Anda di halaman 1dari 18

ZAT PEMBAWA

Dalam suatu sediaan obat hampir selalu bahan obat bercampur dengan zat pembawa seperti zat pembawa anorganik, organik, bahan dasar
salep, dan larutan pembawa. Zat pembawa dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
1. Bahan pembawa Anorganik yaitu Bolus, Kalsium karbonat, Magnesium Oksida, Natrium Hidrogen Karbonat, dan Talk.
2. Bahan Pembawa organik : Fruktosa, glukosa, laktosa, sakarosa, sorbitol, dan amilum.
3. Bahan dasar salep : Salep lemak, bulu domba, alkohol, salep hidrofil, lanolin, salep polietilen glikol, vaselin, dan adeps lanae.
4. Larutan pembawa : Aseton, etanol, benzene, kloroform, eter, asam asetat, iso propanol, methanol, metilen klorida, karbon tetrakllorida, air.

1. Pemisahan Zat pembawa anorganik


Dalam pemeriksaan zat anorganik, 50 mg zat dipijarkan pada 600 derajat celcius pada keping krus porselen atau spatula logam.
• Dapat diamati bau, seperti bau caramel, bau amoniak, dll.
• Pada sisa pijar diselidiki adanya kation dan anion anorganik
• Pada sisa garam dari asam organik dan alkali tunggal biasanya terdapat garam karbonat dan gram alkali sulfat atau sulfit dari asam sulfonat
• Asam oksalat terurai tanpa pengarangan
• Bolus ( Aluminium silikat ) dan Talkum ( Magnesium silikat ) masing-masing menimbulkan sisa pijar yang tidak larut, juga dalam HCl pekat panas
• Pada sisa pijar ditambah 4 – 5 bagian campuran Na2CO3 dan K2CO3 dalam krus nikel lalu dipijarkan 10 menit, ditambahkan HCl, selanjutnya
dicari ion Aluminium dan Magnesium.
Zat pembawa anorganik yang larut dalam air seperti natrium bikarbonat atau yang larut dalam asam sulfat encer seperti magnesium oksida,
tidak perlu dipisahkan dengan cara khusus. Untuk memisahkan pembawa yang tidak larut dalam air seperti bolus dan talk, zat yang akan
dianalisis dibasahi dengan air kemudian dipisahkan dengan pengocokan. Zat Pembawa yang tidak larut, baik dalam air maupun dalam pelarut
organik, akan tersuspensi kedalam kedua fase itu. Hal ini akan mempersulit pemisahan dan daya serap suspensi tersebut akan mengganggu. Jadi
sebelum dianalisis zat dikocok dahulu dengan etanol atau pelarut lain yang sesuai seperti eter, aseton, kloroform atau air. Bila mungkin diekstraksi
dengan cara sokletasi. Ekstrak diuapkan dalam hampa udara, kemudian dilakukan pemisahan. Kadang kadang sebelum diekstraksi diasamkan
dahulu dengan asam tartrat, terbentuk garam organik yang mudah diekstraksi dengan etanol. Alkoloida pada umumnya larut dalam etanol
sebagai garam tartrat.
2. Pemisahan zat pembawa organik
Pemisahan zat pembawa organik pada umumnya lebih sukar dilakukan dibandingkan pemisahan zat pembawa anorganik, zat pembawa organik
yaitu : karbohidrat
• Zat pembawa karbohidrat dipisahkan dengan menggunakan etanol setelah terlebih dahulu diasamkan dengan asam tartrat
• Amylum tidak dapat dipisahkan menggunakan etanol, karena dapat menimbulkan gumpalan yang mengganggu. Amylum dengan I2 (Iodium)
berwarna biru kehitaman.
Identifikasi Karbohidrat
1. Uji Molish
Analisa percobaan pendahuluan terhadap monosakarida misalnya asam askorbat dan zat yang oleh hidrolisis atau oksidasi menjadi monosakarida
dilakukan Reaksi Molish, caranya : Dalam tabung reaksi 5 mg zat dilarutkan dalam air tambahkan 5 tetes larutan Naftol 3 % dalam etanol,
kemudian 2 ml asam sulfat pekat dialirkan melalui dinding tabung secara hati-hati. Diantara kedua lapisan terbentuk cincin ungu.
KLT beberapa karbohidrat dengan larutan pengembang Isopropanol : etilasetat : air = 70 :20 : 10, KLT Kiselgel 60 F 254’Merk’, pelarut air-etanol 1%
• Percobaan Wohlk yang dimodifikasi
Sejumlah 50 mg zat dimasukkan kedalam wadah gelas 20 ml yang ditutup asah, lalu dilarutkan dalam 15 ml air. Wadah tersebut dipanaskan
dipenangas air selama 5 menit dan setelah penambahan amoniak pekat ditutup dengan penutup karet( tidak ada udara ). Panaskan kembali
dipenangas air 900 C ± 4 menit. Warna merah yang dengan penambahan HCl pekat berubah menjadi kuning menandakan adanya laktosa.
• Pemeriksaan Sorbitol
Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 5 ml air, ditambahkan 1 – 2 ml larutan permanganat 6 % dan 5 tetes NaOH 3N, kemudian dipanaskan
sebentar. Bila tidak terdapat Kalium Permanganat berlebih reaksi diulangi lagi dengan menambahkan sedikit larutan Kalium Permanganat.
Kedalam 1 ml larutan ditambahkan 5 tetes larutan Naftol 3 % dalam etanol. Lalu hati-hati lapisi dengan penambahan asam sulfat pekat. Diantara
kedua lapisan terbentuk warna ungu.
2. Uji Iodium
Masukkan tiga tetes larutan uji kedalam tabung reaksi atau lempeng tetes porselin. Tambahkan dua tetes larutan Iodium, amati warna sepesifik
yang terbentuk (Larutan Iodine : Larutkan 0,127 g I2 dalam 100 mL air yang mengandung 3 g KI).
3. Uji Benedict
Masukkan lima tetes larutan uji dan 15 tetes pereaksi Benedict ke dalam tabung reaksi. Campurkan dengan baik. Didihkan di atas api kecil selama
dua menit atau masukkan ke dalam penangas air mendidih selama 5 menit. Dinginkan perlahan-lahan. Perhatikan warna dan endapan yang
terbentuk.
4. Uji Barfoed
Masukkan 10 tetes larutan uji dan 10 tetes pereaksi Barfoed ke dalam tabung reaksi. Campurkan dengan baik. Didihkan di atas api kecil selama
satu menit atau masukkan ke dalam penangas air mendidih selama 5 menit. Dinginkan perlahan-lahan. Perhatikan warna atau endapan yang
terbentuk. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata
5. Uji Bial
Masukkan 5 mL larutan uji dan tambahkan 10 tetes pereaksi Bial dan 3 mL HCl pekat ke dalam tabung reaksi. Campurlah dengan baik. Panaskan di
atas api kecil sampai timbul gelembung-gelembung gas ke permukaan larutan. Perhatikan warna atau endapan yang terbentuk. Terbentuknya
warna biru menunjukkan adanya pentosa
6. Uji Seliwanoff
5 tetes larutan uji +15 tetes perekasi selliwanof ke dalam tabung reaksi. Didihkan di atas api kecil selama 30 detik atau dalam penangas air selama 1 menit. Hasil
positif ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna merah jingga (Pereaksi Selliwanof larutkan 0,05 g resorcinol dalam 100 mL asam klorida (1:3))
7. Uji Osazon
Masukkan 2 mL larutan ke dalam tabungt reaksi, tambahkan seujung spatel fenilhidrazin-hidroklorida dan kristal natrium asetat. Panaskan ke dalam penangas air
mendidih selama beberapa menit (±30 menit). Dinginkan perlahan-lahan di bawah air kran, dan perhatikan kristal yang terbentuk dan identifikasi di bawah
mikroskop.
8. Hidrolisis Pati
Masukkan ke dalam tabung reaksi 5 mL larutan amilum 1 % kemudian tambahkan 2,5 mL HCl 2 N, kocok lalu masukkan ke dalam penangas air mendidih. Setelah
tiga menit, ujilah dengan larutan iodium dengan cara mengambil 2 tetes larutan, lalu ditambah 2 tetes iodium dalam lempeng tetes porselin. Lakukan uji iodium
setiap tiga menit sampai hasilnya berwarna kuning pucat. Lakuakan hidrolisis selama 5 menit lagi. Setelah didinginkan, ambil 2 mL larutan hasil hidrolisis, lalu
netralkan dengan NaOH 2 %. Uji dengan kertas lakmus. Kemudian lakukan uji Benedict
9. Hidrolisis Sukrosa
Masukkan ke dalam tabung reaksi 5 mL larutan sukrosa 1 % kemudian tambahkan 5 tetes HCl pekat. Campurlah dengan baik, lalu panaskan dalam penangas air
mendidih selama 30 menit. Setelah didinginkan, netralkan larutan dengan NaOH 2 % dan uji dengan kertas lakmus. Selanjutnya lakukan uji Benedict, Seliwanoff,
dan Barfoed.
10. Uji Fehling
Sampel pada tabung reaksi ditambahkan larutan Fehling A dan Fehling B kemudian dipanaskan. Terbentuknya endapan merah bata menunjukkan adanya glukosa.
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan polimer alami yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan dan sangat dibutuhkan oleh manusia dan hewan. Karbohidrat juga
merupakan sumber energi yang terdiri atas unsur-unusr C, O, dan H dengan rumus molekul Cn(H2O)n. Pada senyawa karbohidrat terdapat berbaga gugus fungsi
yang diikatnya yaitu gugus fungsi keton, aldehid, dan gugus hidroksi.
Ditinjau dari gugus fungsi yang diikat:
a. Aldosa: karbohidrat yang mengikat gugus aldehid. Contoh: glukosa, galaktosa, ribosa
b. Ketosa: karbohdrat yang mengikat gugus keton. Contoh: fruktosa
Ditinjau dari hasil hidrolisisnya
