Anda di halaman 1dari 15

Laporan Kimia Analitik Analisis Kualitatit

Kation
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu cara untuk mengetahui komposisi bahan kimia di alam yang umumnya ada

dalam keadaan campuran, harus dilakukan melalui metode analisis yang sesuai. Mengetahui

komposisi bahan kimia baik dalam jenis maupun jumlah termasuk kerjaan setiap hari dari

seorang ahli kimia yang bergerak dalam kimia analitik (Chadijah, 2012: 1-2).

Bidang lain sangat memerlukan berbagai metode analisis yang dapat digunakan untuk

menentukan kandungan unsur ataupun senyawa. Ahli farmasi memerlukan berbagai cara

menentuan berbagai senyawa kimia yang digunakan untuk keperluan makanan dan obat-

obatan. Misalnya dasar pemisahan pengendapan yang berupa kristal atau koloid dan dapat

dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan. Endapan terbentuk jika larutan terlalu jenuh

dengan zat yang bersangkutan kelarutan tergantung pada kondisi dari suatu zat. Endapan

biasa diperoleh dari uji kualitatif anion (Svehla, 1985: 72).

Secara garis besar, pekerjaan analisa kimia dapat digolongkan dalam dua kategori

besar, analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Melalui kedua analisis tersebut, seorang ahli

kimia dapat mendeteksi dan mengidentifikasi jenis dan jumlah dari komponen penyusun

bahan yang dianalisa atau lebih dikenal sebagai analit. Analisis kulitatif kation dilakukan

dengan identifikasi suatu zat atau campuran yang tidak diketahui penyusunnya (Chadijah,

2012:79). Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dilakukanlah suatu percobaan

yang bertujuan untuk menentukan jenis-jenis kation menggunakan analisis kimia kualitatif.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan jenis

kation yang terdapat pada sampel dengan analisis kimia kualitatif ?.

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan jenis kation yang terdapat pada

sampel dengan analisis kimia kualitatif.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis Kualitatif

Tujuan utama analisis adalah untuk menemukan dan mengidentifikasi komponen

dalam zat kimia. Analisis kualitatif menghasilkan data kualitatif, seperti terbentuknya

endapan, warna, gas maupun data non numerik lainnya. Umumnya dari analisis kualitatif

hanya dapat diperoleh indikasi kasar dan komponen penyusun suatu analit. Analisis kualitatif

biasanya digunakan sebagai langkah untuk analisis kuantitatif. Pada berbagai cara analisis

modern, seperti cara-cara analisis spektroskopi dapat dilakukan dengan analisis kualitatif dan

analisis kuantitatif secara bersamaan, sehingga waktu dan biaya analisis yang dilakukan

dapat ditekan seminimal mungkin dan perolehan hasilnya lebih akurat (Chadijah, 2012: 2-3).
B. Uji Pendahuluan Kation

Menurut Chadijah (2012: 82-83), pengujian pendahuluan dilakukan untuk

mendapatkan gambaran umum, kearah manakah perhatian harus diberikan dalam analisis

kualitatif. Langkah pengujian pendahuluan adalah:

1. Pengamatan warna pada larutan senyawa-senyawa mampu menunjukkan jenis warna khas

baik dalam bentuk ppadatan maupun larutan. logam-logam tembaga, nikel, mangan,

kromium, kobalt dan besi menghasilkan garam-garam berwarna. Pengamatan warna ini akan

membantu menentukan jenis ion yang ada dalam sampel.


2. Reaksi nyala. Beberapa kation mampu memberikan warna khas nyala burner. Dengan

mengamati warna-warna ini dapat diketahui ion manakah yang mungkin ada dalam

campuran. Pengerjaan ini menggunakan kawat platina.

3. Reaksi dengan asam sulfat .

C. Penggolongan Kation

Menurut Chang (2005: 155-156), dua puluh kation yang lazim dapat dianalisis dengan

mudah dalam larutan berair. Kation-kation ini dapat dibagi ke dalam lima golongan

berdasarkan hasil kali kelarutan garam tak larutnya. Karena suatu larutan tak diketahui bisa

saja mengandung satu atau semua dari 20 jenis ion tersebut, analisis harus dilakukan secara

sistematis dari golongan I sampai golongan V. prosedur umum untuk memisahkan ion-ion

dengan menambahkan reagen pengendap pada larutan tak diketahui.

1. Kation golongan I. Jika HCl encer ditambahkan pada suatu larutan yang belum diketahui,

hanya ion Ag+, Hg2+, dan Pb2+ yang mengendap sebagai klorida tak larut. Ion-ion lain yang

kloridanya dapat larut, tetap berada dalam larutan.

2. Kation golongan II, setelah endapan klorida dipisahkan dengan penyaringan, hidrogen

sulfida direaksikan dengan larutan asam yang tak diketahui. Pada keadaan ini, konsentrasi ion

S2- dalam larutan dapat diabaikan. Penambahan asam pada larutan akan menggeser

kesetimbangan ini ke kiri sehingga hanya logam sulfida yang paling kurang larut, yaitu nilai

Kspnya paling kecil, akan mengendap dari larutan. Endapan ini ialah Bi2Sy, CdS, CuS, Dan

SnS.

3. Kation golongan III. Pada tahap ini, natrium hidroksida ditambahkan pada larutan untuk

membuatnya basa. Dalam larutan basa, kesetimbangan bergeser ke kanan. Jadi sulfida yang

lebih larut (CoS, FeS, MnS, NiS, ZnS) akan mengendap dari larutan. Ion Al3+ dan Cr3+

sebenarnya mengendap sebagai hidroksida Al(OH)3 dan Cr(OH)3, bukan sebagai sulfida,

sebab hidroksidanya kurang larut. Larutan kemudian disaring untuk memisahkan sulfida dan

hidroksida yang tidak larut.

4. Kation golongan IV, setelah semua kation golongan I, II, dan III telah dipisahkan dari

larutan, natrium karbonat ditambahkan ke larutan basa untuk mengendapkan ion Ba2+, Ca2+
dan Sr2+ sebagai BaCO3, CaCO3, dan SrCO3. Endapan ini juga dipisahkan dari larutan lewat

penyaringan.

5. Kation olongan V. Pada tahap ini, kation yang mungkin tersisa dalam larutan ialah Na+, K+,

dan NH4+. Keberadaan NH4+ dapat ditentukan dengan menambahkan natrium hidroksida.

D. Kation Yang Diuji

Sifat dari beberapa jenis kation, pertama adalah kation Ag+ selain terdapat dalam

kation perak (I), kation Ag+ juga terdapat kation perak (II) dan perak (III), namun perak (II)

dan perak (III) merupakan oksidator yang sangat kuat, tak stabil dan cenderung tereduksi

menjadi perak (I) serta mudah tereduksi dalam suasana asam. Larutan ion Ag+ tidak

berwarna, tetapi beberapa senyawanya berwarna meskipun dibentuk dari anion tidak

berwarna (Chadijah, 2012: 102).

Tembaga (I), tembaga (II) dan tembaga (III) diketahui dalam keadaan atau bentuk

padatan. Tembaga (III) sangat jarang dan tidak stabil karena bersifat sebagai oksidator kuat

yang mampu direduksi oleh air. Jenis ion yang umum dalam keadaan larutan adalah tembaga

(II). Senyawa tembaga (II) yang larut dalam air meliputi asetat, bromida, klorida, klorat,

nitrat, perklorat dan sulfat (Chadijah, 2012: 105).

Kation besi dalam larutan berbentuk Fe2+ dan Fe3+ terhidrat disamping dalam bentuk

senyawanya. Oksidasi dari unsur menjadi besi (II) dan ion besi (II) menjadi besi (III) lebih

mudah berlangsung dalam suasana basa dibandingkan suasana asam. Senyawa besi (II) dan

besi (III) yang larut dalam air mencakup asetat, bromida, klorida, nitrat, sulfat dan perklorat

(Chadijah, 2012: 114-115).

Kation kromium diketahui dalam bentuk kromium (II) dan kromium (III), kromium

(II) mudah teroksidasi dan jika dibiarkan larutan kromium (II) diudara terbuka maka akan

menyebabkan teroksidasi menjadi kromium (III). Senyawa kromium (III) yang larut dalam

air mencakup asetat, bromida, klorida, iodida, nitrat, perklorat dan sulfat (Chadijah, 2012:

111).

Seng memiliki tingkat oksidasi +2 dalam semua senyawanya. Unsurnya merupakan

reduktor yang cukup kuat. Ikatan dalam senyawa seng lebih cenderung bersifat kovalen pada
senyawa anhidratnya, tetapi ikatan mirip garam pada senyawa hidrat. Ion Zn2+ membentuk
kompleks dengan berbagai ligan yang memiliki konstanta disosiasi lebih besar dibandingkan

dengan kompleks raksa (II) yang bersesuaian (Chadijah, 2012: 109).

Barium dapat diendapkan sebagai karbonat dalam suasana buffer ammonium klorida

anomiak. Barium hanya ditemukan dalam muatan 2+, kation tersebut tidak berwarna.

Garamnya yang larut dalama air mencakup asetat, bromida, klorida, iodida, nitrat dan

perklorat. Nyala dari Ba2+ yang dihasilkan adalah hijau-kuning (Chadijah, 2012: 90).

Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari

larutan. Endapan mungkin berupa kristal atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan

dengan cara penyaringan atau pemusingan. Misalnya, pemisahan ion timbal dari perak dan

merkurium (I) dapat dicapai dengan mengendapkan ketiga ion itu mula-mula sebagai klorida,

diteruskan dengan menambahka air panas pada campuran. Air panas ini akan melarutkan

timbal klorida, tetapi perak dan raksa (I) klorida praktis tak larut di dalamnya (Svehla, 1985:

72-73).

E. Reaksi Kation

Menurut Chadijah (2012:101-119), reaksi-reaksi kation bila terbentuk endapan

sebagai berikut:

1. Kation perak (I), Ag+

Penegendapan golongan:

Ag+ + Cl- AgCl(s)

Pelarutan kembali melalui pembentukan kompleks:

AgCl + 2 NH [Ag(NH3)2]+ + Cl-

Uji konfirmasi:

[Ag(NH3)2]+ + Cl- + 2 H+ AgCl + NH4+

(AgCl = padatan putih)

2. Kation Timbal (II), Pb2+

Pengendapan golongan:

Pb2+ + 2 Cl- PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-


Uji konfirmasi:
Pb2+ + SO42- Pb SO4(s)

Pb2+ + CrO42- PbCrO4

(PbCl2, PbSO4 = padatan putih; PbCrO4 = padatan kuning)

3. Ion tembaga (II), Cu2+

Pengendapan golongan:

Cu2+ + H2S CuS + 2H+

Larutan kembali melalui oksidasi S2-

3 CuS + 8 H+ + 2NO3 Cu2+ + 2NO + 4H2O + 3S

Hitam biru

Uji konfirmasi:

Cu2+ + 4 NH3 [Cu(NH3)4]2+

[Cu(NH3)4]2+ + 4H+ Cu2+ + 4 NH4+

2 Cu2+ + [Fe(CN)6]4- Cu2[Fe(CNN)6](s)

Cu2+ + 2NSC- + 2 C5H5N Cu(NSC)2(NC5H5)2

( [Cu(NH3)4]2+ = biru tua, Cu2[Fe(CN)6] = merah, Cu(NSC)2(NC5H5)2 = hijau)

4. Ion besi (III), Fe3+

Pengendapan golongan:

Fe2+ + 2 OH- Fe(OH)2

Fe3+ + 3 OH- Fe(OH)3

Fe(OH)2 + S2- FeS + 2 OH-

2Fe(OH)3 + 3 S2- Fe2S3 + 6 OH-

Oksidasi besi (II) menjadi besi (III)

