Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

EKSTRAKSI SEDERHANA: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT

A.A. Istri Pradnyawati Semari

1813031014

VA Pendidikan Kimia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2021
A. Judul Praktikum : Isolasi dan Identifikasi Karbohidrat
B. Tujuan :
Adapun tujuan dari praktikum ini sebagai berikut.
1. Mengisolasi pati yang terkandung di dalam kentang
2. Mengidentifikasi sifat pati melalui uji iodium, uji Molisch, uji Fehling, hidrolisis
asam, hidrolisis enzim, dan uji osazon, serta menghitung randemen kadar pati dalam
kentang.
C. Dasar Teori
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang memiliki rumus umum C n(H2O)m dan
sering disebut dengan sakarida yang berarti gula. Karbohidrat diklasifikasikan menjadi
dua kelompok besar yaitu karbohidrat sederhana seperti monosakarida dan karbohidrat
kompleks seperti polisakarida. Salah satu contoh dari polisakarida yaitu pati yang
terbentuk dari tanaman hjau melalui proses fotosintesis. Bentuk pati yang berupa kristal
bergranula serta tidak larut dalam air pada temperature ruangan.
Sifat-sifat yang dimiliki oleh pati dapat diuji dengan beberapa cara, yaitu
1. Uji Iodium
Uji iodium menggunakan reagen iodin, yaitu larutan I2 dalam KI. Penambahan
iodium pada suatu polisakarida akan menyababkan terbentuknya kompleks
adsorpsi berwarna spesifik. Apabila amilum atau pati direaksikan dengan iodium
akan menghasilkan warna biru. Warna biru yang dihasilkan adalah hasil dari
ikatan kompleks antara amilum dengan iodin.
Amilum yang ditetesi dengan iodin, kemudian dipanaskan, warna biru yang
dihasilkan dari reaksi yang positif akan menghilang. Sewaktu didinginkan warna
biru akan muncul kembali. Ketika amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan
membentuk micelles yaitu molekul-molekul yang bergerombol dan tidak kasat
mata karena hanya pada tingkat molekuler.
Micelles yang terbentuk akan mengikat I 2 yang terkandung dalam reagen iodium
dan memberikan warna biru yang khas. Pada saat pemanasan, molekul-molekul
akan saling menjauh sehingga micelles tidak lagi terbentuk sehingga tidak bisa
mengikat I2. Akibatnya warna biru yang ditimbulkan menghilang.
2. Uji Molisch
Pada uji molisch, karbohidrat direaksikan dengan larutan naftol dalam alkohol
kemudian ditambahkan dengan H2SO4 pekat secara hati-hati pada batas cairan
akan terbentuk furfural yang berwarna ungu. molisch didasarkan pada reaksi
antara α naftol dengan fultural atau hidroksi metal fultural. Jika dalam suatu
cuplikan terdapat karbohidrat, maka akan terbentuk cicin berwarna merah pada
permukaan lapisan warna merah akan segera berubah dan larutan menjadi warna
ungu tua.
3. Uji Benedict dan Fehling
Uji benedict dilakukan untuk membuktikan adanya gula pereduksi dalam pati. Uji
positif ditandai dengan adanya perubahan warna larutan menjadi hijau. Larutan
tembaga alkalis pada reagen Benedict bila direaksikan dengan karbohidrat yang
memiliki gugus aldehid atau keton bebas akan terjadi reduksi membentuk Cupro
oksida (Cu2O) yang ditandai dengan warna kehijauan sebagai akibat adanya
reduksi Cu menjadi Cu yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna
2+ +

merah bata. Dalam uji Fehling, larutan terdiri dari 2 lapisan. Larutan Fehling A
dibuat dengan melarutkan kristal Cu (II) sulfat ke dalam air yang mengandung
beberapa tetes asam sulfat encer. Larutan Fehling B dibuat dengan melarutkan
NaOH dan natrium kalium tartarat (garam Rochelle) ke dalam air. Pereaksi
Fehling digunakan dengan mencampurkan Fehling A dan B dengan volume yang
sama. Adanya gula pereduksi dalam pati ditandai dengan hilangnya warna biru
dari pereaksi Fehling dan terbentuk endapan merah atau kuning dari Cu2O.
4. Hidrolisis dengan Asam
Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian-bagian
penyusunnya yang lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa dan glukosa.
Amilum merupakan polisakarida yang tersusun atas banyak monosakarida. Hidrolisis
amilum adalah pengujian untuk mengetahui bahwa amilum dapat terurai menjadi
glukosa (monosakarida penyusunnya). Pada proses hidrolisis dengan asam, asam
yang digunakan adalah asam klorida (HCl) dan dengan bantuan pemanasan yang
berfungsi mempercepat proses hidrolisis pati dengan asam klorida. Setelah dilakukan
hidrolisis, pati diuji dengan uji iodium dan uji fehling.
5. Hidrolisis dengan Enzim
Adanya enzim amilase, amilum dapat diubah menjadi maltose. Hidrolisis amilosa
oleh aamilase terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama adalah degradasi menjadi
maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini terjadi secara
cepat diikuti pula dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua
relatif lambat dengan pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir.
Sedangkan untuk amilopektin, hidrolisis dengan a-amilase menghasilkan glukosa,
maltosa dan berbagai jenis a-limit dekstrin yang merupakan oligosakarida yang
terdiri dari 4 atau lebih residu gula yang semuanya mengandung ikatan a-1,6
glikosidik.
6. Uji Osazon
Pada uji ini menggunakan fenilhidrazin, yang mana fenilhidrazin yang digunakan
berlebihan maka reaksi akan berlangsung lebih lanjut menghasilkan osazon yang
mengandung dua residu fenilhidrazin per molekul. Fenilhidrazin akan mengubah
karbohidrat menjadi osazon yang dengan mudah diisolasi dan dimurnikan melalui
kristalisasi.
7. Pembentukan Kristal
Bentuk kristal dari pati adalah seperti butiran-butiran.

D. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat dan Bahan

No Nama Alat Nama Bahan


1 Gelas ukur Kentang
2 Lumping dan alu Akuades
3 Gelas kimia 500 mL Kristal iodium
4 Cawan penguap Larutan KI
5 Pemanas α-naftol
6 Corong Alkoloh
7 Oven Asam sulfat
8 Neraca analitik Fehling A
9 Cawan petri Fehling B
10 Kain kasa Benedict
11 Batang pengaduk Asam klorida
12 Spatula NaOH
13 Kaca arloji Saliva
14 Pipet tetes Fenilhiidrazin
15 Kaca preparat Asam asetat glasial
16 Erlenmeyer

Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan


Tabel 4. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
Isolasi Pati dari Kentang
1 Kupas sebutir kentang yang cukup besar, Diperoleh filtrate berwarna
timbang beratnya. Parut sampai halus kuning dan residu berwarna
kemudian campurkan dengan 500 mL air kuning.
dalam gelas kimia besar. Aduk dengan kuat
kemudian saring dengan kain.
2 Biarkan suspensi ini mengendap lalu Diperoleh endapan berwarna
dekantasi. Cuci endapan yang terbentuk putih.
dengan air sebanyak dua kali, kemudian
dekantasi. Pindahkan pati yang berhasil
diisolasi ke dalam kaca arloji.
3 Keringkan dalam oven dan timbang pati Diperoleh pati yang kering
yang telah kering. Hitung rendemennya sebanyak 6,54 gram dan
terhadap berat mula-mula kentang, kemudian %randemen sebesar 4,17%.
periksa sifat kimianya.
Uji Sifat-Sifat pada Pati
Uji Iodium
4 Ke dalam 1 mL larutan koloid pati Larutan koloid pati berwarna
tambahkan 9 mL air dan aduk. putih keruh
5 Ke dalam larutan tersebut tambahkan 10 mL Diperoleh larutan berwarna biru
air yang mengandung 2 tetes larutan iodium tua.
(10 gram kristal iodium dalam 20 gram KI
dalam 80 mL air). Larutan ini setara dengan
0,33 ppm pati.
6 Encerkan larutan tersebut sepuluh kali. Terbentuk larutan berwarna biru
Amati warnanya. muda.
Uji Molisch (α-naftol)
7 Ke dalam larutan koloid pati tambahkan 2 Terbentuk cincin ungu antara
tetes larutan -naftol (15 % -naftol dalam larutan koloid dan asam sulfat.
alkohol 95 %).
8 Teteskan asam sulfat pekat secara perlahan
lahan melalui didinding tabung. Tabung
dimiringkan, jangan tercampur. Amati warna
pada bidang batas campuran.
Uji Fehling atau Benedict untuk Gula Reduksi
9 Ke dalam 3 mL larutan koloid pati Larutan berwarna biru.
tambahkan campuran larutan Fehling A dan
B (1 : 1) sebanyak 5 mL atau 5 mL larutan
Benedict.
10 Panaskan campuran reaksi dalam penangas
air selama 30 menit. Amati perubahan yang
terjadi.
Hidrolisis dengan Asam
11 Masukkan 4-5 tetes HCl pekat ke dalam 50 Pada uji fehling terbentuk
mL larutan koloid pati. endapan merah bata dan larutan
12 Panaskan campuran dalam penangas air berwarna biru.
selama 30 menit. Pada uji iodium terjadi
13 Dinginkan, lalu netralkan dengan larutan perubahan warna menjadi biru
NaOH 10%.
14 Lakukan uji Fehling dan uji iodium. keunguan.
Hidrolisis dengan Enzim
15 Ke dalam larutan koloid pati masukkan 1 - 2 Pada uji iodium terjadi
mL saliva (air ludah) dan campur dengan perubahan warna menjadi
baik. endapan merah bata.
16 Masukkan dalam penangas air dengan suhu Pada uji fehling tidak terjadi
antara 38 – 400C selama 25 menit. perubahan warna.
17 Lakukan uji Fehling dan uji iodium
Uji Osazon
18 Ke dalam 5 mL larutan koloid pati dan 5 mL Terbentuk Kristal berwarna
larutan koloid pati yang sudah dihidrolisis kuning.
masukkan 3 mL reagen fenilhidrazin (yang
baru dibuat) dan asam asetat glasial 1 mL.
19 Aduk dan panaskan dalam penangas air.
Amati warna dan bentuk kristal yang terjadi
di bawah mikroskop.
Bentuk Kristal
20 Sedikit pati kering hasil isolasi ditaruh dalam Kristal pati hasil isolasi
kaca arloji, kemudian campur dengan sedikit berbentuk butiran bulat-bulat.
air. Teteskan dalam kaca objek. Kristal osazon berbentuk bulat
21 Amati dan gambar bentuk kristalnya. agak meruncing.
22 Bandingkan bentuk kristalnya dengan hasil
percobaan osazon di atas, bandingkan pula
dengan literatur.

E. Analisis Data
Massa kentang yang digunakan yaitu 156,5 gram.
massa kristal pati yang diperoleh
%randemen = x 100 %
massa kentang
6 ,54 gram
= x 100 %=4 , 17 %
156 ,5 gram
F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk 1) Mengisolasi pati yang terkandung di dalam
kentang 2) Mengidentifikasi sifat pati melalui uji iodium, uji Molisch, uji Fehling,
hidrolisis asam, hidrolisis enzim, dan uji osazon, serta menghitung randemen kadar pati
dalam kentang. Untuk mengisolasi pati dari kentang, ukuran kentang harus diperkencil
terlebih dahulu. Langkah yang dapat dilakukan mengupas sebutir kentang, kemudian
ditimbang. Parut sampai halus kemudian campurkan dengan 500 mL air dalam gelas
kimia besar. Aduk dengan kuat kemudian saring dengan kain. Ukuran kentang diperkecil
bertujuan untuk memperbesar probabilitas larutnya zat pati dalam air dan memperkecil
kemungkinan teroklusinya zat pati dalam kentang. Pada saat penyaringan menggunakan
kain karena kain tidak gampang robek, jika dibandingkan dengan kertas saring. Kain juga
memiliki ukuran pori yang lebih besar dari kertas saring sehingga jika menggunkan
kertas saring yang memiliki ukuran pori lebih kecil, maka pati akan ikut tersaring. Dari
hasil pengamatan, diperoleh filtrate berupa larutan berwarna kuning dan residu berwarna
kuning. Campuran yang terbentuk didiamkan agar mengendap lalu dekantasi. Cuci
endapan yang terbentuk dengan air sebanyak dua kali, kemudian dekantasi. Pindahkan
pati yang berhasil diisolasi ke dalam kaca arloji. Dari langkah tersebut diperoleh endapan
berwarna putih. Endapan yang diperoleh dikeringkan dalam oven, kemudian ditimbang
dan diperoleh massa pati sebesar 6,54 gram. Adapun randemen yang diperoleh yaitu
sebesar 4,17%.
Pati yang diperoleh kemudian diidentifikasi sifat kimia yang terkandung dengan
beberapa uji yaitu uji iodium, uji Molisch, uji benedict atau fehling, uji osazon, hidrolisis
dalam asam, hidrolisis dalam enzim, dan bentuk kristalnya. Sebelum diuji, pati yang
diperoleh dilarutkan dalam akuades panas dan didihkan hingga terbentuk koloid pati yang
kental dan berwarna putih keruh. Pati atau amilum terdiri dari dua bagian yaitu amilosa
dan amilopektin. Amilosa merupakan bagian yang tidak larut dalam air dingin, namun
larut dalam air panas (60-800C). Sedangkan, amilopektin adalah bagian yang tidak larut
dalam air dingin, namun ketika suspense pati dalam air dipanaskan, akan terbentuk suatu
larutan koloid yang kental. Koloid yang terbentuk kemudian dilakukan uji identifikasi
lebih lanjut.
1. Uji Iodium
Uji iodium merupakan uji identifikasi terhadap karbohidrat khususnya golongan
polisakarida. Pada uji iodium langkah pertama yang dilakukan yaitu menambahkan
larutan iodium ke dalam larutan koloid pati. Terjadi perubahan warna pada larutan
koloid pati yang awalnya berwarna putih menjadi biru tua. Perubahan warna yang
terjadi mengindikasikan bahwa dalam pati mengandung karbohidrat golongan
polisakarida. Pada uji ini, amilum pati akan bereaksi membentuk senyawa kompleks
adsorpsi yang berwarna spesifik yakni khusus pati berwarna biru. Di dalam pati,
terdapat unit-unit glukosa (monosakarida) yang membentuk rantai heliks karena
adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan
zat pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke
dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut.
Larutan yang terbentuk kemudian diencerkan sepuluh kali sehingga larutan memudar
menjadi berwarna biru muda. Pengenceran ini menyebabkan iodium yang terikat di
dalam struktur helix terlepas yang menyebabkan warna larutan memudar.
2. Uji Molisch (α-naftol)
Uji Molisch merupakan uji yang dilakukan untuk medeteksi keberadaan senyawa
karbohidrat, baik golongan monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Uji ini
menggunakan reagen α-naftol dan asam sulfat. Adapun langkah pertama yang
dilakukan yaitu menambahkan 2 tetes reagen α-naftol, kemudian teteskan asam sulfat
pekat secara perlahan lahan melalui dinding tabung. Pada uji ini terbentuk cincin
ungu saat penambahan asam sulfat yang mengiindikasikan adanya karbohidral
polisakarida. Cincin ungu yang terbentuk merupakan batas antara larutan koloid
berwarna hijau pada bagian bawah dan larutan asam sulfat berwarna keruh pada
bagian atas. Adapun persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Penambahan asam sulfat tidak boleh dilakukan lebih dahulu dengan larutan α-naftol
karena asam sulfat meruoajan agen dehidrasi. Agen dehidrasi adalah agen atau bahan
yang dapat menyerap kandungan air (atom H dan O) dalam suatu bahan yang
mengandung karbohidrat, sehingga penambahan asam sulfat pekat berlebih akan
menyebabkan karbohidrat terdehidrasi (kehilangan air atau kehilangan unsure H dan
O). Jika karbohidrat terdehidrasi, maka satu-satunya unsur yang tersisa adalah unsure
karbon. Apabila yang tersisa hanyalah unsur karbon, maka warna yang terbentuk
adalah hitam. Selain itu, penambahan asam sulfat dilakukan setelah penambahan
reagen α-naftol bertujuan untuk menghindari penambahan asam sulfat secara
berlebihan. Hal tersebut dapat dikontrol dengan penambahan larutan α-naftol terlebih
dahulu. Yang mana, larutan α-naftol berfungsi sebagai indicator. Setelah ditambahkan
larutan α-naftol ke dalam koloid pati, maka penambahan asam sulfat pekat dalam
jumlah/konsentrasi yang tepat akan mengakibatkan terbentuknya cincin berwarna
ungu yang menandai bahwa dalam karbohidrat sampel mengandung polisakarida
yaitu amilum atau pati.
3. Uji Fehling atau Benedict
Uji fehling/benedict merupakan uji yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan
gula pereduksi. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah
bata. Langkah pertama yang dilakukan yaitu ke dalam 3 mL larutan koloid pati
tambahkan campuran larutan Fehling A dan B (1 : 1) sebanyak 5 mL atau 5 mL
larutan Benedict. Panaskan campuran reaksi dalam penangas air selama 30 menit.
Pada uji ini mengindikasikan hasil negative karena terbentuknya larutan dan endapan
yang berwarna biru. Hal ini dikarenakan pati merupakan karbohidrat golongan
polisakarida dimana gugus aldehidnya tidak dapat bermutarotasi menjadi rantai
terbuka sehingga tidak dapat mereduksi reagen fehling atau reagen benedict. Adapun
persamaan reaksinya sebagai berikut.
Amilum + Cu2+[tartarat] + OH- ↛
Amilum + Cu2+[sitrat] + OH- ↛
4. Hidrolisis dengan Asam
Hidrolisis amilum adalah pengujian untuk mengetahui bahwa amilum dapat terurai
menjadi glukosa (monosakarida penyusunnya). Pada hidrolisis asam, asam yang
digunakan yaitu HCl. Adapun langkah pada uji ini yaitu memasukan 4-5 tetes HCl ke
dalam larutan pati yang kemudian dipanaskan selama 30 menit. Panambahan asam
dan dengan bantuan penamasan berfungsi untuk mempercepat proses hidrolisis pati.
Setelah dipanaskan, larutan dinetralkan dengan menggunakan NaOH. Panambahan
NaOH bertujuan untuk menetralkan kelebihan asam dalam larutan. Penetralan
dilakukan agar kelebihan asam dalam larutan berubah menjadi garam akibat bereaksi
dengan basa yang menyebabkan tidak ada lagi asam yang tersisa sehingga untuk uji
selanjutnya dapat dilangsungkan dan tidak mengganggu proses selanjutnya. Setelah
itu dilakukan uji dengan iodium dan fehling/benedict. Uji tersebut dilakukan untuk
mengetahui apakah hidrolisis yang terjadi sempurna atau sebagian. Adapun hasil
pengamatan yang diperoleh yaitu pada uji benedict terbentuknya endapan merah bata
dan larutan berwarna biru. Hal ini mengindikasikan bahwa pati sudah terhidrolisis
yang menunjukkan hasil positif terhadap uji fehling. Sedangkan pada uji iodium
diperoleh larutan berwarna biru keunguan yang mengidikasikan pati belum
terhidrolisis sempurna karena berdasarkan uji ternyata masih terdapat beberapa pati
yang belum terhidrolisis atau pati yang sudah terhidrolisis sebagian.
5. Hidrolisis dengan Enzim
Hidrolisis pati dilakukan dengan bantuan enzim amilasi yang berasal dari saliva atau
air ludah. Adapun langkah yang dilakukan yaitu ke dalam larutan koloid pati
masukkan 1 - 2 mL saliva (air ludah) dan campur dengan baik. Kemudian dipanaskan
dalam penangas air dengan suhu antara 38 – 40 0C selama 25 menit. Setelah
dipanaskan dilakukan uji Fehling/benedict dan uji iodium. Penambahawan saliva
bertujuan untuk menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida karena dalam
saliva terdapat enzim amilase yang dapat digunakan untuk proses pembuatan glukosa.
Pemanasan bertujuan untuk mengkondisikan enzim amilase kembali pada suhu tubuh
normal yaitu 38-400C. Selain itu, pemanasan juga bertujuan agar enzim amilase tidak
terdenaturasi akibat suhu terlalu tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan, uji benedict
memberikan hasil positif yang ditandai dengan perubahan warna menjadi endapan
merah bata, sedangkan uji iodium memberikan hasil negatif yang ditandai dengan
tidak terjadi perubahan warna. Hal ini menunjukkan bahwa hidrolisis pati dengan
bantuan enzim menyebabkan semua pati terhidrolisis menjadi monosakarida yaitu
glukosa. Adapun persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.

6. Uji Osazon
Uji osazon dilakukan pada pati hasil isolasi dan hasil hidrolisis. Uji ini menggunakan
pereaksi fenilhidrazin dan asam asetat glasial. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan yaitu ke dalam 5 mL larutan koloid pati dan 5 mL larutan koloid pati yang
sudah dihidrolisis masukkan 3 mL reagen fenilhidrazin (yang baru dibuat) dan asam
asetat glasial 1 mL. Aduk dan panaskan dalam penangas air. Amati warna dan bentuk
kristal yang terjadi di bawah mikroskop. Pemanasan dan pengadukan bertujuan untuk
membuat larutan menjadi homogeny. Pada uji ini, fenilhidrazin bereaksi dengan
monosakarida dan beberapa disakarida membentuk hidrazon dan osazon berupa
Kristal berwarna kuning. Dari hasil pengamatan, diperoleh larutan dengan lapisan
atas berwarna putih keruh dan lapisan bawah berupa larutan berwarna orange. Setelah
dilakukan pengadukan dan pemanasan akan terbentuk Kristal osazon. Adapun
persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
7. Bentuk Kristal
Untuk mengamati bentuk Kristal dapat dilakukan dengan mencampur pati kering
dengan sedikit ait. Kemudian diteteskan dalam kaca objek. Dari hasil pengamatan,
diperoleh Kristal berupa bulatan. kristal hasil isolasi pati dengan Kristal osazon
memiliki perbedaan. Kristal pati hasil isolasi memiliki bentuk kristal butiran bulat-
bulat sedangkan kristal osazon berbentuk meruncing-meruncing. Perbedaan bentuk
kristal ini disebabkan karena masing-masing karbohidrat memiliki rantai karbon yang
berbeda-beda sehingga setiap karbohidrat memiliki bentuk yang spesifik
G. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, adapun kesimpulan yang diperoleh
sebagai berikut.
1. Diperoleh massa pati sebesar 6,54 gram dan randemen sebesar 4,17%.
2. Untuk mengidentifikasi zat pati dapat menggunakan uji iodium, uji Fehling, Uji
Benedict, Uji Molisch, hidrolisis dengan asam dan enzim, Uji Osazon, dan bentuk
kristal.
H. Daftar Pustaka
I Wayan Suja dan I Wayan Muderawan. 2003. Kimia Organik Lanjut. Singaraja: IKIP N
Singaraja
Suja, I Wayan dan I Wayan Muderawan. 2020. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik.
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
PERTANYAAN
Isolasi Pati dari Kentang