a. Monosakarida: karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul-molekul karbohidrat yang lebih sederhana lagi. Misalnya: glukosa,
fruktosa, ribosa, galaktosa
b. Disakarida: karbohidrat yang terbentuk dari kondensasi 2 molekul monosakarida. Misalnya: sukrosa (gula tebu), laktosa (gula susu), dan
maltosa (gula pati)
c. Oligosakarida: karbohidrat yang jika dihidrolisis akan terurai menghasilkan 3 – 10 monosakarida, misalnya dekstrin dan maltopentosa
d. Polisakarida: karbohirdat yang terbentuk dari banyak molekul monosakarida. Misalnya pati (amilum), selulosa, dan glikogen.
BEBERAPA MONOSAKARIDA PENTING SEBAGAI BERIKUT :
a. Glukosa
Glukosa dapat diperoleh dari hidrolisis sukrosa (gula tebu) atau pati (amilum). Di alam glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Di
alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun serta mempunyai sifat:
• Memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan
• Dapat mereduksi larutan fehling dan membuat larutan merah bata
• Dapat mengalami mutarotasi, Dapat difermentasi menghasilkan alkohol (etanol) dengan reaksi sebagai berikut:
C6H12O6 --> 2C2H5OH + 2CO2
b. Fruktosa
Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut juga levulosa. Fruktosa
mempunyai rasa lebih manis dari pada gula tebu atau sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff, yaitu larutan
resorsinol (1,3 dhidroksi-benzena) dalam asam clorida. Disebut juga sebagai gula buah, dperoleh dari hidrolisis sukrosa; dan mempunyai sifat:
• Memutar bidang polarisasi cahaya ke kiri
• Dapat mereuksi larutan fehling dan membentuk endapan merah bata • Dapat difermentasi
c. Galaktosa
Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang
cahaya terpolarisasi ke kanan. Pada proses oksidasi oleh asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas galaktosa menghasilkan asam musat yang
kurang larut dalam air bila dibandingkan dengan asam sakarat yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa. Dapat diperoleh dari hidrolisis gula susu
(laktosa), dan mempunyai sifat:
• Dapat mereduksi larutan fehling membentuk endapan merah bata
• Tidak dapat difermentasi
BEBERAPA DISAKARIDA PENTING SEBAGAI BERIKUT :
a. Laktosa
Laktosa memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebas pada residu glukosa. Laktosa adalah disakarida pereduksi. Selama proses pencernaan,
laktosa mengalami proses hidrolisis enzimatik oleh laktase dari sel-sel mukosa usus.
Beberapa sifat laktosa:
• Hidrolisis laktosa menghasilkan molekul glukosa dan galaktosa
• Hanya terdapat pada binatang mamalia dan manusia
• Dapat dperoleh dari hasil samping pembuatan keju
• Bereaksi positif terhadap pereaksi fehling, benedict, dan tollens
b. Maltosa
Beberapa sifat maltosa:
• Hidrolisis maltosa menghasilkan 2 molekul glukosa
• Digunakan dalam makanan bayi dan susu bubuk beragi (malted milk)
• Bereaksi positif terhadap pereaksi fehling, benedict, dan tollens
c. Sukrosa
Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa dibentuk oleh banyak tanaman tetapi tidak terdapat pada hewan tingkat
tinggi. Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang diperoleh dari reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam
jumlah yang ekuimolekular. Sukrosa bereaksi negatif terhadap pereaksi fehling, benedict, dan tollens.
BEBERAPA POLISAKARIDA PENTING SEBAGAI BERIKUT :
a. Selulosa
• Merupakan komponen utama penyusun serat dinding sel tumbuhan
• Polimer dari glukosa
• Hirolisis lengkap dengan katalis asam dan enzim akan menghasilkan glukosa
b. Pati atau Amilum
• Polimer dari glukosa
• Apabila dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi amilosa dan amilopektin
• Amilopektin merupakan polimer yang lebih besar dari amilosa
• Hirdolisis parsial akan menghasilkan amilosa
• Hidrolisis lengkap akan menghasilkan glukosa
c. Glikogen
• Hidrolisis glikogen akan menghasilkan glukosa
• Dalam sistem hewan, glikogen digunakan sebagai cadangan makanan (glukosa)
d. Kitin
• Bangun utama dari hewan berkaki banyak seperti kepiting, Merupakan polimer dari N-asetilglukosamina
• Hidrolisis akan menghasilkan 2-amino-2-deoksi-glukosa
3. Obat dalam Salep :
Beberapa dasar salep yang biasa dipergunakan dalam sediaan obat adalah :
• Salep lemak bulu domba alkohol (Campuran antara vaselin 93,5 %, lemak bulu domba alkohol 6 %, setil stearil alkohol 0,5 %)
Identifikasi : Memberikan reaksi positif pada pemeriksaan steroid menurut cara Liebermann – Buchard, yaitu terbentuk warna hijau zambrud.
Caranya : Larutan 0,5 g (atau 0,1 g) salep dalam 5 ml kloroform + 1 ml anhidrida asetat + 0,1 ml asam sulfat pekat, terbentuk hijau zambrud.
• Salep Hidrofil (Campuran vaselin 35 %, paraffin kental 35 %, setil stearil alkohol teremulsi 30 %)
Identifikasi :
0,5 gram salep dan 25 ml etanol bebas air dipanaskan sampai mendidih lalu disaring. Filtrat diuapkan dan kepada sisanya ditambahkan 7 ml air
dan 3 ml asam klorida encer. Campuran diuapkan sampai tinggal setengahnya, dan sesudah dingin disaring. Pada penambahan larutan Barium
Klorida 5 % terbentuk endapan kristalin putih.
• Lanolin (Lemak bulu domba 65 %, paraffin kental 35 %, air 20 %)
Identifikasi : Reaksi Liebermann – Buchard positif ( warna hijau zambrud )
• Salep Poli etilen glikol (Polietilen glikol 300 dan polietilen glikol 1500 masing-masing 50 %)
Identifikasi : 1 g salep dan 0,2 ml asam sufat pekat dipanaskan. Uap yang terbentuk disalurkan kedalam 1 ml larutan Raksa (II) klorida 5 % melalui
pipa, terbentuk endapan putih.
Identifikasi dasar salep secara KLT
Salep lemak bulu domba atau lanolin dilarutkan dalam kloroform.
Pelarut pengembang = Eter minyak bumi : dietil eter : asam cuka biang = 50 : 50 : 1, Jarak rambat 15 cm dalam 30 menit
Lempeng KLT siap pakai Kiselgel 60 F254
Pendeteksi : 1. Lampu UV pada 366 nm
2. Lempeng disemprot dengan larutan Antimon (III) klorida dalam 75 g kloroform menunjukkan warna warna.
Salep polietilenglikol dilarutkan dalam etanol
Pelarut pengembang = Metanol : air : kloroform = 60 : 32 : 8, jarak rambat 10 cm dalam waktu 80 menit
Penyerap : Lempeng KLT- Kiselgel 60 F254
Pendeteksi : Disemprot dengan pereaksi Dragendorff yang telah dimodifikasi (0,85 g Bismut Nitrat + 10 ml asam cuka biang + 10 ml air)
Polietilenglikol diamati sebagai bercak berwarna merah jingga.
Analisis obat dalam salep bulu domba alkohol, lanolin, dan salep hidrofil
Sejumlah 1 g salep dilarutkan dalam 30 ml eter minyak bumi dengan pemanasan dengan penangas air. Larutan eter minyak bumi yang
mengandung berbagai zat yang terlarut didalamnya dipisahkan dengan cara dituangkan. Didalamnya terdapat sulfonomida, senyawa N-kuartener,
asam hidrofil dll.
Untuk mengidentifikasi senyawa asam , larutan eter minyak bumi dikocok 3 kali , masing masing dengan 10 ml NaOH 3N. Kedalam fase NaOH
ditambahkan 25 ml H2SO4 3N kemudian dikocok 3 kali, masing masing dengan 20 ml eter dan sekali lagi dengan 20 ml kloroform. Fase organik
diperiksa dengan cara kromatografi lapis tipis.
Untuk mengidentifikasi senyawa alkali(basa), fase eter minyak eter minyak bumi dikocok 3 kali, masing masing dengan 15 ml air . Selanjutnya
3 kali lagi masing masing dengan 10 ml H2SO4 3N. Fase asam sulfat direaksikan dengan 25 ml NaOH 3N, lalu hasilnya dikocok 3 kali, masing
masing dengan 20 ml eter dan sekali lagi dengan 20 ml kloroform. Fase organik diperiksa dengan cara kromatografi lapis tipis.
Isolasi obat dari polietilenglikol
Sejumlah 1 g salep dilarutkan dalam 20 ml air. Senyawa yang tidak larut dipisahkan dengan cara dekantasi (penuangan) atau dengan penyaringan
kepadanya dilakukan seperti pada cara analisis.
Larutan direaksikan dengan 15 ml NaOH 3N, dikocok 3 kali , masing masing dengan 20 ml eter, fase eter mengandung berbagai senyawa basa.
Fase air diasamkan dengan H2SO4 3N, dikocok 3 kali, masing masing dengan 20 ml eter. Dalam fase eter ini terdapatberbagai senyawa asam.
4. Larutan Pembawa
Analisa larutan penbawa dilakukan dengan cara destilasi, sisanya diolah dengan cara pemisahan. Hasil destilasi ditentukan titik didihnya.
Pelarut Titik Didih
Dietil eter 34 – 35o C
Metilen klorida 39 – 42o C
Aseton 55 – 57o C
Kloroform 59 – 62oC
Metanol 64– 65o C
Karbon tetra klorida 76 – 77o C
Etanol 78o C
Isopropanol 81 – 83o C
Air 100oC
Asam asetat 118 – 119o C

Tabel : Daftar titik didih beberapa pelarut yang digunakan sebagai pembawa
Yang larut atau tersatukan dengan air adalah akohol,aseton dan asetat

Proses mengenal sifat-sifat fisika dan kimia bahan obat ini disebut dengan identifikasi atau sering juga disebut analisa, Analisa farmasi
kualitatif ini meliputi analisa secara: Fisika Identifikasi secara organoleptis (bentuk, warna, bau, rasa dan lainnya), kelarutan, tetapan fisika (titik
lebur,titik beku, titik didih, berat jenis, viskositas, dan lainnya), mikroskopis (melihat partikel obat menggunakan mikroskop).
Kimia Analisa dengan menambahkan zat-zat kimia kedalam bahan obat/obat yang diperiksa sehingga menimbulkan reaksi-reaksi tertentu
yang dapat diidentifikasi secara kasat mata seperti terbentuknya endapan, warna, bau danlainnya.
Mikroskopis Analisa ini adalah dengan melihat partikel dari unsur/senyawa yang terkandung dalam bahan obat/obat. Dapat dilihat langsung
menggunakan mikroskop, atau direaksikan terlebih dahulu dengan zat kimia tertentu kemudian dilihat menggunakan mikroskop.
Analisa Instrumen Yaitu analisa/penentuan jenis suatu unsur/senyawa dari suatu bahan obat menggunakan instrumen/alat yang
kompleks/modern seperti KCKT, GC, GCMS, spektrofotometer, kromatografi, Atomic Absorbans Spektrofotometri (AAS), dan lainnya

Reaksi identifikasi larutan pembawa


a. Aseton
1. Reaksi Iodoform positif ( lihat pada reaksi Penggolongan)
2. Pemeriksaan golongan metilen aktif (lihat pada reaksi penggolongan)
3. Fiencerkan dengan air sampai 5 ml + 1 ml larutan dinatrium pentasiano nitrosilfarat (II)2,5% dan 0,5 ml NaOH 3N, terbentuk warna merah
coklat setelah diasamkan dengan CH3COOH 6N warna tersebut menjadi ungu.
b. Etanol
4. Reaksi Iodoform positif
2. Dalam tabung reaksi 0,5 ml campuran zat direaksikan dengan campuran 5 ml campuran kaliumbikromat 5% dan 5 ml asam sulfat pekat. Mulut
tabung ditutupi kertas saring yang sudah dibasahi larutan dinatrium pentasiano nitrosiferat(II) 2,5%. Kertas menjadi biru oleh uap piperidin,
yang kemudian berubah menjadi merah ditambah NaOH 3N (reaksi Simon).
c. Metanol
Sejumlah 0,2 ml larutan zat direaksikan dengan 5 ml larutan kalium permanganate 1% dan 0,5 ml asam fosfat, 15 menit kemudian
ditambahkan 2 ml larutan asam oksalat 5% dalam asam sulfat 50%. Sesudah ditambahkan pereaksi Schiff terbentuk warna merah.
d. Metilenklorida
1. Sejumlah 2 ml direfluks dengan 2 g kalium hidroksida dan 20 ml etanol selama 15 menit, diasamkan dengan asam nitrat kemudian dilakukan :
- Percobaan dengan Ag NO3 terhadap ion Cl, positif
- Percobaan dengan asam kromatropat dan asam sulfat (reaksi asam kromatropat) positif teradap formaldehida.
2. Sejumlah bahan ditambah pereaksi Fehling, kemudian dipanaskan, terjadi reduksi Cu2O (untuk membedakan dengan kloroform).
e. Kloroform
3. Penyabunan dilakukan seperti pada reaksi identifikasi 1 metilenklorida dengan hasil sebagai berikut :
- Uji terhadap ion klorida positif
- Uji terhadap formaldehida negatif
2. Reduksi menjadi Cu2O pada pemanasan dengan larutan Fehling
3. Pemanasan 0,05 ml larutan zat dengan campuran1 ml anilin dan 1 ml KOH 3N memberikan bau fenil isonitril
f. Karbontetraklorida
4. Penyabunan seperti reaksiidentifikasi 1 pada kloroform
2. Pada pemanasan dengan larutan Fehling tidak terbentuk Cu2O sebagai hasil reduksi.
3. Reaksi isonitril seperti reaksi identifikasi pada kloroform : positif.
g. Isopropanol
1. Reaksi Idoform positif
2. Dari tepi tabung reaksi yang berisi 2 ml larutan zat, alirkan 2 ml dimetilamino benzaldehida 1% dalam asam sulfat pekat. Setelah 15 detik
pada batas kedua lapisan itu terbentuk warna merah darah
h. Air
Air ditunjukkan dengan timbulnya warna biru pada campuran tembaga sulfat dan kalium karbonat kering yang sama jumlahna.
i. Asam asetat
1. Campuran 1 ml zat dan 5 ml NaOH 3N direaksikan dengan 1 ml larutan besi (III) klorida 10% , terbentuk warna merah.
2. Sejumlah 1 ml zat dipanaskan bersama 1 ml etanol 96 % dan 1ml asam sulfat pekat, tercium bau etil asetat.
3. Kedalam larutan zat 5% ditambahkan 5 tetes larutan nitrat, 2 tetes larutan 0,1 N iodium dan 1 tetes NH3 encer lalu dipanaskan hati hati,
timbul warna biru.

CARA ANALISIS KUALITATIF SENYAWA TUNGGAL


1. PERCOBAAN PENDAHULUAN
a. organoleptik (penginderaan) yaitu mengidentifikasi sifat fisik obat menggunakan indera untuk menentukan bentuk, warna, bau dan rasa.
Ada beberapa zat uji berwarna seperti Tetrasiklin (kuning) dan juga yang berbau khas seperti ampisilin.
b. Penentuan sifat sifat fisika seperti kelarutan, penentuan titik lebur dan titik didih.
c. Pengujian derajat keasaman/kebasaan obat menggunakan tes keasaman dengan kertas lakmus atau pH universal.
d. Analisis unsur yaitu pemeriksaan nitrogen, sulfur dan halogen.
2. Penentuan gugus fungsional (uji golongan) misalnya : karbohidrat, alkohol, fenol, asam karboksilat, alkaloid, sulfonomida, antibiotik, vitamin.
3. Penentuan jenis zat (obat) Berdasarkan reaksi reaksi warna dan pereaksi pereaksi spesifik.
4. Pengamatan bentuk kristal spesifik zat dengan mikroskop yang terbentuk dengan cara aceton-air, sublimasi dan lain lain.

Anda mungkin juga menyukai