3Fe2+ + NO3- + 4H+ 3Fe3+ + NO + 2H2O

Uji konfirmasi:

Fe3+ + K+[Fe(CN)6]4+ KFe[Fe(CN)6](s)

Fe3+ + NCS [Fe(NCS)]2+

(Fe(OH)2 = hijau, Fe(OH)3 = coklat merah, FeS, Fe2S3 = hitam


(KFe[Fe(CN)6] = biru tua, [Fe(NCS)]2+= merah
5. Ion Kromium (III), Cr3+

Pengendapan golongan:

Cr3+ + 3 OH- Cr(OH)3

Pembentukan ion kompleks di oksidasi:

Cr3+ + 4OH- [Cr(OH)4]-

2[Cr(OH)4]- + 2OH- + 3H2O2 2CrO42- + 8H2O

2CrO42- + 2H+ Cr2O72- + H2O

Uji konfirmasi:

Ba2+ + CrO42- BaCrO4

2 BaCrO4 + 2H+ Ba2+ +Cr2O72- + H2O

Cr2O72- + 4H2O2 + 2H+ 2CrO3 (dalam amil alcohol) + 5H2O

(Cr(OH)3 = hijau kelabu, [Cr(OH)4] = hijau tua, CrO42- = kuning, Cr2O72- = jingga,

BaCrO4 = kuning, CrO3 = biru)

6. Ion seng (II), Zn2+

Pengendapan golongan:

Zn2+ + 4NH3 [Zn(NH3)4]2+

[Zn(NH3)4]2+ + S2- ZnS + 4NH3

Pembentukan kompleks:

Zn2+ + 4OH- [Zn(OH)4]2+

Uji konfirmasi:

Pengulangan uji pengendapan menghasilkan ZnS

7. Ion barium, Ba2+

Pengendapan golongan (M2+ = Ba2+, Ca2+)

M2+ + CO32- MCO3

Uji konfirmasi

Ca2+ + CrO2- CaCrO4

Ba2+ + CrO42- BaCrO4

F. Aplikasi Analisis Kation


Menurut Chadijah (2012:83), pengaplikasian analisis kation untuk uji pendahuluan

dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum, kearah manakah perhatian harus diberikan

dalam analisis kulitatif.

1. Pengamatan warna dan padatan larutan. Senyawa-senyawa mampu memberikan jenis warna

khas baik dalam bentuk padatan dan larutan. Seperti logam-logam tembaga, nikel, mangan,

kromium, kobalt dan besi menghasilkan garam-garam warna. Pengamatan warna-warna ini

akan membantu menentukan jenis ion manakah yang ada dalam sampel.

2. Reaksi nyala. Beberapa kation mampu memberikan warna khas pada nyala burner, dengan

mengamati warna-warna ini dapat diketahui ion manakah yang mungkin ada dalam

campuran. Untuk pengerjaan ini diperlukan kawat Pt yang telah dibersihkan dengan baik.

Pengujian ini dilakukan dengan garam klorida, mengingat garam klorida lebih cepat menguap

dibandingkan dengan garam lainnya.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Selasa/ 22 November 2016

Pukul : 08.00 – 10.00 WITA

mpat : Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan Teknologi


UIN Alauddin Makassar

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia 250 mL, tabung reaksi,

pipet tetes dan rak tabung.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam asetat (CH3COOH) 0,1 N,

asam klorida (HCl) 2 M, asam sulfat (H2SO4) 2 M, barium sulfat (BaSO4) 1 M, besi III

klorida (FeCl3) 1%, kalium bromida (KBr) 1 M, kalium heksasianoferat (K4Fe(CN)6) 1 M,


kalium kromat (K2CrO4) 1 M, kertas saring, perak nitrat (AgNO3) 0,1 M, seng sulfat

(ZnSO4) 0,1 M, tembaga sulfat (CuSO4) 0,1 M dan timbal II nitrat (Pb(NO3)2.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini yaitu:

1. Uji Kation Ag+


11
Disiapkan 2 tabung reaksi, kedua tabung reaksi dimasukkan larutan perak nitrat

(AgNO3) 0,1 M sebagai sampel yang mengandung kation Ag+, selanjutnya untuk tabung

reaksi I ditambah beberapa tetes larutan asam klorida (HCl) 2 M dan untuk tabung reaksi II

ditambah larutan kalium bromida (KBr) 1 M serta diamati perubahan yang terjadi.

