Anda di halaman 1dari 7

I.

PENDAHULUAN
Enzim merupakan suatu golongan penyusun protein yang paling
banyak terdapat dalam makhluk hidup dan berperan dalam aktivitas
biologis. Sekitar 2.000 enzim telah teridentifikasi yang dimana
masing-masing enzim sendiri berfungsi sebagai biokatalisator reaksi
kimia. Secara umum enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai
katalis yang berarti mempercepat suatu reaksi kimia. Ketika enzim bekerja
dengan semestinya, maka proses biokimia akan bekerja dengan tepat
(Susanti & Fibriana, 2017).
Enzim memiliki beberapa sifat khasnya. Pada umumnya, enzim
hanya mengkatalisis satu jenis reaksi dan juga hanya bekerja pada
substrat-substrat tertentu. Selain itu, enzim dapat meningkatkan suatu laju
reaksi tanpa pembentukan produk samping atau dengan kata lain enzim
hanya merupakan katalisator yang tidak ikut bereaksi sehingga tidak
mengubah kedudukan kesetimbangan kimianya. Enzim akan kembali ke
bentuk semula ketika reaksi kimia telah selesai. hal ini menunjukkan suatu
kekhasan dari enzim dan hanya ada beberapa jenis katalisator non biologis
yang memiliki atau diperlengkapi dengan sifat-sifat seperti demikian
(Amalia, Jauhari, & Supriyatna, 2015).
Aktivitas suatu enzim dapat diukur dengan menentukan laju
pembentukan produk ataupun substrat yang digunakan selama reaksi yang
dikatalisis oleh enzim (Cohen, 2013). Aktivitas enzim ini dipengaruhi oleh
konsentrasi enzim dan juga faktor keadaan reaksinya, seperti pH dan juga
suhu (Nurkhotimah, 2017). Maka dari itu, dalam mengetahuinya aktivitas
suatu enzim yang pada praktikum ini berupa enzim lipase dilakukannya
praktikum pengujian aktivitas enzim lipase dari kacang tanah.

II. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan mempraktikkan cara menguji aktivitas
lipase dari kacang tanah dan menghitung aktivitas enzim

III. METODOLOGI
3.1 Alat
Pada praktikum ini digunakan alat berupa corong, kertas saring,
centrifuge​, mortar, erlenmeyer 100 ml, neraca analitik, pipet volume, ​bulb​,
gelas ukur, gelas beker, spatula, dan pipet tetes.

1
3.2 Bahan
Pada praktikum ini digunakan bahan berupa susu segar, kacang
tanah, alkohol, NaOH 0,1 N, dan indikator PP.

3.3 Cara kerja


Pertama-tama, 5 gram kacang tanah dihancurkan, kemudian
ditambahkan 50 ml NaCl 0.1 N dan didiamkan selama 30 menit. Setelah
itu, campuran disaring dengan kertas saring kasar. Filtrat yang didapatkan
merupakan ekstrak enzim lipase kasar.
Sebanyak 25 ml susu segar dipanaskan hingga mencapai suhu 80℃
dan suhunya dipertahankan selama 10 menit. Susu kemudian dimasukkan
ke dalam 2 buah erlenmeyer, masing-masing sebanyak 8 ml.
Sebagai sampel, susu pada erlenmeyer pertama diturunkan suhunya
hingga 37℃, kemudian ditambah dengan 2 ml ekstrak lipase kasar.
Selanjutnya, sampel diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37℃. Setelah
itu, ditambahkan 40 ml alkohol dan 5 tetes indikator PP. Terakhir, sampel
dititrasi dengan 0.1 N NaOH.
Sebagai blanko, susu pada erlenmeyer kedua langsung ditambah
dengan 40 ml alkohol dan 5 tetes indikator PP. Kemudian, dititrasi dengan
0.1 N NaOH.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Tabel 1. ​Aktivitas Enzim Lipase
No. Volume Titrasi (ml) Aktivitas Enzim

Blanko Sampel

1 1.9 2.0 0.5

2 1.5 2.0 2.5

3 1.6 1.8 1

4 1.5 1.7 2
Contoh Perhitungan
Diketahui : ts (titrasi sample) = 2 ml
tb (titrasi blanko) = 1.9 ml
M NaOH = 0.1 M

2
Volume enzim = 2 ml
Waktu = 10 menit
Ditanya : Aktivitas enzim?
Jawab : Aktivitas enzim = (ts−tb)VNolume
aOH x M N aOH x 1000)
enzim x menit
(2 ml−1,9 ml) x 0,1 M x 1000)
= 2 ml x 10 menit
= ​0,5 𝛍mol/menit ml enzim

Gambar 1. ​Blanko Setelah Dititrasi


(Data Praktikum)

Gambar 2. ​Sampel Setelah Dititrasi


(Data Praktikum)
3
4.2 Pembahasan
Enzim merupakan protein katalis yang berfungsi untuk
meningkatkan kecepatan suatu reaksi kimia, serta tidak ikut bereaksi
dalam reaksi kimia tersebut. Setiap molekul enzim memiliki celah khusus
yang disebut sisi aktif. Sisi aktif enzim memiliki asam amino yang
membentuk permukaan tiga dimensi yang sesuai dengan bentuk substrat.
Sisi aktif enzim mengikat substrat, membentuk suatu kompleks
enzim-substrat. Kompleks enzim-substrat kemudian berubah menjadi
enzim-produk yang selanjutnya berpisah menjadi enzim dan produk
(Sumardjo, 2009).
Aktivitas enzim dapat dikendalikan, diaktifkan atau dihambat
sesuai kebutuhan sel. Sebagian besar reaksi yang dikatalis oleh enzim
berlangsung dengan sangat efisien, berkisar antara 103 hingga 108 kali
lebih cepat dibandingkan reaksi tanpa katalis. Secara khusus, setiap
molekul enzim dapat mengubah 100 hingga 1000 molekul substrat
menjadi produk setiap detiknya. Enzim biasanya terletak di organel sel
yang spesifik, serta bekerja dengan sangat spesifik, hanya berinteraksi
dengan satu atau beberapa jenis substrat dan hanya mengkatalis satu jenis
reaksi kimia (Kuchel & Ralston 2006).
Beberapa enzim bergabung dengan kofaktor non-protein yang
diperlukan untuk aktivitas enzimatis. Holoenzim merupakan kompleks
enzim dengan kofaktornya. Apoenzim merupakan porsi protein dari
holoenzim. Tanpa adanya kofaktor yang sesuai, apoenzim tidak
menunjukkan aktivitas biologis. Kelompok prostetik adalah koenzim yang
terikat dengan kencang, serta tidak dapat dipisahkan dengan enzim
(Kuchel & Ralston 2006).
Kecepatan reaksi adalah jumlah molekul substrat yang berubah
menjadi produk setiap satuan waktu, biasanya dinyatakan dengan μmol
produk terbentuk setiap menit. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kecepatan kerja enzim. Faktor yang pertama adalah
konsentrasi substrat. Kecepatan reaksi enzimatis akan meningkat seiring
dengan penambahan konsentrasi substrat hingga tercapai kecepatan
maksimum, yaitu ketika semua sisi aktif enzim sudah berikatan dengan
substrat (Champe, Harvey, & Ferrier, 2005).
Faktor kedua yang mempengaruhi kerja enzim adalah suhu.
Kecepatan reaksi enzim akan terus meningkat seiring dengan peningkatan
suhu sampai kecepatan puncak tercapai. Peningkatan kecepatan ini

