A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menguraikan karbohidrat kompleks dari biomassa menjadi gula sederhana
melalui reaksi aksi hidrolisis dengan enzim.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi hrdrolisis enzimatis.
B. DASAR TEORI
1. Karbohidrat dan Pati
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan
sumber energi utama bagi manusia dan hewan. Semua karbohidrat berasal
dari tumbuh-tumbuhan. Melalui fotosintesis, klorofil tanaman dengan
bantuan sinar matahari mampu membentuk karbohidrat dari karbondioksida
(CO2) berasal dari udara dan air (H2O) dari tanah. Karbohidrat yang
dihasilkan adalah klarbohidrat sederhana glukosa. Di samping itu dihasilkan
oksigen (O2) yang lepas di udara. Produk yang dihasilkan terutama dalam
bentuk gula sederhana yang mudah larut dalam air dan mudah diangkut ke
seluruh sel-sel guna penyediaan energi. Sebagian dari gula sederhana ini
kemudian mengalami polimerisasi dan membentuk polisakarida. Ada dua
jenis polisakarida tumbuh-tumbuhan, yaitu pati dan nonpati. Polisakarida
non pati merupakan sumber utama serat makanan
Karbohidrat terbagi beberapa bagian menurut panjang rantai
karbonnya. Monosakarida, disakarida dan polisakarida. Contoh dari
monosakarida adalah sukrosa. Sukrosa merupakan produksi akhir asimilasi
karbon (C) pada proses fotosintesis yang terjadi di daun dan bentuk
karbohidrat yang mudah ditransportasikan ke jaringan simpan atau sink
tissues (Yohanis, 2010).
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, dan terdiri
atas amilosa dan amilopektin. Pati dapat diperoleh dari biji-bijian, umbi-
umbian, sayuran, maupun buah-buahan. Sumber alami pati antara lain
adalah jagung, labu, kentang, ubi jalar, pisang, barley, gandul, beras, sagu,
amaranth, ubi kayu, ganyong, dan sorgum (Herawati, 2010).
Pati adalah polimer glukosa dengan rumus molekul (C6H10O5)n.
Pembentukan polimer pati diawali dengan terbentuknya ikatan glukosida
yaitu ikatan antara molekul glukosa melalui oksigen pada atom karbon
pertama. Pati dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu amilosa dan
amilopektin. Amilosa merupakan polimer rantai lurus yang terdiri dari
ribuan glukosa dengan ikatan α 1,4 glukosida. Jenis kedua yaitu amilopektin
yang mengandung percabangan rantai akibat adanya ikatan α 1,6 glukosida
di beberapa bagiannya. Struktur amilosa dan amilopektin sebagai berikut :
(a)
(b)
a b c
d e f
g h i
j k l
m n o
p q
Keterangan Gambar:
a. Ball filler
b. Corong kaca
c. Indikator universal
d. Gelas arloji
e. Erlemeyer 100 mL
f. Beaker Glass 250 mL
g. Labu takar 100 mL
h. Pipet ukur 10 mL
i. Spatula
j. Hot plate
k. Buret
l. Pengaduk kaca
m. Timbangan analitik
n. Shaker
o. Gunting penjepit
p. Erlemeyer 250 mL
q. Pipet ukur 5 mL
2. Bahan Praktikum
a. Aquades
b. Amilum 5 gram
c. Urea 0,5 gram
d. Jamur aspergulus niger 4 spatula
e. Fehling A 3mL
f. Fehling B 3mL
g. Gula pereduksi
h. Larutan hidrolisat
D. SKEMA KERJA
1. Pembuatan Larutan Hidrolisat
Campuran
Hidrolisat
dipanaskan
titrasi
Hidrolisis 20 ml
dipanaskan
Campuran
titrasi
1. Konsentrasi fehling
Diketahui :
V1 = 0,7 ml
V2 = 0,9 ml
V3 = 1,2 ml
Vrata-rata = 0,93 ml
Vfehling total = 11 ml
M1 = 0,05 M
Ditanya = M2
Dijawab =
V1.M1= V2.M2
0,93 ml. 0,05 M = 11 ml. M2
0,0465 ml.M = 11 ml. M2
M2 = 0,065 ml.M/ 11 ml
M2 = 0,004227 M
2. Konsentrasi Kadar Gula Reduksi
V1 = 15 ml
V2 = 23 ml
V3 = 27 ml
Vrata-rata = 21,67 ml
Vfehling = 11 ml
M1 = 0,004227 M
Ditanya = M2
Dijawab =
V1.M1= V2.M2
11 ml. 0,004227 M = 21,67 ml. M2
0,0473 ml.M = 21,67 ml. M2
M2 = 0,0473 ml.M/ 21,67 ml
M2 = 0,002182 M
E. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
a. Hidrolisis pati enzimatis dapat dilakukan menggunakan enzim
glukoamilase yang dihasilkan oleh Aspergillus niger untuk memecah
glukosida menjadi glukosa
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi reaksi hidrolisis enzimatis adalah
jenis pati, kandungan amilosa dan amilopektin, kondisi lingkungan
enzim meliputi suhu, pH, dan konsentrasi substrat maupun enzim, serta
perlakuan pendahuluan enzim sebelum hidrolisis
2. Saran
a. Saat mengambil Aspergillus niger diharuskan memakai masker untuk
perlindungan pernapasan
b. Melakukan titrasi dengan teliti dan pastikan kran dalam posisi menutup
saat mengisi larutan ke buret
c. Pemanasan fehling diharuskan dalam keadaan tertutup dikarenakan
sifatnya yang mudah rusak dan menguap
F. PEMBAHASAN
Pembuatan Hidrolisat
Dalam praktikum kali ini pembuatan hidrolisat dilakukan dengan
mencampurkan aquades ditambah dengan amilum sebanyak 5% dari aquades.
Tujuan digunakannya amilum karena ailum itu sendiri merupakan karbohidrat
kompleks yang dihasilkan dari tumbuhan dimana didalamnya terkandung kelebihan
glukosa (Yohanis, 2010). Penambahan amilum dilakukan pada saat aquades
dipanaskan, hal ini dilakukan agar amilum terurai menjadi molekul yang lebih
sederhana (glukosa) (Dani, Risti, 2010). Setelah dipanaskan larutan berwarna
bening dan didinginkan pada suhu ruang, kemudian larutan ditambahkan urea.
Tujuan penggunaan urea untuk membantu mempercepat hidrolisis amilum (Taufik,
B.P. 2011).
Langkah selanjutnya yaitu larutan ditambah dengan jamur Aspergilus Niger,
Tujuan digunakanya jamur ini karena sebagai katalis untuk memberikan hasil
hidrolisis yang lebih selektif dari pada jamur yang lain (Purkan, dkk 2015). Larutan
yang sudah ditambah jamur kemudian didiamkan selama satu minggu untuk
difermentasikan. Pengamatan laruatan sapel pada hari ke-1 menunjukkan warna
putih kental yang belum banyak terjadi perubahan. Pada hari ke-3 larutan berwarna
putih namun ada sedikit endapan dan kental.Sementara pada hari ke-7 larutan
berwarna putih keruh dan memiliki tekstur kental. Hal ini menunjukkan bahwa
jamur Aspergilus Niger melakukan proses fermentasi.
Standarisasi Fehling
Standarisasi fehling dilakunan untuk mengetahui konsentrasi yag terdapat
pada lauran ferling tersebut. Standarisasi fehling dilakukan menggunakan larutan
fehling A dan fehlig B yang kemudian ditambahkan aquades lalu dipanaskan
sampai mendidih dan diaduk. Tujuan dilakukan pemanasan untuk mempercepat
reaksi pada larutan (Purkan, 2015). Langkah selanjutnya memasukkan larutan gula
standar lalu dititrasi dengan larutan fehling yang sudah memdidih sampai warna
mengalami perubahan. Tujuan penggunaan gula standar karena memiliki gugus
aldehid yang merupakan pereduktor kuat sehingga dapat mereduksi fehling
(Sudarmadji, 1997).
Proses titrasi dilakukan sebanyak tiga kali dan didapatkan volume titran 0,7;
0,9; dan 1,2 ml. Titrasi dihentikan ketika larutan berubah menjadi bening dan
terbentuk endapan cokelat (Sudarmadji, 1997). Titrasi ini bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi dari larutan fehling dan didapat konsentrasi sebesar
0,004227 M.