Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Ekologi


Teori ekologi berbeda dengan teori yang lain. Teori ekologi menempatkan
tekanan yang kuat pada landasan perkembangan biologis. Teori ini mengajukan
suatu pandangan bahwa lingkungan sangat kuat mempengaruhi perkembangan.
Teori Ekologis ini dikemukakan oleh Urie Bronfenbrenner (1917).
Bronfenbrenner mengajukan suatu pandangan lingkungan yang kuat tentang
perkembangan yang sedang menerima perhatian yang meningkat. Teori Ekologi
(ecological theory) ialah pandangan sosiokultural Brofenbrenner tentang
perkembangan, yang terdiri dari lima sistem lingkungan mulai dari masukan
interaksi langsung dengan agen-agen sosial (social agents) yang berkembang baik
hingga masukan kebuadayaan yang berbasis luas. Kelima sistem dalam teori
ekologi Bronfenbrenner ialah mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem,
dan kronosistem. Model ekologis Bronfenbrenner diperlihatkan saat ia (dengan
cucu laki-lakinya) mengembangkan teori ekologis, suatu perspektif yang sedang
menerima perhatian yang meningkat. Teorinya menekankan pentingnya dimensi
mikro dan makro lingkungan di mana anak hidup.
2.1.1 Mikrosistem (microsystem), ialah setting dimana individu hidup.
Konteks ini meliputi keluarga individu, teman-teman sebaya, sekolah
dan lingkungan. Dalam mikrosistem ini lah interaksi yang paling
langsung dengan agen-agen sosial berlangsung, misalnya dengan orang
tua, teman-teman sebaya, dan guru. Individu tidak dipandang sebagai
penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi sebagai
seseorang yang menolong membangun setting. Bronfenbrenner
menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian tentang dampak-dampak
sosiokultural berfokus pada mikrosistem.
2.1.2 Mesosistem (mesosystem), meliputi hubungan antara beberapa
mikrosistem atau hubungan antara beberapa konteks. Contohnya : ialah
hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah,

1
pengalaman sekolah dan pengalaman keagamaan, dan pengalaman
keluarga dengan pengalaman teman sebaya. Misalnya, anak-anak yang
orang tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan
mengembangkan hubungan positif dengan guru. Para ahli
perkembangan mengamati perilaku dalam setting majemuk-seperti
keluarga, teman sebaya, dan konteks sekolah-untuk memperoleh
gambaran yang lebih lengkap tentang perkembangan individu.
2.1.3 Eksosistem (exosystem), dalam teori ekologi Bronfenbrenner
dilibatkan pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain- di mana
individu tidak memiliki peran yang aktif-mempengaruhi apa yang
individu alami dalam konteks yang dekat. Misalnya, pengalaman kerja
dapat mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami dan
anaknya. Seorang ibu dapat menerima promosi yang menuntutnya
melakukan lebih banyak perjalanan, yang dapat meningkatkan konflik
perkawinan dan perubahan pola interaksi orang tua-anak. Contoh lain
ekosistem ialah pemerintah kota, yang bertanggung jawab bagi kualitas
taman, pusat-pusat rekreasi, dan fasilitas perpustakaan bagi anak-anak
dan para remaja. Contoh lain ialah pemerintah pusat melalui perannya
dalam kualitas perawatan kesehatan dan sistem bantuan bagi manusia
usia lanjut.
2.1.4 Makrosistem (macrosystem), dalam teori ekologi Bronfenbrenner
meliputi kebudayaan dimana individu hidup. Kebudayaan mengacu
pada pola perilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok
manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi. Studi lintas budaya -
perbandingan antara satu kebudayaan dengan satu atau lebih
kebudayaan lain – memberi informasi tentang generalitas
perkembangan.
2.1.5 Kronosistem (chronosystem), dalam teori ekologi Bronfenbrenner
meliputi pemolaan peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi
sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan-keadaan sosiohistoris.
Misalnya, dalam mempelajari dampak perceraian terhadap anak-anak,

2
para peneliti menemukan bahwa dampak negatif serin memuncak pada
tahun pertama setelah perceraian dan bahwa dampaknya lebih negatif
bagi anak laki-laki daripada anak perempuan. Dua tahun setelah
perceraian, interaksi keluarga tidak begitu kacau lagi dan lebih stabil.
Dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan sosiohistoris, dewasa ini,
kaum perempuan tampaknya sangat didorong untuk meniti karir
dibandingkan pada 20 arau 30 tahun lalu. Dengan cara seperti ini,
kronosistem memiliki dampak yang kuat bagi perkembangan kita.

