Anda di halaman 1dari 9

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK INSTRUMEN

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014



MODUL : POLARIMETRI
PEMBIMBING : Harita Nurwahyu Chamidy, LRSC




Oleh
Kelompok : 5
Nama : 1. Nabila Vidiaty Novera 131424015
2. Nadhira Rifarni 131424016
3. Nisa Mardiyah 131424018
Kelas : 1A TKPB











PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2014
Praktikum : 21 Mei 2014
Penyerahan : 28 Mei 2014
(Laporan)

POLARIMETRI

I. Tujuan
Mengenal metoda penentuan sudut putar untuk penentuan konsentrasi suatu
senyawa yang bersifat optik aktif
Mengukur sudut putar bidang polarisasi larutan gula
Menentukan kadar gula dalam larutan cuplikan

II. Landasan Teori
Berbagai struktur senyawa yang tidak simetris yang dapat memutar bidang
polarisasi radiasi dikenal dengan zat/senyawa optis aktif, misalnya kuarsa, gula dan
sebagainya. Pemutar bidang polarisasi tersebut dapat berupa dextrorotatory (+) bila
arahnya sesuai dengan arah putar jarum jam ataupun levorotatory (-) jika arahnya
berlawanan dengan arah jarum jam.
Derajat rotasi (sudut putar)nya bergantung pada berbagai parameter, seperti
jumlah molekul pada lintasan radiasi, konsentrasi, panjang o=pipa/tabung polarimeter,
panjang gelombang radiasi dan juga temperatur.
Jika sudut putar jenis (rotasi spesifik) diketahui, maka konsentrasi larutan dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

)
()
L : panjang tabung polarimeter (dm)


( )

Contoh,
Larutan L-natrium askorbat di ukur dalam tabung polarimeter sepanjang 100 mm (1
dm) dan diperoleh nilai sudut putar sebesar 3,25. Tentukan konsentrasi larutan L-nat
askorbat tersebut jika diketahui sudut putar jenisnya 116.
Jawab :




Jadi konsentrasi larutan L-natrium askorbat : 2,80 gram/100 mL
Sudut putar jenis ialah besarnya perputaran oleh 1,00 gram zat dalam 1,00 mL larutan
yang berada dalam tabung dengan panjang sinar 1,00 dm pada suhu dan pada panjang
gelombang tertentu. Panjang gelombang yang biasa digunakan adalah 589 nm yaitu
panjang gelombang dari garis spektrum sinar D natrium. Rotasi spesifik atau daya
putar spesifik untuk suatu senyawa (misalnya pada suhu 20
o
C), dapat ditentukandari
sudut putar teramati.




Dari persamaan tersebut diatas dapat diketahui bahwa sudut/derajat rotasi
bergantung pada konsentrasi larutan (C), panjang kolom larutan (l), panjang
gelombang yang digunakan dan juga bergantung pada temperatur.
Nilai konstanta (daya putar spesifik) merupakan ciri khas bagi zat yang dilarutkan.
Beberapa nilai rotasi/daya putar spesifik untuk senyawa-senyawa optis aktif.

Tabel : sudut putar spesifik
Senyawa

Senyawa


d-glukosa +52,7 Sukrosa +66,5
d-fruktosa -92,4 Asam tartarat +14,1
maltosa +130.4 (Semua senyawa diukur
dalam air)


Alat untuk menentukan sudut perputaran bidang dari cahaya yang
terpolarisasi. Untuk senyawa organik yang bersifat optis aktif harus mempunyai atom
C yang tidak simetris, yaitu atom C yang mengikat 4 macam gugus lain yang berbeda.
Cahaya yang terpolarisasi adalah cahaya yang hanya mempunyai satu macam panjang
gelombang (monokromatis).
Cahaya alam (sinar putih) mempunyai bermacam-macam panjang gelombang
(polikromatis) yang bervibrasi pada bidang yang berbeda-beda. Agar supaya sinar
putih tersebut menjalar pada satu bidang dengan satu panjang gelombang saja, maka
sinar tersebut harus dirambatkan pada polarisatir yang berupa prisma nikol (yang
terdiri dari hablur CaCO
3
).
Cahaya polikhromatis A bila menjalar pada polarisator C, akan menjadi cahaya
monokromatis D. Jika sinar tersebut melalui senyawa yang optis aktif, arah vibrasi
dari sinar tersebut akan berubah, yaitu dapat berputar ke kiri atau ke kanan (F)
bergantung pada jenis senyawanya. Dengan mengatur analisator G, arah sinar tadi
dapat dikembalikan ke posisi semula (di putar ke kiri atau ke kanan).
Kelemahan metoda yang menggunakan polarisatir dan analisator terletak pada
penyetelan intensitas yang minimum, karena alat polarimeter yang ada sekarang
banyak menerapkan prinsip setengah baying , yang menyamakan persamaan
intensitas cahaya pada dua bidang berdampingan. Bundaran gambar polarimeter
dibagi menjadi dua bagian dengan dua arah getaran p dan q dari cahaya yang
dipolarisasikan pada kedua bagian ini akan membentuk sudut kecil beta. Jika
analisator distel hingga arah polarisasi bertepatan dengan arah getaran pada
polarisator, maka bagian bundaran gambar sebelah kiri akan menjadi gelap sedangkan
bagian kanan masih terang. Jika analisator kemudian diputarkan melalui sudut beta,
makan kontras yang terlihat pada bundaran gambar akan menjadi gelap
sedangkanbagian kanan masih terang. Jika analisator kemudian diputarkan melalui
sudut beta, maka kontros yang terlihat pada bundaran gambar akan menjadi
sebaliknya. Di tengah kedua posisi tersebut (kedua) bagian bundaran gambar akan
menjadi sama terangnya. Apabila antara polarisator dan analisatir ditempatkan zat
menjadi sama terangnya. Apabila antara polarisator dan analisator ditempatkan zat
yang bersifat optis aktif, maka kedua arah vibrasi akan diputarkan melalui sudut dan
analisator juga harus diputar melalui sudut tersebut supaya kedua bagian bundaran
gambar kembali menjadi sama terang.

III. Percobaan
3.1 Alat dan bahan
Botol Semprot
Alat polarimeter lengkap dengan tabungnya
Botol timbang
Labu takar 50 ml (7 buah)
Pipet tetes dan pipet ukur
Gelas kimia 250 ml
Batang pengaduk
Corong gelas
Neraca analitis
Sukrosa
Aquadest
3.2 Prosedur Kerja
1) Kalibrasi Alat
Hubungkan alat polarimeter dengan sumber aruslistrik dan nyalakan
alat tersebut
Tampilan pada alat akan menunjukan angka 000 dan skala Z akan
menunjukan 0,0. Biarkan beberapa saat sampai lampu LED
menyala stabil
Isi tabung dengan aquades dan pasang pada alat. Lampu Zero set
tetap menyala, jika lampu tidak, maka atur posisi zero 3
o
, lalu tekan
shift key dan tombol right rotation (R+) atau shift key dan left
rotation (L-) bersamaan sampai lampu menyala.
Amati/teropong cahaya, jika :
- Sisi kanan terang : tekan tombol R+ untuk menyamakan terang
- Sisi kiri terang : tekan tombol L- untuk menyamakan terangnya
- Jika kedua sisi sudah menyala tekan zero set, kalibrasi sudah
selesai.
Kalibrasi alat sudah selesai dan alat dapat digunakan untuk pengukuran
lainnya.
2) Pengukuran/penentuan kadar cuplikan
Timbang sebanyak 100 gram padat sukrosamorni dan larutkan dengan
sedikit aquaadest. Tuang ke dalam labu erlenmeyer 1 L, lalu
tambahkan sedikit aquadest sampai tanda batas.
Buat larutan (sebagai larutan standar) dengan berbagai variasi
konsentrasi dari larutan yang sudah dibuat tersebut diatas (dalam labu
takar 50 ml)
Ukur sudut putar optis aktifnya, dengan cara :
Isikan larutan standar ke dalam tabung polarimeter dan letakan ke
dalam alat. Amati, jika sisi kanan yang terang, maka tekan tombol
rotasi kanan sampai tampilan sisi kiri dan kanan sama terang. Jika sisi
kiri yang terang, maka tekan tombol rotasi kiri sampai tampilan sisi
kanan dan kirinya sama terang. Pada kondisi tersebut, catat nilai sudut
putar yang tertera pada alat (display). Lakukan pengerjaan tersebut
untuk larutan sukrosa yang lain (berbagai variasi konsentrasi).
Ukur pula sudut putar larutan cuplikan
Buat kurva standar/ kalibrasi antara nilai sudut putar larutan sukrosa
terhadap konsentrasi/ kadar dari data yang diperoleh dari percobaan
diatas.
Tentukan kadar larutan cuplikan dengan cara menginterpolasikan data
sudut putar cuplikan ke dalam kurva kalibrasi.

IV. Data Pengamatan
4.1 Penentuan kadar sukrosa dalam satuan konsentrasi
o
Z
No Nama Bahan Pembacaan sudut putar optik aktif (
0
) Kadar gula
0
Z 1 2 3 Rata-rata
1 Sukrosa Murni 12,45 12,40 12,80 12,55 0,5 %


4.2 Penentuan kadar gula berdasarkan sudut putar optic aktif larutan standar
1. Pembuatan dan Penentuan Konsentrasi Larutan Standar
Pembuatan larutan standar sukrosa 20%
20 gram dalam 100 mL
Volume larutan sukrosa 20% yang dibuat:
20 gram = 100 mL
x gram = 100 mL
x gram = 100 mL x 20 gram
100 mL
x gram = 20 gram
hasil berat sukrosa yang ditimbang = 20 gram


Konsentrasi larutan sukrosa 20% yang dibuat:
20 gram x 100% = 20 % = 0,2 gr/mL
100 mL
Konsentrasi Pembuatan larutan dari 0,2 gr/ mL
N
1
. V
1
= N
2
. V
2
0,2 . 12,5

= N
2
. 25 mL
N
2
= 0,1 gr/ mL
Konsentrasi Pembuatan larutan dari 0,1 gr/ mL
N
1
. V
1
= N
2
. V
2
0,1 . 12,5

= N
2
. 25 mL
N
2
= 0,05 gr/ mL
Konsentrasi Pembuatan larutan dari 0,05 gr/ mL
N
1
. V
1
= N
2
. V
2
0,05 . 12,5

= N
2
. 25 mL
N
2
= 0,025 gr/ mL
Konsentrasi Pembuatan larutan dari 0,025 gr/ mL
N
1
. V
1
= N
2
. V
2
0,025 . 12,5

= N
2
. 25 mL
N
2
= 0,0125 gr/ mL
Konsentrasi Pembuatan larutan dari 0,0125 gr/ mL
N
1
. V
1
= N
2
. V
2
0,0125 . 12,5

= N
2
. 25 mL
N
2
= 0,00625 gr/ mL


No Konsentrasi larutan
gula murni (g/mL)
Pembacaan sudut putar optik aktif (
0
)
1 2 3 Rata-rata
1 0,00625 0,50 0,95 0,40 0,61
2 0,0125 0,70 0,95 0,95 0,86
3 0,025 2,15 2,15 1,85 2,05
4 0,05 3,80 3,40 3,25 3,48
5 0,10 6,55 6,90 6,95 6,80
6 sampel 10,85 11,20 11,35 11,13


Dari persamaan garis yang didapat, maka konsentrasi sampel dengan
sudut putar 11,13 adalah sebagai berikut:





Jadi, konsentrasi sampel larutan gula adalah 0.16 gr/mL

V. Pembahasan
5.1 Nabila Vidiaty Novera
5.2 Nadhira Rifarni
5.3 Nisa Mardiyah
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan untuk menentukan
konsentrasi dan kadar gula suatu larutan cuplikan. Alat yang digunakan adalah
polarimeter, dengan metode yang menggunakan polarisatir dan analisator.
Senyawa atau zat yang dapat dianalisis pada alat ini adalah zat/senyawa optis
aktif, salah satunya adalah gula. Oleh karena itu, bahan yang digunakan pada
y = 68.135x + 0.1379
R = 0.9988
0
2
4
6
8
10
12
0 0.05 0.1 0.15 0.2
S
u
d
u
t

p
u
t
a
r

o
p
t
i
k

a
k
t
i
f

Konsentrasi larutan gula murni gr/mL
Kurva Kalibrasi
Pembacaan sudut putar optik
aktif
Linear (Pembacaan sudut
putar optik aktif )
praktikum kali ini adalah sukrosa 20% sebagai larutan standar dan gula dapur
sebagai larutan cuplikan.
Larutan sukrosa 20% dianalisis dengan alat polarimetri, sehingga diketahui
sudut putarnya. Pada tiga kali pembacaan, didapat rata-rata sudut putar 12,55
dengan kadar gula 0,5 %.
Larutan standar dari 20% sukrosa dibuat variasi konsentrasinya yaitu 0,00625
gr/mL; 0,0125 gr/mL; 0,025 gr/mL; 0,05 gr/mL; dan 0,1 gr/mL. Dari masing
masing konsentrasi tersebut didapat sudut putarnya dengan menggunakan alat
polarimeter. Berdasarkan pengamatan menunjukan bahwa semakin besar
konsentrasi larutan standar yang diuji, maka semakin besar pula nilai sudut
putarnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa, konsentrasi larutan standar
berbanding lurus dengan sudut putarnya. Maka dari itu kurva kalibrasi yang
terbentuk berupa kurva linear.
Setelah menentukan kurva kalibrasi, maka dapat ditentukan konsentrasi larutan
cuplikan berupa gula dapur dengan menginterpolasikan nilai sudut putar
larutan cuplikan yang terbaca oleh alat polarimeter yaitu sebesar 11,13 ke
dalam kurva kalibrasi.
Dengan demikian, didapat persamaan garis yaitu y = 68,135x + 0,1379. Dari
persamaan garis ini dapat dihitug konsentrasi larutan cuplikan, dan konsentrasi
yang didapat dari hasil perhitungan adalah sebesar 0,16 gr/mL.





VI. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai