Kimia Klinis
Waktu : 07.00-12.40 WIB
PJP : Tubagus Iqbal Maulana, S.Si., M.Si.
Dosen asisten : Tekad Urip Pambudi Sujarnoko,
S.Pt., M.Si
Asisten : Afina Fuyumi
DARAH 1
(Perhitungan Jumlah Eritrosit, Penentuan Kadar Hemoglobin Metode Sahli dan
Falling Drop, Serta Uji Oksihemoglobin dan Deoksihemoglobin)
Disusun oleh:
1. Try Boy Agusto Sinaga (J0312201026)
2. Siti Triannissa El Muflihah (J0312201031)
3. Tri Nurhayati (J0312201046)
4. Tri Wahyu Kodradi (J0312201086)
5. Fahsa Khalilla (J0312201088)
6. Nazwa Aprilia Hanum (J0312201097)
2 Metode
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu pipet thoma
eritrosit, syringe, tabung gelas/plastik 5 mL, haemocytometer, cover glass, pipet
transfer, karet penghisap, mikroskop, satu set haemoglobinometer sahli (pipet
tetes, batang pengaduk, pipet hisap Sahli, tabung Sahli, dan standard),
mikropipet, tips, gelas piala 100 mL, rak tabung reaksi, tisu, dan tabung reaksi 5
mL.
Sementara bahan yang dibutuhkan yaitu sampel darah berantikoagulan
EDTA, larutan hayem, HCl 0.1 N, akuades, larutan stok (CuSO 4.5H2O),
pereaksi stoke, dan larutan NH4OH.
2.2 Prosedur
2.2.1 Perhitungan jumlah eritrosit
Pipet thoma dihubungkan dengan karet penghisap dan syringe
kemudian sampel darah dipipet sampai angka 0.5. Bagian depan pipet lalu
diseka. Dengan pipet yang sama, larutan hayem dipipet sampai angka 101
dengan hati-hati tanpa adanya gelembung. Syringe dilepaskan, ditutup
dengan jari kedua ujung pipet, dan dikocok 15-30 detik membentuk angka
8. Setelahnya didiamkan dalam posisi horizontal selama 5 menit.
Haemocytometer disiapkan kemudian diambil sampel darah yang
sudah diencerkan dengan larutan hayem. Dibuang 3-4 tetes pertama,
selanjutnya ujung pipet disentuhkan pada sudut haemocytomeyer dengan
sudut kira-kira 30 derajat, haemocytometer akan terisi cairan dengan
sendirinya. Haemocytometer berisi cairan diletakkan pada meja preparat
mikroskop, kondensor diturunkan atau dikecerlkan diafragma. Lensa yang
digunakan diatur ke perbesaran 40x kemudian diamati dan dihitung jumlah
eritrosit pada 5 bidang
8-18 x 106 /
1.9 x 106/mm3
µL
Perhitungan :
Tabel 2 Hasil perhitungan sel eritrosit tiap kotak haemocytometer
Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
44 40 39 30 37
Jumlah eritrosit = 44+40+39+30+37 = 190
Jumlah eritrosit/mm3 = 190 x 50 x 200
= 1.9 x 106 /mm3
Berdasarkan hasil perhitungan sel eritrosit menggunakan kamar hitung di
peroleh jumlah sel eritrosit sebesar 1.9 x 106/mm3 (Tabel 1). Hasil tersebut
cukup jauh jika dibandingkan dengan parameter kambing normal menurut Weis
s dan Wardrop (2010) dalam Rahayu et al. (2017) yang menyatakan jumlah erit
rosit normal pada kambing yaitu berkisar antara 8-18 x 106 /µL.
Rendahnya jumlah eritrosit pada kambing dapat disebabkan oleh kesalaha
n saat pengukuran atau memang kondisi kambing yang memang tidak baik. Kes
alahan pengukuran dikarenakan beberapa faktor yaitu, ketika melakukan penge
nceran menggunakan larutan hayem melebihi batas normal, terdapat gelembung
udara, atau pengenceran tidak tepat. Selain itu hal lain yang dapat mempengaru
hi hasil adalah ruang hitung yang digunakan tidak bersih, atau masih terdapat n
oda dan kotoran.
Rendahnya jumlah eritrosit juga dapat disebabkan dari kondisi kambing y
ang diteliti. Kambing yang jumlah eritrositnya rendah dapat diartikan bahwa ka
mbing berada dalam kondisi yang tidak normal. Rendahnya kadar eritrosit kam
bing dapat disebabkan oleh kondisi ternak yang tidak nyaman akibat kandang y
ang panas, lingkungan kandang yang tidak sesuai dan kondisi psikologi kambin
g sehingga dapat mempengaruhi nafsu makan kambing. Nafsu makan kambing
sangat penting, hal ini dikarenakan kambing juga membutuhkan mineral, vitami
n, dan juga senyawa lainnya. Nafsu makan kambing yang menurun dapat berpe
ngaruh pada penurunan jumlah eritrosit, dimana dalam tubuh kambing reaksi m
etabolisme yang terjadi tidak optimal, sehingga suplai kebutuhan ATP oleh eritr
osit tidak tercukupi dan membuat jumlah eritrosit berkurang. Selain itu juga met
abolisme pada tubuh kambing tidak berjalan optimal yang diakibatkan kekuran
gan substrat membuat H2O2 dalam eritrosit tidak dapat direduksi oleh glutationi
n, yang menyebabkan umur eritrosit semakin pendek.
Hal yang serupa juga diyatakan oleh (The et al. 2018) bahwa jumlah eritr
osit dipengerahui oleh lingkungan kandang, jenis kelamin, umur, kondisi tubuh,
variasi harian dan keadaan stress. Lingkungan kandang yang panas akan menye
bakan kambing menjadi stress sehingga produksi eritrositnya rendah. Selain itu
menurut Marai dan Haeeb (2010) dalam Irawan et al. (2021) juga menyatakan b
ahwa pada kondisi lingkungan kandang yang panas dapat memengaruhi pengat
uran hormonal dan terjadi penurunan sekresi hormon tiroid yang terdiri dari trii
odotironin (T3) dan tiroksin (T4) sehingga menyebabkan penurunan jumlah erit
rosit. Hal ini dapat terjadi karena hormon tiroid memiliki peranan dalam pengat
uran metabolisme tubuh. Apabila hormone tiroid menurun, laju metabolisme ak
an terganggu yang menyebabkan kebutuhan jaringan akan oksigen juga tergang
gu sehingga proses pembentukan eritrosit yang baru juga ikut terganggu.
4 Daftar Pustaka
Garini A, Semendawai MY, Andini A, Patricia V. 2019. Perbandingan hasil hitun
g jumlah eritrosit dengan menggunakan larutan hayem, larutan saline, dan la
rutan rees ecker. Jurnal Riset Kesehatan. 8(01): 35-40. DOI: 10.31983/jrk.v
8i.4107.
Hariono B. 1980. Patologi Klinik. Yogyakarta (ID): UGM Press.
Hasanan F.2018.Hubungan kadar hemoglobin dengan daya tahan kardiovaskuler pada
atlet dan atletik FIK Universitas Negeri Malang. Jurnal Olahraga dan
Kesehatan.1(10): 107.
Irawan H, Erwanto, Siswanto, Qisthon A. 2021. Pengaruh manipulasi iklim kenda
ng melalui pengkabutan terhadap total eritrosit, leukosit dan hematokrit kam
bing PE dan Sapera. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan. 5(3): 144-150. D
OI: https://doi.org/10.23960//jrip.2021.5.3.144-150
Jutono J, Soedarsono S, Hartadi S, Kabirun S, Suhadi D. 1980. Pedoman Praktiku
m Mikrobiologi Umum (Untuk Perguruan Tinggi). Yogyakarta (ID): UGM
Press.
Kusumawati E, Lusiana L, Mustika I, Hidayati S, Andyarini EN. 2018. Perbedaan
hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) remaja menggunakan metode
sahli dan digital (easy touch GCHb). Journal of Health Science and
Prevention. 2(2): 95-98.
Kusumawati E, Lusiana N, Mustika I, Hidayati S, Andyarini EN. 2018. Perbedaan
hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) remaja menggunakan metode
sahli dan digital. Journal of Health Science and Prevention. 2(1): 95-100
Legresley M, McDermott. 2010. Karlson, B, Cusack C, Bresnan E, editor. Micros
copic And Molecular Methods For Quantitative Phytoplankton Analysis. Par
is (FR): United Nations Educational, Scientific and Cultural.
Nugraha G. 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta
(ID): CV Trans Info Media.
Purba EM, Nurazizah. 2019. Pravalensi anemia pada ibu hamil dengan
menggunakan metode sahli dan metode cyanmethemoglobin di wilayah
kerja Puskesmas Sialang Buah tahun 2019. Excellent Midwifery Journal.
2(2): 21-29.
Rahayu H, Roslizawaty, Amiruddin, Zuhrawaty, dan Kaemil TF. 2017. Jumlah eri
trosit kadar hemoglobin dan nilai hematokrit kambing kacang betina di Kec
amatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Jimvet. 1(2): 101-108.
Rosidah, Rahmawati NK. 2016. Perbedaan kadar hemoglobin metode sahli pada
darah vena dan kapiler di puskesmas tikung desa bakalan pule kec.tikung
kab.lamongan. Jurnal Sains. 6(11): 21-26
The E, Wajo MJ, Muin MA. 2018. Respon fisiologis dan hematologis kambing pe
ranakan etawah terhadap cekaman panas. Cassowary. 1(1): 63-74.