2. Uji Kation Pb2+

Disiapkan 2 tabung reaksi, kedua tabung reaksi dimasukkan larutan timbal nitrat

(Pb(NO3)2) 0,1 M sebagai sampel yang mengandung kation Pb2+, selanjutnya untuk tabung

reaksi I ditambah beberapa tetes larutan kalium kromat (K2CrO4) 1 M dan untuk tabung

reaksi II ditambah larutan asam sulfat (H2SO4) 2 M serta diamati perubahan yang terjadi.

3. Uji Kation Cu2+

Dimasukkan beberapa tetes larutan tembaga sulfat (CuSO4) 0,1 M ke dalam tabung

reaksi sebagai sampel uji yang mengandung kation Cu2+, selanjutnya ditambahkan larutan

asam klorida (HCl) 2 M dan larutan kalium heksasianoferat (K4Fe(CN)6) 1 M, diamati

perubahan yang terjadi.

4. Uji Kation Fe3+

Dimasukkan beberapa tetes larutan feri klorida (FeCl3) 1 % ke dalam tabung reaksi

sebagai sampel uji yang mengandung kation Fe3+, selanjutnya ditambah larutan kalium

heksasianoferat (II) (K4Fe(CN)6) 1 M dan diamati perubahan yang terjadi.

5. Uji Kation Cr3+ Sebagai CrO42-

Dimasukkan beberapa tetes larutan kalium kromat (K2CrO4) 1 M ke dalam tabung

reaksi sebagai sampel uji yang mengandung kation Cr3+, selanjutnya ditambah larutan perak

nitrat (AgNO3) 0,1 M dan diamati perubahan yang terjadi.


6. Uji Kation Zn2+

Dimasukkan beberapa tetes larutan seng sulfat (ZnSO4) 0,1 M ke dalam tabung reaksi

sebagai sampel uji yang mengandung kation Zn2+ selanjutnya ditambah larutan kalium

heksasianoferat (K4Fe(CN)6) 1 M dan diamati perubahan yang terjadi.

7. Uji Kation Ba2+

Dimasukkan beberapa tetes larutan barium sulfat (BaSO4) 1 M ke dalam tabung reaksi

sebagai sampel uji yang mengandung kation Ba2+, selanjutnya ditambahkan larutan asam

asetat (CH3COOH) 0,1 N dan larutan kalium kromat (K2CrO4) 1 M lalu diamati perubahan

yang terjadi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

Tabel IV.I Hasil reaksi uji kation

No. Sampel kation Pereaksi Hasil Gambar

Endapan putih
HCl 2 M

1. Ag+
Endapan kuning
KBr 1 M

14 Endapan kuning
K2CrO4 1 M

H2SO4 2 M
2. Pb2+

Endapan putih

14
Endapan merah
HCl 2 M +
3. Cu2+ coklat
K4Fe(CN)6 1 M

Endapan warna

4. Fe3+ K4Fe(CN)6 1 M biru

Endapan merah
5. Cr3+ AgNO3 0,1 M

Endapan putih
6. Zn2+ K4Fe(CN)6 1 M

CH3COOH + Endapan kuning


7. Ba2+
K2CrO4 1 M

2. Reaksi
a. Uji kation Ag+

AgNO3 + HCl → AgCl ↓+ H+ + NO3-

AgNO3 + KBr → AgBr ↓ + K+ + NO3-

(Svehla, 1979: 217).

b. Uji kation Pb2+

Pb(NO3)2 + K2CrO4 → PbCrO4 ↓ + 2K+ + NO32-

Pb(NO3)2 + H2SO4 → PbSO4 ↓ + 2H+ + NO32-

(Chadijah, 2012: 101-102).

c. Uji kation Cu2+

2CuSO4 + K4Fe(CN)6 → [Cu2 Fe(CN)6] ↓ + 4 K+ + 2SO42-

(Svehla, 1979: 232).

d. Uji kation Fe3+


FeCl3 + K4Fe(CN)6 → Fe2(CN)6-↓ + 4K+ + Cl3
(Svehla, 1979: 262)

e. Uji kation Cr3+

K2CrO4 + 2 AgNO3 → Ag2CrO4 + 2K+ + NO32-

(Svehla, 1979: 272)

f. Uji kation Zn2+

ZnSO4 + K4Fe(CN)6 → K2ZnFe(CN)6 ↓+ 2K+ + SO42-

(Svehla, 1979: 291)

g. Uji kation Ba2+

BaSO4 + K2CrO4 → BaCrO4 ↓ + 2K+ + SO42-

(Svehla, 1979: 297)

B. Pembahasan
Percobaan yang dilakukan yaitu analisis kualitatif pada sampel yang mengandung

jenis kation tertentu. Uji kualitatif kation yang dilakukan menggunakan beberapa sampel,

sampel pertama yaitu AgNO3, sampel tersebut ditambahkan dengan pereaksi HCl dan KBr.

AgNO3 yang ditambahkan dengan HCl positif menghasilkan endapan putih AgCl dan AgNO3

yang ditambahkan KBr positif menghasilkan endapan kuning pucat AgBr. Hasil percobaan

yang diperoleh untuk analisis kualitatif kation Ag+ sesuai dengan teori bahwa asam klorida

encer yang ditambahkan dengan sampel yang mengandung kation Ag+ akan menghasilkan

endapan putih AgCl. Endapan ini berasal dari Ag+ yang berikatan dengan Cl- yang berwarna

putih (Chadijah, 2012: 102).

Uji kualitatif selanjutnya adalah kation Pb2+, sampel yang digunakan adalah

Pb(NO3)2, sampel tersebut ditambahkan dengan pereaksi K2CrO4 dan H2SO4. Pb(NO3)2 yang

ditambahkan K2CrO4 menghasilkan endapan kuning PbCrO4 dan Pb(NO3)2 yang ditambahkan

H2SO4 menghasilkan endapan putih PbSO4. Hasil percobaan yang diperoleh untuk analisis

kualitatif kation Pb2+sesuai dengan teori bahwa uji konfirmasi Pb2+ dengan SO42- dan Pb2+

dengan CrO42- berturut-turut akan menghasilkan padatan putih PbSO4 dan padatan kuning

PbCrO4. Hal ini disebabkan karena hasil kali konsentrasi-konsentrasi ion logam dan ion
sulfida melampaui nilai hasil kali kelarutan (Chadijah, 2012: 101-102).
Uji kualitatif kation Cu2+ digunakan sampel larutan CuSO4, larutan CuSO4

ditambahkan pereaksi HCl dan K4Fe(CN)6 menghasilkan endapan merah coklat Cu2Fe(CN)6.

Hal ini terjadi karena Cu2+ yang merupakan kation golongan II memiliki nilai Ksp yang kecil

sehingga menyebabkan hasil kali kelarutan konsentrasi logam dan ion sulfida melampaui

nilai hasil kali kelarutan selain itu warna merah berasal dari besi yang membentuk kompleks

dengan Cu2+ dan (CN)6.

Uji kualitatif kation Fe3+ digunakan sampel FeCl3, larutan FeCl3 sebagai sampel yang

mengandung kation Fe3+ tersebut ditambahkan dengan senyawa kompleks K4Fe(CN)6 dan

menghasilkan warna biru pada larutan. Endapan ini terjadi saat ion heksasianoferat (III)

mengoksidasi besi (II) menjadi besi (III). Endapan ini diuraikan oleh larutan kalium

hidroksida pada besi (III) hidroksida sehingga menghasilkan endapan (Svehla. 1979: 259).

