Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia analitik dibagi menjadi bidang-bidang yang disebut analisis

kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif berkaitan dengan identifikasi

zat-zat kimia, mengenali unsur-unsur senyawa apa yang ada dalam suatu sampel.

Umumnya kimia dihadapkan dengan analisis kualitatif, sejumlah unsur dipisahkan

dan diidentifikasi melalui pengendapan dengan hidrogen sulfida. Analisis

kualitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang

terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut dinyatakan sebagai

analit (Day dan Underwood, 2001: 2).

Dasar identifikasis pengenalan unsur-unsur terletak pada sifat-sifat kimia

atau fisika. Sifat-sifat yang paling sederhana yang dipakai untuk pengenalan

adalah sifat-sifat yang langsung dapat diamati. Misalnya, warna suatu senyawa

atau hasil reaksi dengan pereaksi tertentu, dapat dipakai sebagai dasar pengenalan

(Chadijah, 2012: 79).

Keberadaan suatu kation dikonfirmasi atau diidentifikasi dengan

menggunakan satun atau lebih reaksi kimia yang karakteristik atau spesifik untuk

suatu kation. Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan
kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat tersebut. Katiom diklasifikasiakan

dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa

reagensia (Chadijah, 2012: 99).

Berdasarkan teori diatas maka dilakukanlah percobaan analisis kualitatif

kation untuk menentukan jenis kation yang terdapat dalam sampel dengan analisa

kimia kualitatif.

1
2

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana menentukan jenis

kation yang terdapat pada sampel dengan analisis kimia kualitatif ?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini yaitu untuk mengetahui jenis kation yang terdapat

pada sampel dengan analisis kimia kualitatif.


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis kualitatif adalah suatu analisisyang berhubungan dengan

identifikasi suatu zat atau campuran yang tidak diketahui. Analisis kualitatif

lengkap sampel anorganik, meliputi analisis identifikasi semua jenis kation

maupun anion yang mungkin ada dalam sampel. Ion-ion umum dijumpai dalam

cuplikan jenis kation yaitu,

Tabel. 2.1 ion-ion yang umum dijumpai.

Kation Ag+,Pb2+, Hg2+, Hg22+, Bi3+, Cu2+, Cd2+, Sn2+, Sn4+, Sb3+, As3+, Fe3+,

Fe2+, Al3+, Cr3+, Mn2+, Zn2+, Ni2+, Co2+, Ba2+, Ca2+, Mg2+, Na+, K+,

NH4+

Dasar identifikasi atau pengenalan unsur-unsur terletak pada sifat-sifat

fisika atau kimia atau fisika. Sifat-sifat yang paling sederhana yang dipakai untuk

pengenalan adalah sifat-sifat yang dapat langsung diamati. Misalnya, warna suatu

senyawa atau hasil reaksi dengan pereaksi tertentu, dapat dipakai sebgai dasar

pengenalan. Jika hendak mengnalisis sampel yang berisi sejumlah ion, maka cara

terbaik yang dapat dilakukan adalah mencari pereaksi-peraksi yang ampu

mengendapakan bersama sejumlah tertentu ion, yang dipisahkan kemudian

dengan penyaringan. Masing-masing kelompok ini selanjutnya diuraikan menjadi


beberapa sub kelompok dan demikian selanjutnya tinggal satu ion dalam larutan

(Chadijah, 2012: 79-80).

Secara umum Ion bermuatan positif yang kehilangan satu atau lebih

elektron disebut dengan kation karena kation yang tertarik menuju anoda. Suatu

pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut. Maka

setelah dilakukan penyaringan terhadap endapan terbentuk dua kelompok


campuran yang masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi

3
4

yang terjadi saat pengidentifikasikan menyebabkan sebentuknya zat-zat baru yang

berbeda dari zat semula dan berbeda sifat fisiknya (Chadijah, 2013: 84-85).

Menurut Chadijah (2012: 81), analisis kualitatif kation dalam larutan

didapat pembagian atas enam kelompok atau golongan yaitu,

1. Golongan perak, dipakai pereaksi HCl encer dan dihasilkan endapan klorida

dari ion Ag (I), Hg (I), Pb (II). Golongan ini juga dikenal sebagai golongan 1

atau golongan klorida.

2. Golongan tembaga-arsen, peraksi yang dipakai adalah asam sulfida, dalam

suasana HCl encer, akan didapatkan sejumlah garam sulfida dari Hg (II), Pb

(II), Bi (III), Cu (II), Cd (II), Al (III), Sn (IV) dan Sb (III). Golongan ini juga

dikenal sebagai golongan II atau golongan sulfida.

3. Golongan aluminium, pereaksi pengendapan adalah campuran amonium

hidroksi dan amonium klorida dan menghasilkan endapan hidroksida atau

oksida terhidrasi. Ion logam yang bereaksi adalah Al (III), Fe (III), Mn (IV),

dan Cr (III), golongan ini dinamakan golongan III atau golongan hidroksida.

4. Golongan nikel, pereaksi pengendap adalah campuran amonium sulfida dan

amonium klorida, menghasilkan endapan sulfida larut dalam asam klorida.

Ion logam bereaksi adalah Ni (III), Co (II), Mn (II) dan Zn (II). Golongan ini

dinamakan golongan IV atau golongan sulfida.

5. Golongan barium, ion-ion logam kelompok ini tidak dapat diendapkan

sebagai senyawa klorida, sulfida atau hidroksida tetapi dapat diendapkan

sebagai senyawa karbonat. Pereaksi pengendap adalah amonium karbonat

dengan kondisi larutan tertentu. Ion logam terendapkan adalah Ba (II), Sr (II)

dan Ca(II). Golongan ini dinamakan golongan V atau karbonat.

6. Golongan magnesium, ion-ion dalam kelompok ini tidak dapat diendapkan

dengan berbagai pereaksi pengendap sebelumnya. Dalam kelompok ini


5

terdapat ion Mg (II), K (I), Na (I) dan amonium (I). Golongan ini dinamakan

golongan VI atau golongan sisa.

Identifikasi kation banyak digunakan terhadap terutama sampel yang

berupa bahan garam yang mengandung banyak logam-logam, misalnya pasir besi

dan sebagainya. Uji kation ini, bahan-bahan galian tersebut dapat segera

ditentukan tanpa memerlukan waktu yang lama. Dengan adanya suatu unsur

berguna untuk memisahkan bahan galian yang tercampur. Selain itu, dapat juga di

gunakan untuk kasus-kasus keracunan logam berat, seperti Hg dan Pb. Identifikasi

kation banyak digunakan atau dilakukan, mengingat karena bahan-bahan tersebut

merupakan bagian bahan obat, bahan baku, dan sedian obat. Namun, dapat juga

sebagai pencemar yang perlu di ketahui keberadaannya agar dapat diantisipasi bila

membahayakan. Klasifikasi kation yang paling umum di dasarkan pada perbedaan

kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat tersebut (Chadijah, 2012: 83-84).

Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian

larut, maka setelah di lakukan penyaringan terhadap endapan terbentuk dua

kelompok campuran yang massa masing-masingnya kurang dari campuran

sebelumnya. Reaksi yang terjadi saat pengindentifikasian menyebabkan

terbentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan berbeda sifat fisiknya

(Chadijah 2012: 84-85).

Penetapan amonium dengan prosedur gravimetri, amonium harus terdapat

sebagai kloridanya, semua kation lain tak boleh ada. Sedikit asam klorida (HCl) di

tambahkan diikuti dengan reagensia asam kloroplatina berlebih. Amonium dapat

juga di tetapkan dengan mengendapkannya dengan natrium tetrafenilborat sebagai

amonium tetrafenilboron, yang sedikit sekali dapat larut, dengan memakai

prosedur yang serupa seperti yang di uraikan untuk kalium, zat ini dikeringkan

pada 100oC (Svehla, 1985: 527-528).


6

Kation dalam kelompok diendapkan sebagai senyawa, dengan

menggunakan pereaksi pengendap golongan tertentu. Endapan yang dihasilkan

mengandung kation-kation dalam suatu golongan. Pemisahan endapan dari

larutannya biasanya cukup dilakukan dengan teknik sentrifugasi yang diteruskan

dengan dekantasi (Chadijah, 2012: 85).

Menurut Chadijah (2012: 85-91), pereaksi pengendap bila ditambahkan

pada larutan menghasilakn dekantasi yaitu:

1. Kation golongan I ( Hg22+, Ag+ dan Pb2+)

Kation golongan I terdiri dari tiga ion logam yang garam kloridanya tidak larut

dalam larutan asam. Pereaksi yang digunakan untuk menetapkan golongan ini

adalah asam klorida sehingga golongan I kadan-kadang disebut golongan asam

klorida, golongan klorida, dan golongan perak. Dalam suasana asam, klorida

dari kation dari golongan lain larut.

