Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Hari, tanggal : Selasa, 15 Februari 2022

Kimia Klinis
Waktu : 07.00-12.40 WIB
PJP : Tubagus Iqbal Maulana, S.Si., M.Si.
Dosen asisten : Tekad Urip Pambudi Sujarnoko,
S.Pt., M.Si
Asisten : Afina Fuyumi

DARAH 1
(Perhitungan Jumlah Eritrosit, Penentuan Kadar Hemoglobin Metode Sahli dan
Falling Drop, Serta Uji Oksihemoglobin dan Deoksihemoglobin)

Disusun oleh:
1. Try Boy Agusto Sinaga (J0312201026)
2. Siti Triannissa El Muflihah (J0312201031)
3. Tri Nurhayati (J0312201046)
4. Tri Wahyu Kodradi (J0312201086)
5. Fahsa Khalilla (J0312201088)
6. Nazwa Aprilia Hanum (J0312201097)

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA


SEKOLAH VOKASI
IPB UNIVERSITY
2022
1 Pendahuluan
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas (day
a gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dal
am sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen di bawa dari paru-paru
ke jaringan jaringan. Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri dari kandungan he
me (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa, beta, gama dan delta), berada di dala
m eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh ka
dar hemoglobin (Hasanan 2018).
Hemoglobin berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
sehingga oksigen tersedia untuk oksidasi bahan bakar. Asam hemoglobin panjang
juga merupakan protein globular berbentuk bulat dan kasar yang merupakan tetramer
dan terdiri dari empat rantai polipeptida khusus, hemoglobin adalah 2 rantai alfa dan
2 rantai beta tipe tetramer yang berarti memiliki dua rantai alfa identik dan dua rantai
beta identik. Masing-masing hemoglobin mengandung empat subunit sangat mirip
dengan polipeptida rantai yang membentuk mioglobin. Rantai alfa hemoglobin
memiliki 141 asam amino, sedangkan rantai beta memiliki 146 asam amino. Panjang
rantai polipeptida mioglobin terdiri dari delapan bagian alfa heliks yang
dilambangkan dengan 2 jam setiap rantai polipeptida,dari empat subunit hemoglobin
juga terdiri dari delapan alfa ini Bagian heliks antara heliks alfa ini menghubungkan
wilayah yang dinamai dengan HeLa.
Metode Sahli adalah metode pemeriksaan hemoglobin yang dilakukan secara
visual (Kusumawati et.al 2018). Penetapan hemoglobin metode Sahli didasarkan atas
pembentukan hematin asam setelah darah ditambahkan dengan larutan HCl 0,1 kemu
dian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan wa
rna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan
sebesar 10-15%, shingga tidak dapat digunakan untuk menghitung indeks eritrosit (R
osidah dan Rahmawati 2016).
Metode Hanging Falling Drop digunakan untuk menentukan kadar hemoglobi
n dari donor yang diperlukan untuk transfuse darah. Metode ini berprinsip pada berat
jenis darah yang dicelupkan ke dalam larutan kupri sulfat (CuSO 4) dengan berat jenis
1,053. Pengamatan dilakukan dengan melihat posisi darah setelah diteteskan apakah d
arah tersebut mengapung, melayang, atau tenggelam di dalam larutan CuSO 4 (Nugrah
a 2015). Jika darah tenggelam dalam waktu 15 detik, maka kadar hemoglobin lebih d
ari 12,5 g/dL. Jika tetesan darah tenggelam secara perlahan, hasil meragukan sehingg
a perlu dilakukan pemeriksaan ulang atau konfirmasi dengan metode lain yang lebih b
aik.

2 Metode
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu pipet thoma
eritrosit, syringe, tabung gelas/plastik 5 mL, haemocytometer, cover glass, pipet
transfer, karet penghisap, mikroskop, satu set haemoglobinometer sahli (pipet
tetes, batang pengaduk, pipet hisap Sahli, tabung Sahli, dan standard),
mikropipet, tips, gelas piala 100 mL, rak tabung reaksi, tisu, dan tabung reaksi 5
mL.
Sementara bahan yang dibutuhkan yaitu sampel darah berantikoagulan
EDTA, larutan hayem, HCl 0.1 N, akuades, larutan stok (CuSO 4.5H2O),
pereaksi stoke, dan larutan NH4OH.

2.2 Prosedur
2.2.1 Perhitungan jumlah eritrosit
Pipet thoma dihubungkan dengan karet penghisap dan syringe
kemudian sampel darah dipipet sampai angka 0.5. Bagian depan pipet lalu
diseka. Dengan pipet yang sama, larutan hayem dipipet sampai angka 101
dengan hati-hati tanpa adanya gelembung. Syringe dilepaskan, ditutup
dengan jari kedua ujung pipet, dan dikocok 15-30 detik membentuk angka
8. Setelahnya didiamkan dalam posisi horizontal selama 5 menit.
Haemocytometer disiapkan kemudian diambil sampel darah yang
sudah diencerkan dengan larutan hayem. Dibuang 3-4 tetes pertama,
selanjutnya ujung pipet disentuhkan pada sudut haemocytomeyer dengan
sudut kira-kira 30 derajat, haemocytometer akan terisi cairan dengan
sendirinya. Haemocytometer berisi cairan diletakkan pada meja preparat
mikroskop, kondensor diturunkan atau dikecerlkan diafragma. Lensa yang
digunakan diatur ke perbesaran 40x kemudian diamati dan dihitung jumlah
eritrosit pada 5 bidang

2.2.2 Penentuan kadar hemoglobin metode Sahli


Tabung Sahli diisi dengan HCl 0.1 N sampai garis terbawah atau
angka 10 dalam tabung. Sampel darah dihisap dengan pipet Sahli dengan
bantuan syringe dan karet penghisap sampai batas garis 20 mm 3 (20 µL)
kemudian diseka dengan tisu. Sampel darah segera dimasukkan ke dalam
tabung sahli yang sudah berisi HCl 0.1 N sebara perlahan sampai batas
garis. Didiamkan selama 3-5 menit sampai warna menjadi kecoklatan.
Kemudian isi tabung diencerkan dengan akuades dengan bantuan pipet tetes
sampai warna yang terbentuk mendekati warna standar dari tabung yang
berada di kanan dan kiri tabung Sahli. Dalam pengenceran, cairan sambil
diaduk dengan batang pengaduk. Setelah terbentuk warna coklat atau coklat
kehitaman yang mirip dengan warna standar pengenceran dihentikan. Kadar
hemoglobin dibaca dengan melihat meniskus bawah cairan pada tabung
Sahli atau tinggi permukaan cairan pada tabung Sahli. Satuan hemoglobin
dinyatakan dengan gram % yang menandakan banyaknya hemoglobin
dalam gram per 1000 mL darah.

2.2.3 Penentuan kadar hemoglobin metode Falling drop (berat jenis)


Sampel darah dipipet sebanyak 500 µL dengan menggunakan
mikropipet kemudian diteteskan dengan ketinggian ± 2-3 cm pada larutan
kerja yang dibuat dari 15.960 gram CuSO4.5H2O yang diencerkan dengan
1000 mL akuades kemudian sebanyak 52 mL larutan stok CuSO 4 tersebut
diencerkan dengan 48 mL akuades. Sampel darah yang diteteskan kemudian
diamati selama 15 detik, hasil pengamatan dicatat apakah darah tenggelam,
melayang, atau mengapung. Bandingkan hasil dengan kadar hemoglobin
standar.
2.2.4 Uji oksihemoglobin dan deoksihemoglobin
Sebanyak 0.5 mL sampel darah dimasukkan masing-masing ke dalam
tiga tabung reaksi 5 mL kemudian diberi label. Tabung 2 berfungsi sebagai
kontrol. Tabung darah 1 ditambahkan dengan 3 mL akuades lalu dikocok
dan diperhatikan warna yang terbentuk (oksihemoglobin). Tabung darah 2
ditambahkan 1-4 tetes campuran pereaksi stoke yang dibuat dari
percampuran 2 mL pereaksi stoke dengan NH4OH secukupnya jika
terbentuk endapan, lalu dikocok. Tabung 3 ditambahkan 1-4 tetes perekasi
stoke kemudian dikocok dan ditambahkan NH4OH.

3 Hasil dan Pembahasan


3.1 Perhitungan jumlah eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling banyak di dalam
tubuh. Eritrosit dewasa tidak memiliki nucleus tetapi ketika masih berada di su
msum tuang eritrosit memilki nucleus. Eritrosit sendiri mengandung hemoglobi
n yang berperan dalam proses transpor oksigen dan karbondioksida di dalam tu
buh sehingga eritrosit perlu dilakukan perhitungan untuk mengetahui kondisi tu
buh seseorang apakah mengalami gangguan atau tidak. Pemeriksaan hitung jum
lah eritrosit merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk menentukan jumlah
eritrosit dalam 1 μL darah dan digunakan sebagai tes skrining penyakit anemia
dan polisitemia (Garini et al. 2019). Perhitungan jumlah eritrosit dapat dilakuka
n dengn metode manual dan metode otomatis. Metode manual dilakukan denga
n menggunakan metode kamar hitung neubeur (haemocytometer).
Haemocytometer adalah alat berupa counting slide yang khususnya digun
akan untung menghitung sel yang memiliki kerapatan/konsentrasi yang tinggi d
an ukuran yang sangat kecil (<30 µm). Pada bagian tengah haemocytometer ter
dapat sebuah slide dengan tampilan H yang memisahkan dua kamar tipis berwa
rna perak. Terdapat celah diatara kedua kamar tersebut dengan kedalaman 0.1
mm. Setiap kamar memiliki sembilan kotak persegi dengan volume disetiap kot
aknya 0.0009 mL sehingga untuk kedua kamar volume totalnya 0.0018 mL. Da
sar perhitungannya ialah dengan menempatkan satu tetes suspense pada alat ters
ebut ditutup dengan gelas penutup kemudian diamati dengan mikroskop yang p
erbesarannya tergantung pada besar kecilnya mikroba. Dengan menentukan jum
lah sel rata-rata tiap petak (ruangan) yang telah diketahui volumenya, dari alat t
ersebut dapat ditentukan jumlah sel (Jutono et al. 1980; Legresley M dan McDe
rmott G 2010). Sebelum eritrosit dihitung menggunakan kamar hitung, sampel
whole blood harus di encerkan terlebih dahulu menggunakan bantuan pipet tho
ma eritrosit skala 101 dan larutan hayem.
Larutan hayem merupakan reagen yang terdiri dari terdiri dari 1 gram Na
Cl untuk menjaga keseimbangan larutan (bersifat isotonis) sehingga eritrosit tid
ak lisis; 5 gram Na2SO4 bertindak sebagai larutan fiksatif yang berfungsi untuk
menandai batas eritrosit dan menjaga serta memperlihatkan bentuk eritrosit; Na2
SO4 juga berfungsi untuk mencegah agregasi dari eritrosit seperti adanya pembe
ntukan rouleaux; 0.5 gram HgCl2 yang berfungsi untuk melisiskan leukosit dan
trombosit sehingga eritrosit menjadi terlihat (Garini et al. 2019). Dalam proses
pengenceran sel darah merah, pengenceran tidak boleh melebihi batas skala dan
tidak boleh terdapat gelembung udara karena dapat berpengaruh pada hasil yan
g tidak akurat. selain itu sebelum diteteskan ke kamar hitung laruatn harus ditet
eskan terlebih dahulu satu hingga tiga tetes ke tisu. Selanjutnya darah diteteskan
ke kamar hitung dan diamati menggunakan mikroskop. Hasil pengamatan dan
perhitungan sel darah merah yaitu sebagai berikut.
Tabel 1 Hasil pengamatan jumlah sel eritrosit
Hasil Pengamatan Jumlah Eristrosit Standar

8-18 x 106 /
1.9 x 106/mm3
µL

Perhitungan :
Tabel 2 Hasil perhitungan sel eritrosit tiap kotak haemocytometer
Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
44 40 39 30 37
Jumlah eritrosit = 44+40+39+30+37 = 190
Jumlah eritrosit/mm3 = 190 x 50 x 200
= 1.9 x 106 /mm3
Berdasarkan hasil perhitungan sel eritrosit menggunakan kamar hitung di
peroleh jumlah sel eritrosit sebesar 1.9 x 106/mm3 (Tabel 1). Hasil tersebut
cukup jauh jika dibandingkan dengan parameter kambing normal menurut Weis
s dan Wardrop (2010) dalam Rahayu et al. (2017) yang menyatakan jumlah erit
rosit normal pada kambing yaitu berkisar antara 8-18 x 106 /µL.
Rendahnya jumlah eritrosit pada kambing dapat disebabkan oleh kesalaha
n saat pengukuran atau memang kondisi kambing yang memang tidak baik. Kes
alahan pengukuran dikarenakan beberapa faktor yaitu, ketika melakukan penge
nceran menggunakan larutan hayem melebihi batas normal, terdapat gelembung
udara, atau pengenceran tidak tepat. Selain itu hal lain yang dapat mempengaru
hi hasil adalah ruang hitung yang digunakan tidak bersih, atau masih terdapat n
oda dan kotoran.
Rendahnya jumlah eritrosit juga dapat disebabkan dari kondisi kambing y
ang diteliti. Kambing yang jumlah eritrositnya rendah dapat diartikan bahwa ka
mbing berada dalam kondisi yang tidak normal. Rendahnya kadar eritrosit kam
bing dapat disebabkan oleh kondisi ternak yang tidak nyaman akibat kandang y
ang panas, lingkungan kandang yang tidak sesuai dan kondisi psikologi kambin
g sehingga dapat mempengaruhi nafsu makan kambing. Nafsu makan kambing
sangat penting, hal ini dikarenakan kambing juga membutuhkan mineral, vitami
n, dan juga senyawa lainnya. Nafsu makan kambing yang menurun dapat berpe
ngaruh pada penurunan jumlah eritrosit, dimana dalam tubuh kambing reaksi m
etabolisme yang terjadi tidak optimal, sehingga suplai kebutuhan ATP oleh eritr
osit tidak tercukupi dan membuat jumlah eritrosit berkurang. Selain itu juga met
abolisme pada tubuh kambing tidak berjalan optimal yang diakibatkan kekuran
gan substrat membuat H2O2 dalam eritrosit tidak dapat direduksi oleh glutationi
n, yang menyebabkan umur eritrosit semakin pendek.
Hal yang serupa juga diyatakan oleh (The et al. 2018) bahwa jumlah eritr
osit dipengerahui oleh lingkungan kandang, jenis kelamin, umur, kondisi tubuh,
variasi harian dan keadaan stress. Lingkungan kandang yang panas akan menye
bakan kambing menjadi stress sehingga produksi eritrositnya rendah. Selain itu
menurut Marai dan Haeeb (2010) dalam Irawan et al. (2021) juga menyatakan b
ahwa pada kondisi lingkungan kandang yang panas dapat memengaruhi pengat
uran hormonal dan terjadi penurunan sekresi hormon tiroid yang terdiri dari trii
odotironin (T3) dan tiroksin (T4) sehingga menyebabkan penurunan jumlah erit
rosit. Hal ini dapat terjadi karena hormon tiroid memiliki peranan dalam pengat
uran metabolisme tubuh. Apabila hormone tiroid menurun, laju metabolisme ak
an terganggu yang menyebabkan kebutuhan jaringan akan oksigen juga tergang
gu sehingga proses pembentukan eritrosit yang baru juga ikut terganggu.

3.2 Penentuan kadar hemoglobin metode Sahli


Hemoglobin adalah komponen molekul protein sel darah merah yang
menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Hemoglobin diukur secara kimiawi
serta jumlah Hb per 100 mL darah yang dapat digunakan sebagai kapasitas
pembawa oksigen dalam darah. Kadar hemoglobin adalah ukuran
pigmenrespiratorik yang terdapat dalam sel-sel darah merah, digunakan sebagai
parameter terjadinya anemia. Kadar hemoglobin yang normal untuk ternak
kambing adalah 8-14 gr/100 mL darah (Hariono 1980). Hemoglobin dapat
diukur dengan metode Sahli. Metode Sahli adalah metode pemeriksaan
hemoglobin yang dilakukan secara visual (Kusumawati et al. 2018). Prinsip
metode Sahli yaitu hemoglobin diubah menjadi hematin asam kemudian warna
yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar warna pada alat
hemoglobinometer (Purba dan Nurazizah 2019). Praktikum kali ini dilakukan
penentuan kadar hemoglobin pada kambing dengan metode Sahli.
Percobaan diawali mengisi tabung Sahli dengan HCl 0.1 N sampai garis
terbawah dalam tabung, kemudian sampel darah dimasukkan ke dalam tabung
Sahli menggunakan pipet Sahli dengan meniup secara perlahan. Tujuan
penggunaan HCl agar hemoglobin berubah menjadi hematin. HCl digunakan
karena termasuk asam monoprotik yang sulit menjalani reaksi redoks. HCl
mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun sehingga
merupakan reagen pengasam yang baik. Penambahan HCl dalam darah akan
menghidrolisis hemoglobin menjadi globin ferroheme (Kusumawati et al.
2018). Selanjutnya darah diencerkan dengan aquadest hingga warnanya sesuai
dengan warna standar sambil terus diaduk. Warna coklat pada hasil percobaan
menunjukaan bahwa warna yang didapat sudah sesuai dengan standar. Dari
hasil praktikum diperoleh kadar Hb 11.4 g/dL yang berarti kadar hemoglobin
pada kambing tersebut normal.

3.3 Penentuan kadar hemoglobin metode Falling drop (berat jenis)


3.4 Uji oksihemoglobin dan deoksihemoglobin

4 Daftar Pustaka
Garini A, Semendawai MY, Andini A, Patricia V. 2019. Perbandingan hasil hitun
g jumlah eritrosit dengan menggunakan larutan hayem, larutan saline, dan la
rutan rees ecker. Jurnal Riset Kesehatan. 8(01): 35-40. DOI: 10.31983/jrk.v
8i.4107.
Hariono B. 1980. Patologi Klinik. Yogyakarta (ID): UGM Press.
Hasanan F.2018.Hubungan kadar hemoglobin dengan daya tahan kardiovaskuler pada
atlet dan atletik FIK Universitas Negeri Malang. Jurnal Olahraga dan
Kesehatan.1(10): 107.
Irawan H, Erwanto, Siswanto, Qisthon A. 2021. Pengaruh manipulasi iklim kenda
ng melalui pengkabutan terhadap total eritrosit, leukosit dan hematokrit kam
bing PE dan Sapera. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan. 5(3): 144-150. D
OI: https://doi.org/10.23960//jrip.2021.5.3.144-150
Jutono J, Soedarsono S, Hartadi S, Kabirun S, Suhadi D. 1980. Pedoman Praktiku
m Mikrobiologi Umum (Untuk Perguruan Tinggi). Yogyakarta (ID): UGM
Press.
Kusumawati E, Lusiana L, Mustika I, Hidayati S, Andyarini EN. 2018. Perbedaan
hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) remaja menggunakan metode
sahli dan digital (easy touch GCHb). Journal of Health Science and
Prevention. 2(2): 95-98.
Kusumawati E, Lusiana N, Mustika I, Hidayati S, Andyarini EN. 2018. Perbedaan
hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) remaja menggunakan metode
sahli dan digital. Journal of Health Science and Prevention. 2(1): 95-100
Legresley M, McDermott. 2010. Karlson, B, Cusack C, Bresnan E, editor. Micros
copic And Molecular Methods For Quantitative Phytoplankton Analysis. Par
is (FR): United Nations Educational, Scientific and Cultural.
Nugraha G. 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta
(ID): CV Trans Info Media.
Purba EM, Nurazizah. 2019. Pravalensi anemia pada ibu hamil dengan
menggunakan metode sahli dan metode cyanmethemoglobin di wilayah
kerja Puskesmas Sialang Buah tahun 2019. Excellent Midwifery Journal.
2(2): 21-29.
Rahayu H, Roslizawaty, Amiruddin, Zuhrawaty, dan Kaemil TF. 2017. Jumlah eri
trosit kadar hemoglobin dan nilai hematokrit kambing kacang betina di Kec
amatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Jimvet. 1(2): 101-108.
Rosidah, Rahmawati NK. 2016. Perbedaan kadar hemoglobin metode sahli pada
darah vena dan kapiler di puskesmas tikung desa bakalan pule kec.tikung
kab.lamongan. Jurnal Sains. 6(11): 21-26
The E, Wajo MJ, Muin MA. 2018. Respon fisiologis dan hematologis kambing pe
ranakan etawah terhadap cekaman panas. Cassowary. 1(1): 63-74.

Anda mungkin juga menyukai