Teori ekologi telah memberikan sumbagan dalam studi mengenai


perkembangan masa hidup yang meliputi kajian yang sistematis yang bersifat
makro dan mikro terhadap dimensi-dimensi sistem lingkungan serta memberikan
perhatian terhadap kaitan antarsistem lingkungan. Kontribusi lebih lanjut dari
teori Bronfenbrenner mencakup mengedepankan pengaruh dari sejumlah konteks
sosial di luar keluarga, seperti tempat tinggal, agama, sekolah, dan tempat kerja
terhadap perkembangan anak (Gauvian & Parke, 2010). Beberapa kritik juga
dilontarkan terhadap teori ekologi karena kurang menggali faktor-faktor biologis
dan juga kurang memberikan perhatian terhadap faktor-faktor kognitif.

3
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Ekologi dan Ilmu Lingkungan


3.1.1 Ekologi
Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata,
yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti
ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antara
makhluk hidup maupun interaksi maksluk hidup dan lingkungannya.
Dalam buku Ekologi Industri yang ditulis oleh Ir.Philip Kristanto
mendefinisakan bahawa ekologi sebagai hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.
Menurut Arnest Haeckel (1860) ekologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang "makhluk hidup dalam rumahnya" atau "rumah tangga
makhluk hidup". Dengan kata lain ekologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana makhluk hidup berinteraksi dengan
lingkungan biologis dan fisik dalam menjalankan kehidupannya, dan
bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi distribusi dan kelimpahan suatu
jenis makhluk hidup. Makhluk hidup dapat bertahan hidup karena
kebutuhan hidupnya terpenuhi, makanan cukup, oksigen untuk bernapas
cukup, suhu lingkungan yang cocok, itu semua dipelajari dan kemudian
dipelajari pula bagaimana jumlah serta distribusi jenis makhluk hidup bisa
mempengaruhi kondisi biologis dan fisik suatu lingkungan. Ekologi
ekosistem merupakan suatu studi untuk mempelajari tentang komponen
biotik dan abiotik dari suatu ekosistem dan bagaimana interaksi yang terjadi
diantara komponen-komponen tersebut. Hal tersebut penting untuk
membantu kita memahami bagaimana memelihara kelestarian lingkungan
yang berkualitas baik sehingga produktivitasnya dapat terpelihara.
Berdasarkan arti harfiah dari asal katanya, ada persamaaan antara
ekologi dengan ekonomi. Di dalamnya terdapat transaksi dan aliran alat
tukar. Bedanya jika dalam ekonomi transaksi yang terjadi melibatkan