2. Kation golongan II (Hg2+, Pb2+, Cu2+ dan Sb3+)

Sulfida dari kation golongan II meruapakan endapan yang dihasilkan dari

penambahan hidrogen sulfida dalam suasana asam encer kedalam larutan

sampel. Golongan II sering juga disebut asam hidrogen sulfida atau golongan

tembaga III. Walaupun tidak dimasukkan dalam skema pemisahan, karena

bersifat sangat beracun arsen dan bismuth juga termasuk dalam golongan ini.

3. Kation golongan III (Zn2+, Mn2+ dan Fe2+)

Ion-ion dari golongan III semuanya diendapkan oleh hidrogen sulfida dalam

buffer amonia-amonium klorida. Golongan ini golongan hidrogen sulfida basa

atau golongan amunium besi.

4. Kation golongan IV (Ca2+ dan Ba2+)

Kalsium dan barium terletak dalam suatu golongan sehingga keduanya

memiliki sifat kimia yang mirip, dan sulit unutk saling dipisahkan. Karena,
7

hanya terdiri dari dua kation dan memiliki kemiripan sifat, karena untuk

golongan ini dibahas secara bersama-sama.

5. Kation golongan V (Mg2+, Na+, K+ dan Nh4+)

Senyawa ini memiliki derajat kelarutan yang sangat tinggi, sehingga kadang-

kadan disebut sebagai golongan larut.

Timbal merupakan logam putih kebiru-biruan dengan pancaran yang

terang. Sifat sangat lunak, mudah dibentuk, ductile dan bukan konduktor listrik

yang baik. Memiliki resistasi yang tinggi terhadap korosi, kegunaan timbal sangat

efektif sebagai penyerap suara, digunakan sebagai tameng radiasi disekeliling

peralatan sinar-X dan reaktor nuklir juga dapat digunakan sebagai penyerap

getaran. Penggunaan timbal dalam cat telah diperketat unutk mencegah bahaya

bagi manusia (Syamsidar, 2013: 141).

Penetapan amonium dengan prosedur gravimetri, amonium harus terdapat

sebagai kloridanya, semua kation tidak boleh sama. Sedikit asam klorida (HCl)

ditambahkan, dengan reagensia asam kloroplatina berlebih. Amonium dapat

ditetapkan dengan mengendapkannya dengan natrium tetrafenilborat sebagai

amonium tetrafenilboron (NH4[B(C6H5)4]) (Basset, dkk, 1994: 527).

Larutan amonia endapan putih dengan komposisi tercampur, pada

dasarnya terdiri dari merkurium (II) oksida dan merkurium (II) amidonitrat, garam

ini kebanyakan senyawa-senyawa merkurium, bersublimasi pada tekanan

atmosfer (Svehla, 1985: 224).

Barium sulfat dapat diendapkan atau memakai asam sulfat, dalam larutan

homogen dengan memakai larutan asam sulfamat, yang menghasilkan ion sulfat

saat dididihkan. Pengendapan barium kromat biasanya dilangsungkan dalam asam

asetat encer yang dibufferkan dengan amonium asetat, pengendapan ulang

diperlukan jika ada (Basset, dkk, 1994: 530-531).


8

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Jumat / 07 November 2014

Pukul : 08.00 – 10.30 WITA

Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia 200 mL,

tabung reaksi, pipet tetes, pembakar spiritus, rak tabung, gegep dan botol

semprot.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan amonium

karbonat ((NH4)2CO3) 2 M, asam asetat (CH3COOH) 2 M, asam klorida (HCl)

2 M, asam sulfat (H2SO4) 2 M, barium klorida (BaCl2) 1 M, besi triklorida


(FeCl3) 1 M, alkohol (C2H5OH) 96%, kalium bromida (KBr) 1M, kalium

kromat (K2CrO4) 2 M, kalium heksasianoferat (K4Fe(CN)6) 2 M, kertas

lakmus merah, natrium hidroksida (NaOH) 2 M, perak nitrat 0,1 M (AgNO3)

timbal nitrit (Pb(NO3)2) 0,1 M, tembaga sulfat (CuSO4) 0,1 M, zink sulfat

(ZnSO4) 0,1 M dan tissu.

8
9

C. Prosedur kerja

Prosedur kerja dalam percobaan ini adalah sebagai beikut:

1. Uji kation Ag+

a. Memipet AgNO3 0,1 M ke dalam 2 tabung reaksi masing-masing

sebanyak 0,5 mL.

b. Pada tabung I menambahkan 1 tetes asam klorida (HCl) 2M hingga

terbentuk endapan putih.

c. Setelah itu membilas dengan akuades (H2O) dan menambahkan

larutkan amonium karbonat ((NH4)CO3) 2M sebanyak 5 tetes.

d. Pada tabung II menambahkan dengan larutan kalium bromida (KBr)

1M sebanyak 1 tetes.

e. Mencatat hasil yang didapatkan.

2. Uji kation Pb2+

a. Memasukkan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 0,5 mL kedalam 2 tabung

reaksi.

b. Pada tabung I menambahkan 3 tetes larutan kalium kromat (K2CrO4)

2 M.

c. Pada tabung II menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4) 2 N

sebanyak 3 tetes dan etanol 96% sebanyak 3 tetes.

d. Mencatat hasil yang didapatkan.

3. Uji kation Cu2+

a. Memasukkan CuSO40,1 M ke dalam tabung reaksi sebanyak 0.5 mL.

b. Menambahkan 3 tetes larutan asam klorida (HCl) 2 M dan larutan

kalium heksasianoferat (K4Fe(CN)6) 2 M sebanyak 1 tetes.

c. Mencatat hasil yang didapatkan.

4. Uji kation Cr3+


10

a. Memasukkan K2CrO41M ke dalam tabung reaksi sebanyak 0.5 mL.

b. Menambahkan 3 tetes larutan AgNO3 0,1 M.

c. Mencatat hasil yang didapatkan.

5. Uji kation Fe3+

a. Memasukkan FeCl30,1 M ke dalam tabung reaksi sebanyak 0.5 mL.

b. Menambahkan 1 tetes larutan kalium heksasianoferat (K4Fe(CN)6) 2

M.

c. Mencatat hasil yang didapatkan.

6. Uji kation Zn2+

a. Memasukkan ZnSO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi sebanyak 0,5 mL.

b. Menambahkan 1 tetes larutan kalium heksasianoferat (K4Fe(CN)6)

1M.

c. Mencatat hasil yang didapatkan.

7. Uji kation Ba2+

a. Memasukkan BaCl2 1 M ke dalam tabung reaksi sebanyak 0.5 mL.

b. Menambahkan 3 tetes larutan asam asetat (CH3COOH) 2 M dan 1

tetes larutan kalium kromat (K2CrO4) 2 M.

c. Mencatat hasil yang didapatkan.

8. Uji kation NH4+

a. Memasukkan larutan (NH4)2CO3 ke dalam tabung reaksi sebanyak

0.5 mL.

b. Memanaskan tabung reaksi.

c. Meletakkan kertas lakmus merah pada mulut tabung reaksi bagian

dalam hingga terjadi perubahan warna biru.

d. Mencatat hasil yang didapatkan.


11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel pengamatan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat diamati tabel

pengamatan sebagai berikut:

Nno Sampel Pereaksi Hasil Percobaan Gambar

HCl+ (NH4)2CO3 Endapan putih, larut


1 Ag+
KBr Endapan putih kuning

K2CrO4 Endapan kuning

2 Pb2+ K2CrO4+ NaOH Larut

H2SO4+ alkohol Endapan putih

HCl Biru
3 Cu2+
HCl+ K4Fe(CN)6 Endapan merah coklat

4 Fe3+ K4Fe(CN)6 Warna biru

11
12

5 Cr3+ K2CrO4+ AgNO3 Endapan merah

6 Zn2+ K4Fe(CN)6 Endapan putih

K2CrO4+
7 Ba2+ Kuning
CH3COOH

Lakmus merah
8 NH4+ Panaskan
Biru

A. Reaksi

1. Uji Ag+

Ag+ + HCl- AgCl + H+


(endapan putih)

Ag+ + KBr AgBr + K+


(endapan kuning)

2. Uji Cu2+

2 Cu2+ + K4[Fe(CN)6] Cu2[Fe(CN)6] + 4K+


(warna merah kecoklatan)

3. Uji Pb2+

Pb2+ + K2CrO42- PbCrO4 + 2K+


(endapan kuning)

Pb2+ + H2SO42- PbSO4 + 2H+


(endapan putih)
13

4. Uji Fe3+

Fe3+ + K4Fe(CN)6] 3Fe[Fe(CN)6] + 4K+


(warna biru)

