Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KROMATOGRAFI

PEMISAHAN CAMPURAN ZAT WARNA INDIKATOR DENGAN KROMATOGRAFI


KERTAS

DISUSUN OLEH:

RADEN THASYA PUTERI ROSANIA

062119058

PROGRAMSTUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


Memisahkan campuran zat warna indikator dengan kromatografi kertas
1.2. Dasar Teori
Kromatografi kertas merupakan bidang khusus kromatografi cair-cair. Fase diam berupa
lapisan tipis air yang terserap oleh kertas. Selain air dapat juga dipakai cairan lain.
Pengerjaannya sangat sederhana. Penempatan satu tetes larutan cuplikan pada ujung kertas
dan kemudian mencelupkannya ke dalam pelarut (eluen) sudah cukup untuk memisahkan
komponen-komponen cuplikan (Soebagio, 2003 : 59).
Teknik kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consden, Gordon dan Martin (1994),
yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam. Kertas merupakan selulosa
murni yang memiliki afinitas terhadap air atau pelarut polar lainnya. Bila air diadsorbsikan
pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis yang dapat dianggap analog dengan kolom.
Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan air bertindak sebagai fase diam yang
terserap di antara struktur pori kertas. Cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran
dari pelarut organik dan air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang didepositkan pada
kertas dengan kecepatan yang berbeda. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing
komponen di antara fase diam dan fase bergeraknya. Kromatografi kertas digunakan baik
untuk analisis kualitatif maupun kuntitatif. Senyawa - senyawa yang dipisahkan kebanyakan
bersifat sangat polar, misalnya asam amino, gula - gula, dan pigmen - pigmen alam (Yazid,
2005).
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme
pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring yakni
selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudia digantung
dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar
wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-
zat ini dapat digunakan (Wawan, 2009).
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat
- Chamber TLC
- Kertas kromatografi (whatman mo.1)
- Pensil
- Penggaris berskala
2.2 Bahan
- N-Butanol : asam asetat glasial : air (60;15:5)
- N-Butanol : etanol : amoniak (60:20:20)
BAB III

METODE KERJA

ambil 30 ml salah satu jenuhkan gelas piala


siapkan kertas
pelarut X diatas piala dengan menutup
kromatografi
600ml menggunakan plastik

lakukan elusi ke dalam


buat spot standar
gelas 600ml, noda buat garis start, jarak
dengan indikator yg
berada dibawah, 2 cm dari tepi bawah
ada
tutup stoples

biarkan eluen
merambat keatas
BAB IV
DATA PENGAMATAN
4.1. Data Pengamatan
- Jenis sampel : SM, PP, MM, Campuran
- Eluen : N-Butanol : asam asetat glasial : air (60:25:15)
- Jumlah noda :4
- Jarak pergerakan
6,3
a. Noda 1 (SM) : 6,3 cm  Rf = = 0,778
8,1
8,1
b. Noda 2 (MM) : 8,1 cm  Rf = =1
8,1
6,5
c. Noda 3 (campuran) : 6,5 cm  Rf = = 0,802
8,1
8,1
d. Noda 4 (campuran) : 8,1 cm  Rf = =1
8,1
e. Jarak ke finish : 8,1 cm
SM MM Campuran
Rf 0,778 1 0,802
- - 1
4.2. Perhitungan
 Jenis Sampel
- Noda 1  SM
jarak yang ditempuh komponen
Rf =
jarak yang ditempuh pelarut
6,3
=
8,1
= 0,778
- Noda 2  MM
jarak yang ditempuh komponen
Rf =
jarak yang ditempuh pelarut
8,1
=
8,1
=1
- Noda 3  Campuran
jarak yang ditempuh komponen
Rf =
jarak yang ditempuh pelarut
6,5
=
8,1
= 0,802
- Noda 4  Campuran
jarak yang ditempuh komponen
Rf =
jarak yang ditempuh pelarut
8,1
=
8,1
=1

BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini berjudul Pemisahan Campuran Zat Warna dengan Indikator
Kromatografi Kertas. Kromatografi kertas merupakan salah satu pengembangan dari
kromatografi partisi yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fase diam. Umumnya
kromatografi kertas dilakukan dengan menotolkan larutan yang berisi sejumlah kommponen.
Metode kromatografi yang digunakan yaitu metode ascending atau menaik. Eluen yang
digunakan yaitu N-Butanol : asam asetat glasial : air dengan perbandingan 60:25:15. Sedangkan
untuk sampel yang diidentifikasi pada percobaan ini yaitu SM, PP, MM, dan campuran.

Tahap yang pertama yaitu membuat garis start pada kertas menggunakan pensil, harus
menggunakan pensil dan bukan dengan tinta karena pensil tidak larut dalam eluen. Selanjutnya
menotolkan sampel ke kertas saring whatman, tujuan digunakannya kertas whatman karena
kertas ini mempunyai pori-pori yang besar sehingga noda dapat merembes dengan cepat.
Kemudian kertas saring dimasukan kedalam gelas piala atau stoples kaca bertutup yang berisi
eluen. Kertas tidak boleh menyentuh dinding wadah karena dapat mempengaruhi perambatan
noda. Tutup wadah agar udara didalamnya pun jenuh, penjenuhan ini akan mengentikan
penguapan pelarut.

Berdasarkan data yang diperoleh didapat jarak yang ditempuh oleh sampel. Noda 1 (SM)
bergerak sejauh 6,3 cm, Noda 2 (MM) sejauh 8,1 cm, Noda 3 (campuran pertama) sejauh 6,5 cm,
dan yang teerakhir Noda 4 (campuran 2) sejauh 8,1 cm. sedangkan untuk garis finish atau jarak
yang ditempuh pelarut yaitu 8,1 cm. besarnya jarak yang ditempuh suatu noda bergantung pada
beberapa hal, antara lain kelarutan antar noda dan pelarutnya, jika noda dan pelarutnya bekerja
dengan prinsip like dissolves like (saling melarut karena memiliki sifat yang sama) maka noda
tersebut akan lebih mudah bergerak, maka harga Rf akan lebih rendah. Kemampuan pelarut
untuk bergerak merambat pada kertas saring memengaruhi nilai kemaksimalan proses
pemisahan.

Selanjutnya dapat dihitung nilai Rf dari masing masing noda. Pada noda 1 atau sampel
SM diperoleh nilai Rf sebesar 0,778. Pada noda 2 atau MM diperoleh nilai Rf 1, pada noda 3
sampel campuran pertama nilai Rf sebesar 0,802, dan yang terakhir noda 4 atau campuran kedua
nilai Rf sebesar 1.

BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan data darri percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada sampel satu
yaitu SM menghasikan harga Rf sebesar 0,778, pada sampel dua yaitu MM menghasilkan nilai
Rf sebesar 1, pada sampel tiga dan empat yaitu campuran menghasilkan nilai Rf berturut-turut
0,802 dan 1.

DAFTAR PUSTAKA

Khopkar,SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press

Soebagio, dkk. 2003. Kimia Analitik II. Malang : Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Negeri Malang

Wawan,J. 2009. Kromatografi Kertas

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisik untuk Paramedis. ANDI. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai