POLARIMETRI
Dosen Pembina:
Dr. Nazriati, M. Si
Disusun Oleh:
Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator, maka sinar
yang mempunyai arah getaran yang sama dengan arah polarisator diteruskan seluruhnya.
Apabila arah transmisi polarisator tegak lurus terhadap arah analisator maka tak ada sinar
yang diteruskan.Apabila arahnya membentuk suatu sudut maka sinar yang diteruskan
hanya sebagian (gambar 1). Sinar terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optik
aktif akan mengalami pemutaran bidang polarisasi (gambar 2).
dimana: [ ]tD = sudut putar jenis larutan zat optik aktif pada temperatur t ( oC)
l= panjang kolom larutan (dm)
c= konsentrasi larutan (g/mL)
Sudut putar jenis pada temperatur 20 oC dinyatakan dengan [ ]20
D
. hubungan sudut
[ ]tD [ ]20
D
{1 0, 000184(t 20)}
D(+)-glukosa padat
Larutan glukosa sampel
Akuades
Alat yang digunakan:
Gambar. Polarimeter
Piringan
Okuler
Skala Putaran
Pengunci Piringan
Aquades
Hasil
E. Hasil Pengamatan
Larutan sudut putar bidang polarisasi (Φ) Rata-rata Temperatur
glukosa 1 2 3 (°C)
5.00 g/ 50mL 12,13 12,61 12,13 12,29 27
4.00 g/ 50mL 9,76 11,31 9,76 10,27 27
3.00 g/ 50mL 7,71 8,73 7,73 8,05 27
2.00 g/ 50mL 4,11 6,68 4,10 4,96 27
1.00 g/ 50mL 2,05 3,08 2,00 2,37 27
Sampel X 4,63 5,14 4,62 4,79 28
Akuades 0 0 0 0 27
Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar dari larutan glukosa dengan
menggunakan nilai sudut putarnya. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan
konsentrasi sampel larutan gula/glukosa, sehingga harus diukur terlebih dahulu
pengukuran sudut putar terhadap larutan deret standar glukosanya. Karena glukosa
memiliki atom C yang tidak simetris maka zat ini bersifat optis aktif, sehingga
memungkinkan diukur sudut putarnya.Pada percobaan dilakukan pengukuran sudut putar
pada larutan dengan prinsip bahwa semakin besar konsentrasi glukosa, perputaran sudut
polarisasi semakin besar. Sehingga dari hasil pengukuran ini berdasarkan hubungan
antara konsentrasi dengan besar sudut putar, dimana besarnya konsentrasi merupakan
fungsi dari besar sudut putar, maka akan dihasilkan kurva linear sehingga konsentrasi
sampel akan didapat dengan menginterpolasikannya ke dalam kurva tersebut. Mekanisme
kerja pengukuran sudut putar adalah larutan gula yang merupakan larutan optis aktif
berfungsi untuk membelokan cahaya yang telah melalui polarisator.Untuk menemukan
sinar yang telah dibelokkan oleh larutan gula, maka digunakan analisator yang sudutnya
dapat diubah ubah.Besarrnya sudut yang ditunjukan analisator setelah menemukan sinar
tersebut. Penentuan sudut putar pada larutan deret standar gula dilakukan pada
konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10%.
Sebelum dilakukan pengukuran larutan glukosa, pertama dilakukan pengukuran
larutan blanko. Larutan blanko yang digunakan adalah berisi aquades. Hal ini dikarenakan
untuk pelarutan gula hanya digunakan aquades, sehingga pengukuran blanko digunakan
aquades saja. Selain itu aquades/air digunakan sebagai larutan blanko karena air tidak dapat
memutar bidang polarisasi. Pengukuran blanko ini berfungsi untuk menstandarkan alat
sehingga pengukuran blanko ini dapat mengurangi kesalahan pembacaan pengukuran.Pada
setiap pengukuran, pada pengisian larutan kedalam tabung tidak boleh ada gelembung.Hal
ini dikarenakan gelembung udara tersebut membentuk cekungan pada larutan sehingga dapat
mempengaruhi intensitas cahaya yang terpolarisasi, akibatnya berpengaruh pada besarnya
sudut putar suatu sampel. Akan tetapi pada pengukuran tidak setiap pengisian tabung tidak
menghasilkan gelembung, sehingga ketika pada saat pengisian tabung polarimeter
menghasilkan gelembung, gelembung ditempatkan dengan menjebaknya pada bagian bulat
(cembung) pada tabung polarimeter, sehingga bila polarimeter disimpan tertidur gelembung
otomatis akan berada diatas bagian bulat (cembung) pada tabung polarimeter tersebut
sehingga gelembung ini tidak akan mengganggu pada saat pengukuran. Setelah dilakukan
pengukuran larutan blanko, larutan gula diisikan pada tabung sel polarimeter dan diletakan
horizontal pada alat polarimeter. Pengukuran dilakukan dengan cara pengamatan terlebih
dahulu setelah tabung sel polarimeter yang berisi larutan dimasukkan. Pengamatan terlihat
terdapat satu lingkaran/bulat dengan dua daerah, yaitu sisi kiri dan sisi kanan dimana salah
satu sisi gelap dan satunya terang.Dengan memutar piringan ke kanan bila sisi kanan lebih
terang dan dengan memutarpiringan ke kiri bila sisi kiri lebih terang. Dengan mengatur
kedua sisi agar sama terang dengan memutarpiringan ke kiri atau ke kanan, maka nilai sudut
putar akan muncul. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali, hal ini untuk lebih mendapatkan
hasil yang akurat dan presisi dengan pengukuran berulang. Setiap penggantian pengukuran
sampel, alat harus di atur dengan kedua angka nol (0) pada skala putaran berhimpit.
Dari hasil pengukuran ini didapat semakin besar konsentrasi larutan gula, sudut putarnya
semakin besar.Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin besar konsentrasi, sudut putarnya
semakin besar. Ketelitian alat untuk menentukan konsentrasi larutan atau sampel dengan
mengukur sudut putar cukup teliti karena zat yang bersifat optis aktif dapat langsung diukur
sudut putarnya dengan menggunakan fungsi hubungan antara konsentrasi dengan nilai sudut
putar, konsentrasi sampel langsung dapat diketahui akan tetapi kelemahannya alat ini
menggunakan polarisator dan analisator yang kelemahannya terletak pada penyetelan
intensitas yang minimum.
Pengukuran sudut putar bidang polarisasi (Ф) dari D(+)- Glukosa dengan variasi
konsentrasi untuk dapat menentukan konsentrasi dari larutan glukosa sampel (sampel X).
Sudut putar bidang polarisasi (Ф) larutan glukosa berbanding lurus dengan konsentrasinya.
Dengan cara mengalurkan data sudut putar bidang polarisasi (Ф) pada kurva kalibrasi sudut
putar bidang polarisasi (Ф) (ordinat) versus konsentrasi sebagai absis, sehingga dapat
ditentukan konsentrasi dari sampel X. Data yang diperoleh dari percobaan ini sebagai berikut
:
Larutan glukosa Konsentrasi (g/mL) (Ф)
5.00 g/ 50mL 0.1 12,29
4.00 g/ 50mL 0.08 10,27
3.00 g/ 50mL 0.06 8,05
2.00 g/ 50mL 0.04 4,96
1.00 g/ 50mL 0.02 2,37
Sehingga diperoleh kurva kalibrasi sudut putar bidang polarisasi (Ф) (ordinat) versus
konsentrasi sebagai absis :
Kurva Kalibrasi
14
12 y = 125.75x + 0.043
R² = 0.9938
Bidang Polarisasi
10
8
Bidang Polarisasi
6
4 Linear (Bidang
Polarisasi)
2
0
0 0.05 0.1 0.15
Konsentrasi
Konsentrasi sampel X dapat ditentukan melalui persamaan garis y=125.7x + 0,043,
dengan y adalah sudut putar bidang polarisasi sampel dan x merupakan konsentrasi
sampel X:
y = 125.7x + 0,043
x = 0,038
G. Simpulan
11.67 =[𝛂]𝐃
𝟐𝟕 . 2 dm . 0,02 g/mL
[𝛂]𝐃
𝟐𝟔 = 291.75dm.g /mL
[𝛂]𝐃 𝐃
𝟐𝟕 = [𝛂]𝟐𝟎 (1 – 0,000184(t – 20))
291.75=[𝛂]𝐃
𝟐𝟎 (1 – 0,000184(27– 20))
[𝛂]𝐃
𝟐𝟎 = 41.69
2. Arah putar bidang polarisasi cahaya ketika melewati larutan glukosa adalah kearah
kanan atau di putar kekanan.
Kurva Kalibrasi
14
12 y = 125.75x + 0.043
R² = 0.9938
Bidang Polarisasi
10
8
Bidang Polarisasi
6
4 Linear (Bidang
Polarisasi)
2
0
0 0.05 0.1 0.15
Konsentrasi
3.
4. Konsentrasi sampel X dapat ditentukan melalui persamaan garis y=125.7x + 0,043,
dengan y adalah sudut putar bidang polarisasi sampel dan x merupakan konsentrasi
sampel X:
y = 125.7x + 0,043
Dokumentasi Kegiatan
No Gambar Keterangan
1. Pengukuran
dalam
Polarimeter
Larutan
glukosa
dalam
berbagai
konsentrasi
Rangkaian
alat
polarimetri