5. Uji Zn2+

2Zn2+ + K4Fe(CN)6 Zn2[Fe(CN)6] + 4K+


(endapan putih)
6. Uji Cr3+

Cr3+ + AgNO3 AgCr + NO3-


(warna merah bata)

7. Uji Ba2+

Ba2+ + K2CrO42- BaCrO4 + 2K+


(endapan kuning)

8. Uji NH4+

NH4+ + OH- NH3 + H2O


(gas ammonia)

B. Pembahasan
Analisis kualitatif adalah suatu analisa yang berhubungan dengan

identifikasi suatu zat atau campuran yang tidak diketahui. Dasar identifikasi atau

pengenalan unsur-unsur terletak pada sifat-sifat kimia atau fisika. Sifat-sifat yang

paling sederhana yang dipakai untuk pengenalan adalah sifat-sifat yang dapat

langsung diamati. Misalnya, warna suatu senyawa atau hasil reaksi dengan

pereaksi tertentu, dapat dipakai sebagai dasar pengenalan.

Uji kation Ag+ ditambahkan dengan larutan asam klorida (HCl) akan

membentuk endapan putih dalam larutan yang dingin dan tidak terlalu encer. Hal

ini disebabkan karena asam klorida (HCl) tidak mampu melarutkan kation Ag+ ,
larutan asam klorida (HCl) 2 M yang berfungsi membentuk endapan garam
14

klorida dan ditambahkan dengan amonium karbonat (NH4)2CO3 2 M yang

berfungsi melarutkan endapan perak klorida (AgCl), larutan endapan dengan

amonium karbonat (NH4)2CO3 2 M dan didapatkan hasil membentuk endapan

putih dalam larutan yang dingin dan tidak terlalu encer. Hal ini sesuai dengan

teori (Chadijah, 2013: 84), yang menyatakan apabila perak (Ag+) (kation

golongan 1) dilarutkan dengan asam klorida encer akan menghasilkan endapan

berwarna putih.

Uji kation tembaga (Cu2+) yang ditambahkan dengan larutan besi

heksasiofenat (Fe(CN)6) akan menghasilkan warna coklat. Hal ini disebabkan

karena senyawa kompleks heksasianoferat mampu melarutaka kation tembaga

(Cu2+) yang pada dasarnya tembaga (Cu2+) adalah logam berwarna merah muda.

Larutan asam klorida (HCl) 2 M yang berfungsi mengkondisikan larutan dalam

keadaan netral atau asam encer dan ditambahkan larutan kalium heksasioferat

(K4Fe(CN)6)4 1 M yang berfungsi membentuk endapan berwarna merah bata yang

menunujukkan adanya ion tembaga (Cu2+) menghasilkan endapan warna merah

bata dan larutan berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan teori (Svehla, 1985: 232)

yang menyatakan apabila larutan tembaga direaksikan dengan kalium

heksasiofenat (K4Fe(CN)6)4 akan menghasilkan endapan berwarna merah

kecoklatan.

Uji kation timbal (Pb2+), menambahkan dengan larutan kalium kromat

(K2CrO4) menghasilkan warna endapan putih yang menandakan bahwa larutan

kalium kromat (K2CrO4) tidak dapat melarutkan kation timbal (Pb2+) karena

hanya mudah larut jika ditambahkan dengan asam nitrat. Begitupun dengan

penambahan larutan tembaga sulfat (CuSO4) yang akan menghasilkan endapan

orange. Pada penambahan larutan asam sulfat (H2SO4) 2 M dan alkohol 96% yang

berfungsi membentuk endapan timbal sulfat (PbSO4) menghasilkan endapan


15

berwarna putih. Hal ini sesuai dengan teori (Chadijah, 2013: 92), yang

menyatakan apabila timbal (Pb2+) direaksikan dengan larutan kalium kromat

(K2CrO4) akan menghasilkan endapan berwarna kuning. Uji kation besi (Fe3+)

yang ditambahkan larutan besi heksasioferat (Fe(CN)6) akan menghasilkan biru

tumbul. Hal ini karena senyawa kompleks dapat melarutkan kation besi (Fe3+).

Hal ini sesuai dengan teori (Svehla,1985: 262) yang menyatakan apabila larutan

besi (Fe3+) direaksikan dengan besi heksasioferat (Fe(CN)6) akan membentuk

endapan biru turnbull yang dikarenakan senyawa kompleks besi heksasioferat

(Fe(CN)6) dapat melarutkan kation besi (Fe3+).

