Anda di halaman 1dari 8

http://dini9prase.blogspot.co.id/2013/12/pemisahan-pigmen-dalam-tinta.

html

Laporan Praktikum
Pemisahan Kimia
Senin, 23 Desember 2013

Pemisahan Pigmen dalam Tinta


PERCOBAAN III
PEMISAHAN PIGMEN DALAM TINTA
I.

Tujuan Percobaan
Untuk memisahkan dan mengidentifikasi zat warna dalam tinta secara kromatografi
dengan kapur tulis.

II. Tinjauan Pustaka


Istilah kromatografi berasal dari kata latin chroma berarti warna dan graphienberarti
menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswestt (1903) seorang ahli
botani Rusia. Michael Tswestt dalam percobaannya berhasil memisahkan klorofil dan
pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium
karbonat (CaCO3). Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai
hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan. Dari pita-pita berwarna
tersebut muncul istilah kromatografi yang berasal dari
kata chroma dan graphein (Alimin, 2009).
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, di mana komponen-komponen
yang dipisahkan didistribusikan di antara dua fasa, salah satu fasa tersebut adalah suatu
lapisan stasioner dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai fluida yang mengalir
lembut di sepanjang landasan stasioner. Fasa stasioner bisa berupa padatan maupun cairan,
sedangkan fasa bergerak bisa berupa cairan maupun gas (Day, R.A., 1999).
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi molekul-molekul
komponen di antara dua fase (fase gerak dan fase diam) yang kepolarannya berbeda. Apabila
molekul-molekul komponen berinteraksi secara lemah dengan fase diam maka komponen
tersebut akan bergerak lebih cepat meninggalkan fase diam. Keberhasilan pemisahan
kromatografi bergantung pada daya interaksi komponen-komponen campuran dengan fase
diam dan fase gerak. Apabila dua atau lebih komponen memiliki daya interaksi dengan fase
diam atau fase gerak yang hampir sama maka komponen-komponen tersebut sulit dipisahkan
(Hendayana, 1994).
Menurut Mulja (1995), berdasarkan asas terjadinya proses pemisahan maka
kromatografi dibedakan menjadi 4, yaitu:
1.
Kromatografi dengan asas adsorpsi
Kromatografi jenis ini menggunakan fasa diam padat dan fasa gerak cair atau gas. Pemisahan
komponen-komponennya akan sangat bergantung pada perbedaan polaritas molekul-molekul
yang akan dipisahkan.
2.
Kromatografi dengan asas partisi
Kromatografi jenis ini memakai fasa diam cair dan fasa gerak cair. Pemisahan komponenkomponen akan sangat tergantung pada perbedaan Kd (Koefisien distribusi) molekul-molekul
yang dipisahkan.
3.
Kromatografi dengan asas filtrasi
Kromatografi jenis ini memakai fasa padat yang mempunyai sifat filtrasi terhadap komponen
yang mempunyai massa molekul relatif (Mr) yang tinggi dan fasa padat tersebut dimiliki oleh
gel atau sejenisnya sedangkan fasa geraknya adalah cairan. Kromatografi dengan dasar
filtrasi ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan bentuk (struktur dan ukuran molekul).
4.
Kromatografi dengan asas suhu kritik

1.

2.

3.

Pada dasarnya merupakan pengembangan dari kromatografi gas, sebagai fasa mobil dipakai
CO2 dalam keadaan superkritik. Secara teori, pemisahan kromatografi yang paling baik akan
diperoleh jika fase diam mempunyai luas permukaan sebesar-besarnya sehingga terjadi
keseimbangan yang baik antara fase gerak dan fase diam. Persyaratan kedua agar pemisahan
baik adalah fase gerak bergerak dengan cepat sehingga difusi yang terjadi sekecil-kecilnya.
Untuk memperoleh permukaan fase diam yang luas, maka penyerap atau fase diam harus
berupa serbuk halus. Sedangkan untuk memaksa fase gerak bergerak cepat melalui fase diam
yang berupa serbuk halus, harus digunakan tekanan tinggi. Persyaratan tersebut menghasilkan
teknik high pressure liquid chromatography, yang selanjutnya lebih dikenal sebagai high
performance liquid chromatography (HPLC) atau kromatografi cair kinerja tinggi.
Menurut Sulistiani (2013), berdasarkan teknik kerja yang digunakan, kromatografi
terbagi atas:
Kromatografi kertas
Kromatografi kertas adalah kromatografi yang menggunakan kertas selulosa murni yang
mempunyai afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lainnya.Kromatografi
kertas digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponenkomponennya.
Prinsip kerja kromatografi kertas
Pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda
dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna.
Cara penggunaan kromatografi kertas
Kertas yang digunakan adalah Kertas Whatman No.1.
Sampel diteteskan pada garis dasar kromatografi kertas.
Kertas digantungkan pada wadah yang berisi pelarut dan terjenuhkan oleh uap pelarut.
Penjenuhan udara dengan uap, menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan
pergerakan pelarut pada kertas.
Kromatografi kolom
Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk
memisahkan komponen-komponen dalam campuran.
Prinsip kerja kromatografi kolom
Didasarkan pada absorbsi komponen2 campuran dengan afinitas berbeda terhadap permukaan
fase diam. Absorben bertindak sebagai fase diam dan fase geraknya adalah cairan yang
mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom. Sampel yang mempunyai afinitas
besar terhadap absorben akan secara selektif tertahan dan afinitasnya paling kecil akan
mengikuti aliran pelarut.
Cara penggunaan kromatografi kolom
Sampel yang dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui atas kolom dan dibiarkan
mengalir ke dalam adsorben (bahan penyerap).Komponen dalam sampel diadsorbsi dari
larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas
kolom. Dengan penambahan pelarut secara terus menerus, masing-masing komponen akan
bergerak turun melalui kolom dan akan terbentuk pita yang setiap zona berisi satu macam
komponen. Setiap zona yang keluar kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum zona
yang lain keluar kolom.
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa
murninya dan mengetahui kuantitasnya yang digunakan.Kromatografi lapis tipis dapat
digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida
dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas.
Prinsip kerja kromatografi lapis tipis
KLT menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng
gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase
gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Pelaksanaan ini biasanya dalam
pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna.

Cara Penggunaan kromatografi lapis tipis


Pada cara penggunaan KLT hampir sama dengan penggunaan Kromatografi kertas, hanya
saja pada KLT fase diamnya menggunakan plat gelas/ logam/ Aluminium foil sedangkan pada
kromatografi kertas menggunakan kertas saring.
4.

Kromatografi gas
Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen- komponennya
dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan serapan (sorben)
yang diam.
Prinsip kerja kromatografi gas
Gas pembawa (biasanya menggunakan helium, argon / nitrogen) dengan tekanan tertentun
dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam. Komponen sampel akan
terabsorbsi oleh fase diam dengan kecepatan berbeda.
Cara penggunaan kromatografi gas
Sampel diinjeksikan ke injektor yang suhunya telah diatur. Setelah sampel menjadi uap, akan
dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom. Sehingga komponen akan terabsorbsi oleh
fase diam sampai terjadi pemisahan.Komponen yang terpisah menuju detektor akan
menghasilkan sinyal listrik yang besarnya proporsional. Sinyal listrik tersebut akan diperkuat
oleh amplifier. Kromatogram akan dicatat oleh rekorder berupa puncak.
Faktor retardasi (Rf) merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen
pada kromatogram dan pada kondisi tetap merupakan besaran karakteristik dan
reproduksibel. Rf didefinisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh komponen
terhadap jarak yang ditempuh pelarut (fase bergerak) (Yasid, 2005).

III. Alat dan Bahan


3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain gelas kimia, kaca arloji, pensil dan
penggaris.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain tinta hitam, tinta merah, tinta
biru, eluen (etanol 95%-air = 1:1) dan kapur tulis.
IV. Prosedur Kerja
Meneteskan satu tetes tinta hitam dengan jarak 1 cm dari ujung bawah pada kapur
tulis, mengusahakan bintik tersebut sekecil mungkin ( 2mm). Mengulangi perlakuan
tersebut dengan menggunakan tinta merah dan tinta biru pada kapur tulis lainnya. Kemudian
meletakkan ketiga kapur tulis tersebut di atas larutan dalam gelas kimia yang berisi campuran
eluen. Bagian kapur yang ada bintiknya harus ada di bawah, namun tidak sampi tercelup
eluen. Setelah itu menutup gelas kimia dengan kaca arloji. Selanjutnya mengeluarkan kapur
tersebut setelah eluen merambat naik sampai hampir di ujung kapur tulis, dan memberi batas
eluen lalu mengeringkannya di udara. Mengamati hasilnya dan menghitung Rf-nya.

