Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

KROMATOGRAFI

PERCOBAAN 7

ANALISIS KONVERSI BIODIESEL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI LAPIS


TIPIS

DISUSUN OLEH:

RADEN THASYA PUTERI ROSANIA

062119058

PROGRAMSTUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


Tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk menganalisis tingkat konversi biodiesel dari
trigliserida menggunakan kromatografi lapis tipis.
1.2. Dasar Teori
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia
Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam
tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang
berisi kalsium karbonat (CaCO3 ). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering
digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk
melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang
farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
Faktor-faktor yang memengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis tipis yang juga
mempengaruhi harga Rf :
1. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan
2. Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya
3. Tebal keraataan dari lapisan penyerap
4. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fasa gerak
5. Derajat kejenuhan dari uap
6. Jumlah cuplikan yang digunakan
7. Suhu
8. Kesetimbangan
9. Teknik percobaan (Sastrohamidjojo, 2001)
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti minyak diesel yang diproduksi dari
minyak tumbuhan atau lemak hewan. Penggunaan biodiesel dapat dicampur dengan
petroleum diesel (solar). Biodiesel mudah digunakan, bersifat biodegradable, tidak beracun,
dan bebas dari sulfur dan senyawa aromatik. Selain itu biodiesel mempunyai nilai flash point
(titik nyala) yang lebih tinggi dari petroleum diesel sehingga lebih aman jika disimpan dan
digunakan (Darmawan, 2013). Karena bahan bakunya yang berasal dari minyak nabati
sehingga dapat diperbaharui, dapat dihasilkan secara periodik dan mudah diperoleh. Selain
itu harganya relatif stabil dan produksinya mudah disesuaikan dengan kebutuhan. Biodiesel
juga merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan, tidak mengandung belerang sehingga
dapat mengurangi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hujan asam (rain acid) (Aziz,
2011). Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari sumber terbarukan (renewable),
dengan komposisi ester asam lemak dari minyak nabati antara lain: minyak kelapa sawit,
minyak kelapa, minyak jarak pagar, minyak biji kapuk, dan masih ada lebih dari 30 macam
tumbuhan Indonesia yang potensial untuk dijadikan biodiesel (Darmawan, 2013).
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat
- Pipet tetes
- Pipet kapiler
- Piala gelas 400ml
- Magnetic stirrer + heater
- Sentrifuge
- Pelat TLC silica gel
- Oven
- Chamber
- Gelas ukur 50ml

2.2 Bahan
- Minyak goreng
- KOH
- Methanol
- Biodiesel
- Heksan
- Etil asetat
- Asam sulfat pekat
- Etanol
BAB III
METODE KERJA

3.1 Sintesis Biodiesel dari Minyak Goreng


timbang 0,2 gr KOH
campur larutan KOH dalam
timbang minyak goreng 35 kedalam gelas kimia
metanol ke dalam minyak
gr kedalam gelas kimia terpisah, tambahkan 20gr
goreng
methanol, larutkan

lakukan pemanasan
sampai terbentuk 2 fasa, panaskan di suhu 120C
ambil fasa atas, masukan
jika sudah hentikan sambil diputar dengan
dalam tabung, sentrifuge
pemanasan diamkan stirrer
sampai 2 fasa terpisah

lapisan atas hasil


sentrifuge akan dijadikan
sampel biodiesel

3.2 Proses Elusi

larutkan masing masing


sampel (biodiesel hasil sintesis,
larutan eluen : campurkan
larutan indicator : 3ml asam biodiesel komersil, minyak
15ml etil asetat dan 85 ml
sulfat + 97ml etanol goreng) ke dalam heksan,
heksan
konsentrasi masing masing
10%

setelah selesai, kering elusi plat pada chamber


teteskan masing masing
anginkan plat KLT yang telah menggunakan eluen yang
sampel ke plat KLT pada jarak
dielusi, spray dengan larutan sudah disiapkan hingga
1 cm dari bagian bawah
indicator, tiriskan mencapai bagian atas KLT

