Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

POLARIMETRI

Dosen Pengampu :

1. Drs. Darsono Sigit S.Pd M.Pd


2. Dr. H. Yahmin S.Pd M.Si

Disusun oleh :

Kelompok 7 Offering I 2017

1. Nadia Erlina Mayangsari (170332614557)***


2. Rafika Rizki Mutiarahma (170332614523)
3. Reni Fasianingsih (170332614558)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

OKTOBER 2019
I. JUDUL PERCOBAAN
Polarimetri

II. TUJUAN PERCOBAAN


1. Mempelajari dan memahami prinsip kerja alat polarimeter.
2. Menentukan sudut putar jenis larutan zat optik aktif dengan menggunakan
polarimeter.

III. DASAR TEORI


Cahaya merupakan gelombang elektromagnet yang terdiri dari getaran medan listrik
dan getaran medan magnet saling tegak lurus. Bidang getar kedua medan ini tegak lurus
terhadap arah rambatnya. Sinar biasa secara umum dapat dikatakan gelombang
elektromagnet yang vektor-vektor medan listrik dan medan magnetnya bergetar ke semua
arah pada bidang tegak lurus arah rambatnya dan disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila
sinar ini diteruskan melalui suatu polarisator maka sinar yang diteruskan mempunyai
getaran listrik yang terletak pada satu bidang saja dan dikatakan sinar terpolarisasi bidang
(linear).
Polarimetri adalah suatu cara analisa yang didasarkan pada pengukuran sudut putaran
(optical rotation) cahaya terpolarisir oleh senyawa yang transparan dan optis aktif apabila
senyawa tersebut dilewati sinar monokromatis yang terpolarisir tersebut.
Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir.
Zat yang optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam
senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO2 ), fruktosa.
Cahaya monokromatik pada dasarnya mempunyai bidang getar yang banyak sekali.
Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus pada bidang datar. Bidang
getar yang banyak sekali ini secara mekanik dapat dipisahkan menjadi dua bidang getar
yang saling tegak lurus. Yang dimaksud dengan cahaya terpolarisasi adalah senyawa yang
mempunyai satu arah getar dan arah getar tersebut tegak lurus terhadap arah rambatnya.
Pada polarimeter terdapat polarisator dan analisator. Sinar yang berasal dari sumber
dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarisator), kemudian terus ke sel polarimeter
yang berisi larutan dan akhirnya menuju prisma terpolarisasi kedua (analisator).
Polarisator adalah polaroid yang dapat mempolarisasi cahaya, sedangkan analisator adalah
polaroid yang dapat menganalisis atau mempolarisasi cahaya
Untuk menentukan posisi yang tepat sulit dilakukan, karena itu digunakan setengah
bayangan. Untuk mencapai kondisi ini, polarisator diatur sedemikian rupa, sehingga
setengah bidang polarisasi membentuk sudut sekecil mungkin dengan setengah bidang
polarisasi yang lainnya. Akibatnya memberikan pemadaman pada kedua sisi lain,
sedangkan ditengah terang. Bila analisator diputar terus, setengah dari medan menjadi
lebih terang dan lainnya redup. Posisi putaran diantara terjadinya pemadaman dan terang
tersebut adalah “posisi putaran yang tepat” dimana pada saat ini intensitas kedua medan
sama.

Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator, maka sinar yang
mempunyai arah getaran yang sama dengan arah polarisator diteruskan seluruhnya. Tetapi
apabila arah transmisi polarisator tegak lurus terhadap analisator maka tak ada sinar yang
diteruskan. Dan bila arahnya membentuk suatu sudut maka sinar yang diteruskan hanya
sebagian. Sinar terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optik aktif akan mengalami
pemutaran bidang polarisasi.
Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis suatu zat yang
menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir. Pemutaran bidang getar
sinar terpolarisir oleh senyawa optis aktif ada 2 macam, yaitu :
1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum jam.
2. Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran jarum
jam.

Sinar mempunyai arah getar atau arah rambat kesegala arah dengan variasi warna
dan panjang gelombang yang dikenal dengan sinar polikromatis. Untuk menghasilkan
sinar monokromatis, maka digunakan suatu filter atau sumber sinar tertentu. Sinar
monokromatis ini akan melewati suatu prisma yang terdiri dari suatu kristal yang
mempunyai sifat seperti layar yang dapat menghalangi jalannya sinar, sehingga
dihasilkan sinar yang hanya mempunyai satu arah bidang getar yang disebut sebagai
sinar terpolarisasi.
Jika suatu sinar dilewatkan pada suatu larutan, larutan itu akan meneruskan sinar
atau komponen gelombang yang arah getarnya searah dengan larutan dan menyerap
sinar yang arahnya tegak lurus dengan arah ini. Di sini larutan digunakan sebagai suatu
plat pemolarisasi atau polarisator. Akhirnya sinar yang keluar dari larutan adalah sinar
yang terpolarisasi bidang. Cahaya dalam keadaan terpolarisasi mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Gelombang ke semua arah dan tegak lurus arah rambatnya
2. Terdiri dari banyak gelombang dan banyak arah getar
Rotasi spesifik disimbolkan dengan [α] sehingga dapat dirumuskan :
a = [α]tD x l x C
dimana [α]tD = sudut putar jenis larutan optik aktif pada temperature 20 0C
l = panjang tabung dinyatakan dalam satuan dm
C = konsentrasi larutan sampel dalam g/100 ml
Kadar larutan dapat ditentukan dengan rumus :
100 .α
%= (α).1
Dengan menggunakan tabung yang sama maka konsentrasi dapat atau kadar senyawa
dapat ditentukan dengan jalan membuat kurva standar
Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan adalah sebagai
berikut :
1. Jenis zat
Masing–masing zat memberikan sudut putaran yang berbeda terhadap bidang getar
sinar terpolarisir
2. Panjang lajur larutan dan panjang tabung
Jika lajur larutan diperbesar maka putarannya juga makin besar.
3. Suhu
Makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini disebabkan karena zat
akan memuai dengan naiknya suhu sehingga zat yang berada dalam tabung akan
berkurang.
4. Konsentrasi Zat
Konsentrasi sebanding dengan sudut putaran, jika konsentrasi dinaikkan maka
putarannya semakin besar
5. Jenis sinar (panjang gelombang)
Pada panjang gelombang yang berbeda zat yang sama mempunyai nilai putaran yang
berbeda
6. Pelarut
Zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut yang berbeda.

Contoh : Calciferol dalam kloroform α = +52,0o sedangkan Calciferol dalam aseton

α = + 82,6o

IV. ALAT DAN BAHAN


Peralatan yang digunakan :
 Polarimeter
 Gelas piala 50 mL
 Pipet tetes
 Botol semprot
 Labu takar 25 mL
 Kaca arloji
 Termometer
Bahan yang digunakan :
 D (+)- glukosa padat
 Larutan glukosa sampel
 Aquadest
V. PROSEDUR KERJA
1. Diisi tabung polarimeter dengan aquades lalu dimasukkan tabung dalam teropong
polarimeter
2. Dihubungkan polarimeter dengan sumber arus listrik
3. Dilonggarkan pengunci piringan (1)
4. Diputar piringan (2) sehingga kedua angka 0 berimpit pada skala (3)
5. Diintip okuler(4), diatur sehingga terlihat seperti berikut:

Gambar A Gambar B Gambar C


6. diputar piringan (2) ke kanan bila terlihat gambar B, diputar ke kiri bila terlihat
gambar C sampai diperoleh gambar A
7. Dikencangkan piringan (1), lalu dibaca skala pada (3)
8. Dilakukan cara yang sama untuk mengukur sudut putar bidang polarisasi larutan
glukosa 1g/50 ml, 2g/50ml,3g/50ml, 4g/50ml, 5g/50ml dan sampel X
9. Dicatat temperatur larutan
Gambar piringan polarimeter

skema alat
VI. DATA HASIL PENGAMATAN
Sudut putar bidang polarisasi (Φ) Rata-rata Temperatur
Larutan
(°C)
Glukosa
1 2 3
27
5.00 g/ 50mL 34,9 34,9 34,9 34,9

27
4.00 g/ 50mL 28,5 28,5 28,5 28,5

27
3.00 g/ 50mL 28,3 28,3 28,3 28,3

27
2.00 g/ 50mL 24,5 24,5 24,5 24,5

27
1.00 g/ 50mL 24,1 24,1 24,1 24,1

27
Sampel X 29,5 29,5 29,5 29,5

Akuades 27
26,0 25,8 26,4 26,1

Menentukan konstanta putaran optis [α]tD


Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
 larutan glukosa 1 g/50 mL = 2 %
24,1
[α]𝐷
𝑡 = = 6,025
2 𝑑𝑚 . 2
 larutan glukosa 2 g/50 mL = 4 %
24,5
[α]𝐷
𝑡 = = 3,062
2 𝑑𝑚 . 4
 larutan glukosa 3 g/50 mL = 6 %
28,3
[α]𝐷
𝑡 = = 2,358
2 𝑑𝑚 . 6
 larutan glukosa 4 g/50 mL = 8 %
28,5
[α]𝐷
𝑡 = = 1,781
2 𝑑𝑚 . 8
 larutan glukosa 5 g/50 mL = 10 %
34,9
[α]𝐷
𝑡 = = 1,745
2 𝑑𝑚 . 10
Menentukan konsentrasi larutan sampel
Konsentrasi Sudut putar
Larutan bidang optis
gula

2% 6,025

4% 3,062

6% 2,358

8% 1,781

10 % 1,745

Dari data tersebut dibuat grafik hubungan antara konsentrasi larutan vs sudut putar
bidang polarisasi

GRAFIK H UB UNGAN ANTARA KO NS E NT RAS I VS


S UDUT PUTAR B IDANG PO L ARIS AS I
40
SUDUT PUTAR BIDANG

35

30
POLARISASI

25

20 y = 1.28x + 20.38
R² = 0.8693
15

10

0
0 2 4 6 8 10 12
KONSENTRASI LARUTAN GLUKOSA

Dari grafik tersebut diperoleh persamaan y = 1,28x + 20,38


Sehingga dapat dihitung konsentrasi larutan sampel x
y = 1,28x + 20,38
29,5 = 1,28x + 20,38
29,5 – 20,38 = 1,28x
9,12
x= = 7,125
1,28

dari perhitungan tersebut diperoleh konsentrasi sampel x sebesar 7,125%

VII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yaitu polarimetri, dimana praktikum polarimetri ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan melakukan prosedur laboratorium yang lebih sederhana
dengan lebih baik dan efisien, melakukan pengamatan dan pengukuran dengan metode
polarimetri serta membuat perhitungan secara sistematis, dan menentukan sudut putar
jenis larutan optis aktif dengan menggunakan polarimeter. Polarimeter adalah suatu alat
yang menggunakan asas polarisasi, yaitu sebuah berkas sinar yang akan diteruskan oleh
polarizer dalam berbagai bentuk sinar yang terpolarisasi. Sinar yang terpolarisasi bisa
berbentuk polarisasi linear, polarisasi lingkaran dan polarisasi elips. Berkas sinar yang
telah terpolarisasi akan diteruskan ke analizer. Analizer adalah penerima berkas sinar dari
polarizer.
Polarimetri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan untuk mengukur sudut
putaran cahaya terpolarisasi oleh senyawa yang transparan dan optis aktif apabila senyawa
tersebut dilewati oleh cahaya yang monokromatis dan terpolarisir. Alat yang digunakan
yaitu alat polarimeter, dan senyawa optis aktif yang digunakan adalah larutan (D+)glukosa
yang dibuat dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 2, 4, 6, 8, 10 % didalam labu
ukur 50 mL. Pada percobaan ini digunakan air sebagai pelarut.
Dengan metode polarimetri, hal yang diukur dan diamati adalah putaran optis yang
dihasilkan larutan atau cairan yang diuji. Putaran optis (α) bergantung pada panjang sel,
panjang gelombang cahaya, dan temperatur. Pada percobaan ini masing – masing variabel
dibuat tetap. Sumber sinar adalah lampu natrium yang dapat memancarkan cahaya kuning
(duplet) yang disebut garis D-natrium dengan panjang gelombang 589 nm. Digunakannya
panjang gelombang tersebut ditujukan untuk lebih mudahnya menajamkan batas antara
daerah gelap dan terang sehingga sangat bermanfaat dalam mencari bayangan redup yang
sebenarnya.
Dari percobaan dapat diketahui bahwa daya putar optis dipengaruhi oleh suhu,
konsentrasi, jenis zat, dan pelarut yang digunakan. Jika suhu dinaikkan maka daya putar
optisnya akan semakin kecil, ini diakibatkan karena zat akan memuai dengan naiknya suhu
sehingga zat yang berada dalam tabung akan berkurang, tetapi pada percobaan ini tidak
menggunakan variasi suhu. Sedangkan pengaruh konsentrasi zat dengan daya putar optis
adalah sebanding atau berbanding lurus, jika konsentrasi semakin naik maka daya putar
optisnya akan naik juga. Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir pada percobaan adalah
Dexro rotary (+) karena putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum jam.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi
larutan glukosa maka sudut putar bidang polarisasinya semakin tinggi juga. Dari grafik
hubungan antara konsentrasi larutan glukosa vs sudut putar bidang polarisasi diperoleh
persamaan regresi y = 1,28x + 20,38. Sehingga dari persamaan tersebut dapat dihitung
konsentrasi sampel x yaitu sebesar 7,125%.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Penentuan konsentrasi suatu senyawa dapat dilakukan dengan metoda polarimetri.


2. Dalam praktikum ini digunakan metoda polarimetri untuk analisa kuantitatif yaitu
menentukan konsentrasi larutan tugas.
3. Semakin tinggi konsentrasi larutan glukosa maka sudut putar bidang polarisasinya
semakin tinggi juga
4. Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir pada percobaan adalah Dexro rotary (+)
karena putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum jam
5. Persamaan regresi yang didapatkan adalah y = 1,28x + 20,38 dan konsentrasi
sampel X sebesar 7,125 %

IX. JAWABAN PERTANYAAN


𝑫
1. Hitung [𝛂]𝑫
𝒕 dan [𝛂]𝟐𝟎 larutan zat optik aktif dalam percobaan Anda!

Jawab :
Dimana, l = 20 cm = 2 dm
Menentukan konstanta putaran optis [α]tD
Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
a. Konsentrasi 1g/50 mL = 0,02 g/mL
24,1
 [α]𝐷
27 = = 6,025 dm-1.g-1.mL
2 𝑑𝑚 . 2
 [α]𝐷 𝐷
27 = [α]20 {1-0,000184(t-20)}

6,025 dm-1.g-1.mL = [α]𝐷


20 {1-0,000184(27-20)}
[α]𝐷
20 = 6,032 dm-1.g-1.mL
b. Konsentrasi 2g/50 mL = 0,04 g/mL
24,5
 [α]𝐷
𝑡 = = 3,062 dm-1.g-1.mL
2 𝑑𝑚 . 4
 [α]𝐷 𝐷
27 = [α]20 {1-0,000184(t-20)}

3,062 dm-1.g-1.mL = [α]𝐷


20 {1-0,000184(27-20)}

[α]𝐷
20 = 3,065 dm-1.g-1.mL
c. Konsentrasi 3g/50 mL = 0,06 g/mL
28,3
 [α]𝐷
𝑡 = = 2,358 dm-1.g-1.mL
2 𝑑𝑚 . 6
 [α]𝐷 𝐷
27 = [α]20 {1-0,000184(t-20)}

2,358 dm-1.g-1.mL = [α]𝐷


20 {1-0,000184(27-20)}

[α]𝐷
20 = 2,361 dm-1.g-1.mL
d. Konsentrasi 4g/50 mL = 0,08 g/mL
28,5
 [α]𝐷
𝑡 = = 1,781 dm-1.g-1.mL
2 𝑑𝑚 . 8
 [α]𝐷 𝐷
27 = [α]20 {1-0,000184(t-20)}

1,781 dm-1.g-1.mL = [α]𝐷


20 {1-0,000184(27-20)}

[α]𝐷
20 = 1,783dm-1.g-1.mL
e. Konsentrasi 5g/50 mL = 0,1 g/mL
34,9
 [α]𝐷
𝑡 = = 1,745 dm-1.g-1.mL
2 𝑑𝑚 . 10
 [α]𝐷 𝐷
27 = [α]20 {1-0,000184(t-20)}

1,745 dm-1.g-1.mL = [α]𝐷


20 {1-0,000184(27-20)}

[α]𝐷
20 = 1,747 dm-1.g-1.mL
2. Kemanakah arah putar bidang polarisasi cahaya ketika melewati larutan zat
optik aktif pada percobaan anda?
Jawab :
Dexro rotary (+) karena putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum jam

3. Buat kurva kalibrasi φ terhadap konsentrasi larutan glukosa !


Jawab :
GRAFIK H UB UNGAN ANTARA KO NS E NT RAS I
40
VS S UDUT PUTAR B IDANG PO L ARIS AS I
SUDUT PUTAR BIDANG 35
POLARISASI 30
25
20 y = 1.28x + 20.38
R² = 0.8693
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12
KONSENTRASI LARUTAN GLUKOSA

4. Tentukan konsentrasi larutan sampel !


Jawab :
Dari grafik tersebut diperoleh persamaan y = 1,28x + 20,38
Sehingga dapat dihitung konsentrasi larutan sampel x
y = 1,28x + 20,38
29,5 = 1,28x + 20,38
29,5 – 20,38 = 1,28x
9,12
x= = 7,125
1,28
dari perhitungan tersebut diperoleh konsentrasi sampel x sebesar 7,125%.
X. DAFTAR RUJUKAN
Atkins, P.W.1986. Physical Chemistry. 3rd edition. Oxford: Oxord university press.
Pratiwi, susita. 2012. Laporan Praktikum Polarimetri.
https://www.scribd.com/doc/97888575/LAPORAN-PRAKTIKUM-
POLARIMETRI. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2019 pukul 20.05 wib
Tim Dosen Kimia Fisika UM. 2019. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika 2. Malang:
Jurusan Kimia UM
XI. LAMPIRAN
Penimbangan massa glukosa

Pembuatan Larutan Glukosa

Pengukuran sudut bidang polarisasi

Anda mungkin juga menyukai