat tersebut merupakan suatu
warna kompleks yang dihasilkan karena iodium punya amilosa.
g. Reaksi pati yang dihidrolisis
Dalam percobaan ini sampel yang digunakan yaitu pati.
Penambahan HCl pada sampel bertujuan untuk mengaktifkan air karena
larutan HCl mempunyai ion H+ dan sebagai kalatalisator. Setelah itu
dipanaskan agar pati dapat menyerap air sehingga terjadi reaksi gelatinasi
sehingga dapat larut dalam air.
Pada pengujian ini dilakukan dengan iod, uji iodium ini adalah
untuk menguji identifikasi kandungan pati yang merupakan polisakarida
pada suatu sampel. Polisakarida adalah golongan karbohidrat kompleks
yang merupakan polimer dan molekul-molekul monosakarida yang sangat
banyak yang membentuk rantai panjang atau rantai cabang dan dapat
dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana seperti
oligosakarida.
Uji iodium menunjukkan reaksi positif, karena pati merupakan
salah satu contoh dari molekul polisakarida. Pati teridiri dari banyak
monomer glukosa.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Prisnisp uji molisch adalah reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat
dan alfa naftol yang akan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu
yang menandakan bahwa senyawa atau sampel mengandung karbohidrat
2. Uji fehling bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula
perduksi. Pereaksi ini dapat direduksi oleh karbohidrat yang bersifat
pereduksi.
3. Prinsip dari uji benedicth adalah berdasarkan adanya gugus karbonil bebas
yang mereduksi Cu2+ dalam kondisi basa membentuk Cu2O. pada gula
pereduksi terdapat gugus aldehid dan oh laktol
4. Pereaksi tollens merupakan pengoksidasi lemah yang dapat digunakan
untuk mengoksidasi gugus aldehid, menjadi asam karboksilat
5. Uji basa kuat bertujuan untuk mengetahui adanya gugus alkali.
5.2.Saran
Untuk praktikum selanjutnya praktikan lebih focus dan memahami materi,
serta diharap alat dan bahan untuk kedepannya dilengkapi untuk menunjang
keberhasilan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Edahwati, L. 2010. Perpisahan Massa Karbohidrat Menjadi Glukosa Dari Buah
Kersen Dengan Proses Hidrolisis. Jurnal Peneliti, 10(1), 1-5.
Fitri, Ardhista Shabrina dan Fitriana, Yolla Arinda, N. 2020. Analisis Senyawa
Kimia Pada Karbohidrat . SAINTEKS, 17(1), 1-6.
Modul Praktium Kimia Organik II
Poedjiadi. 2006. Dasar-dasar Biokimia. UI Press.
Sumardjo, Darmin. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Sastra 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Yurida, Mutia, dkk. 2013. Pengaruh Kandungan CaO Dari Jenis Adsorben Semen
Terhadap Kemurnian Gliserol. Jurnal Teknik Kimia, 19(2).
LAMPIRAN PETANYAAN
1. Apakah contoh aldoheksosa dan ketoheksosa yang umum?
2. Apakah maltosa diperkirakan akan mereduksi ion tembaga dalam pereaksi
Fehling pada percobaan ini?
3. Dapatkah larutan iod encer digunakan untuk membedakan amilosa dan
amilopektin? Jelaskan!
4. Bandingkan struktur dekstrin dan maltosa!
5. Gambarkan struktur molekul yang ada dalam campuran kesetimbangan
fruktosa dalam larutan air!
6. Gambarkan struktur dari segmen molekul amilopektin!
7. Perbedaan monosakarida, disakarida, polisakarida
8. Struktur karbohidrat
9. Contoh karbohidrat
10. Struktur dari kilosas

JAWABAN

1. Aldoheksosan: glukosa, galaktosa, dan manosa


Ketoheksosa: fruktosa
2. Maltose adalah disakarida yang terbentuk dari dua unit glukosa bergabung
dengan ikatan (1 4) terbentuk dari reaksi kondensasi, disakarida akan
mereduksi pengoksida lemah seperti Cu dalam pereaksi fehling.
3. Bisa, karena uji iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida, khususnya
pati. Reagen yang digunakan ialah larutan iodin yang meruapakan I 2 terlarut
dalam KI. Umumnya membentuk rantai heliks, sehingga dapat berikatan
dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti disakarida dan
monosakarida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan
dengan iodin.
4. Berdasarkan strukturnya, dekstrin dan maltosa memiliki struktur yang sama.
5.
6. .

7. Perbedaan utama antara monosakarida, disakarida dan polisakarida adalah


bahwa monosakarida merupakan monomer gula dan disakarida tersusun dari
dua monomer sedangkan polisakarida terususun dari sejumlah monomer.
8.

9. Gandum, jagung, beras merah, oatmeal. Ubi jalar dll


10.
LAMPIRAN GAMBAR

UJI MOLISCH UJI FEHLING

REAKSI PATI UJI BASA KUAT

CPROSES DEKANTASI PENIMBANGAN PATI

Anda mungkin juga menyukai