Anda di halaman 1dari 8

TUGAS AWAL

KROMATOGRAFI KAPUR TULIS

DISUSUN OLEH :

Megawati T.H. Romu


A 251 14 114
Kelompok III
Kelas B
Asisten
MILDHA YUNISA CHARIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016

A. Dasar Teori
Istilah kromatografi berasal dari kata latin chroma berarti warna dan graphienberarti menulis.
Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswestt (1903) seorang ahli botani Rusia.
Michael Tswestt dalam percobaannya berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain
dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat (CaCO3). Hasilnya berupa
pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam
ekstrak tumbuhan. Dari pita-pita berwarna tersebut muncul istilah kromatografi yang berasal dari
kata chroma dan graphein (Alimin, 2009).
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, di mana komponen-komponen yang
dipisahkan didistribusikan di antara dua fasa, salah satu fasa tersebut adalah suatu lapisan stasioner
dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut di sepanjang landasan
stasioner. Fasa stasioner bisa berupa padatan maupun cairan, sedangkan fasa bergerak bisa berupa
cairan maupun gas (Day, R.A., 1999).
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi molekul-molekul
komponen di antara dua fase (fase gerak dan fase diam) yang kepolarannya berbeda. Apabila molekulmolekul komponen berinteraksi secara lemah dengan fase diam maka komponen tersebut akan
bergerak lebih cepat meninggalkan fase diam. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada
daya interaksi komponen-komponen campuran dengan fase diam dan fase gerak. Apabila dua atau lebih
komponen memiliki daya interaksi dengan fase diam atau fase gerak yang hampir sama maka
komponen-komponen tersebut sulit dipisahkan (Hendayana, 1994).
Menurut Mulja (1995), berdasarkan asas terjadinya proses pemisahan maka kromatografi dibedakan
menjadi 4, yaitu:
1. Kromatografi dengan asas adsorpsi
Kromatografi jenis ini menggunakan fasa diam padat dan fasa gerak cair atau gas. Pemisahan
komponen-komponennya akan sangat bergantung pada perbedaan polaritas molekul-molekul yang akan
dipisahkan.

2. Kromatografi dengan asas partisi


Kromatografi jenis ini memakai fasa diam cair dan fasa gerak cair. Pemisahan komponenkomponen akan sangat tergantung pada perbedaan Kd (Koefisien distribusi) molekul-molekul yang
dipisahkan.
3. Kromatografi dengan asas filtrasi
Kromatografi jenis ini memakai fasa padat yang mempunyai sifat filtrasi terhadap komponen
yang mempunyai massa molekul relatif (Mr) yang tinggi dan fasa padat tersebut dimiliki oleh gel atau
sejenisnya sedangkan fasa geraknya adalah cairan. Kromatografi dengan dasar filtrasi ini sangat
dipengaruhi oleh perbedaan bentuk (struktur dan ukuran molekul).
4. Kromatografi dengan asas suhu kritik
Pada dasarnya merupakan pengembangan dari kromatografi gas, sebagai fasa mobil dipakai
CO2 dalam keadaan superkritik. Secara teori, pemisahan kromatografi yang paling baik akan diperoleh
jika fase diam mempunyai luas permukaan sebesar-besarnya sehingga terjadi keseimbangan yang baik
antara fase gerak dan fase diam. Persyaratan kedua agar pemisahan baik adalah fase gerak bergerak
dengan cepat sehingga difusi yang terjadi sekecil-kecilnya. Untuk memperoleh permukaan fase diam
yang luas, maka penyerap atau fase diam harus berupa serbuk halus. Sedangkan untuk memaksa fase
gerak bergerak cepat melalui fase diam yang berupa serbuk halus, harus digunakan tekanan tinggi.
Persyaratan tersebut menghasilkan teknik high pressure liquid chromatography, yang selanjutnya lebih
dikenal sebagai high performance liquid chromatography (HPLC) atau kromatografi cair kinerja tinggi.
Menurut Sulistiani (2013), berdasarkan teknik kerja yang digunakan, kromatografi terbagi atas:
1. Kromatografi kertas
Kromatografi kertas adalah kromatografi yang menggunakan kertas selulosa murni yang mempunyai
afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lainnya.Kromatografi kertas digunakan untuk memisahkan
campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya.

Prinsip kerja kromatografi kertas


Pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda

dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna.

Cara penggunaan kromatografi kertas


- Kertas yang digunakan adalah Kertas Whatman No.1.
- Sampel diteteskan pada garis dasar kromatografi kertas.
- Kertas digantungkan pada wadah yang berisi pelarut dan terjenuhkan oleh uap pelarut.
- Penjenuhan udara dengan uap, menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan

pergerakan pelarut pada kertas.


2. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk
memisahkan komponen-komponen dalam campuran.

Prinsip kerja kromatografi kolom


Didasarkan pada absorbsi komponen2 campuran dengan afinitas berbeda terhadap permukaan

fase diam. Absorben bertindak sebagai fase diam dan fase geraknya adalah cairan yang mengalir
membawa komponen campuran sepanjang kolom. Sampel yang mempunyai afinitas besar terhadap
absorben akan secara selektif tertahan dan afinitasnya paling kecil akan mengikuti aliran pelarut.

Cara penggunaan kromatografi kolom


Sampel yang dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui atas kolom dan dibiarkan

mengalir ke dalam adsorben (bahan penyerap).Komponen dalam sampel diadsorbsi dari larutan secara
kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom. Dengan penambahan
pelarut secara terus menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui kolom dan akan
terbentuk pita yang setiap zona berisi satu macam komponen. Setiap zona yang keluar kolom dapat
ditampung dengan sempurna sebelum zona yang lain keluar kolom.
3. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa
murninya dan mengetahui kuantitasnya yang digunakan.Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang
sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas.

Prinsip kerja kromatografi lapis tipis

KLT menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng
gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase gerak
merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan
warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna.

Cara Penggunaan kromatografi lapis tipis


Pada cara penggunaan KLT hampir sama dengan penggunaan Kromatografi kertas, hanya saja

pada KLT fase diamnya menggunakan plat gelas/ logam/ Aluminium foil sedangkan pada kromatografi
kertas menggunakan kertas saring.
4. Kromatografi gas
Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen- komponennya
dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang
diam.

Prinsip kerja kromatografi gas


Gas pembawa (biasanya menggunakan helium, argon / nitrogen) dengan tekanan tertentun

dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam. Komponen sampel akan terabsorbsi oleh
fase diam dengan kecepatan berbeda.

Cara penggunaan kromatografi gas


Sampel diinjeksikan ke injektor yang suhunya telah diatur. Setelah sampel menjadi uap, akan

dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom. Sehingga komponen akan terabsorbsi oleh fase diam
sampai terjadi pemisahan.Komponen yang terpisah menuju detektor akan menghasilkan sinyal listrik
yang besarnya proporsional. Sinyal listrik tersebut akan diperkuat oleh amplifier. Kromatogram akan
dicatat oleh rekorder berupa puncak.
Faktor retardasi (Rf) merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi
lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatogram dan
pada kondisi tetap merupakan besaran karakteristik dan reproduksibel. Rf didefinisikan sebagai
perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut (fase bergerak)
(Yasid, 2005).

B. Pembahasan
Kromatografi merupakan pemisahan berdasarkan kecepatan migrasi melalui fase diam
(stationer phase) yang dibawa oleh fase gerak (mobile phase). Kromatografi digunakan untuk
memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Kromatografi mempunyai
dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Apabila fase diamnya zat padat disebut kromatografi serapan,
dan jika fase diamnya zat cair disebut kromatografi partisi.
Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan dan mengidentifikasi pigmen dalam tinta dengan
menggunakan metode kromatografi kapur tulis. Ada 3 macam tinta yang digunkan, yaitu tinta hitam,
tinta merah dan tinta biru.
Percobaan ini menggunakan metode kromatografi serapan (absorbsi), di mana kapur tulis
bertindak sebagai fase diam dan eluen (etanol 95%-air = 1:1). Sebagai fae geraknya, dengantinta ebagai
analit. Prinsip kerjanya didasarkan pada absorbsi komponen-komponen campuran dengan afinitas
berbeda terhadap permukaan fase diam. Absorben bertindak sebagai fase diam dan fase geraknya
adalah cairan yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang absorben. Sampel yang
mempunyai afinitas besar terhadap absorben akan secara selektif tertahan dan afinitasnya paling kecil
akan mengikuti aliran pelarut (Sulistiani, 2013). Afinitas merupakan kecenderungan suatu unsur atau
senyawa untuk membentuk ikatan kimia dengan unsur atau senyawa lain.
Langkah awal yang dilakukan pada percobaan ini yaitu mengukur jarak 1 cm pada tiap ujung
kapur. Digunakan 3 buah kapur pada percobaan ini, sesuai banyaknya jenis tinta yang akan digunakan.
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui jarak eluen pada masing-masing kapur, yaitu jarak antara
kedua garis pada ujung kapur yang telah diukur tadi. Setelah itu meneteskan masing-masing tinta pada
kapur tulis, yaitu pada bagian garis yang telah dibuat tadi. Titik yang dibuat harus sekecil mungkin ( 2
mm), agar pada saat perambatan, analit yang terbawa oleh eluen tidak berhamburan sehingga
pengukuran jarak analit lebih mudah dilakukan (Kasman, 2010). Kemudian ketiga kapur yang telah
ditetesi tinta yang berbeda tersebut dimasukkan dalam ebuah gelas kimia berisi eluen. Kapur
dimasukkan dari bagian ujung bawahnya, namun tinta tidak boleh tercelup ke dalam eluen karena jika
tercelup tinta akan langsung larut. Setelah itu didiamkan hingga eluen merambat sampai hampir di
ujung kapur. Pada saat melakukan pendiaman, gelas kimia ditutup, dengan tujuan untuk menjenuhkan
atmosfer dalam gelas kimia oleh uap pelarut/eluen. Penjenuhan udara dalam gelas kimia menghentikan
penguapan pelarut, dikarenakan eluen yang digunakan merupakan campuran senyawa organik yang
mudah menguap (Kasman, 2010). Pada metode kromatografi, terdapat 2 buah gaya merambat, yaiut

gaya gravitasi dan gaya kapiler. Perlakuan ini melibatkan gaya merambat kapiler, yaitu gaya merambat
ke atas yang terjadi pada eluen dengan membawa molekul analit. Kemudian kapur dikeluarkan dari
gelas kimia dan dikeringkan, agar batas perambatan tinta lebih mudah diamati. Sealanjutnya jarak
analit (jarak perambatan tinta) diukur lalu dihitung Rf-nya.
Nilai Rf digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan
derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi.
Dari hasil perhitungan maka diperoleh nilai Rf untuk tinta hitam dengan jarak analit 6 cm dan
jarak eluen 6,1 cm yaitu 0,98, tinta merah dengan jarak analit 3,1 cm dan 6,0 cm yaitu 0,52, sedangkan
untuk tinta biru dengan jarak analit 3,3 cm dan jarak eluen 6,3 cm yaitu 0,52.
Hasil tersebut menunjukkan panjang ukuran noda (analit) berbanding lurus dengan nilai Rf.
Dengan kata lain, semakin panjang ukuran noda analit maka semakin besar pula nilai Rf yang
diperoleh. Nilai Rf yang sama menunjukkan karakteristik yang sama antara kedua analit. Menurut Day,
R.A (1999), faktor yang mempengaruhi daya serap absorben yaitu sifat komponen, sifat absorben dan
temperatur. Jika semua faktor lainnya sama, semakin polar suatu komponen/senyawa maka semakin
kuat senyawa tersebut akan diabsorbsi; jika faktor-faktor lain sama, berat molekul yang besar
menyebabkan absorbsi; semakin polar zat pelarut, semakin besar kecenderungannya untuk menguji
tempat-tempat pada permukaan yang diperebutkan dengan zat terlarut, dan oleh sebab itu zat terlarut
akan kurang diabsorbsi. Absorben-absorben yang paling lazim adalah zat padat yang secara kasar dapat
dikarakterisasi sebagai polar. Absorben-absorben seperti itu memperlihatkan afinitas yang tinggi
terhadap zat terlarut polar, terutama jika polaritas dari zat terlarut tersebut rendah. Selain itu juga dapat
dipengaruhi afinitas analit, di mana analit dengan afinitas besar akan lebih banyak tertahan sehingga
nilai Rf kecil. Untuk temperatur, daya serap meningkat seiring dengan menurunnya temperatur.
Menurut Clark (2012), nilai Rf untuk tinta dengan eluen etanol yaitu 0,5-0,8. Hasil yang
diperoleh pada tinta merah dan biru sudah sesuai, namun nilai Rf pada tinta hitam tidak sesuai,
kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas.
Selain kromatografi dengan kapur tulis, juga terdapat metode kromatografi lainnya, yaitu
kromatografi kertas. Menurut Khlepone (2012), kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan
kromatografi partisi (kromatografi cair-cair) yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fase
diam. Dalam kromatografi kertas fase diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk selulosa. Fase
diam merupakan zat cair yaitu molekul H 2O yang terabsorbsi dalam selulosa kertas, sedangkan fase

garak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak di sepanjang kolom
kapiler. Menurut Hendayana (1994), dibandingkan dengan kromatografi dengan kapur tulis, metode
kromatografi kertas memiliki kelebihan. Selain karena metodenya sederhana dan lebih mudah
dilakukan, penerapan kromatografi kertas sangat luas, mengingat banyak sekali senyawa polar yang
dapat dipisahkan dengan teknik ini, dan faktor kapasitas dan selektivitasnya dapat diatur dengan
memanipulasi komposisi fase gerak dalam air.

Anda mungkin juga menyukai