KARBOHIDRAT
Karbohidrat adalah senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen, atau biasa disebut juga dengan senyawa yang mengandung unsur karbon dan air
(karbon dan hidrat). Sebagian besar zat-zat alam merupakan golongan karbohidrat, yang
berperan struktural & metabolik sebagai bahan baku atau bahan sumber energi, baik untuk
mikroorganisme, tumbuhan maupun hewan.
Pada Modul 1 ini akan dilakukan beberapa percobaan terkait dengan jenis dan sifat-sifat
karbohidrat.
1
Cara Kerja :
1. Uji Molisch
Pereaksi Molisch adalah larutan -naftol dalam etanol 95%. Pereaksi ini sangat efektif
untuk uji senyawa-senyawa yang dapat didehidratasi oleh asam sulfat pekat menjadi
senyawa furfural atau furfural yang tersubsitusi, seperti hidroksi-metilfurfural.
Warna merah ungu yang terjadi disebabkan oleh kondensasi furfural atau turunannya
dengan -naftol yang menghasilkan senyawa di bawah ini.
Selain itu furfural dapat berkondensasi dengan bermacam-macam senyawa fenol atau
amin memberikan turunan yang berwarna. Uji Molisch adalah uji umum untuk
karbohidrat walaupun hasilnya bukan merupakan reaksi yang spesifik untuk
karbohidrat. Hasil yang negatif merupakan petunjuk yang jelas tidak adanya
karbohidrat dalam sampel.
Pereaksi :
- Molisch : Larutkan 10 g -naftol ke dalam 100 mL etanol 95%.
- sukrosa 0,1M : Larutkan 3,42 g sukrosa dalam air sampai volume 100 mL.
- glukosa 0,1M : Larutkan 1,8 g glukosa dalam air sampai volume 100 mL.
- arabinosa 0,1M : Larutkan 1,5 g arabinosa dalam air sampai volume 100 mL.
- maltosa 0,1M : Larutkan 3,6 g maltosa dalam air sampai volume 100 mL.
Cara Kerja :
1. Tambahkan 3 tetes pereaksi Molisch ke dalam 1 mL larutan karbohidrat, kocok
pelan-pelan.
2. Ke dalam tabung tersebut diatas, tambahkan 1 mL larutan H2SO4 pekat melalui
dinding dalam tabung yang dimiringkan.
3. Terjadinya warna pada bidang batas antara kedua lapisan cairan menunjukkan
reaksi positif.
4. Lakukan percobaan dari tahap (1) s/d tahap (3) masing-masing untuk larutan 0,1M
glukosa, sukrosa, maltosa, arabinosa, larutan amilum 1% dan selulosa (kapas) yang
disuspensikan dalam air.
2
Pertanyaan :
1. Warna apa yang terlihat di antara permukaan kedua larutan tersebut.
2. Gugus apa dari karbohidrat yang memberikan Uji Molisch positif.
2. Uji Barfoed
Pereaksi Barfoed merupakan larutan tembaga asetat dalam air yang ditambahkan
asam. Pereaksi ini digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan
jalan mengontrol kondisi-kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan.
Senyawa Cu2+ tidak membentuk Cu(OH)2 dalam suasana asam.
Pereaksi :
- Barfoed : Larutkan 6,6 g kristal tembaga asetat dalam asetat glasial 1% (1 mL
asam asetat dalam 100 mL aquades).
- laktosa 0,1M : Larutkan 3,6 g laktosa dalam air sampai 100 mL.
- fruktosa 0,1M : Larutkan 1,5 g fruktosa dalam air sampai 100 mL.
Cara Kerja :
1. Tambahkan 1 mL larutan glukosa 0,1M ke dalam tabung reaksi yang berisi 1 mL
pereaksi Berfoed. Panaskan tabung tersebut diatas air mendidih selama 3 menit.
Dinginkan selama 2 menit pada air mengalir.
2. Bila tidak terjadi reduksi selama 5 menit, lakukan pemanasan selama 15 menit
sampai terlihat adanya reduksi.
3. Ulangi pecobaan tahap (1) s/d tahap (2) masing-masing untuk larutan 0,1M fruktosa,
laktosa, maltosa dan sukrosa.
Pertanyaan :
1. Larutan karbohidrat mana yang mereduksi ?
2. Mengapa pemanasan tidak boleh terlalu lama ?
3. Apa perbedaan antara reagen Barfoed dengan reagen Benedict ?
4. Dapatkah reagen Barfoed digunakan untuk mengganti Uji Benedict dalam
penentuan kadar gula urine.
3
Pereaksi :
- amilum 1% : Larutkan 1 g amilum dalam air mendidih hingga menjadi pasta,
masukkan ke dalam air mendidih sambil diaduk. Panaskan hingga
larutan menjadi bening dan encerkan hingga 100 mL dengan air.
- iodium 0,05M : Larutkan 1 g KI dalam 100 mL air. Kemudian tambahkan 0,25 g
iodium dan aduk.
- NaOH 2N : Larutkan 8 g NaOH dalam 100 mL air.
Cara Kerja :
A. Menggunakan keping tetes :
1. Pada keping tetes, tambahkan 1 tetes larutan iodium pada 1 tetes larutan amilum
1%. Segera amati warna yang terjadi, kemudian tambahkan 1 tetes larutan
NaOH 2N dan terakhir tambahkan 1 tetes larutan HCl 2N, segera perhatikan
perubahan warna yang terjadi.
2. Tambahkan 1 tetes larutan iodium pada 1 tetes larutan amilum 1%. Amati segera
warna yang terjadi, kemudian tambahkan 1 tetes larutan HCl 2N yang terakhir
tambahkan 1 tetes larutan NaOH 2N, segera perhatikan perubahan warna yang
terjadi.
