KIMIA ORGANIK 1
NIM : K1A021002
SHIFT :B
JURUSAN KIMIA
PURWOKERTO
2022
EKSTRAKSI CAIR - CAIR
I. TUJUAN
1. Dapat mengenal dan memahami prinsip ekstraksi
2. Dapat memilih dengan tepat larutan yang digunakan untuk
ekstraksi
3. Trampil dan mahir dalam melakukan ekstraksi
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hasil
3.3.2 Ekstraksi Bertingkat
Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
Sebanyak 10 mL asam asetat glasial (5 Larutan tidak berwarna
mL dalam 110 mL air) dimasukkan ke
dalam corong pisah 100 mL, ekstraksi
dengan 30 mL eter.
Larutan dikocok 1-2 kali, dibuka kran Larutan tidak berwarna
corong pisah dengan posisi terbalik.
M1 x 5 = 0,3 x 12,7
, ,
M1 =
M1 = 0,76 M
2. Konsentrasi larutan asam asetat glasial pada fasa air atau [CH3COOH] Fa
V fasa bawah = 5 mL
V NaOH untuk titrasi fasa bawah = 11,5 mL
M NaOH = 0,3 M
M1 x V1 = M2 x V2
M1 x 7 = 0,3 x 11,5
, ,
M1 =
M1 = 0,69 M
3. Konsetrasi asam asetat glasial dalam fasa organik
[CH3COOH] Fo = [CH3COOH] Ftotal – [CH3COOH] Fa
= 0,76 – 0,69
= 0,07
4. Persentase asam asetat glasial dalam lapisan air dan dietil eter
%[CH3COOH] Fa = 𝑥 100%
,
= ,
𝑥 100%
= 90,78%
4.3 Pembahasan
Bentuk murni dari asam asetat ialah asam asetat glasial. Asam asetat glasial
mempunyai ciri-ciri tidak berwarna, mudah terbakar (17°C dan 118°C) dengan
bau menyengat, dapat bercampur 15 dengan air dan banyak pelarut organik. Asam
asetat glasial dalam bentuk cair atau uap sangat korosif terhadap kulit dan jaringan
lain suatu molekul asam asetat mengandung –OH dan dengan sendirinya dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan air, karena adanya ikatan hidrogen ini maka
asam asetat yang mengandung atom karbon satu sampai empat dan dapat
bercampur dengan air (Hawett, 2003).
Pelarut yang digunakan adalah dietil eter dan air. Dietil eter merupakan
salah satu eter komersial yang paling penting. Ia bersifat non polar dan banyak
digunakan sebagai bahan pelarut untuk reaksi-reaksi organik dan pemisahan
senyawa organik dari sumber alamnya (Ullmann & Gerhatz, 1985). Rumus dietil
eter adalah CH3-CH2-O-CH2-CH3. Air merupakan pelarut universal karena
mudah bercampur. Zat kimia yang dapat dilarutkan oleh air adalah zat hidrofilik
dan hidrofibik. Zat hidrofilik mudah larut dalam air dan merupakan penyuka air
seperti garam-garam, gula, dan berbagai macam molekul organik (Chang, 2010).
Gambar 4.3.8 Hasil titrasi
Pada percobaan ini diketahui bahwa konsentrasi larutan pada asam asetat
glasial adalah 0,57 N. Konsentrasi asam glasial dalam larutan eter dan air adalah
0,726 N. Serta persentase asam asetat glasial dalam lapisan air dan eter sebesar
132,5%. Hasil percobaan ini belum sesuai dengan referensi. Dimana menurut
(Dimian, dkk, 2019), asam asetat dijual belikan sebagai asam asetat glasial dengan
konsentrasi air kurang dari 1% dan lebih dari 98% konsentrasi asam asetat.
Dalam percobaan ini dilakukan titrasi fase air dengan NaOH 0,3 N. Titrasi
ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan asam asetat glasial dalam
lapisan air dan eter (Cairns, 2009). Larutan standar primer mrupakan larutan yang
mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat
melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Sedangkan larutan
standar sekunder merupakan larutan dari suatu zat yang konsentrasinya tidak
dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.
Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuanmenggunakan larutan baku
primer, biasanya melalui metode titrimetrik (Kanja, 2014).
Hasil dari percobaan ini belum sesuai dengan referensi, hal itu bisa
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya yaitu bisa karena
terbentuknya emulsi. Emulsi bisa terbentuk tergantung dari viskositas, perbedaan
densitas, serta ukuran tetesan. Cara mengurangi kemungkinan terbentuknya
emulsi adalah dengan membalikkan lapisan secara perlahan, menggunakan pelarut
campuran, dan menggunakan sedikit air dengan sejumlah besar pelarut organik
(Meloan, 1999).
Pemilihan pelarut pada ekstraki cair – cair ini juga harus diperhatikan.
Berikut ini adalah syarat pelarut untuk esktraksi (Syukri, 1999):
1. Pelarut mudah melarutkan bahan yang diekstrak.
2. Pelarut tidak bercampur dengan cairan yang diekstrak.
3. Pelarut mengekstrak atau tidak sama sekali pengotor yang ada.
4. Pelarut mudah dipisahkan dari zat terlarut.
5. Pelarut tidak bereaksi dengan zat terlarut melalui segala cara.
Melakukan ekstraksi cair-cair perlu memperhatikan beberapa faktor agar
hasil yang didapatkan maksimal. Faktor pertama adalah ukuran partikel,
semakin kecil ukurannya maka semakin besar luas permukaan antar zat dan lebih
cepat prosesnya. Faktor kedua adalah zat pelarut, walaupun hampir tidak
mungkin menemukan pelarut yang memenuhi syarat tetapi dapat dipilih pelarut
yang terbaik. Selanjutnya adalah faktor temperatur, kelarutan zat terlarut pada
partikel yang diekstraksi dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan
temperature untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi. Faktor terakhir
adalah pengadukan fluida. Pengadukan ini penting karena akan menaikkan
proses difusi dan perpindahan material terjadi lebih cepat (Rahayu & Purnavita,
2008).
Dalam industri kimia, ekstraksi cair – cair ini sudah digunakan secara luas
,yaitu dalam industri kimia organik dan industri kimia anorganik. Penelitian –
penelitian yang menggunakan proses ekstraksi cair – cair ini biasanya ditujukan
untuk mengambil senyawa kimia baru atas untuk menemukan pelarut baru yang
memberikan hasil ekstraksi yang lebih baik. (Martunus & Helwani, Zuchra,
2007). Selain itu, metode ekstraksi cair-cair dapat juga digunakan untuk
pengambilan kembali asam sitrat dan asam oksalat pada industri asam sitrat.
Metode ini digunakan baik pada proses pemisahan produk yang keluar dari
fermentor maupun pada proses pengolahan limbah cairnya (Kasmiyatun & Jos,
2008).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat Diambil
keismpulan sebagai berikut ini.
1) Prinsip pada ekstraksi yaitu pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen
dalam campuran sehingga tidak saling mencampur. Ekstraksi,
maka dari itu memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut
antara dua pelarut yang tidak dapat bercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari suatu pelarut ke pelarut
lain.
2) Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus memiliki
beberapa kriteria antara lain mudah melarutkan bahan yang
diekstrak, tidak bercampur dengan cairan yang diekstrak,
mengekstrak atau tidak sama sekali pengotor yang ada, mudah
dipisahkan dari zat terlarut dan tidak bereaksi dengan zat
terlarut melalui segala cara.
3) Ekstraksi cair-cair dilakukan dengan menggunakan alat corong
pisah, dengan sedikitnya dua tahap yaitu tahap pencampuran
secara intensif bahan ekstraksi deng
DAFTAR PUSTAKA
Dimian, A., Bildea, C., & Kiss, A. (2019). Acetic Acid. Applications in Design
and Simulatin of Sustainable Processes, 438-519.
Martunus & Helwani, Zuchra, (2007). Ekstraksi Dioksin Dalam Limbah Air
Buangam Industri Pulp dan Kertas dengan Pelarut N-Heksana dalam
Jurnal ITENAS vol 10 no. 4. Fakultas Teknik, Universitas Riau.
Rubensam, G., Barreto, F., Hoff, R., Kist, T., & Pizzolato, T. (2011). A Liquid-
Liquid Extraction Procedure Followed by a Low Temperature Purification
Step fot the Analysis of Macrocyclic Lactones in Milk by Liquid
Chromaography Tandem Mass Spectrometry and Fluorescence Detection.
Analytica Chimica Acta, 705(1-2), 49 - 29.
Tamada, J., Kertes, A., & King, C. (1990). Extraction of Carboxylic Acids by
Amine Extractants. Ind.Eng.Chem., 1319-1326.
Yazid. (2005). Kimia Fisika untuk Pemula. Yogyakarta: Andi.
LAMPIRAN
Jawaban Pertanyaan:
1. Kesimpulan apa yang diperoleh dari metode yang lebih efisien pada ekstraksi
asam asetat dalam larutan air dengan suatu pelarut yang tidak bercampur ?
Jawab: Metode yang lebih efisien adalah ekstraksi cair-cair. Hal ini
disebabkan karena prosesnya hanya membutuhkan alat sederhana yaitu
corong pisah. Selain itu,
tahapan yang dilakukan mudah dilakukan.
2. Apa yang dimaksud dengan koefisien distribusi ?
Jawab: Koefisien distribusi merupakan satuan penting dengan perbandingan
relative kelarutan suatu solute dalam dua solven yang tidak saling bercampur,
hanya memperhitungkan satu spesies (ion/molekul) dalam fasa yang tidak
saling bercampur, atau spesies tunggal, kelemahannya adalah tidak
memperhitungkan adanya reaksi samping atau tidak memperhitungkan
adanya interaksi. Koefisien distribusi sebenarnya hanya membicarakan
komponen tunggal karena yang diperhitungkan hanya yang larut saja.
3. Sifat-sifat apa yang dibutuhkan untuk suatu pelarut yang baik ?
Jawab:
a. Hanya melarutkan ekstrak yang diinginkan.
b. Kemampuan melarutkan ekstrak besar.
c. Tidak saling bercampur dengan bahan ekstraksi.
d. Memiliki perbedaan kerapatan yang besar dengan bahan ekstraksi.
e. Tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia.
f. Mudah diperoleh.
g. Harganya murah.
h. Tersedia dalam jumlah besar.
i. Tidak eksplosif jika bercampur dengan udara.
j. Stabil secara kimia dan termis.
4. Jelaskan bahwa asam asetat dapat diekstraksi secara kuantitatif dari larutan
eter dengan menggunakan larutan NaOH encer dalam air.
Jawab: Asam asetat dapat diekstraksi secara kuantitatif dari larutan eter
dengan menggunakan larutan NaOH encer dalam air yaitu dengan melakukan
titrasi larutan asam asetatbtersebut dengan NaOH sehingga dapat diketahui
konsentrasi dari asam asetat dan kadar dari ekstrak.
5. Jika pelarut-pelarut kloroform, benzena, n-heptana, metilen klorida
digunakan untuk ekstraksi senyawa organik dalam air, lapisan pelarut organik
akan terdapat pada bagian atas atau bawah ? Jelaskan
Jawab: Jika pelarut berikut digunakan untuk ekstraksi senyawa organik dalam
air (ρ air = 1 g∕mL) maka keberadaan lapisan adalah sebagai berikut :
a. Kloroform (CHCl3)
ρ CHCl3 = 1,489 g∕mL
Kloroform akan berada pada lapisan bawah, karena memiliki kerapatan
yang lebih besar dari air.
b. Benzena (C6H6)
ρ C6H6 = 0,878 g∕mL
Benzena akan berada pada lapisan atas karena memiliki kerapatan atau
massa jenis yang lebih kecil dari air.
c. n-heptana (C7H14)
ρ C7H14 = 0,684 g∕mL
n-heptana akan berada pada lapisan atas karena memiliki massa jenis yang
lebih kecil dari air.
d. Metil klorida (CH3Cl)
ρ CH3Cl = 1,003 g∕mL
Metil klorida akan berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis
yang lebih besar dari air.