4
barang dan uang sebagai alat tukar, pada ekologi terjadi transaksi yang
melibatkan energy, arus materi atau daur materi serta informasi yang berupa
suhu, kadar air, dan lain sebagainya. Jadi dapat disebut bahwa ekologi
merupakan ekonomi alam yang selalu melakukan transaksi dalam bentuk
materi, energy, dan informasi. Arus informasi di dalam komunitas mendapat
perhatian utama dalam ekologi. Karena informasi dalam ekologi
menentukan kemampuan suatu jenis makhluk untuk tetap bertahan dalam
lingkungannya. Sebagai contoh, jika seekor kecoa kehilangan antenanya,
maka dia tidak mengetahui apakah ada makhluk lain atau benda di
sekelilingnya sehingga gerakannya kehilangan orientasi. Dalam keadaan
seperti itu, kecoa kehilangan kemampuan mendapatkan informasi sehingga
kemampuannya untuk menentukan strategi bertahan hidup menjadi hilang.
Ekologi melibatkan hubungan antara kelompok produsen dan
konsumen. Kelompok produsen merupakan kelompok yang menyediakan
barang atau jasa sedangkan konsumen menggunakan barang atau jasa.
Dalam konteks ekologi, kelompok produsen adalah kelompok yang bertugas
menyediakan sumber-sumber energi bagi konsumen. Biasanya yang
bertindak sebagai produsen adalah kelompok tumbuhan berhijau daun yang
memiliki kemampuan merubah unsur-unsur anorganik.
3.1.2 Ilmu Lingkungan
Ilmu lingkungan atau Environmental Science (ES) merupakan suatu
ilmu yang mempelajari interaksi antara komponen-komponen fisik, kimia
dan biologis yang ada di lingkungan serta merupakan suatu disiplin ilmu
yang saling melengkapi dengan ilmu alam, ilmu teknik, dan ilmu sosial.
Dalam keterkaitannya dengan ilmu lingkungan, ES berfokus pada polusi dan
penurunan kualitas lingkungan yang berhubungan dengan aktivitas manusia
yang berpengaruh pada perubahan biologis dan lingkungan berkelanjutan,
serta melibatkan aspek ilmu ekonomi, ilmu hukum dan ilmu sosial.
Keseluruhan aspek ilmu tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling
berhubungan dan berpengaruh pada lingkungan.

5
Ilmu lingkungan dalam konteks artikulasi erat kaitannya dengan
ecological Design atau Arsitektur Ekologi. Dimana dalam setiap
perencanaan arsitektur selalu mempertimbangkan kaidah atau aspek
lingkungan yang ada untuk dapat memberikan kontribusi di dalam
pembangunan sehingga mampu meminimalkan dampak negatif dalam
pembangunan demi kelestarian lingkungan dan alam tetap terjaga. Dalam
hal ini konteks ilmu lingkungan tidak lepas dari perilaku manusia itu sendiri
sebagai suatu komponen lingkungan yang paling dominan karena manusia
senantiasa mengolah, mengambil dan mengembangkan sesuatu yang ada di
alam itu sendiri. Untuk mencapai keseimbangan lingkungan tentu
diperlukan kesadaran dari manusia agar merasa memilki atau mencintai
segenap makhluk hidup dan alam lingkungannya sebagai tempat hidupnya.

3.2 Ekologi Sebagai Dasar Ilmu Pengetahuaan Lingkungan


3.3.1 Hubungan Ekologi dengan Biosains dan Fiskosains
Ekologi mempunyai keterkaitan dengan biosains dan fiskosains.

6
3.3.2 Hubungan Ekologi dengan Lingkungan

3.3 Tantangan yang Dihadapi Ilmu Pengetahuan Lingkungan


Hingga saat ini Ilmu Pengetahuan Lingkungan dihadapkan pada tantangan
yang berasat tak hanya di negara industri maju, tetapi juga di negara yang sedang
berkembang, meski dengan corak tantangan yang berbeda secara global tantangan
yang di hadapi Ilmu Pengetahuan Lingkungan dapat diikhtiarkan sebagai berikut:
 Pertambahan penduduk di bumi karena laju pertumbuhannya yang sulit
dikendalikan akan memberikan tekanan berat terhadap sumber alam
lingkungan hidup.

7
 Tekanan beraterhadap sumber alam dan lingkungan hidup ini berbeda
coraknya di negara maju industrinya dengan di negara yang sedang
berkembang (maju industrilialisasi).
 Di negara maju industrilialisasi masyarakat yang sudah mapan
cenderung hidup dalam tingkat kemakmuran materi yang berkelebihan
sehingga terjadi pemborosan dan pengurasan sumber alam.
 Di negara yang sedang berkembang (menuju industrilialisasi)
keterbelakangan dan kemiskinan mewarnai perilaku masyarakat yang
juga merusak lingkungan hidupnya.
Dampak yang timbul dari berbagai tekanan terhadap alam ini adalah :
1. Berkurangnya air bersih bagi berbagai keperluan hidup
2. Makin meluasnya tanah kritis
3. Kerusakan ekosistem laut
4. Perubahan iklim bumi
5. Peningkatan hujan asam
6. Peningkatan limbah bahan berbahaya dan beracum
7. Penipisan/ pengurangan luas hutan tropis

Anda mungkin juga menyukai