V. Hasil dan Pembahasan


5.1 Hasil Pengamatan
No.

Kromatografi Kapur Tulis


Jenis Tinta

Eluen

Analit

Rf

Tinta hitam

6,1 cm

6 cm

0,98

Tinta merah

6,0 cm

3,6 cm

0,52

Tinta biru

6,3 cm

3,3 cm

0,52

5.2 Analisis Data


Diketahui:
Jarak analit:
Tinta hitam = 6 cm
Tinta merah = 3,1 cm
Tinta biru
= 3,3 cm
Jarak eluen:
Tinta hitam = 6,1 cm
Tinta merah = 6,0 cm
Tinta biru
= 6,3 cm
Ditanya: Rf tinta hitam, tinta merah dan tinta biru = ....?
Penyelesaian:
Rf (Retordation Factor/Rate of Flow)

= 0,98

= 0, 52

= 0,52
5.3 Pembahasan
Kromatografi merupakan pemisahan berdasarkan kecepatan migrasi melalui fase diam
(stationer phase) yang dibawa oleh fase gerak (mobile phase). Kromatografi digunakan untuk
memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Kromatografi
mempunyai dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Apabila fase diamnya zat padat disebut
kromatografi serapan, dan jika fase diamnya zat cair disebut kromatografi partisi.
Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan dan mengidentifikasi pigmen dalam tinta
dengan menggunakan metode kromatografi kapur tulis. Ada 3 macam tinta yang digunkan,
yaitu tinta hitam, tinta merah dan tinta biru.
Percobaan ini menggunakan metode kromatografi serapan (absorbsi), di mana kapur
tulis bertindak sebagai fase diam dan eluen (etanol 95%-air = 1:1). Sebagai fae geraknya,
dengantinta ebagai analit. Prinsip kerjanya didasarkan pada absorbsi komponen-komponen
campuran dengan afinitas berbeda terhadap permukaan fase diam. Absorben bertindak
sebagai fase diam dan fase geraknya adalah cairan yang mengalir membawa komponen
campuran sepanjang absorben. Sampel yang mempunyai afinitas besar terhadap absorben
akan secara selektif tertahan dan afinitasnya paling kecil akan mengikuti aliran pelarut
(Sulistiani, 2013). Afinitas merupakan kecenderungan suatu unsur atau senyawa untuk
membentuk ikatan kimia dengan unsur atau senyawa lain.
Langkah awal yang dilakukan pada percobaan ini yaitu mengukur jarak 1 cm pada tiap
ujung kapur. Digunakan 3 buah kapur pada percobaan ini, sesuai banyaknya jenis tinta yang
akan digunakan. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui jarak eluen pada masing-masing
kapur, yaitu jarak antara kedua garis pada ujung kapur yang telah diukur tadi. Setelah itu
meneteskan masing-masing tinta pada kapur tulis, yaitu pada bagian garis yang telah dibuat
tadi. Titik yang dibuat harus sekecil mungkin ( 2 mm), agar pada saat perambatan, analit
yang terbawa oleh eluen tidak berhamburan sehingga pengukuran jarak analit lebih mudah
dilakukan (Kasman, 2010). Kemudian ketiga kapur yang telah ditetesi tinta yang berbeda
tersebut dimasukkan dalam ebuah gelas kimia berisi eluen. Kapur dimasukkan dari bagian
ujung bawahnya, namun tinta tidak boleh tercelup ke dalam eluen karena jika tercelup tinta
akan langsung larut. Setelah itu didiamkan hingga eluen merambat sampai hampir di ujung
kapur. Pada saat melakukan pendiaman, gelas kimia ditutup, dengan tujuan untuk
menjenuhkan atmosfer dalam gelas kimia oleh uap pelarut/eluen. Penjenuhan udara dalam
gelas kimia menghentikan penguapan pelarut, dikarenakan eluen yang digunakan merupakan
campuran senyawa organik yang mudah menguap (Kasman, 2010). Pada metode
kromatografi, terdapat 2 buah gaya merambat, yaiut gaya gravitasi dan gaya kapiler.
Perlakuan ini melibatkan gaya merambat kapiler, yaitu gaya merambat ke atas yang terjadi
pada eluen dengan membawa molekul analit. Kemudian kapur dikeluarkan dari gelas kimia
dan dikeringkan, agar batas perambatan tinta lebih mudah diamati. Sealanjutnya jarak analit
(jarak perambatan tinta) diukur lalu dihitung Rf-nya dengan rumus:

Nilai Rf digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan
derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor
retensi.
Dari hasil perhitungan maka diperoleh nilai Rf untuk tinta hitam dengan jarak analit 6
cm dan jarak eluen 6,1 cm yaitu 0,98, tinta merah dengan jarak analit 3,1 cm dan 6,0 cm yaitu
0,52, sedangkan untuk tinta biru dengan jarak analit 3,3 cm dan jarak eluen 6,3 cm yaitu 0,52.
Hasil tersebut menunjukkan panjang ukuran noda (analit) berbanding lurus dengan nilai
Rf. Dengan kata lain, semakin panjang ukuran noda analit maka semakin besar pula nilai Rf
yang diperoleh. Nilai Rf yang sama menunjukkan karakteristik yang sama antara kedua
analit. Menurut Day, R.A (1999), faktor yang mempengaruhi daya serap absorben yaitu sifat
komponen, sifat absorben dan temperatur. Jika semua faktor lainnya sama, semakin polar
suatu komponen/senyawa maka semakin kuat senyawa tersebut akan diabsorbsi; jika faktorfaktor lain sama, berat molekul yang besar menyebabkan absorbsi; semakin polar zat pelarut,
semakin besar kecenderungannya untuk menguji tempat-tempat pada permukaan yang
diperebutkan dengan zat terlarut, dan oleh sebab itu zat terlarut akan kurang diabsorbsi.
Absorben-absorben yang paling lazim adalah zat padat yang secara kasar dapat
dikarakterisasi sebagai polar. Absorben-absorben seperti itu memperlihatkan afinitas yang
tinggi terhadap zat terlarut polar, terutama jika polaritas dari zat terlarut tersebut rendah.
Selain itu juga dapat dipengaruhi afinitas analit, di mana analit dengan afinitas besar akan
lebih banyak tertahan sehingga nilai Rf kecil. Untuk temperatur, daya serap meningkat
seiring dengan menurunnya temperatur.
Menurut Clark (2012), nilai Rf untuk tinta dengan eluen etanol yaitu 0,5-0,8. Hasil
yang diperoleh pada tinta merah dan biru sudah sesuai, namun nilai Rf pada tinta hitam tidak
sesuai, kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas.
Selain kromatografi dengan kapur tulis, juga terdapat metode kromatografi lainnya,
yaitu kromatografi kertas. Menurut Khlepone (2012), kromatografi kertas adalah salah satu
pengembangan kromatografi partisi (kromatografi cair-cair) yang menggunakan kertas
sebagai padatan pendukung fase diam. Dalam kromatografi kertas fase diam didukung oleh
suatu zat padat berupa bubuk selulosa. Fase diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang
terabsorbsi dalam selulosa kertas, sedangkan fase garak berupa campuran pelarut yang akan
mendorong senyawa untuk bergerak di sepanjang kolom kapiler. Menurut Hendayana (1994),
dibandingkan dengan kromatografi dengan kapur tulis, metode kromatografi kertas memiliki
kelebihan. Selain karena metodenya sederhana dan lebih mudah dilakukan, penerapan
kromatografi kertas sangat luas, mengingat banyak sekali senyawa polar yang dapat
dipisahkan dengan teknik ini, dan faktor kapasitas dan selektivitasnya dapat diatur dengan
memanipulasi komposisi fase gerak dalam air.

VI. Kesimpulan

1.
2.

3.
4.
5.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:


Kromatografi adalah proses pemisahan berdasarkan kecepatan migrasi melalui fase diam
yang dibawa oleh fase gerak.
Kromatografi dengan kapur tulis merupakan kromatografi serapan dengan fase diam zat
padat dan fase geraknya zat cair, dalam percobaan ini fase diamnya kapur tulis dengan fase
gerak eluen (etanol 95%-air = 1:1).
Rf atau faktor retardasi/faktor retensi adalah perbandingan antara jarak yang ditempuh analit
dengan jarak yang ditempuh eluen.
Nilai Rf yang diperoleh untuk tinta hitam, merah dan biru berturut-turut adalah 0,98; 0,52;
dan 0,52.
Jika dibandingkan dengan kromatografi kapur tulis, kromatografi kertas memiliki kelebihan,
di antaranya waktu pengerjaannya lebih cepat dan sederhana.

DAFTAR PUSTAKA
Alimin. 2009. Kimia Analitik. UIN Alauddin. Makassar.
Clark, Jim. 2012. Kromatografi Kapur Tulis. http://yvnz.blogspot.com. Diakses pada 14 November
2013. Palu.
Day, R.A dan A.L Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. PT
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Kasman. 2010. Fotometrik. SMAK. Makassar.
Khlepone. 2012. Mengenal Kromatografi. http//bisakimia.com. Diakses pada 14 November 2013.
Palu.
Mulja. 1995. Kimia Analitik. Erlangga. Jakarta.
Sulistiani, eva. 2013. Kromatografi. http://evasulistiani.blogspot.com. Diakses pada 14 November
2013. Palu.
Yasid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. ANDI. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai