Anda di halaman 1dari 8

I.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah memisahkan komponen senyawa
campuran dengan cara elektroforesis kertas

II. Rumusan Masalah


1. Apa itu elektroforesis dan bagaimana prinsip kerjannya?
2. Apa saja jenis- jenis elektroforesis?
3. Bagaimana rangkaian, cara kerja, dan migrasi komponen dari
elektroforesis kertas?
4. Apa pengaruh muatan terhadap migrasi komponen zat warna dalam
rangkaian elektroforesis kertas?
5. Apa jenis muatan yang terkandung dalam komponen zat warna
berdasarkan praktikum ini?

III. Metodologi
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
- Kertas
- Kaca preparat (2 buah)
- Battery (31 volt)
- Voltmeter
- Batang karbon
- Wadah
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
- Larutan buffer (0,1 M asam asetat + 0,04M ammonium asetat)
- Pewarna makanan

3.3 Langkah Kerja


Pertama, buffer campurannya disiapkan terlebih dahulu dari
campuran asam asetat 0,1 M dan amonium asetat 0,04 M. Buffer
dituangkan sebanyak 30 ml ke dalam dua cawan petri. Kemudian,
siapkan juga kertas yang sudah diberi tanda garis mulai yaitu terdapat
ditengah kertas saring yang jaraknya 3,5 cm dari kedua garis finish.
Setelah ditandai, kertas dibasahi dengan cara dicelupkan ke larutan
buffer yang sudah disiapkan di cawan petri. Lalu, 2 pewarna
diteteskan
ke titik yang sudah ditandai, setelah itu kertas pada zona garis mulai
hingga finish ditutupi dengan kaca preparat. Dibuat rancangan

1
elektroforesisnya, dengan diletakkan kedua ujung kertas pada dua
cawan petri berisi buffer, serta dua elektroda yang telah
disambungkan dengan power supply berkekuatan 36 volt oleh kabel
buaya. Ditunggu dan amati beda potensial awal dan akhir dengan
voltmeter (voltmeter diatur pengukurannya ke DC), prosedur segera
dihentikan saat sampel telah berpisah, akhirnya diukur perbandingan
jarak buffer dengan jarak migrasi sampel.

IV. Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Perhitungan Rf pada Zat Pewarna Makanan.

Warna Komponen Jarak (cm) Rf


Contoh Biru 0,7 0,2
Ungu
Merah 0,45 0,128
Hijau 0,8 0,23
Biru 0,3 0,09
Hijau
Kuning 1,1 0,314
perhitungan:
- Diketahui :
1. Pada sampel pewarna makanan ungu:
a. Jarak komponen (biru) = 0,7 cm
b. Jarak pelarut = 3,5 cm
c. Jarak komponen (merah) = 0,45 cm
d. Jarak pelarut = 3,5 cm
- Ditanya :
1. Rf pada sampel pewarna makanan ungu (biru)
2. Rf pada sampel pewarna makanan ungu (merah)
- Dijawab:
jarak kompone
1. Harga Rf =
jarak pelarut
0,7 cm
Harga Rf =
3,5 cm
Harga Rf = 0,2
jarak komponen
2. Harga Rf =
jarak pelarut

2
0,45 cm
Harga Rf =
3,5 cm
Harga Rf = 0,128
4.2 Pembahasan
Elektroforesis merupakan salah satu teknik yang dapat
digunakan untuk memisahkan komponen maupun molekul bermuatan
dan memurnikan beberapa makromolekul. Teknik ini didasarkan oleh
perbedaan tingkat migrasi dalam sebuah medan listrik. Terdapat
beberapa jenis elektroforesis, seperti elektroforesis kertas,
elektroforesis kapiler dan elektroforesis gel. Elektroforesis kertas
merupakan elektroforesis yang menggunakan kertas sebagai fase diam
dan larutan penyangga yang mengandung partikel bermuatan (seperti
ion-ion kompleks) sebagai fase gerak. Sedangkan elektroforesis gel
merupakan teknik yang menggunakan medan listrik untuk
memisahkan suatu molekul berdasarkan ukurannya, yang mana
elektroforesis ini memiliki 2 fase dalam, yaitu fase diam (gel) dan fase
gerak (larutan buffer). Yang terakhir yaitu elektroforesis kapiler, yaitu
elektroforesis yang digunakan untuk melakukan pemisahan terhadap
makromolekul – makromolekul seperti protein, karbohidarat, dan lipid
yang merupakan molekul-molekul besar (Sudjadi, 2012). Prinsip kerja
elektroforesis yaitu adanya pergerakan molekul dalam medium yang
diberi aliran listrik (Adrianto, 2017). Secara umum, pemisahan
komponen yang dilakukan dengan menggunakan teknik elektroforesis
akan memiliki konsep yang sama, dimana komponen akan selalu
bergerak dari kutub katoda ke anoda. Contoh sampelnya yaitu DNA.
Pada proses pemisahan DNA dengan elektroforesis dalam kondisi
netral, DNA yang notebene bermuatan negatif akan bergerak dari
kutub katoda menuju kutub anooda jika berada dalam medan arus
listrik (Suwanto, Soka, dan Candra, 2019).
Secara keseluruhan prinsip, semua jenis elektroforesis
memiliki kesamaan, yaitu mengukur migrasi sampel berdasarkan
pengaliran medan listrik oleh sumber. Kecuali pada segi media dan
kecocokannya dengan larutan buffer, terbentuklah 3 jenis
elektroforesis yang berbeda serta prosedurnya. Pertama adalah
elektroforesis gel, untuk gelnya dibuat dari agarose, yaitu lempengan
semi padat terbuat dari ekstrak rumput laut, sebagai media fase diam
yang memiliki ukuran pori-pori yang cukup besar sekaligus sifatnya
permeabel, membuatnya dapat digunakan untuk dipenetrasi saat

3
separasi pada variasi ukuran dari 100bp - 25kb. Pada gel yang
dilengkapi chamber sebagai wadah juga dapat dibuat lubang sumur
menggunakan comb dengan ukuran 0,5-1 cm, kelebaran 1-2 cm dan
kedalaman 3-3,5 mm, penginjeksian sampelnya pun menggunakan
mikropipet sebesar 12ϥm. Ini bertujuan untuk mengelompokkan dan
menopang sampel yang akan diuji hasil separasi komponen pada
tempatnya agar tidak menyatu dengan sampel lain. Untuk buffernya
digunakan TAE (Tris-Asetat EDTA) yang merupakan larutan buffer
berada pada pH 8, memiliki sifat buffer lemah yang merupakan
campuran pelarut polar dan nonpolar, sehingga dan larut sebagian
kecil pada gel agarosa, sehingga prosesnya cocok untuk menguji
sampel kecil dan penghantaran medan listrik ke sampel lebih baik,
seperti pengamatan degradasi warna komposisi pewarna saat
pemisahannya berdasarkan perbedaan kekuatan, kecepatan migrasi
listrik, ukuran komponen, jenis muatan listrik dan resistor (Bisen,
2014).
Yang kedua adalah elektroforesis kertas, digunakan kertas
saring Whatmann berbentuk persegi panjang. Untuk penginjeksiannya,
ia menggunakan pipa kapiler tipis dan bukan mikropipet. Juga berbeda
dengan elektroforesis gel, pergerakan sampel bukan dari anoda,
melainkan dari posisi tengah kertas yang sudah ditandai dengan garis
tepi oleh pensil dan mengamati pergerakannya ke anoda (ion positif)
maupun katoda (ion negatif dan netral) yang dialiri dengan voltase
yang termasuk paling rendah dari semua jenis elektroforesis, sehingga
lebih menghemat listrik (sekitar maksimal 400V). Larutan buffernya
pun juga berbeda, yaitu campuran eluen asam asetat dan amonium
asetat, yang memiliki polaritas berbeda dengan fase diam dan fase
gerak sampel agar pelarut dapat berkolasi dengan sampel yang
bergerak secara difusi menuju elektroda positif ataupun negatif,
fungsinya sama seperti elektroforesis gel. Kelebihan metode ini, hasil
visualisasi lebih baik dan mudah diukur, dapat digunakan untuk
analisis berbagai sampel kualitatif ataupun kuantitatif serta biayanya
yang lebih murah. Namun kelemahan adalah masalah keakuratan data
dan kesalahan prosedur lebih memungkinkan terjadi seperti mudah
menguap dan mengeringnya buffer karena udara (Smith, 2013).
Terakhir, elektroforesis kapiler lebih dikhususkan bukan untuk
pengujian sampel pewarna, namun digunakan untuk dipenetrasi saat
separasi pada berbagai jenis analit protein (serum, urin, protein CSF),

4
DNA, RNA, hemoglobin, isoenzim dan lipoprotein, lipid serta jenis-
jenis karobhidrat pada variasi ukuran sampel yang lebih fleksibel
daripada gel agarose, oleh karena itu elektroforesis kapiler ini lebih
dikhususkan untuk analisis kuantitatif dan kualitatif analit tersebut.
Dengan menggunakan elektroforesis kapiler, yang merupakan pipa
kapiler (fase diam) yang diisi dengan buffer, untuk memisahkan
komponen karbohidrat, lipid dan protein dengan resolusi yang lebih
tinggi selama sampel perkolasi dengan buffer running (juga
mengalirkan medan listrik dari powe supply ke sampel) hingga sampel
sambil dideteksi oleh detektor UV-visible spektrofotometer. Tentukan
panjang migrasi untuk setiap komponen dan faktor retensi untuk
mengasumsikan ukuran dan massa molar molekul, semakin besar,
semakin sedikit stabilitas. Dilihat dari prinsipnya, diasumsikan
tegangan, kesesuaian ukuran sampel dengan diameter pipa kapiler
(karena pipa kapiler mudah mendeteksi adanya kontaminan jika ada
hambatan), juga menjadi faktor utama penentu konsentrasi sampelnya.
Metode elektroforesis ini cukup memakan biaya yang mahal, karena
penggunaan alat yang lebih, seperti high voltage power supply, operasi
komputer untuk membaca grafik waktu retensi dan tegangan listrik
dengan Bioanalyzer, Experion ataupun spektrofotometri (Rohman,
2018).
Pada elektroforesis kertas, sampel secara langsung diteteskan
ke suatu daerah pada kertas, yang akan dibasahi dengan larutan
penyangga sebelum dialirkan arus listrik. Kedua ujung dari kertas
tersebut dicelupkan ke dua wadah berisi larutan penyangga yang sudah
terhubung dengan elektroda dan sumber arus sehingga dapat
menciptakan rangkaian listrik. Pewarna dicampurkan dengan sampel
dan larutan standar untuk membantu visualisasi dari proses
elektroforesis. Pergerakan sampel pada kertas paling bagus terlihat
saat arus listrik searah dengan sumbu serat dari kertas (Harrison, Todd,
Rudge, dan Petrides, 2015).

5
Gambar 1. Rangkaian elektroforesis kertas (Block, Durrum, dan
Zweig, 2016)
Pada elektroforesis, arus listrik mengalir diantara kedua
elektroda. Pergerakan elektron pada elektroforesis menyerupai sel
elektrolisis. Pada saat sumber arus dinyalakan, katoda akan bermuatan
negatif dan sampel bermuatan positif akan bergerak menuju katoda,
sedangkan anoda akan bermuatan positif dan sampel bermuatan
negatif akan bermigrasi menuju anoda. Sampel yang tidak bermuatan
tidak mengalami pergerakan saat timbulnya medan listrik (Block,
Durrum, dan Zweig, 2016).
Pada praktikum ini digunakan pewarna ungu brand dan
pewarna hijau dari brand kopoe-kopoe. Pewarna ungu berpisah
menjadi warna biru yaitu Briliant Blue CI 42090 dan warna merah
yaitu Carmoisine CI 14720. Carmoisine (zat warna merah) memiliki
berat molekul lebih berat daripada briliant blue (zat warna biru)
berdasarkan percobaan dimana zat warna merah menempuh jarak lebih
dekat yaitu 0,45 cm dengan Rf 0, 128 yang mana zat warna biru
menempuh jarak 0,7 cm dengan Rf 0,2. Hal ini membuktikan bahwa
molekul yang berukuran lebih kecil akan bergerak lebih cepat pada
kertas yang berada dilarutan buffer dan dialiri arus listrik, hambatan
yang dihadapi oleh molekul yang lebih kecil tidak banyak
dibandingkan dengan molekul berukuran lebih besar besar (Fuad,
Ulfin, dan Kurniawan, 2016).
Pada praktikum ini, pewarna hijau memisahkan diri menjadi 3
warna yaitu warna biru, warna hijau, dan warna kuning. Warna biru
merupakan Briliant Blue CI 42090 dan warna kuning merupakan
Tartazine CI 19140 sedangkan warna hijau yang ada di kertas
merupakan pewarna campuran yang belum memisahkan diri menjadi
warna tunggal seperti warna biru dan kuning (Handayani dan Larasati,
2018). Berdasarkan hasil praktikum, zat warna yang paling berat
adalah warna biru dengan menempuh jarak 0,3 cm dengan Rf sebesar
0,09, hijau yang masih pewarna campuran berjarak 0,8 cm dengan Rf
sebesar 0,23, dan yang paling ringan adalah zat warna kuning dengan
menempuh jarak 1,1 cm dengan Rf sebesar 0,314 (Fuad, Ulfin, dan
kurniawan, 2016).

6
Rf standar dari Carmoisine adalah 0.8266, Rf standar Brilliant
Blue adalah 0.7466, dan Rf standar dari Tartazine 19140 adalah 0,48
(Handayani dan Larasati, 2018). Berdasarkan literatur ini, didapatkan
perbedaan hasil dengan praktikum yang dilakukan, hal ini dikarenakan
adanya kesalahan selama praktikum yaitu wadah yang terbuka
sehingga memungkinkan kontaminasi dari udara bebas yang
mengganggu pergerakan komponen, proses pencelupan kertas ke
buffer yang dilakukan dengan tidak bersamaan yang mengakibatkan
hasil running akan cenderung bergerak menjauhi kertas lebih basah
oleh larutan buffer (Harahap, 2018).
Pergerakan zat warna komponen pada praktikum ini menuju
kearah anoda (muatan negatif). Berdasarkan prinsip kerja
elektroforesis yakni pemisahan berdasarkan perbedaan muatan listrik
yang dimana noda akan bergerak kearah muatan yang berlawanan
dengan muatan dirinya, dapat diambil kesimpulan bahwa pewarna
sintesis yang digunakan pada praktikum ini memiliki muatan positif
(katoda). Voltase yang digunakan adalah 25,6 V pada buffer yang
dihitung juga berpengaruh terhadap kecepatan pergerakan molekul,
pada praktikum dapat diamati bahwa masih ada pewarna hijau yang
merupakan pewarna campuran yang belum terpisah secara total karena
mungkin dengan voltase sebesar 25,6 V memerlukan waktu lebih lama
dari yang ditetapkan. Hasil akhir voltase pada baterai dihitung sebesar
22,2 V yang berarti pada elektroforesis memiliki prinsip perpindahan
didalam medan listrik yaitu menggunakan voltase listrik untuk
berpindah dari muatan satu ke muatan lainnya (Magdeldin, 2012).
V. Kesimpulan
Simpulan dari percobaan ini yaitu komponen dari pewarna makanan
yang digunakan dapat dipisahkan melalui elektroforesis kertas
berdasarkan pergerakan komponen kearah yang bermuatan negative
(anoda) sehingga terlihat terpisahnya komponen pewarna.

VI. Daftar Pustaka


Adrianto, H. (2017). Buku Ajar Biologi Sel dan Molekuler. Yogyakarta:
Deepublish Publisher.
Bisen, P. S. (2014). Laboratory protocols in applied life sciences. Boca
Raton: CRC Press.

7
Block, R.J., Durrum, E.L., & Zweig, G. (2016). A Manual of Paper
Chromatography and Paper Electrophoresis revised. New York:
Academic Press Inc., Publishers.
Fuad, A. R. M., Ulfin, I & Kurniawan, F. (2016). Penggunaan Agar-agar
Komersial sebagai Media Gel Elektroforesis Pada Zat Warna
Remazol: Pengaruh Komposisi Buffer, pH Buffer dan Konsentrasi
Media. Jurnal Sains Dan Seni ITS,5(2):3518-3520.
Handayani, R & Larasati, H. Y. (2018). Identifikasi Pewarna Sintesis
pada Produk Olahan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa) dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis. Palangkaraya: Institute for
Researches and Community Services Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.
Harahap, M. R. (2018). Elektroforesis: Analisis Elektronika Terhadap
Biokimia Genetika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 1(2):
21-26.
Harrison, R.G., Todd, P.W., Rudge, S.R., & Petrides, D.P. (2015).
Bioseparations Science and Engineering. New York: Oxford
University.
Magdeldin, S. (2012). Gel Electrophoresis-Principles and Basics. Rijeka:
InTech Publisher.
Rohman, A. (2018). Analisis Obat. Yogyakarta: UGM PRESS.
Smith, I.(2013). Zone Electrophoresis: Chromatographic and
Electrophoretic Techniques. USA: Elsevier.
Sudjadi. (2012). Bioteknologi Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Suwanto, A., Soka, S., & Candra, K. P. (2019). Teknik Percobaan Dalam
Genetika Molekuler. Jakarta: Penerbit Universitas Katolik Indonesia
Atma Jaya.

Anda mungkin juga menyukai