Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KIMIA ANALITIK

ANALISIS KUALITATIF KATIION

NAMA : ANNISA NUFUS HARYADI


NIM : 073001500016

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2018
Analisa Kation

Analisis kualitatif adalah suatu analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu
zat atau campuran yang tidak diketahui. Analisis kualitatif lengkap sampel anorganik,
meliputi analisis identifikasi semua jenis kation maupun anion yang mungkin ada dalam
sampel. Ion-ion umum dijumpai dalam cuplikan jenis kation yaitu,

Tabel. 2.1 ion-ion yang umum dijumpai.


Kation Ag+,Pb2+, Hg2+, Hg22+, Bi3+,
Cu2+, Cd2+, Sn2+, Sn4+, Sb3+,
As3+, Fe3+, Fe2+, Al3+, Cr3+,
Mn2+, Zn2+, Ni2+, Co2+,
Ba2+, Ca2+, Mg2+, Na+, K+,
NH4+

Dasar identifikasi atau pengenalan unsur-unsur terletak pada sifat-sifat fisika atau
kimia atau fisika. Sifat-sifat yang paling sederhana yang dipakai untuk pengenalan adalah
sifat-sifat yang dapat langsung diamati. Misalnya, warna suatu senyawa atau hasil reaksi
dengan pereaksi tertentu, dapat dipakai sebgai dasar pengenalan. Jika hendak mengnalisis
sampel yang berisi sejumlah ion, maka cara terbaik yang dapat dilakukan adalah mencari
pereaksi-peraksi yang ampu mengendapakan bersama sejumlah tertentu ion, yang
dipisahkan kemudian dengan penyaringan. Masing-masing kelompok ini selanjutnya
diuraikan menjadi beberapa sub kelompok dan demikian selanjutnya tinggal satu ion dalam
larutan (Chadijah, 2012: 79-80).

Secara umum Ion bermuatan positif yang kehilangan satu atau lebih elektron disebut
dengan kation karena kation yang tertarik menuju anoda. Suatu pereaksi menyebabkan
sebagian kation mengendap dan sebagian larut. Maka setelah dilakukan penyaringan
terhadap endapan terbentuk dua kelompok campuran yang masing-masingnya kurang dari
campuran sebelumnya. Reaksi yang terjadi saat pengidentifikasikan menyebabkan
sebentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan berbeda sifat fisiknya (Chadijah,
2013: 84-85).

Menurut Chadijah (2012: 81), analisis kualitatif kation dalam larutan didapat
pembagian atas enam kelompok atau golongan yaitu,

1. Golongan perak, dipakai pereaksi HCl encer dan dihasilkan endapan klorida dari
ion Ag (I), Hg (I), Pb (II). Golongan ini juga dikenal sebagai golongan 1 atau golongan klorida.

2. Golongan tembaga-arsen, peraksi yang dipakai adalah asam sulfida, dalam suasana
HCl encer, akan didapatkan sejumlah garam sulfida dari Hg (II), Pb (II), Bi (III), Cu (II), Cd
(II), Al (III), Sn (IV) dan Sb (III). Golongan ini juga dikenal sebagai golongan II atau golongan
sulfida.

3. Golongan aluminium, pereaksi pengendapan adalah campuran amonium hidroksi


dan amonium klorida dan menghasilkan endapan hidroksida atau oksida terhidrasi. Ion
logam yang bereaksi adalah Al (III), Fe (III), Mn (IV), dan Cr (III), golongan ini dinamakan
golongan III atau golongan hidroksida.

4. Golongan nikel, pereaksi pengendap adalah campuran amonium sulfida dan


amonium klorida, menghasilkan endapan sulfida larut dalam asam klorida. Ion logam
bereaksi adalah Ni (III), Co (II), Mn (II) dan Zn (II). Golongan ini dinamakan golongan IV atau
golongan sulfida.

5. Golongan barium, ion-ion logam kelompok ini tidak dapat diendapkan sebagai
senyawa klorida, sulfida atau hidroksida tetapi dapat diendapkan sebagai senyawa karbonat.
Pereaksi pengendap adalah amonium karbonat dengan kondisi larutan tertentu. Ion logam
terendapkan adalah Ba (II), Sr (II) dan Ca(II). Golongan ini dinamakan golongan V atau
karbonat.

6. Golongan magnesium, ion-ion dalam kelompok ini tidak dapat diendapkan dengan
berbagai pereaksi pengendap sebelumnya. Dalam kelompok ini terdapat ion Mg (II), K (I),
Na (I) dan amonium (I). Golongan ini dinamakan golongan VI atau golongan sisa.
Identifikasi kation banyak digunakan terhadap terutama sampel yang berupa bahan
garam yang mengandung banyak logam-logam, misalnya pasir besi dan sebagainya. Uji
kation ini, bahan-bahan galian tersebut dapat segera ditentukan tanpa memerlukan waktu
yang lama. Dengan adanya suatu unsur berguna untuk memisahkan bahan galian yang
tercampur. Selain itu, dapat juga di gunakan untuk kasus-kasus keracunan logam berat,
seperti Hg dan Pb. Identifikasi kation banyak digunakan atau dilakukan, mengingat karena
bahan-bahan tersebut merupakan bagian bahan obat, bahan baku, dan sedian obat. Namun,
dapat juga sebagai pencemar yang perlu di ketahui keberadaannya agar dapat diantisipasi
bila membahayakan. Klasifikasi kation yang paling umum di dasarkan pada perbedaan
kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat tersebut (Chadijah, 2012: 83-84).

Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut, maka
setelah di lakukan penyaringan terhadap endapan terbentuk dua kelompok campuran yang
massa masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi yang terjadi saat
pengindentifikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula
dan berbeda sifat fisiknya (Chadijah 2012: 84-85).

Penetapan amonium dengan prosedur gravimetri, amonium harus terdapat sebagai


kloridanya, semua kation lain tak boleh ada. Sedikit asam klorida (HCl) di tambahkan diikuti
dengan reagensia asam kloroplatina berlebih. Amonium dapat juga di tetapkan dengan
mengendapkannya dengan natrium tetrafenilborat sebagai amonium tetrafenilboron, yang
sedikit sekali dapat larut, dengan memakai prosedur yang serupa seperti yang di uraikan
untuk kalium, zat ini dikeringkan pada 100oC (Svehla, 1985: 527-528).

Kation dalam kelompok diendapkan sebagai senyawa, dengan menggunakan


pereaksi pengendap golongan tertentu. Endapan yang dihasilkan mengandung kation-kation
dalam suatu golongan. Pemisahan endapan dari larutannya biasanya cukup dilakukan
dengan teknik sentrifugasi yang diteruskan dengan dekantasi (Chadijah, 2012: 85).
Menurut Chadijah (2012: 85-91), pereaksi pengendap bila ditambahkan pada
larutan menghasilakn dekantasi yaitu:

1. Kation golongan I ( Hg22+, Ag+ dan Pb2+)

Kation golongan I terdiri dari tiga ion logam yang garam kloridanya tidak larut
dalam larutan asam. Pereaksi yang digunakan untuk menetapkan golongan ini adalah asam
klorida sehingga golongan I kadan-kadang disebut golongan asam klorida, golongan klorida,
dan golongan perak. Dalam suasana asam, klorida dari kation dari golongan lain larut.

2. Kation golongan II (Hg2+, Pb2+, Cu2+ dan Sb3+)

Sulfida dari kation golongan II meruapakan endapan yang dihasilkan dari


penambahan hidrogen sulfida dalam suasana asam encer kedalam larutan sampel. Golongan
II sering juga disebut asam hidrogen sulfida atau golongan tembaga III. Walaupun tidak
dimasukkan dalam skema pemisahan, karena bersifat sangat beracun arsen dan bismuth
juga termasuk dalam golongan ini.

3. Kation golongan III (Zn2+, Mn2+ dan Fe2+)

Ion-ion dari golongan III semuanya diendapkan oleh hidrogen sulfida dalam buffer
amonia-amonium klorida. Golongan ini golongan hidrogen sulfida basa atau golongan
amunium besi.

4. Kation golongan IV (Ca2+ dan Ba2+)

Kalsium dan barium terletak dalam suatu golongan sehingga keduanya memiliki
sifat kimia yang mirip, dan sulit unutk saling dipisahkan. Karena, hanya terdiri dari dua
kation dan memiliki kemiripan sifat, karena untuk golongan ini dibahas secara bersama-
sama.
5. Kation golongan V (Mg2+, Na+, K+ dan Nh4+)

Senyawa ini memiliki derajat kelarutan yang sangat tinggi, sehingga kadang-kadan
disebut sebagai golongan larut.

Timbal merupakan logam putih kebiru-biruan dengan pancaran yang terang. Sifat
sangat lunak, mudah dibentuk, ductile dan bukan konduktor listrik yang baik. Memiliki
resistasi yang tinggi terhadap korosi, kegunaan timbal sangat efektif sebagai penyerap suara,
digunakan sebagai tameng radiasi disekeliling peralatan sinar-X dan reaktor nuklir juga
dapat digunakan sebagai penyerap getaran. Penggunaan timbal dalam cat telah diperketat
unutk mencegah bahaya bagi manusia (Syamsidar, 2013: 141).

Penetapan amonium dengan prosedur gravimetri, amonium harus terdapat


sebagai kloridanya, semua kation tidak boleh sama. Sedikit asam klorida (HCl) ditambahkan,
dengan reagensia asam kloroplatina berlebih. Amonium dapat ditetapkan dengan
mengendapkannya dengan natrium tetrafenilborat sebagai amonium tetrafenilboron
(NH4[B(C6H5)4]) (Basset, dkk, 1994: 527).

Larutan amonia endapan putih dengan komposisi tercampur, pada dasarnya


terdiri dari merkurium (II) oksida dan merkurium (II) amidonitrat, garam ini kebanyakan
senyawa-senyawa merkurium, bersublimasi pada tekanan atmosfer (Svehla, 1985: 224).

Barium sulfat dapat diendapkan atau memakai asam sulfat, dalam larutan
homogen dengan memakai larutan asam sulfamat, yang menghasilkan ion sulfat saat
dididihkan. Pengendapan barium kromat biasanya dilangsungkan dalam asam asetat encer
yang dibufferkan dengan amonium asetat, pengendapan ulang diperlukan jika ada (Basset,
dkk, 1994: 530-531).
DAFTAR PUSTAKA

 Basset, J dkk. Vogel Texbook Of Quantitative Inorganic Analysis


IncludingElementary Instrumental Analysis. Terj, A. Hadyan Pujaatmaka dan
Ir. L.
 Setiono. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kualitatif Anorganik. Jakarta: EGC,
1994.
 Chadijah, Sitti. Dasar-dasar Kimia Analitik. Makassar: UIN Press, 2012.
 Day, R.A dan A.L, Underwood. Quantitative Analysis. Terj, Dr. Ir. Lis sopyan, M.
Eng. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga, 2001.
 Svehla. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: PT. Raiman Media Pustaka, 1985.
 Syamsidar, Dasar Reaksi Kimia Anorganik. Makassar: UIN Press, 2013.

Anda mungkin juga menyukai