Pertanyaan :
1. Jelaskan terjadinya perubahan warna tersebut.
2. Tuliskan reaksi antara iodium dengan tiosulfat.
Pereaksi :
- Benedict : Campurkan 86,5 g natrium sitrat dan 50 g Na2CO3 anhidrat ke dalam
400 mL air, aduk, lalu saring. Lalu ke dalamnya tambahkan 8,65 g
CuSO4.5H2O yang telah dilarutkan dalam 50 mL H2O. Volume total
dibuat menjadi 500 mL dengan penambahan air.
- Seliwanoff : Larutkan 0,05 g Resonsinol dalam 100 mL larutan HCl encer (satu
bagian HCl pekat dengan dua bagian H2O).
4
Cara Kerja :
1. Tambahkan 2 mL larutan HCl 1N ke dalam 4 mL larutan amilum 1%, panaskan
diatas penangas air.
2. Pada keping tetes lakukan uji iodium tiap 3 menit, hingga tidak memberikan warna
lagi (lakukan uji blanko).
3. Dinginkan larutan amilum diatas, kemudian tambahkan 2 mL larutan NaOH 1N dan
bagi menjadi 2 bagian, 1 bagian untuk Uji Benedict, kemudian 1 bagian lain untuk Uji
Seliwanoff.
a. Uji Benedict
1. Tambahkan 3 tetes larutan (yang sudah dibuat seperti langkah kerja no. 3
diatas) pada tabung reaksi yang telah diisi dengan 2 mL reagen Benedict,
lalu kocok. Tempatkan tabung dalam penangas air mendidih selama 5 menit,
biarkan dingin. Amati perubahan warna dan perhatikan apakah terbentuk
endapan.
2. Pembentukan endapan hijau, kuning atau merah menunjukkan reaksi positif.
b. Uji Seliwanoff
1. Ke dalam tabung reaksi yang telah diisi dengan 2 mL larutan Seliwanoff
tambahkan beberapa tetes larutan (yang sudah dibuat seperti langkah kerja
no. 3 diatas).
2. Taruh tabung di dalam penangas air mendidih selama 60 detik. Perhatikan
perubahan warna yang terjadi.
3. Terjadinya perubahan warna merah dan endapan menunjukkan reaksi positif
untuk ketosa; bila endapan di larutkan dalam alkohol terjadi larutan berwarna
merah.
Pertanyaan :
1. Bagaimana hasil uji dari hidrolisat tersebut ?
5
MODUL 2
LIPID
Cara Kerja :
1. Uji Kelarutan
Uji kelarutan lemak/lipid dapat dilakukan dengan menambahkan sedikit contoh lemak ke
dalam beberapa mL pelarut lemak dan kemudian diselidiki kelarutannya. Derajat
kelarutan dapat ditentukan secara langsung yaitu dengan mengidentifikasikan lemak
tersebut setelah dikeringkan atau larutan yang pelarutnya diuapkan diatas penangas air
yang mendidih. Ada atau tidak adanya sisa memperlihatkan bahwa zat tersebut dapat
atau tidak dapat larut dalam pelarut itu.
Cara Kerja :
1. Sediakan 4 tabung reaksi dan tambahkan ke dalamnya.
Tabung 1 : tambahkan 2 mL air.
Tabung 2 : tambahkan 2 mL etanol dingin.
Tabung 3 : tambahkan 2 mL etanol panas.
Tabung 4 : tambahkan 2 mL kloroform.
Kemudian masukkan ke dalam tiap tabung 0,2 mL minyak goreng, kocok hati-hati.
6
2. Ambil 2 – 3 tetes dari masing-masing tabung diatas dan teteskan pada kertas saring,
adanya noda yang tertinggal pada kertas saring lalu dikeringkan. Adanya noda yang
tertinggal pada kertas saring menunjukkan lemak/lipid yang larut dalam pelarut.
Pereaksi :
- NaOH 20% : Larutkan 20 g NaOH dalam 100 mL air.
- Etanol 40% : Larutkan 40 mL etanol dalam 100 mL air.
- CaCl2 0,1N : Larutkan 22,2 g CaCl2 dalam air sampai 100 mL.
- H2SO4 2N : Pipet 5,6 mL H2SO4 pekat, tambah air hingga 100 mL.
Cara Kerja :
1. Masukkan 5 g mentega ke dalam gelas kimia 100 mL, lalu tambahkan 35 mL larutan
NaOH alkoholis (NaOH 20% dalam etanol 40%), tutup dengan kaca arloji dan
panaskan diatas air mendidih sampai penyabunan sempurna. Kesempurnaan
penyabunan dapat diuji dengan mengambil beberapa tetes hasil penyabunan,
kemudian masukkan dalam tabung reaksi yang berisi air. Bila penyabunan telah
sempurna akan diperoleh larutan jernih tanpa tetes minyak pada permukaan.
2. Setelah penyabunan sempurna lalu tambahkan 10 mL air dan pindahkan ke dalam
gelas kimia 250 mL. Panaskan diatas penangas air mendidih sampai semua alkohol
keluar menguap (tidak tercium bau alkohol).
3. Ambil 1 mL larutan sabun pada tahap (2), masukkan dalam tabung reaksi, kocok
dan perhatikan pembentukan busa. Lalu tambahkan 1 mL air dan 0,5 mL larutan
CaCl2 0,1N. Perhatikan apakah terjadi endapan ? Jelaskan.
4. Ambil 1 mL larutan sabun pada tahap (2), masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
tambahkan 1 mL air dan NaCl padatan hingga jenuh. Apa yang terjadi dan jelaskan
peristiwa ini.
5. Ambil 5 mL larutan sabun pada tahap (2), tambahkan larutan H2SO4 2N (periksa
dengan lakmus) hingga asam. Perhatikan pembentukan bau asam butirat dan asam
lemak lainnya yang mudah menguap. Tuliskan reaksi dalam percobaan ini.
Pindahkan lapisan lemak yang ada di permukaan dengan pipet ke dalam tabung
reaksi, panaskan hingga asamnya hilang, lalu dinginkan.
