Anda di halaman 1dari 8

Laporan praktikum Kimia Fisika II

PENGUKURAN DI LABORATORIUM
(POLARIMETRI) Abstrak Polarimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya putaran optik yang dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam larutan. Polarimeter digunakan untuk mengetahui prinsip kerja dari polarimeter, dan putaran optik dari beberapa zat optik yaitu aquades, glukosa dan sukrosa. Aquades merupakan titik nol dari pengukuran. Berdasarkan prinsip kerja polarimeter. Dihasilkan bahwa sukrosa memiliki putaran spesifik optis aktif yang lebih besar dibandingkan dengan glukosa. Kata kunci : Polarimeter, optis aktif, putaran spesifik, glukosa, sukrosa.

PENDAHULUAN Polarimetri adalah suatu cara

menjadi dua bidang getar yang saling tegak lurus. Yang dimaksud dengan cahaya terpolarisasi adalah senyawa yang mempunyai satu arah getar dan arah getar tersebut tegak lurus terhadap arah rambatnya. Pada polarimeter terdapat polarisator dan analisator. Sinar yang berasal dari sumber dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarisator), kemudian terus ke sel polarimeter yang berisi larutan dan akhirnya menuju prisma terpolarisasi kedua (analisator). Polarisator adalah polaroid yang dapat mempolarisasi cahaya, sedangkan analisator adalah polaroid yang dapat menganalisis atau mempolarisasi cahaya. Untuk menentukan posisi yang tepat sulit dilakukan, karena itu digunakan setengah 1 bayangan. Untuk mencapai

analisa yang didasarkan pada pengukuran sudut putaran (optical rotation) cahaya terpolarisir oleh senyawa yang transparan dan optis aktif apabila senyawa tersebut dilewati sinar monokromatis optis aktif yang adalah terpolarisir tersebut. Senyawa senyawa yang dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir. Zat yang optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO2 ), fruktosa. Cahaya monokromatik pada dasarnya mempunyai bidang getar yang banyak sekali. Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus pada bidang datar. Bidang getar yang banyak sekali ini secara mekanik dapat dipisahkan

Laporan praktikum Kimia Fisika II

kondisi ini, polarisator diatur sedemikian rupa, sehingga setengah bidang polarisasi membentuk sudut sekecil mungkin dengan setengah bidang polarisasi yang lainnya. Akibatnya memberikan pemadaman pada kedua sisi lain, sedangkan ditengah terang. Bila analisator diputar terus, setengah dari medan menjadi lebih terang dan lainnya redup. Posisi putaran diantara terjadinya pemadaman dan terang tersebut adalah posisi putaran yang tepat dimana pada saat ini intensitas kedua medan sama. Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator, maka sinar yang mempunyai arah getaran yang sama dengan arah polarisator diteruskan seluruhnya. Tetapi apabila arah transmisi polarisator tegak lurus terhadap analisator maka tak ada sinar yang diteruskan. Dan bila arahnya membentuk suatu sudut maka sinar yang diteruskan hanya sebagian. Sinar terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optik aktif akan mengalami pemutaran bidang polarisasi. Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis suatu zat yang menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir. Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa optis aktif ada 2 macam, yaitu : 1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum jam.

2. Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran jarum jam. Jika suatu sinar dilewatkan pada suatu larutan, larutan itu akan meneruskan sinar atau komponen gelombang yang arah getarnya searah dengan larutan dan menyerap sinar yang arahnya tegak lurus dengan arah ini. Di sini larutan digunakan sebagai suatu plat pemolarisasi atau polarisator. Akhirnya sinar yang keluar dari larutan adalah sinar yang terpolarisasi bidang. Sudut putar jenis ialah besarnya perputaran oleh 1,00 gram zat dalam 1,00 mL larutan yang barada dalam tabung dengan panjang jalan cahaya 1,00 dm, pada temperatur dan panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang lazim digunakan ialah 589,3 nm, dimana 1 nm = 10-9m. Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan adalah sebagai berikut : 1. Jenis zat Masingmasing zat memberikan sudut terhadap terpolarisir. 2. Panjang lajur larutan dan panjang tabung Jika lajur larutan diperbesar maka putarannya juga makin besar. 2 putaran bidang yang getar berbeda sinar

Laporan praktikum Kimia Fisika II

3. Suhu Makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini disebabkan karena zat akan memuai dengan naiknya suhu sehingga zat yang berada dalam tabung akan berkurang. 4. Konsentrasi zat Konsentrasi dinaikkan sebanding maka dengan sudut putaran, jika konsentrasi putarannya semakin besar. 5. Jenis sinar (panjang gelombang) Pada panjang gelombang yang berbeda zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda. 6. Pelarut Zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut yang dalam berbeda. Contoh : Calciferol kloroform = +52,0o

Peralatan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah polararimeter, gelas beker, dan botol semprot. Cara Kerja Sel polarimeter di bilas berkali-kali dengan aquades. Kemudian aquades dimasukkan ke dalam sel polarimeter hingga penuh dan tidak ada gelembung udara yang masuk. Kemudian sel polarimeter tersebut dimasukkan ke dalam polarimeter. Dan diukur besar putarannya yaitu sampai terlihat bayangan redup. Sehingga didapatkan putaran dari aquades yang selanjutnya dijadikan titik nol bagi pengukuran berkali-kali Kemudian Selanjutnya berikut: selanjutnya. dengan ukur dihitung larutan putaran dengan Kemudian sampel. optiknya. rumus kosongkan sel polarimeter dan bilas

sedangkan Calciferol dalam aseton = + 82,6o. dimana : MATERI DAN METODE = Bahan Bahan yang digunakan dalam = c= praktikum ini adalah Aquades, zat A yaitu yang merupakan glukosa 5%,dan zat B yang merupakan sukrosa 5%. Putaran yang diukur tanpa peralatan Panjang sel = 1 dm konsentrasi W/V = 0.05) (5% putaran = Putaran spesifik

Laporan praktikum Kimia Fisika II

itu, dalam percobaan ini aquades juga HASIL DAN PEMBAHASAN Pada percobaan tentang polarimetri ini, dengan menggunakan alat polarimeter pada percobaannya akan diukur atau diamati besar sudut optiknya untuk masing-masing larutan yang digunakan yakni aquadest sebagai larutan standar, Zat A(Glukosa 5 %) dan juga zat B (Sukrosa 5 %). Pada awal percobaan, pertama-tama sel polarimeter dibilas beberapa kali dengan aquadest. Hal ini bertujuan agar sel polarimeter ini bersih dari senyawasenyawa yang digunakan pada percobaan sebelumnya. Setelah itu sel ini diisi dengan aquadest dan tidak boleh ada gelembung karena gelembung dapat menghalangi penglihatan saat melakukan pengamatan. Salanjutnya sel yang berisi aquadest ini diletakkan dalam polarimeter. Kemudian ditetapkan setengah bayangan dimana warna gelap dan terang terlihat dengan jelas. Bayangan ini ditetapkan sebagai bayangan kerja. Syarat dianalisa senyawa yang dapat adalah diukur putaran optisnya untuk dijadikan sebagai standar dalam pengukuran untuk menentukan ini adalah titik untuk alat nol. merezero sehingga Tujuan dan dapat digunakannya aquades dalam percobaan mengkalibrasi

digunakan untuk menentukan besarnya putaran senyawa lain. Glukosa digunakan sebagai senyawa optis aktif karena glukosa dapat memutar bidang terpolarisir kearah kanan (dekstro rotary) dan kearah kiri (levo rotary). Pengukuran putaran optis dari glukosa dan sukrosa dengan metode polarimetri dilakukan dengan pengukuran aquades terlebih dahulu. Aquades dimasukkan ke dalam sel polarimetri dan tidak boleh ada gelembung udara agar tidak mengganggu hasil pembacaan. Kemudian analizer diatur sedemikian rupa agar garis hitam tidak terlihat lagi. Sinar yang dihasilkan berwarna merah. Kemudian sudut putaran diukur pada skala vernier. Setelah itu dilakukan pengukuran terhadap Glukosa 5% dan Sukrosa 5%. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Kemudian dilakukan perhitungan rata-rata terhadap hasil pengukuran sudut putaran aquades yang akan digunakan untuk menentukan titik nolnya. Dengan cara tersebut didapatkan data sebagai berikut : 4

dengan

polarimeter

sampel larutan berwarna bening dan mempunya atom C kiral dan bayangan didapatkan baur-baur. Dalam percobaan ini, digunakan glukosa dan sukrosa sebagai senyawa optis aktif dengan konsentrasi masing-masing yaitu 5 % dan 5 %. Selain

Laporan praktikum Kimia Fisika II Tabel 1

Aquades digunakan sebagai titik nol. Dengan demikian rata-rata dari putaran air digunakan untuk menjumlahkan putaran dari glukosa dan sukrosa. Dari cara tersebut didapat data sebagai berikut
Tabel 2

C = 5/100 = 0,05 Ditanya Jawab = : : = 1 dm =...?

= +3,87 o 1dm.0,05 .C
= + 77,40

Dengan cara yang sama, diperoleh data Menghitung nilai konsentrasi sampel, sebagai berikut :
Tabel 3

diperlukan persamaan regresi yang di dapatkan dari perhitungan data dari larutan standar. Dimana nilai dari besar sudut putar bidang sinar terpolarisir dari sampel dimasukkan ke dalam persamaan regresi. Sehingga diperoleh putan spesifik dari glukosa 5% dan sukrosa 5%. Persentase kebenaran praktikum untuk pengukuran putaran spesifik dapat diperoleh juga dengan cara sebagai berikut.

Standar deviasi (SD) = Untuk zat A : Glukosa 5 % =


+ 50,6667 = 3 1

[ ] D [ ] D n 1
25

25

+ 50,6667 o 2

= +25, ,33335 = +5,03320

Diketahui

: 1 2 3

= + 3,87

= + 3,37 o = + 3,67o 5

Simpangan

baku =

(72,73 +5,0332) 0

Laporan praktikum Kimia Fisika II


+ 5,0332 o x100% Persentase kesalahan = + 72,73o

Standar deviasi (SD) =

[ ] D [ ] D n 1
25

25

= 6,92 % Kebenaran praktikum = 100 % - 6,92 % = 93,08 % =

+ 8,0 = 3 1

+ 8,0 o 2

= + 4,0 = +2,00

Simpangan Zat B : Sukrosa 5 %

baku =

(127,4 +2,0) 0 Diketahui : 1 = + 6,37o 2 = + 6,27 o 3 = + 6,47o C = 5/100 = 0,05 = 1 dm Ditanya: =...? Persentase kesalahan =
+ 2,0 o x100% + 127,4 o

=1,57 % Kebenaran praktikum = 100 % - 1,57 % = 98,43 % Berdasarkan Tabel 3 dan table 4 bahwa putaran spesifik sukrosa 5% lebih besar sifat dari optis glukosa aktif 5%. Hal ini besar menunjukkan bahwa glukosa 5% memiliki yang lebih dibandingkan dengan sukrosa 5%. Hasil percobaan yang diperoleh sesuai dengan literatur yaitu putaran optis aktif dari jenis zat yang berbeda akan memberikan sudut putaran yang berbeda terhadap bidang getar sinar terpolarisir. Kebenaran praktikum yang didapat untuk glukosa 5 % dan sukrosa 5 % adalah 93,08 % dan 98,43 %. Dari data diatas dapat juga dikatakan bahwa semua zat bersifat optis aktif karena semua zat dari Zat A dan Zat 6

Jawab:
+6,37 o 1dm.0,05

= .C

= + 127,40 Dengan cara yang sama, diperoleh data sebagai berikut :


Tabel 4

Laporan praktikum Kimia Fisika II

dapat

memutar

bidang

polarisasi.

dari sudut putar yang diamati, dengan menggunakan rumus :

Apabila ada zat yang tidak dapat memutar bidang polarisasi, maka zat tersebut tidak bersifat optis aktif. Besar dari putaran spesifik dari glukosa dan sukrosa berdasarkan hasil percobaan dengan literatur berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena kondisi pada saat pengukuran berbeda, mungkin saja suhu pada saat pengukuran berbeda dan panjang sel yang digunakan juga berbeda tersebut. Disamping itu terdapat faktor teknis yang juga mempengaruhi putaran spesifik hasil pengukuran berbeda dengan yang terdapat dalam literatur,yaitu: 1. Ketelitian dalam membuat larutan sampel konsentrasi. 2. Ketelitian pada saat menetapkan setengah bayangan sehingga berpengaruh pada nilai . 3. Ketelitian pada saat membaca nilai yang ada pada polarimeter. dengan berbagai dengan pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh data literatur

dimana:

= putaran spesifik

= putaran yang diukur tanpa perputaran peralatan. c = panjang sel = 1 dm = konsentrasi( 5%W/V= 0.05). diperoleh pada perhitungan dalam percobaan ini adalah : Zat A (Sukrosa 5 %)= +72,73o Zat B (Sukrosa 5%)= +127,4o 3. Berdasarkan percobaan semakin besar nilai sudut optik suatu zat akan semakin besar juga nilai sudut spesifiknya karena sudut optik suatu zat dan sudut spesifiknya berbanding lurus dan sesuai dengan persamaan pada teori atau literatur. 4. Titik nol pada percobaan ini adalah +1,83 (merupakan hasil rata-rata dari +1,90, +1,70, dan +1,90). 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai putaran optik adalah :

2. Nilai rata-rata putaran spesifik yang

KESIMPULAN Berdasrkan hasil percobaan, dapat

panjang sel polarimeter konsentrasi zat suhu pada sat pengukuran sumber cahaya yang digunakan 7

disimpulkan beberapa hal diantaranya : 1. Sudut putar jenis untuk suatu senyawa (misalnya pada 250C) dapat dihitung

Laporan praktikum Kimia Fisika II

6. Faktor teknis yang menyebabkan hasil pengukuran berbeda dengan yang ada di literatur, yaitu; a. Ketelitian konsentrasi. b. Ketelitian sehingga nilai . c. Ketelitian pada saat membaca nilai yang ada pada polarimeter. DAFTAR PUSTAKA Dogra,S.K., dan S. Dogra.1990. Kimia Fisika dan Soal-soal Cetakan I. UIPress: Jakarta. Fessenden and Fessenden. 1999. Kimia Organik edisi Ketiga jilid 1. Erlangga : Jakarta. Keenan, CW. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Edisi ke 6. Erlangga : Jakarta pada berpengaruh saat pada menetapkan setengah bayangan dalam membuat larutan sampel dengan berbagai

7. Hasil

percobaan

yang

didapat

sesuai dengan literatur yaitu dalam literatur putaran optik sukrosa lebih besar daripada glukosa. 8. Putaran optis () bergantung pada panjang sel, panjang gelombang cahaya, jenis zat dan temperatur.

R. A. Alberty dan F. Daniels. 1983. Kimia Fisika. Erlangga: Jakarta Tim Laboratorium Kimia Fisika. 2013.
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II. Jurusan Kimia F.MIPA Universitas Udayana: Bukit Jimbaran

Anonim.

2010.

Polarimeter.

http://fisika.lab.gunadarma.ac.id/wpcontent/uploads/2010/02/O3.POLARIMETER.pdf (diunduh pada tanggal 15 April 2013)

Anda mungkin juga menyukai