1. Jelaskan, mengapa air dapat dipakai untuk mengisolasi pati dari kentang dan bahan pangan
lainnya!
2. Apakah dapat dipergunakan kertas saring sebagai pengganti kain (kasa) pada prosedur kerja
isolasi pati yang Anda lakukan? Jelaskan!
Jawaban.
Tidak. Kertas saring tidak dapat digunakan sebagai pengganti kain karena saat memeras,
kertas saring akan mudah robek, sedangkan kain tidak. Ukuran pori dari kertas saring lebih
kecil daripada kain sehingga pati akan ikut tersaring.
3. Apakah ada sisa pati pada ampas kentang tersebut?
4. Bagimanakah Anda menghitungan rendemen pati pada kentang tersebut?
Jawaban:
Menghitung randemen pati pada kentang dapat menggunakan rumus berikut.
massa kristal pati yang diperoleh
%randemen = x 100 %
massa kentang

Uji Iodium

5. Mengapa pati dapat berupa koloid dalam air panas?


6. Mengapa uji iodium dilakukan dengan pereaksi I2 dalam larutan KI, tidak dengan I2 dalam
air?
7. Bagaimanakah warna koloid pati setelah ditetesi larutan iodium? Jelaskan, mengapa
demikian!
Jawaban:
Pati setelah ditetesi iodium akan berwarna biru tua. Hal ini disebabkan karena iodium akan
bereaksi dengan amilum pati membentuk senyawa kompleks adsorpsi berwarna biru tua. Di
dalam pati, terdapat unitunit glukosa (monosakarida) yang membentuk rantai heliks
karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini
menyebabkan zat pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat
masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks
tersebut.

Uji Molisch

8. Apakah yang terjadi jika penambahan larutan asam sulfat dilakukan sebelum penambahan
larutan -naftol? Jelaskan!
Jawaban:
Apabila asam sulfat lebih dulu ditetesi maka karbohidrat akan mengalami dehidrasi
(kehilangan unsur H dan O) sehingga terbentuk warna hitam.
9. Apakah fungsi penambahan asam sulfat, apakah bisa diganti dengan asam-asam kuat
lainnya?
Jawaban:
Penambahan asam sulfat bertujuan untuk membentuk cincin berwarna ungu yang menandai
bahwa dalam karbohidrat sampel mengandung polisakarida. Asam sulfat
10. Apakah yang teramati jika uji Molisch menunjukkan hasil positif?
Jawaban:
Terbentuk cincin berwarna ungu
11. Apakah simpulan Anda, jika uji tersebut menunjukkan hasil positif?

12. Tuliskan reaksi yang terjadi!


Jawaban:
Uji Fehling atau Benedict

13. Apakah perbedaan pereaksi Fehling dengan pereaksi Benedict?


Jawaban:
Pereaksi Fehling digunakan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Sedangkan pereaksi
benedict digunakan untuk mengetahui adanya gula pereduksi.
14. Apakah bisa koloid pati ditambahkan larutan Fehling A dan B secara terpisah, tanpa
dicampur sebelumnya?
15. Apakah yang teramati jika uji Fehling/Benedict menunjukkan hasil positif?
Jawaban:
Uji menunjukan positif apabila terbentuk endapan berwarna merah bata.
16. Apa simpulan Anda jika reaksi tersebut menunjukkan hasil positif, atau sebaliknya negatif?
17. Tulis reaksi yang terjadi, jika uji tersebut menunjukkan hasil positif.
Jawaban:
Uji Fehling

Uji Benedict

18. Apakah uji ini dapat dipakai untuk menentukan kadar gula pereduksi dalam kentang secara
kuantitatif? Jelaskan!
Tidak

Hidrolisis dengan Asam

19. Apakah fungsi penambahan larutan asam klorida?


Jawaban:
Menghidrolisis pati menjadi monosakarida penyusunnya.
20. Apakah fungsi pemanasan?
Jawaban:
Untuk mempercepat proses hidrolisis pati dengan asam klorida.
21. Mengapa mesti dinetralkan terlebih dulu dengan larutan NaOH sebelum dilakukan uji
Fehling dan iodium?
Jawaban:
Penetralan ini bertujuan agar kelebihan asam berubah menjadi garam akibat bereaksi dengan
basa yang menyebabkan tidak ada lagi asam yang tersisa sehingga untuk uji selanjutnya
dapat dilangsungkan dan tidak mengganggu proses selanjutnya.
22. Bagaimanakah simpulan Anda, jika: a) uji Fehling positif, tetapi uji iodium negatif; b) uji
Fehling negatif, tetapi uji iodium positif; c) uji Fehling dan uji iodium keduanya positif.

Hidrolisis dengan Enzim

23. Apakah fungsi penambahan saliva?


Jawaban:
Menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida penyusunnya.
24. Bisakah dipanaskan sampai pengangas airnya mendidih?
25. Ramalkan hasil uji Fehling dan uji iodium yang akan Anda lakukan?
Jawaban:
Pada uji fehling akan terbentuk endapan berwarna merah bata dan pada uji iodium akan
terbentuk warna biru tua.

Uji Osazon

26. Bagaimanakah persamaan reaksi pembentukan osazon?


Jawaban:
27. Apakah fungsi penambahan asam asetat glasial? Apakah bisa diganti dengan asam asetat
biasa?
28. Apakah glukosa, fruktosa, dan galaktosa, bisa dibedakan berdasarkan bentuk kristal
osazonnya? Jelaskan!
Jawaban:
Tidak. Glukosa, fruktosa dan galaktosa akan membentuk struktur osazon yang sama karena
posisi gugus –OH dan atom H pada atom karbon nomor 3, 4, dan 5 sama.

Bentuk Kristal

29. Jelaskan, mengapa perlu ditambahkan air pada uji bentuk kristal di atas?
30. Apakah polisakarida dan monosakarida dapat dibedakan berdasarkan bentuk kristalnya?

Anda mungkin juga menyukai