simpan plat dalam oven 120C


hitung Rf masing masing
selama 5 menit, amati pola
komponen
yang terbentuk
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Perlakuan Pengamatan
Sampel minyak goreng 35 gr
KOH + alcohol 96% KOH melarut dalam alcohol
KOH dalam alcohol + minyak goreng Larutan berwarna kuning
Dipanaskan suhu 120℃ Terbentuk 2 fasa
Larutan diambil dan didinginkan Fasa bagian atas diambil
KLT, (sampel sintesis, minyam goreng dan Tidak terbentuk noda
campuran dimasukan kedalam fasa gerak)
Spray dengan larutan indikator Tidak terbentuk noda
Jenis sampel :
1. Biodiesel hasil sintesis
2. Minyak goreng
3. Campuran
Eluen : etil asetat : heksan
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini berjudul analisis konversi biodiesel menggunakan kromatogravi
lapis tipis. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menganalisis tingkat konversi biodiesel dari
trigliserida menggunakan kromatogravi lapis tipis. Sampel yang di gunakan adalah biodiesel
hasil sintesis, minyak goreng dan sampel campuran. Fasa gerak yang di gunakan ya itu etil asetat
: heksana yang memiliki sifat non polar sedang kan fasadian nya yaitu plat silika gel yg memiliki
sifat polar. Prinsip kerja dari KLT pada percobaan ini yaitu memisahkan sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran sampel dengan fasa diam dan fasa geraknya.

Pertama-tama dilakukan sintesis biodiesel dari minyak goreng. Di tambah kan larutan
KOH kedalam minyak goreng sebagai katalis basa agar proses konversi minysk goreng menjadi
biodiesel semakin cepat.kemudian dilarutkan dengan metanol, dengan ada nya penambahan
KOH dan metanol akan memecah trigliselida menjadi griserin dan rantai ester, ( biodiesel ) dan
membentuk sabun. Di dapat kan sintesis biodiesel berupa larutan berbawrna kuning,larutan
kemudian di panaskan pada suhu 120 ℃ sampai terbentuk 2 pasa, yang kemudian pasa bgian
atas di jadikan sampel biodiesel.

Selanjutnya dilakukan proses elusi menggunakan KLT. Digunakan lempeng tipis sebagai
fasa diam dan bersifat polar, fasa gerak menggunakan etil asetat yang di larut kan dalam
hegsana.fasa gerak di gunakan untuk mengulusi sampel sampai terjadi perpisahan. Fasa gerak di
masukan kedalam chamber dan di tutup rapat agar terjadi proses penjenuhan. Selanjutnya sampel
biodiesel komersil, biodiesel hasil sintesis, dan minyak goreng dicampurkan kedalam heksana
dan diteteskan ke plat KLT yang telah disiapkan. Dilakukan proses elusi dengan memasukan plat
KLT kedalam chamber yang telah disiapkan. Setelah semua sampel mencapai garis finish, plat
KLT diangkat dan dianginkan. Semprot plat KLT dengan larutan indicator yaitu asam sulfat
pekat yang dicampurkan dengan etanol. Tujuan penyemprotan ini adalah untuk memberikan
warna pada noda komponen yang terpisah. Dilakukan pemanasan selama 5 menit disuhu 120 ℃
dan hitung nilai Rf dari noda yang terbentuk. Pada percobaan ini tidak terbentuk noda pada plat
KLT sehingga nilai Rf pun tidak dapat dihitung. Hal ini dapat terjadi mungkin dikarenakan
larutan pembangkit sudah terkontaminasi yang mengakibatkan noda tidak tampak.
BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode KLT
dapat digunakan untuk analisis konversi biodiesel dari minyak goreng. Prinsip yang digunakan
yairu metode pemisahan berdasarkan perbedaan kepolaran sampel dengan fasa diam dan fasa
geraknya. Pada percobaan ini tidak terbentuk noda pada plat KLT sehingga nilai Rf tidak dapat
dihitung. Hal ini mungkin terjadi karena adanya kontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA

Basset.J.1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Erlangga
Mulyani, S., 2006, Anatomi Tumbuhan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
LAMPIRAN
A. Dokumentasi

B. Pertanyaan
1. Apa fungsi H2SO4 dalam larutan indikator?
Jawaban:
Fungsi H2SO4 yaitu sebagai katalis yang berfungsi untuk mengaktifkan molekul asam
lemak, dengan adanya ion sulfat maka bercak noda dapat terlihat.
2. Komponen apa saja yang terbentuk jika reaksi transesterifikasi telah sempurna
Jawaban:
Komponen yang terbentuk adalah gliserol dan biodiesel (metil ester)

Anda mungkin juga menyukai