Uji kation seng (Zn2+) menambahakan larutan besi heksasionat (Fe(CN)6)

akan menghasilkan endapan berwarna putih. Hal ini tersebut karena larutan

senyawa kompleks tidak dapat melarutkan kation seng (Zn2+). Dimana kation

tersebut hanya mampu larut lambat dengan penambahan asam.Hal ini terjadi

karena larutan senyawa kompleks besi heksasionat (Fe(CN)6) tidak dapat

melarutkan kation seng (Zn2+) di mana kation seng (Zn2+) hanyamampu larut

lambat dengan penambahan asam. Hal ini sesuai dengan teori (Svehla, 1985: 291)

yang menyatakan apabila larutan seng (Zn2+) direaksikan dengan kalium

heksasioferat (K4Fe(CN)6)4 akan membentuk endapan berwarna putih.

Uji kation krom (Cr3+) dengan penambahan larutan perak nitrat (AgNO3)

dengan menghasilkan warna merah bata disebabkan karena mampu melarutkan

kation krom (Cr3+) larutan perak nitrat (AgNO3), 1 M yang berfungsi untuk

membentuk endapan berwarna merah pada Cr3+menghasilkan warna merah bata

dan larutan berwarna kuning yang disebabkan karena perak nitrat (AgNO3)

mampu melarutkan kation krom (Cr3+) Hal ini sesuai dengan teori (Svehla, 1985:

272) yang menyatakan apabila krom (Cr3+) direaksikan dengan kalium kromat

(K2CrO4) akan menghasilkan endapan AgCr yang berwarna merah bata.


16

Uji kation barium (Ba2+) yang ditambahakan larutan kalium kromat

(K2CrO4) menghasilkan endapan kuning yang disebabkan karena larutan kalium

kromat (K2CrO4) tidak mamapu melarutkan sampel yang berisi kation barium

(Ba2+). Larutan asam asetat (CH3COOH 2M yang berfungsi melarutkan endapan

putih barium karbonat dan kalium kromat (K2CrO4) 1M yang berfungsi untuk

membentuk endapan kuning barium kromat (BaCrO4). Percobaan ini

menghasilkan larutan berwarna orange. Hal ini tidak sesuai dengan teori (Svehla,

1985: 297). yang menyatakan apabila larutan barium (Ba2+) direaksikan dengan

kalium kromat (K2CrO4) akan menghasilkan endapan berwarna kuning, karena

reagensia yang digunakan terlalu banyak sehingga melarutkan endapan.

Uji kation ammonium (NH4+) menambahkan dengan larutan natrium

hidroksida (NaOH) yang selanjutnya dipanaskan dan mengaitkan lakmus merah

pada dinding tabung reaksi. Setelah dipanaskan terdapat gas ammoium (NH3) dan

kertas lakmus berubah menjadi biru yang menandakan bersifat basa. Hal ini sesuai

dengan teori (Svehla, 1985: 312) yang menyatakan apabila larutan amonium

karbonat (NH4)2CO3 dipanaskan akan menghasilkan gas ammonia.


17

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah jenis-jenis kation yang positif

didapatkan adalah Ag+ terbentuk endapan putih, Cu2+ terbentuk endapan kuning,

Pb2+ dengan K2CrO4 terbentuk endapan kuning dan Pb2+ dengan H2SO4 terbentuk

endapan putih, Fe3+ terbentuk warna biru, Zn2+ terbentuk endapan putih, Cr3+

terbentuk endapan merah, Ba2+ terbentuk endapan kuning dan NH4+ mengubah

kertas lakmus merah menjadi warna biru.

B. Saran

Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya adalah menggunakan

uji kation Hg2 2+ dengan pereaksi asam klorida (HCl) agar dapat diketahui warna

dan pengendapan yang terjadi.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J dkk. Vogel Texbook Of Quantitative Inorganic Analysis Including


Elementary Instrumental Analysis. Terj, A. Hadyan Pujaatmaka dan Ir. L.
Setiono. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kualitatif Anorganik. Jakarta:
EGC, 1994.

Chadijah, Sitti. Dasar-dasar Kimia Analitik. Makassar: UIN Press, 2012.

Day, R.A dan A.L, Underwood. Quantitative Analysis. Terj, Dr. Ir. Lis sopyan,
M. Eng. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga, 2001.

Svehla. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: PT. Raiman Media Pustaka, 1985.

Syamsidar, Dasar Reaksi Kimia Anorganik. Makassar: UIN Press, 2013.

Anda mungkin juga menyukai