Uji kualitatif kation Cr3+ digunakan sampel K2CrO4, larutan K2CrO4 ditambahkan

dengan AgNO3 menghasilkan endapan merah Ag2CrO4. Hasil percobaan yang diperoleh

untuk analisis kualitatif kation Cr3+ sesuai dengan teori bahwa reaksi dari ion perak (I)

dengan kalium kromat dalam larutan netral akan menghasilkan endapan merah perak kromat

(Chadijah, 2012: 112).

Uji kualitatif kation pada percobaan ini juga digunakan sampel ZnSO4 sebagai sampel

yang mengandung kation Zn2+, sampel tersebut direaksikan dengan K4Fe(CN)6 dan

menghasilkan endapan putih. Endapan ini memiliki komposisi yang berbeda-beda. Endapan

tak larut dalam asam encer, tetapi larut dengan mudah dalam natrium hidroksida, reaksi ini

dapat digunakan untuk membedakan aluminium dan zink (Svehla. 1979: 291).

Uji kualitatif yang terakhir adalah Ba2+, sampel yang digunakan adalah BaSO4

direaksikan dengan CH3COOH dan K2CrO4, reaksi tersebut menghasilkan endapan kuning

BaCrO4. Fungsi dari asam asetat adalah untuk mengasamkan larutan sebelum dicampur

dengan kalium kromat yang berfungsi untuk mengendapkan. Endapan kuning terjadi karena

barium yang berwarna kuning berikatan dengan dengan kromat yang dapat menghasilkan

endapan (Chadijah, 2012: 119).


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah analisis kimia kualitatif pada sampel AgNO3

yang mengandung kation Ag+ ditambahkan dengan HCl menghasilkan reaksi positif yakni

endapan putih dan AgNO3 ditambahkan KBr menghasilkan endapan kuning pucat. Sampel

Pb(NO)3 yang mengandung kation Pb2+ direaksikan dengan K2CrO4 menghasilkan endapan

kuning dan Pb(NO)3 yang direaksikan dengan H2SO4 menghasilkan reaksi positif endapan

putih. Sampel CuSO4 sebagai kation yang mengandung Cu2+ direaksikan dengan HCl dan

K4Fe(CN)6 menghasilkan reaksi positif endapan merah coklat. Sampel FeCl3 yang

mengandung kation Fe3+ direaksikan dengan K4Fe(CN)6 menghasilkan larutan warna biru.
Selanjutnya K2CrO4 sebagai sampel kation Cr3+ direaksikan dengan AgNO3 menghasilkan
endapan merah. Sampel ZnSO4 yang mengandung kation Zn2+ direaksikan dengan

K4Fe(CN)6 menghasilkan endapan putih. Terakhir, BaSO4 sebagai sampel yang mengandung

kation Ba2+ direaksikan dengan CH3COOH dan K2CrO4 menghasilkan endapan kuning.

B. Saran

Sebaiknya pada percobaan berikutnya digunakan juga uji amonia, agar uji yang

dilakukan terdapat dalam bentuk gas.

DAFTAR PUSTAKA

Chadijah, Sitti. Dasar-Dasar Kimia Analitik. Samata: Alauddin University Press, 2012.

Chang Raymond. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.Gelora Aksara Pratama:
Jakarta. 2005.

Herman, Dany Zulkifli. Tinjauan Terhadap Tailing Mengandung Unsur Pencemar Arsen (As),
Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Cadmium (Cd) dari Sisa Pengolahan Bijih Logam. Jurnal
Geologi Indonesia. Vol. 1. No. 1, 2006.

Svehla.Textbook Of Makro and Semimicro Qualitative Inorganik Analysis. Terj. Setiono dan
Hadyana Pudjaatmaka. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: Kalman Media Pustaka. 1979.

Anda mungkin juga menyukai