7
Cara Kerja :
1. Sediakan tabung reaksi yang bersih yang kering, masukkan beberapa mg kolesterol.
Kemudian tambahkan pula 3 mL larutan kloroform anhidrat sehingga kolesterol larut
semuanya.
2. Tambahkan perlahan-lahan suatu volume yang sama H2SO4 pekat dan kocok pula
tabung tersebut perlahan-lahan. Biarkan lapisan cairan terpisah, perhatikan dan
amati warna yang terjadi.
Pertanyaan :
1. Mana dari lapisan itu yang merupakan lapisan kloroform.
2. Jelaskan warna lapisan asam sulfat dalam cahaya yang dipantulkan dan cahaya
yang ditransmisi.
4. Uji Penyabunan
Pereaksi :
- KOH 20% : Larutkan 20 g KOH dalam 100 mL air.
- Etanol 40% : Larutkan 40 mL etanol dalam 100 mL air.
Cara Kerja :
1. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5 mL minyak kelapa, kemudian tambahkan 3
mL larutan KOH alkoholis (KOH 20% dalam etanol 40%). Tabung ditutup dengan
kelereng.
2. Panaskan diatas penangas air yang mendidih sampai penyabunan sempurna.
Tambahkan pula kira-kira 2 mL air dan panaskan kembali diatas penangas air
mendidih sampai semua alkohol menguap. Lakukan uji untuk busa.
3. Ambil larutan pada tahap (2) yang telah dingin kemudian tambahkan beberapa tetes
larutan HCl pekat sampai bereaksi asam kuat terhadap kongo merah. Selama
penambahan dengan asam, kocok perlahan-lahan dengan baik. Amati peristiwa
yang terjadi.
(Catatan : kalau tidak ada kertas kongo merah diganti dengan kertas lakmus biru)
Pertanyaan :
1. Senyawa-senyawa apa lagi selain sabun yang dapat memberikan busa ?
Cara Kerja :
1. Siapkan 3 tabung reaksi kering kemudian masing-masing tabung isi dengan 2 tetes
olive oil, sedikit lesitin dan sedikit lemak/gajih.
2. Ke dalam tabung keempat tambahkan hanya kloroform saja sebagai blanko.
3. Teteskan larutan brom (dalam kloroform) ke dalam semua tabung dengan
menggunakan pipet Pasteur sampai terlihat warna kuning yang permanen.
Perhatikan warna dan jumlah tetes yang diperlukan dan jelaskan hasilnya.
8
MODUL 3
PROTEIN
Cara Kerja :
1. Uji Millon
Uji ini positif untuk asam-asam amino fenolik, seperti tirosin. Reaksi ini memerlukan
suasana asam atau netral. Reaksi dapat terganggu oleh adanya Cl¯ atau NH4+ karena
itu tidak digunakan dalam analisis urin.
Pereaksi :
- Millon : Larutkan 10 g merkuri dalam 20 mL HNO3 pekat. Apabila telah larut
semua dan uap cokelat tidak kelihatan lagi, encerkan dengan 60 mL air.
Pembuatan pereaksi ini harus dilakukan di dalam lemari asam.
- albumin 2% : Larutkan 2 g albumin dalam 100 mL air.
- fenol 2% : Larutkan 2 g fenol dalam 100 mL air.
Cara Kerja :
1. Taruh sedikit serbuk albumin diatas keping tetes, tambahkan beberapa tetes reagen
Millon, aduk baik-baik. Biarkan beberapa lama dan perhatikan warna merah yang
terjadi. Ulangi percobaaan ini dengan serbuk kasein dan gelatin.
2. Tabung reaksi yang berisi 2 mL larutan albumin 2%, lalu tambahkan beberapa tetes
pereaksi Millon, lalu aduk dengan baik hingga terbentuk endapan putih. Panaskan
9
hati-hati hingga mulai timbul warna merah yang berarti reaksi Millon positif. Ulangi
percobaan ini untuk larutan kasein dan gelatin.
3. Tabung reaksi yang berisi 2 mL larutan fenol 2% tambahkan beberapa tetes
pereaksi Millon kemudian panaskan hati-hati, dan amati hasilnya.
Pertanyaan :
1. Apa yang terjadi jika garam merkuri ditambahkan ke dalam larutan protein ?
2. Mengapa larutan albumin terkoagulasi ?
2. Uji Ninhidrin
Semua asam amino bereaksi dengan triketohidrinden hidrat (ninhidrin) membentuk
senyawa aldehid yang lebih rendah disertai pembebasan karbon dioksida dan amonia.
Dihasilkan warna biru (warna kuning untuk prolin dan hidroksiprolin). Senyawa amonium
yang kuat, amin, hampir semua peptida dan protein memberikan reaksi yang sama
meskipun tidak membebaskan amoniak atau karbon dioksida. Asam amino dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan jalan mengamati intensitas warna yang terbentuk
yang sebanding dengan konsentrasi dari asam amino tersebut.
Pereaksi :
- Buffer asetat pH 5 : Campurkan 59 mL larutan asam asetat 0,1N dengan 141 mL
larutan natrium asetat 0,1N.
- ninhidrin : Larutkan 0,1 g ninhidrin dalam 100 mL aseton.
Cara Kerja :
1. Tabung reaksi yang berisi 0,1 mL larutan albumin 2% tambahkan 1 mL larutan 0,1N
buffer asam asetat pH 5 dan kemudian tambahkan 20 tetes larutan ninhidrin dalam
aseton.
2. Panaskan campuran tersebut diatas dalam penangas air mendidih selama beberapa
menit, perhatikan warna yang terjadi.
Pertanyaan :
1. Bagaimana warna dan senyawa apa yang terbentuk ?
2. Gugus apa yang memberikan uji positif ?
3. Bagaimana persamaan reaksinya ?
3. Uji Biuret
Larutan protein dalam basa kuat yang diberi beberapa tetes larutan CuSO4.5H2O encer
akan membentuk warna ungu dan reaksi ini dinamakan reaksi Biuret. Senyawa Biuret
dihasilkan dengan memanaskan urea pada suhu kira-kira 180°C.
10
Reaksi Biuret terjadi karena pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus –CO dan –NH
dari rantai peptida dalam suasana basa.
Dipeptida dan asam-asam amino (kecuali histidin, serin dan tirosin) tidak memberikan
reaksi positif terhadap uji ini.
Pereaksi :
- NaOH 10% : Larutkan 10 g NaOH dalam 100 mL air.
- CuSO4.5H2O 0,1% : Larutkan 0,1 g CuSO4.5H2O dalam 100 mL air.
Cara Kerja :
1. Ke dalam tabung reaksi tambahkan 1 mL larutan albumin 2% dan 1 mL larutan
NaOH 10%, aduk kuat-kuat. Tambahkan 1 tetes larutan CuSO4.5H2O 0,1%, aduk
baik-baik. Jika tidak timbul warna tambahkan lagi beberapa tetes larutan
CuSO4.5H2O sampai terbentuk warna ungu.
2. Ke dalam tabung reaksi masukkan urea sedikit dan panaskan hingga melebur.
Dinginkan dan perhatikan baunya. Larutkan urea yang telah didinginkan tersebut
diatas dengan air, kemudian lakukan reaksi biuret seperti pada cara (1).
Pertanyaan :
1. Warna dan senyawa kompleks apa yang terjadi ?
2. Mengapa harus dihindari kelebihan dari CuSO4.5H2O ?
3. Diantara senyawa berikut ini manakah yang memberikan reaksi Biuret positif dan
mana yang negatif : albumin, kasein, gelatin, pepton, dipeptida dan asam amino.
11
Pereaksi :
- kasein 0,5% : Larutkan 0,5 g kasein dalam 100 mL air.
- Buffer asetat pH 3,8 : Tambahkan 176 mL larutan asam asetat 0,1N ke dalam 24
mL larutan natrium asetat 0,1N.
- Buffer asetat pH 4,1 : Tambahkan 147 mL larutan asam asetat 0,1N ke dalam 53
mL larutan natrium asetat 0,1N.
- Buffer asetat pH 5,0 : Tambahkan 59 mL larutan asam asetat 0,1N ke dalam 141
mL larutan natrium asetat 0,1N.
- Buffer asetat pH 5,3 : Tambahkan 29 mL larutan asam asetat 0,1N ke dalam 171
mL larutan natrium asetat 0,1N.
- Buffer asetat pH 6,0 : Tambahkan 10 mL larutan asam asetat 0,1N ke dalam 190
mL larutan natrium asetat 0,1N.
Cara Kerja :
1. Siapkan 5 tabung reaksi, kemudian masing-masing tabung isi dengan 5 mL larutan
kasein 0,5%. Selanjutnya pada kelima tabung tersebut masing-masing tambahkan ±
2 mL larutan buffer asetat pH 3,8; 4,1; 5,0; 5,3 dan 6,0.
2. Kocok campuran baik-baik serta catat derajat kekeruhan setelah : 0 menit, 10 menit
dan 30 menit.
3. Setelah 30 menit kelima tabung diatas dipanaskan dalam penangas air mendidih
selama 30 menit. Pembentukan endapan/kekeruhan paling cepat terjadi dekat titik
isoelektrik larutan protein.
Perhatikan apa yang terjadi dan catat.
12
MODUL 4
REAKSI PEMECAHAN ASAM DAN ENZIMATIK DARI PROTEIN
Enzim merupakan suatu golongan protein yang sangat penting bagi organisme dan
bekerja sebagai biokatalisator. Dalam jumlah yang kecil enzim dapat mengatur reaksi
tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil
reaksinya. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu, asam, basa kuat, pelarut organik, pH, dll.
Berdasarkan cara kerjanya, enzim yang memecah protein umumnya dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Eksopeptidase, yaitu enzim yang memecah ikatan peptida pada bagian-bagian
ujungnya. Enzim yang termasuk ke dalam golongan ini adalah karboksipeptidase,
aminopeptidase dan dipeptidase.
2. Endopeptidase, yaitu enzim yang memecah ikatan peptida pada tempat-tempat tertentu
tetapi tidak pada bagian ujungnya. Enzim yang termasuk dalam kelompok ini adalah
pepsin, tripsin, kimotripsin, papain dan bromelin.
Protein akan dipecah oleh pepsin menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi yaitu
peptida. Dalam percobaan ini akan dilakukan reaksi hidrolisis protein albumin telur, protein
yang mudah larut dan terdapat pada telur, oleh asam dan enzim. Hidrolisis asam, dilakukan
dengan HCl 6N pada suhu 100°C, dimana semua ikatan peptida yang terdapat di dalam
protein akan dipecahkan sehingga terbentuk asam-asam amino bebas. Pemecahan
enzimatik dilakukan dengan menggunakan enzim pepsin dalam HCl 0,06N pada suhu
37°C. Pepsin adalah suatu autokatalisator yang memecahkan pepsinogen menjadi pepsin
dan peptida.
Spesifisitas hidrolisis enzimatik akan jauh lebih tinggi dari pada hidrolisa asam.
Karena sifat spesifisitas pepsin inilah maka hanya sebagian dari ikatan peptida dalam
albumin telur dipecahkan. Ikatan peptida yang dipecahkan hanyalah ikatan peptida yang
mengandung asam amino aromatik, seperti fenil-alanin dan tirosin.
Jalannya reaksi dapat dilihat dengan reaksi ninhidrin terhadap asam amino bebas, dan
dengan pengendapan sisa-sisa protein dengan asam trikloroasetat (TCA). Jika kemudian
endapan dilarutkan dalam NaOH dan direaksikan dengan larutan CuSO4.5H2O, akan
memberikan warna ungu.
13
Alat yang dipergunakan :
a. Satu set alat sentifuga k. Ball piipet
b. Tabung reaksi l. Pipet tetes
c. Rak tabung m. Termometer
d. Penjepit tabung n. Spatula
e. Kaki tiga & kasa asbes o. Batang pengaduk
f. Pembakar spirtus p. Kaca arloji
g. Penangas air/inkubator q. Corong gelas
h. Gelas kimia 50, 100 mL r. Penyangga corong
i. Gelas ukur 5, 10 mL s. Kertas saring
j. Pipet ukur 2, 10 mL t. Botol semprot
Cara Kerja :
Pipet ke dalam tabung sentrifuga berturut-turut :
1. 0,5 mL larutan albumin telur dan 0,5 mL H2O, biarkan pada suhu kamar.
2. 0,5 mL larutan albumin telur dan 0,5 mL larutan HCl 0,12N dan 2 tetes pepsin,
inkubasikan dalam penangas air 37°C selama 3 jam.
3. 0,5 mL larutan albumin telur dan 0,5 mL larutan HCl 0,12N, inkubasikan dalam
penangas air 37°C selama 3 jam.
4. 0,5 mL larutan albumin telur dan 0,5 mL larutan HCl pekat, inkubasikan dalam
penangas air mendidih selama 3 jam. Setelah 3 jam semua tabung, tambahkan sebutir
NaOH padat (± 400 mg). Kemudian ke dalam hidrolisat dari masing-masing tabung
ditambahkan 1 mL larutan TCA 20%. Lakukan sentrifuga selama 15 menit. Pisahkan
endapan (bila ada) dari cairan.
B. Endapan
Larutkan endapan dalam 3 mL larutan NaOH 3%. Lakukan reaksi Biuret. Perhatikan
apa yang terjadi.
14
MODUL 5
ISOLASI DAN UJI PROTEIN DALAM ENZIM SECARA BIURET
Isolasi Enzim
Enzim bersifat protein tentunya akan larut dalam air. Dalam percobaan ini, enzim
bromeleine dari buah nanas diisolasi dengan memecahkan dinding selnya secara mekanis.
Cara Kerja :
Keaktifan enzim dapat dipengaruhi oleh panas, karena itu kalau dalam percobaan ini
mempergunakan blender, jaga agar suhu alat tidak terlalu panas. Kalau hal ini terjadi,
matikan alat, tunggu sampai dingin, setelah itu baru dapat dipergunakan lagi.
Nanas muda dibersihkan dari kulit dan mata-mata nanasnya serta dicuci bersih
dengan air. Pisahkan bonggol nanas dari dagingnya, kemudian parut. Kalau anda
menggunakan blender sebagai penghalus, maka sebelum dihaluskan potong-potong
bonggol nanas itu untuk selanjutnya diblender (sebelum alat dinyalakan, tambahkan
sejumlah air). Tempatkan dalam wadah bersih yang bertutup. Simpan dalam lemari
pembeku sebagai ekstrak enzim kasar untuk digunakan dalam percobaan selanjutnya.
15
Bahan yang dipergunakan :
1. Ekstrak enzim kasar 25 gram
2. Reagen Biuret :
Larutkan 1,5 g CuSO4.5H2O ke dalam kira-kira 200 mL air dan 6,0 g K-Na-tartarat
(C4H4KNaO6.4H2O) ke dalam kira-kira 200 mL air, dan tambahkan 200 mL larutan
NaOH 10% sambil dikocok, kemudian tambahkan air sampai 1 L. Apabila
pembuatannya kurang baik dapat terjadi endapan hitam atau merah. Reagen yang
demikian ini tidak boleh digunakan.
Cara Kerja :
Selalu gunakan ekstrak enzim yang segar atau disimpan dalam lemari pembeku.
16
MODUL 6
ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ENZIM SECARA BIURET
Isolasi Enzim
Enzim bersifat protein tentunya akan larut dalam air. Dalam percobaan ini, enzim
bromeleine dari buah nanas diisolasi dengan memecahkan dinding selnya secara mekanis.
Cara Kerja :
Keaktivan enzim dapat dipengaruhi oleh panas, karena itu kalau dalam percobaan ini
mempergunakan blender, jaga agar suhu alat tidak terlalu panas. Kalau hal ini terjadi,
matikan alat, tunggu sampai dingin, setelah itu baru dapat dipergunakan lagi.
Nanas muda dibersihkan dari kulit dan mata-mata nanasnya serta dicuci bersih dengan air.
Pisahkan bonggol nanas dari dagingnya, kemudian parut. Kalau anda menggunakan
blender sebagai penghalus, maka sebelum dihaluskan potong-potong bonggol nanas itu
untuk selanjutnya diblender (sebelum alat dinyalakan, tambahkan sejumlah air).
1. Ke dalam 4 gelas kimia 100 mL masing-masing ditimbang 10 gram ekstrak enzim kasar.
Panaskan gelas kimia ke 1 (bonggol dan daging) dalam air mendidih selama 15 menit.
Untuk selanjutnya gelas kimia ke 1 ini disebut kontrol.
2. Sementara itu ke dalam 4 gelas kimia 100 mL lain, masing-masing ditimbang 5 gram
susu bubuk berlemak/tak berlemak. Larutkan dengan 10 mL larutan buffer fosfat pH 6,5
dan air sebanyak 25 mL.
3. Tuangkan campuran kedua ke dalam gelas kimia 100 mL (ekstrak kasar) dan tutup
rapat-rapat dengan plastik. Kemudian inkubasikan pada suhu 50°C selama satu malam.
17
Uji Aktivitas Enzim
Alat Dan Bahan
Alat yang dipergunakan :
a. Tabung reaksi k. Gelas ukur 5, 10 mL
b. Rak tabung l. Pipet tetes
c. Penjepit tabung m. Labu ukur 10, 50 mL
d. Kaki tiga & kasa asbes n. Ball pipet
e. Pembakar spirtus o. Inkubator 50°C
f. Corong gelas p. Batang pengaduk
g. Penyangga corong q. Spatula
h. Spektronik-20 r. Kaca arloji
i. Kuvet s. Kertas saring
j. Gelas kimia 50, 100 mL t. Botol semprot
b. Larutan B :
4,54 g KH2PO4 padat dilarutkan dengan air sampai volume 500 mL.
18
5. Larutan Standar Protein :
Buatlah 50 mL larutan serum albumin murni atau kasein dalam air yang berkadar 5
mg/mL. Larutan NaOH 3% dapat ditambahkan beberapa tetes untuk mempermudah
pelarutan.
4. Campuran yang diinkubasi diambil dan dipanaskan dalam air mendidih selama 15
menit untuk menghentikan aktivitas enzim.
5. Hidrolisatnya yang berwarna kuning disaring dengan kertas saring dan filtratnya
ditampung. Dari filtrat ini dipipet 1 mL dan encerkan sampai dengan 10 mL dalam
labu ukur.
6. Siapkan 6 tabung reaksi. Pipet ke dalam tabung itu 2 mL larutan protein standar
diatas.
7. Ke dalam tabung reaksi lain pipet 2 mL filtrat dari pengerjaan (5). Lakukan duplo
untuk filtrat dari gelas kimia 2.
8. Sebagai blanko gunakan 2 mL H2O.
9. Kemudian ke dalam masing-masing tabung itu ditambahkan 8 mL reagen Biuret.
Aduk dan diamkan selama 30 menit pada suhu kamar.
10. Baca serapannya pada = 540 nm.
19
MODUL 7
PERAGIAN ALKOHOLIK
Proses fermentasi (peragian) alkoholik dimana glukosa diubah menjadi alkohol dan
CO2, bukanlah merupakan suatu reaksi biasa yang sederhana, melainkan merupakan
suatu rangkaian beberapa reaksi enzimatik yang terdapat pada ragi. Ragi, Saccharmyces
cerevisiae, merupakan mikroorganisme (fungi) yang memiliki bermacam-macam enzim
yang dapat melakukan reaksi-reaksi enzimatik.
Dalam sel ragi dan mikroorganisme lain yang dapat memfermentasi glukosa menjadi
alkohol dan CO2, jalur enzimatik dari pemecahan glukosa hampir identik dengan glikolisis
anaerobik yang terjadi pada otot, kecuali pada reaksi yang dikatalis oleh laktat
dehidrogenase.
Sebelum diubah menjadi alkohol glukosa diubah dahulu menjadi piruvat melalui
sepuluh tahap reaksi enzimatik (glikolisis). Piruvat ini selanjutnya mengalami perubahan
yang berbeda tergantung dari kondisi metaboliknya.
Glukosa
2 Piruvat
4CO2 + 4H2O
20
Reaksi enzimatik yang terjadi pada proses glikolisis terdiri atas dua fase sebagai berikut :
FASE I FASE II
Glukosa ( 1)
Gliseraldehid 3-fosfat (2)
ATP 2Pi
Heksokinase/glukokinase Gliseraldehid fosfat
2NAD + dehidrogenase
ADP
Fosfoglukoisomerase 2ADP
Fosfogliseratkinase
2ATP
Fruktosa 6-fosfat (1)
3-Fosfogliserat (2)
Fosfofruktokinase
Fosfogliseratmutase
Fruktosa 1,6-difosfat (1)
2-Fosfogliserat (2)
Fruktosa difosfat aldolase
2ADP
Gliseraldehid 3 fosfat (1) + Enolase
Dihidroksiaseton fosfat (1) 2ATP
Piruvat (2)
Pada fermentasi alkoholik, sel ragi mengandung dua macam enzim yang spesifik, yaitu :
21
1. Piruvat dekarboksilase, akan mengubah piruvat menjadi aset-aldehid.
Dalam tahap-tahap reaksi enzimatik diatas ada beberapa zat yang dapat
menghambat jalannya reaksi (inhibitor), misalnya iodoasetat akan menghambat kerja enzim
gliseraldehidafosfat dehidrogenase, sedangkan fluorida dan fosfat akan menghambat
aktivitas enzim enolase, dll.
Dalam percobaan ini akan diteliti bagaimana pengaruh :
1. temperatur terhadap proses fermentasi dan
2. zat penghambat (inhibitor) terhadap aktivitas enzim yang bekerja pada proses
fermentasi alkoholik.
22
Cara Kerja :
Sediakan 5 tabung reaksi bersih dan kering kemudian lakukan sebagai berikut :
1. Tabung A : a. Diisi dengan 8 mL larutan makanan + 1 mL H2O + 1 mL larutan
suspensi ragi; masukkan tabung Durham (tanyakan cara
pengerjaannya kepada asisten yang bertugas).
b. Simpan dalam lemari es selama 1,5 jam.
c. Masukkan ke dalam inkubator 37°C selama 2,5 jam.
2. Tabung B : a. Diisi dengan 8 mL larutan makanan + 1 mL H2O + 1 mL larutan
suspensi ragi; masukkan tabung Durham.
b. Taruh dalam inkubator 37°C selama 2,5 jam.
c. Perhatikan gas yang terjadi sebelum dan sesudah penambahan
larutan NaOH 2N sebanyak 2 mL.
3. Tabung C : a. Diisi dengan 8 mL larutan makanan + 1 mL H2O + 1 mL larutan
suspensi ragi; masukkan tabung Durham.
b. Taruh dalam inkubator 37°C selama 2,5 jam.
c. Adanya alkohol diuji dengan uji iodoform. Tabung C tersebut
dihubungkan melalui pipa L dengan tabung F yang berisi 5 mL larutan
NaOH 1N + beberapa tetes larutan KI–I2 (lihat gambar).
Perhatikan warna (cokelat muda) dan bau khas dari iodoform yang
terbentuk pada tabung F.
23
MODUL 8
KROMATOGRAFI KOLOM PIGMEN PLASTIDA
24
Pigmen plastida :
1. Karoten (, , ) (bersifat hidrofob)
2. Santofil (turunan karoten yang mengandung gugus hidrofilik OH¯)
3. Klorofil A (C55H72MgN4O5)
4. Klorofil B (C55H70MgN4O6)
Bila kita gunakan eluer (fasa mobil) petroleum benzen maka karoten akan keluar terlebih
dahulu, diikuti oleh santofil. Sedangkan klorofil A dan B akan terikat pada fasa stasioner
(selulosa).
Untuk mengelusi senyawa yang terikat pada matriks selulosa diperlukan eluer yang
polar/lebih hidrofilik. Dengan menambahkan aseton pada eluer maka klorofil A dan B akan
keluar.
Semua senyawa tersebut berwarna karena mengandung banyak ikatan rangkap
terkonyugasi yang mengabsorpsi cahaya pada daerah sinar tampak (400 – 800 nm).
1. Karoten : kuning tua (m = 450 nm)
2. Santofil : kuning tua (m = 410 nm)
3. Klorofil A : hijau biru (m = 450 nm)
4. Klorofil B : hijau kuning (m = 650 nm)
Cara Kerja :
a. Pembuatan ekstrak pigmen plastida
1. Keringkan daun hijau (katuk, alpokat, kangkung, dll) di dalam oven.
2. Tumbuk halus/gerus dalam mortar, lalu diayak.
3. Timbang 5 g serbuk halus dari daun tersebut, lalu masukkan ke dalam gelas kimia
100 mL, kemudian tambahkan 15 – 20 mL aseton aduk selama 2 – 3 menit.
4. Saring dan pindahkan ke dalam corong pemisah yang kering.
5. Tambahkan 20 mL petroleum benzene dan 50 mL aquades.
6. Kocok dan biarkan selama 20 – 30 menit.
7. Lapisan bawah dibuang, lapisan atas diambil lalu dicuci 2x dengan 50 mL aquades.
8. Lapisan bawah dibuang, lapisan atas (ekstrak pigmen) diambil dan disimpan dalam
botol cokelat yang berisi K2SO4 anhidrat 1%.
25
b. Kromatografi kolom
Bahan yang digunakan :
1. Kolom gelas : Ukuran 0,7x15 cm. Dekat ujung bagian bawah disumbat
dengan kapas gelas.
2. Bubur selulosa : Suspensikan serbuk selulosa dalam petroleum benzen.
3. Ekstrak pigmen plastida : Dari hasil ekstraksi diatas.
Cara Kerja :
1. Dengan menggunakan pipet tetes, isikan bubur selulosa diatas sedikit demi sedikit
ke dalam kolom gelas sampai mencapai tinggi kira-kira 7 – 10 cm. Usahakan agar
diperoleh kolom selulosa yang kontinu (tidak terpecah-pecah).
2. Elusi terus dengan metilen klorida sampai diperoleh massa yang kompak dengan
tetesan yang konstan.
3. Masukkan 0,5 mL ekstrak pigmen plastida secara pelan-pelan dan tunggu sampai
semua ekstrak meresap ke dalam kolom selulosa.
4. Elusi lagi dengan metilen klorida sampai warna kuning pertama (karoten) keluar dari
kolom.
5. Elusi dilanjutkan sampai warna kuning kedua (santofil) keluar dari kolom.
6. Setelah fraksi karoten dan santofil keluar semua, eluen diganti dengan campuran
metilen klorida : aseton (12 : 1) (v/v). Kolom dielusi sampai semua fraksi hijau biru
(klorofil A) keluar dari kolom.
7. Elusi diteruskan sampai warna kuning hijau (klorofil B) semua keluar.
Masing-masing fraksi ditampung dalam tabung reaksi tersendiri.
26
PETUNJUK PRAKTIKUM
BIOKIMIA
UNTUK JURUSAN KIMIA
Disusun Oleh :
TIM BIOKIMIA
LABORATORIUM BIOKIMIA
2020/2021
27
TIM BIOKIMIA
LABORATORIUM BIOKIMIA
2020/2021
28
DAFTAR ISI
Hal
Lembar Pengesahan
Daftar Isi i
MODUL 1 Karbohidrat 1
MODUL 2 Lipid 6
MODUL 3 Protein 9
29
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS SAINS DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
Beberapa peraturan dan petunjuk umum yang tercantum di bawah ini harus dibaca dengan
seksama dan ditaati demi kelancaran dan ketertiban praktikum di Laboratorium Biokimia.
Mahasiswa yang tidak mentaati peraturan dan petunjuk di bawah ini dapat dikenakan sanksi tidak
lulus praktikum.
1. Penilaian Praktikum
Penilaian praktikum ini terbagi ke dalam beberapa kategori penilaian dengan bobot
tertentu, dapat diperhatikan dalam tabel 1.
Keterangan :
Tugas Pendahuluan = Tugas yang diberikan sebelum melaksanakan praktikum yakni berupa
soal-soal terkait modul praktikum yang akan dilaksanakan.
Tes Awal = Ujian terkait praktikum yang dilakukan sebelum praktikum dimulai.
Praktikum = Penilaian dari segi motorik mahasiswa saat melakukan praktikum.
Tugas Akhir = Tugas yang diberikan setelah praktikum selesai yakni berupa soal-soal
terkait cara pembahasan data yang diperoleh.
Laporan Akhir = Laporan yang dibuat di akhir semua kegiatan praktikum selesai (judul
laporan tiap mahasiswa akan ditentukan oleh koordinator praktikum).
Ujian Praktikum = Ujian terkait praktikum yang dilakukan setelah seluruh kegiatan praktikum
berakhir.
2. Keselamatan Laboratorium
Dalam upaya mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, maka terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan jika bekerja di dalam laboratorium.
PERSIAPAN
a. Praktikan wajib menggunakan jas lab berlengan panjang untuk melindungi diri dari percikan
bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi dan luka bakar;
30
b. Praktikan wajib menggunakan sepatu tertutup dan bukan sandal untuk melindungi kaki dari
tumpahan bahan kimia;
c. Praktikan wajib menggunakan kaca mata pelindung (goggle) untuk melindungi mata dari
percikan bahan kimia;
d. Praktikan dilarang menggunakan lensa kontak ketika di dalam laboratorium karena uap zat
organik mudah terperangkap didalamnya;
e. Praktikan yang berambut panjang wajib mengikat rambutnya dan kemudian dimasukkan ke
dalam jas lab;
f. Praktikan wajib menggunakan masker untuk mencegah terhirupnya uap bahan-bahan kimia
yang berbahaya seperti uap HCl, HNO3, gas NH3, benzena, toluena, eter, dll;
g. Praktikan wajib menggunakan sarung tangan untuk melindungi tangan saat mengambil
bahan-bahan kimia berbahaya;
h. Praktikan dilarang menggunakan alat elektronik seperti handphone atau laptop saat bekerja
di dalam laboratorium;
i. Praktikan dilarang makan, minum, atau merokok di dalam laboratorium.
PENCEGAHAN
a. Hindari berada di dekat sumber api saat menggunakan bahan-bahan kimia yang mudah
terbakar;
b. Berhati-hatilah jika menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar;
c. Jika menggunakan bahan-bahan kimia yang beracun, hindari kontak yang dapat
menyebabkan zat tersebut mengenai atau memasuki tubuh;
d. Berhati-hatilah saat menggunakan alat pemanas berbahan bakar gas (Bunsen);
e. Bekerjalah di lemari asam bila menggunakan bahan-bahan kimia yang memiliki konsentrasi
yang pekat atau bahan berbahaya;
f. Hindarilah mencium bau bahan kimia secara langsung, gunakan tangan untuk
mengkipaskan uapnya ke hidung;
g. Saat mengencerkan asam pekat, tuangkan asam pekat tersebut ke dalam air, bukan
sebaliknya.
PENANGANAN
KEBAKARAN :
a. Segera padamkan sumber api dengan menggunakan lap basah/alat pemadam kebakaran,
tergantung besar atau kecilnya api.
Ketika terjadi kebakaran jangan panik segera beritahukan kepada koordinator praktikum,
seluruh praktikan keluar dari laboratorium dengan tertib.
32
d. Praktikan harus menyerahkan semua beban tugas (perangkat keras/perangkat lunak) yang
ditugaskan oleh asisten sehubungan dengan objek praktikum yang akan dikerjakan sebelum
praktikum dimulai.
e. Setelah selesai melakukan percobaan, tiap praktikan diharuskan membuat laporan
mengenai hasil percobaan yang telah dilakukan, dalam kertas lembar kerja. Laporan
tersebut harus memuat hal-hal sebagai berikut :
1) Nama, NIM, Fakultas, Jurusan, Tanggal Praktikum, Percobaan ke berapa dan tentang
hal apa.
2) Prinsip Percobaan.
3) Tujuan Percobaan.
4) Teori, Cara Kerja, Kesimpulan, Hasil dan Pembahasan.
4. Jurnal Praktikum
Jurnal praktikum merupakan syarat utama bagi praktikan untuk melakukan praktikum,
jika praktikan belum membuat jurnal praktikum, maka praktikan dilarang melakukan praktikum.
Jurnal praktikum berisi tentang prosedur kerja, alat dan bahan yang diperlukan, serta catatan
seluruh data percobaan yang diperoleh selama kegiatan praktikum. Setiap selesai praktikum,
praktikan harus melaporkan data pengamatan kepada asisten dan ditandatangani.
Tugas pendahuluan dikerjakan diselembar kertas terpisah dari jurnal praktikum. Tugas
pendahuluan dikumpulkan kepada asisten sebelum melakukan praktikum. Tugas akhir
dikumpulkan kepada asisten paling telat H-1 sebelum praktikum selanjutnya.
5. Laporan Praktikum
Laporan praktikum hanya dibuat satu kali saja selama kegiatan praktikum. Setiap
praktikan akan membuat laporan praktikum modul tertentu yang akan ditentukan oleh
koordinator praktikum. Tujuan dari pembuatan laporan praktikum ini adalah untuk melatih
mahasiswa dalam menulis hasil percobaan secara ilmiah. Isi dari laporan praktikum adalah :
1) Sampul laporan
2) Pendahuluan
3) Percobaan
4) Hasil dan diskusi
5) Kesimpulan
6) Daftar Pustaka
Template/contoh laporan praktikum dapat dilihat di asisten praktikum.
6. Sanksi Praktikum
a. Setiap praktikan wajib bertanggung jawab terhadap alat yang dipinjamkan, jika terdapat
kehilangan atau kerusakan permanen maka praktikan wajib menggantinya sebelum ujian
praktikum, jika belum mengganti praktikan tidak bisa mengikuti ujian praktikum;
b. Tidak ada praktikum susulan bagi praktikan yang tidak mengikuti praktikum tanpa izin.
Praktikan yang tidak mengikuti praktikum tanpa izin akan mendapatkan nilai kosong atau nol
untuk modul tersebut.
Koordinator
Laboratorium Biokimia
34
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
TIM BIOKIMIA
Berdasarkan hasil evaluasi Kurikulum Kimia 2014 dan hasil evaluasi modul praktikum
2016/2017, maka kami menyatakan bahwa Buku Panduan Praktikum Biokimia 2020/2021,
terhitung tanggal 1 September 2020, dinyatakan resmi menjadi Buku Panduan Praktikum
Biokimia 2020/2021.
35