PENDAHULUAN
Latar BeIakang
Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas
yang memisahkan dua medium berbeda. Seperti misalnya sebuah permukaan
udara kaca, energy cahaya tersebut dipantulkan dan memasuki medium kedua.
Perubahan arah dari sinar yang ditransmisikan disebut pembiasan(Tippler,2001).
Bila suatu cahaya berjalan dengan sudut miring perbatasan antara dua
zat dengan indeks bias yang berbeda, maka sinar akan membelok. Gejala ini
disebut pembiasan. Bila n
2
> n
1
, sinar akan membias,membelok mendekati garis
normal ketika masuk zat. Bila n
2
< n
1,
maka sinar membias menjauhi garis-garis
normal. ni merupakan keadaan bila arah sinar dibalik(Bueche,1996).
Gelombang yang ditransmisikan adalah hasil interferensi dari gelombang
dating dan gelombang yang dihasilkan oleh atom-atom dalam medium
tersebut(Tippler,2001).
Maksud dan Tujuan
Maksud dari Praktikum Fisika Dasar tentang Refraktometer adalah agar
para praktikan dapat mengetahui bagian-bagian dari refraktometer dan para
praktikan juga dapat mengetahui cara penggunaan refraktometer.
Tujuan dari Praktikum Fisika dasar tentang Refraktometer adalah agar
para praktikan dapat menggunakan refraktometer dengan baik dan agar tidak
terjadi kesalahan pada waktu menghitung indeks bias larutan garam.
Waktu dan Tempat
Praktikum Refraktometer dilakukan pada hari Rabu, tanggal 10 November
2010. Pukul 07.00 sampai dengan pukul 09.00 WB dan paraktikum ini dilakukan
dilaboratorium lmu-lmu Perairan Fakultas Perikanan dan lmu Kelautan,
Universitas Brawijaya, Malang.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Refraktometer
(mage,2010) (mage,2010) (mage,2010)
Pembiasan Cahaya
Ketika sebuah cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang
memisahkan dua medium berbeda seperti misalnya sebuah pemukaan udara
kaca, energy cahaya tersebut dipantulkan dan memasuki medium kedua.
Perubahan air dari sinar yang ditranmisikan tersebut disebut pembiasan
(Tippler,2001).
Pembiasan bila suatu cahaya berjalan dengan sudut miring melaui
pembatasan anatra dua zat dengan indeks bias yang berbeda,maka sinar akan
membelok, gejala ini disebut pembiasan, bila n
2
>n
1
, sinar akan membias seperti
gambar, ia membelok mendekati garis normal ketika masuk zat 2. Bila n
2
>n
1
maka sinar membias menjadi garis-garis normal,merupakan keadaan bila arah
sinar dibidik, didalam hal kedua diatas, sinar dating (inadent lay) sinar pembiasan
dan garis normal terletak dibidang yang sama. Sudut Q
1
dan Q
2
disebut sudut
pantul dan sudut bias dan sering dinyalakan oleh idan (Bueche, 1996).
ndeks bias mutlak suatu zat optic dirumuskan dengan persamaan
sebagai berikut : n =
c
v
dimana :
n : ndeks bias mutlak zat optik
c : Kecepatan cahaya dalam ruang hampa
v : Kecepatan cahaya dalam zat optik
(Wikipedia,2010)
Hukum SneIIius
ara untuk menghitung cahaya pada permukaan beberapa zat yang
mempunyai indeks bias n
1
dan n
2
diberikan oleh hokum snellius n
1
Sin
1
=
n
2
Sin
2
Dengan
1
dan
2
, karena permukaan ini diterapkan paad cahay yang
bergerak dalam arah sepanjang sinar maka suatu sinar akan menempuh lintasan
yang sama sekalipun arahyna dibalik (Bueche,1996).
1
dan
2
adalah sudut kritis bias dimana sinar merah merambat menurut prinsip
permad dan membentuk jendela snellius. Pada sudut yang lebih kecil, cahaya
akan merambat lurus (Bahtera,2008).
Indeks bias
Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya
pada kedua medium laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil
dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut
hristian Huygnes (1629-1695) "perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa
dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias. Secara matematis
dapat dirumuskan dimana : n =
c
v
n : ndeks bias mutlak zat optic
c : laju cahaya dalam ruang hampa (3x10
8
m/s)
v : laju cahaya dalam zat
indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya n~ ) (Scribd,2010).
Jika sudut datangnya miring, maka gelombang bias merambat dengan suatu
arah yang digunakan vector satuan u
1
yang berbeda denagn u
j
dan gelombang
pantul merambat pada arah yang dinyatakan oleh vector satuan u
k
yang simetris
denagn u
i
, terhadapa normal permukaan. Dihubungkan oleh hokum-hukum
berikut ini yang dibuktikan dengan percobaan.
1. Arah-arah dating bias dan pantul semua berada dalam satu bidang yang
normal terhadap permukaan pemisah.
2. Sudut pantul adalah sama dengan sudut dating
3. Perbandingan sinus sudut dating dan sinus sudut bias adalah konstan
sn0
sn0
- n
Konsentrasi n
21
disebut biasmedium relative terhadap medium, nilai
numeric konstanta itu tergantung pada sifat datar gelombang dan paad sifat
kedua media (Alonso,1994).
Saat indeks bias sebuah medium berubah secara bertahap. Pembiasan
berlanjut yang membawa pada pembelokan cahaya secara bertahap. Sebuah
contoh menarik adalah pembentukan fatamorgana saat siang yang panas,
seringkali terdapat selapis udara di dekat tanah. Lapisan tanah ini lebih hanagt,
sehingga kurang padat (rapat) disbanding udara diatasnya. Laju cahaya sedikit
lebih besar dilapisan yang kurang rapat (Tipler,2001).
TabeI Indeks
(Google,2010)
SaIinitaas Air Laut, Air Payau, dan Air Tawar
Seluruh barang padat yang laut disebut garam-garaman. Konsentrasi
rata-rata seluruh garam-garaman yang terdapat dalam air laut adalah salinitas.
Salinitas adalah bilangan yang menurunkan berapa gram garam-garaman yang
larut dalam air laut tiap-tiap kilogram biasanya dinyatakan dalam persen atau
permil. Konsentrasi rata-rata seluruh garam yang terdapat dalam air laut sebesar
3% dari berat seluruhnya (berat air) (harter,1998).
Air payau adalah air yang memiliki salinitas lebih dari air tawar, tetapi
tidak sebanyak air laut. ni mungkin hasil campuran air laut dengan air tawar,
seperti dimuara atau mungkin terjadi pada akulfer fosil payau. Kata berasal dari
Belansda Tengah rootBrak yang berate "satten atau "arin kegiatan manusia
tertentu dsapat menghasilkan air payau (Wkipedia,2010).
PEMBAHASAN
Data hasiI pengamatan
No Garam (gr) Air (ml) Konsentrasi (M) ndeks bias (n) Kec. cahaya
1 0.,4 gr 10 ml 0,068 M 1,003 2,89.10
8
m/s
2 0,1 gr 10 ml 0,170 M 1,005 2,98.10
8
m/s
3 0,2 gr 10 ml 0,34 M 1,018 2,94.10
8
m/s
4 0,3 gr 10 ml 0,512 M 1,030 2,91.10
8
m/s
5 0,4 gr 10 ml 0,68 M 1,035 2,89.10
8
m/s
Konsentrasi
1. D
1
= Nal = 0,04 gr
Vp = 10 ml
D
2
= M ... ?
= N =
gi
Ni
x
ml
=
,
8,
x
= 0,068 M
2. D
1
= Nal = 0,1 gr
Vp = 10 ml
D
2
= M ... ?
= N =
gi
Ni
x
ml
=
,
8,
x
= 0,17 M
3. D
1
= Nal = 0,2 gr
Vp = 10 ml
D
2
= M ... ?
= N =
gi
Ni
x
ml
4. D
1
= Nal = 0,3gr
Vp = 10 ml
D
2
= M ... ?
= N =
gi
Ni
x
ml
=
,
8,
x
= 0,512 M
5. D
1
= Nal = 0,4 gr
Vp = 10 ml
D
2
= M ... ?
= N =
gi
Ni
x
ml
=
,
8,
x
= 0,683 M
=
,
8,
x
= 0,341 M
Perhitungan
No N n - n n - n
v b - b b -b
n
=
,9
= ,8
5v = v
1
+v
2
+v
3
+v
4
+v
5
=2,89.10
8
+2,98.10
8
+2,94.10
8
+2,91.10
8
+2,89.10
8
= 1,77.10
8
b =
b
v
=
,.
8
= ,9.
8
Indeks bias
a) Ralat Mutlak (A)
=
2n - n
n
(
n
- )
=
8,.
-4
( -)
=
8,.
-4
= .,.
-4
= ,.10
-2
= ,.10
-3
b) RaIat Nisbi (I)
=
A
n
x %
=
,.
-
,8
x %
= 0,63%
.) Keseksamaan (K)
K = 100% -
= 100% - 0,63%
= 99,37
d) HasiI Pengamatan
Bp
1
= n +A
= 1,0182 + 0,00642
= 1,02462
Bp
= n -A
= 1,0182 - 0,00642
= 1,01178
Ke.epatan Cahaya
a) RaIat MutIak (A)
A =
b - b
v
(
v
- )
=
,.
1
= .,.
1
= ,9.
1
b) RaIat MutIak (I)
=
b
x%
=
,9.
6
,.
8
x%
= ,%
.) Keseksamaan (K)
K = 100% -
= 100% - 0,013%
= 99,987%
d) HasiI Pengamatan
Bp
1
= b +A
= 14,71.10
8
+ 1,93.10
6
= 1471.10
6
+ 1,93.10
6
=1472,93.10
6
= 1,47293.10
9
Bp
= b - A
= 14,71.10
8
- 1,93.10
6
= 1471.10
6
- 1,93.10
6
= 1469,07.10
6
= 1,46907.10
9
Ke.epatan Cahaya
1) D
1
= n = 1,003
D
2
= v......?
= b =
c
n
=
.
8
,
= ,99.
8 m
s
/
2) D
1
= n = 1,005
D
2
= v......?
= b =
c
n
=
.
8
,
= ,98.
8 m
s
/
3) D
1
= n = 1,005
D
2
= v......?
= b =
c
n
=
.
8
,8
= ,9.
8 m
s
/
4) D
1
= n = 1,005
D
2
= v......?
= b =
c
n
=
.
8
,
= ,9.
8 m
s
/
5) D
1
= n = 1,005
D
2
= v......?
= b =
c
n
=
.
8
,
= ,89.
8 m
s
/
n
(
n
- )
=
8,.
-4
( - )
=
8,.
-4
= .,.
-4
= ,.10
-2
= ,.10
-3
- Ralat Nisbi ()
0,63%
- Keseksamaan
99,37%
- .Hasil Pengamatan
HP
1
= 1,02463
HP
2
= 1,01178
- Kecepatan cahaya
Ralat Mutlak (A)
1,93%
- Ralat Nisbi ()
0,013%
- Keseksamaan
99,98%
- Hasil Pengamatan
HP
1
= 1,47293.10
9
HP
2
= 1,46907. 10
9
Saran
Pada Praktikum tentang refraktometer ini, praktikan diharaopkan berhati-
hati dalam memegang alat. Pada saat menutup prisma refraktometer ditutup
dengan kemiringan 45 dan mengarahkan refraktometer ke sumber cahay agar
dapat dilihat dengan jelas indeks biasnya.
DAFTAR PUSTAKA