4
merupakan hasil dari peningkatan jumlah molekul yang memiliki cukup
energi untuk menghasilkan produk. Namun, jika peningkatan suhu terus
dilakukan, kecepatan reaksi justru akan berkurang karena enzim
mengalami denaturasi (Champe, Harvey, & Ferrier, 2005).
Faktor ketiga yang mempengaruhi kerja enzim adalah pH.
Penempatan enzim pada pH yang ekstrim juga dapat menyebabkannya
mengalami denaturasi. Hal ini disebabkan karena struktur protein aktif
enzim bergantung pada karakter ionik dari rantai asam amino. Gugus ini
sangat dipengaruhi oleh perubahan pH, sehingga masing-masing enzim
memiliki pH optimumnya masing-masing. Misalnya, pepsin paling aktif
pada pH 2, sedangkan enzim lainnya ada yang didesain untuk bekerja pada
pH netral, sehingga akan mengalami denaturasi pada pH asam (Champe,
Harvey, & Ferrier, 2005).
Enzim lipase merupakan salah satu enzim yang memiliki daya
katalitik terhadap lemak dan juga minyak. Enzim lipase memiliki suatu
sifat khusus, yaitu memecahkan ikatan ester pada lemak dan gliserol.
Enzim lipase juga dapat mengkatalisis reaksi hidrolisis, alkoholisis,
esterifikasi, dan juga interesterifikasi (Hutasoit, Ina, & Permana, 2016).
Pada praktikum uji aktivitas enzim lipase ini digunakanlah kacang
tanah. Kacang tanah digunakan sebagai sumber enzim karena kacang
memiliki kandungan enzim lipase di dalamnya. Enzim lipase akan
menghidrolisis trigliserida yang ada pada kacang. Larutan NaCl
ditambahkan pada kacang yang telah ditumbuk halus. Oleh karena enzim
lipase dapat larut di dalam air, maka saat ditambahkan larutan NaCl,
enzimnya akan larut pada air dan ekstraksi enzim dapat dilakukan. Selain
itu, kandungan NaCl yang terdapat pada larutan aquades + NaCl memiliki
fungsi sebagai Buffer. NaCl mempertahankan kondisi enzim lipase agar
tidak terjadi perubahan pH dan menghindari terjadinya denaturasi (Susanti
& Fibriana, 2017).
Pada percobaan ini juga digunakan susu, NaOH dan Alkohol. Susu
digunakan sebab susu memiliki kandungan lemak yang tinggi sehingga
memicu aktivitas enzim yang tinggi juga. Kandungan lemak dalam susu
juga dapat bereaksi dengan air dengan bantuan enzim lipase maka akan
menghasilkan gliserol dan asam lemak (Hidayat & Supriyadi, 2009).
Berikut persamaan reaksi tersebut.

Lemak + Air Gliserol + Asam Lemak

5
NaOH dapat menetralkan kadar asam yang dihasilkan pada reaksi
susu dengan air. Alkohol berfungsi untuk menginaktivasi enzim lipase dan
alkohol juga dapat digunakan untuk mengetahui kelarutan lemak pada susu
(Yuliana, 2018). Selain itu, juga digunakan fenolftalein sebagai indikator
asam basa saat melakukan titrasi. Fenolftalein atau indikator PP
merupakan indikator asam basa yang akan berwarna ​pink ketika berada di
larutan basa dan bening ketika berada di larutan asam (Petrucci, Harwood,
Herring, & Madura, 2011).
Enzim lipase memiliki suhu optimum sekitar 35​o​C. Oleh karena
itu, pada sampel yang diinkubasi pada suhu 37​o​C memiliki aktivitas enzim
yang lebih besar. Hal ini ditunjukkan dengan asam lemak yang dihasilkan
lebih banyak sehingga penggunaan titrasi NaOH juga lebih banyak
dibandingkan dengan blanko (Astuti, 2017).
Nilai aktivitas enzim lipase yang diperoleh keempat kelompok
berbeda-beda. Hal ini disebabkan setelah diinkubasi, sampel maupun
blanko yang dibiarkan di tempat terbuka cukup lama dapat terpengaruhi
lagi oleh suhu ruangan yang tidak stabil pada saat dititrasikan suhu sampel
menurun sehingga aktivitas enzim yang diperoleh setiap kelompok
berbeda. Perbedaan nilai aktivitas enzim juga bisa disebabkan oleh faktor
ketidaktelitian pengamat pada saat melakukan titrasi, sehingga
mempengaruhi hasil titrasi yang diperoleh. Menurut literatur, aktivitas
enzim lipase pada umumnya berkisar antara 0,4-1 𝛍mol/menit ml enzim
(Amalia, Jauhari, & Supriyatna, 2015). Oleh karena itu, percobaan
kelompok kami, yaitu kelompok 1 mendapatkan hasil percobaan aktivitas
enzim lipase yang sesuai dengan literatur, yaitu sebesar 0,5 𝛍mol/menit ml
enzim.

V. KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pengujian aktivitas
enzim lipase dapat dilakukan dengan mengambil ekstrak enzim lipase dari
kacang tanah, kemudian mereaksikannya dengan susu pasteurisasi dan
alkohol, kemudian dititrasi dengan NaOH, lalu dibandingkan dengan
blanko yang tidak diberikan ekstrak enzim lipase. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa sampel yang dikatalis enzim lipase bereaksi lebih
cepat jika dibandingkan dengan blanko yang tidak dikatalis oleh enzim,

6
karena reaksi dibantu oleh aktivitas enzim. Aktivitas enzim lipase
berdasarkan hasil praktikum adalah 0,5 𝛍mol/menit ml enzim.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Amalia, D., Jauhari, A., & Supriyatna, A. (2015). Aktivitas Enzim
Amilase, Lipase, dan Protease. ​Jurnal ISTEK, 9(2), 18-32.
Astuti, W. & Pratiwi, J. (2017). Isolasi dan Karakterisasi Lipase Dari
Kecambah Biji Alpukat. ​Jurnal Atomik, 2(2), 209-212.
Champe, P.C., Harvey, A., & Ferrier, D.R. (2005). ​Lippincott’s Illustrated
Reviews: Biochemistry (​ 3rd ed.) Baltimore: Lippincott William &
Wilkins.
Cohen, P. (2013). ​Control of Enzyme Activity. L​ ondon: Chapman and Hall
Ltd.
Hidayat, C. & Supriyadi. (2009). Optimasi Produksi Lipase Kecambah Biji
Kacang Tanah (​Arachis hypogaea ​L.) Sebagai Biokatalis Dengan
Metode Response Surfance Methodology. ​Jurnal Teknik Mesin dan
Industri, 6(1).
Hutasoit, N., Ina, P.T., & Permana, I. D. (2016). Optimasi pH Dan Suhu
Pada Aktivitas Enzim Lipase Dari Biji Kakao (​Theobroma cacao
L.) Berkapang. ​Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, 5(2), 95-102,
Kuchel, P.W. & Ralston, G.B. (2006). ​Schaum’s: Biokimia ​(2nd ed.)
Jakarta: Erlangga.
Nurkhotimah. (2017). Pengaruh Suhu dan pH Terhadap Aktivitas Enzim
Fosfatase Bakteri Termofilik Sungai Gendol Pasca Erupsi Merapi.
Jurnal Prodi Biologi, 6(8), 465-471.
Petrucci, R.H., Harwood, W.S., Herring, F.G., & Madura, J.D. (2011).
Kimia Dasar : Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern (​ 9th ed., Vol.
2). (S.S. Achmadi, Trans.) Jakarta : Erlangga.
Sumardjo, D. (2009). ​Pengantar Kimia: Buku Panduan Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata​. Jakarta:
EGC.
Susanti, R. & Fibriana, F. (2017). ​Teknologi Enzim. ​Yogyakarta: Andi.
Yuliana, A. (2018). ​ Biokimia Farmasi. ​Surabaya: Jakad Publishing.

Anda mungkin juga menyukai