Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan dan identifikasi ion logam
dalam campuran dengan cara kromatografi kertas.
C. LANDASAN TEORI
Kromatografi pertama kali digunakan oleh Ramsey pada tahun 1905
untuk memisahkan campuran gas dan campuran uap. Sejumlah percobaan pertama
ini menggunakan penjeratan yang selektif oleh penjerat padat seperti arang aktif
atau pengawajerapan dari penjerap tersebut. Tahap berikutnya, Tswet memperoleh
sejumlah pita berwarna yang terpisah-pisah pada kolom kromatografi. Ia
menggunakan istilah kromatografi yang kurang tepat apabila diterapkan pada
metode masa kini yang sudah lebih berkembang. Menurut saran Martin dan
Synge, James dan Martin melakukan suatu penelahan yang memperkenalkan
kromatografi gas-cair pada tahun 1952. Telaah ini berhasil menghasilkan nobel
untuk keduanya (Nair, 1988: 1).
IUPAC (Internasional Union Of Pure And Applied Chemistry)
mendefinisikan kromatografi sebagai metode yang digunakan, terutama untuk
memisahkan komponen cuplikan yang terdistribusi diantara dua fasa, yaitu fasa
diam dan fasa gerak. Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang dilapiskan
pada padatan atau gel, dan fasa gerak dapat berupa cairan atau gas. Kromatografi
merupakan proses pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan tingkat
interaksi terhadap dua fasa material (Widada, 2000: 1).
E. PROSEDUR KERJA
1. Kertas saring Whatman dipotong dengan panjang 25 cm dan lebar ±6 cm.
2. Larutan pengembang dimasukkan ke dalam chamber.
3. Garis awal dibuat mendatar pada kertas saring Whatman 3 cm dari ujung
bawah kertas dan dibuat tanda X pada kertas tempat sampel atau standar akan di
spotkan. Masing-masing berjarak minimal 2 cm.
4. Ketiga standar logam nitrat dan satu campurannya dispotkan pada kertas saring
yang telah diberi tanda X, masing-masing 3 tetes dan setiap penetesan dibiarkan
mengering beberapa saat terlebih dahulu sebelum penotolan berikutnya. Spot
tidak boleh lebih dari 8-10 mm. Bagian kertas yang tidak dispot tidak boleh
menyentuh permukaan meja.
5. Ujung kertas bagian atas digulung pada lidi dan dijepit dengan hekter.
Kemudian kertas saring dimasukkan ke dalam chamber dengan bagian yang
dispot dibagian bawah. Harus diperhatikan agar kertas tidak menyentuh dinding
chamber dan spot tidak boleh tercelup dalam larutan. Chamber tersebut ditutup
kembali.
6. Dibiarkan sampai perambatan mencapai garis yang telah dibuat pada bagian
atas kertas (pada prinsipnya, cairan-cairan yang mengalir oleh gaya kapiler dalam
bejana harus mencapai puncak lembaran kertas).
7. Setelah perambatan eluen selesai, lembaran kertas saring Whatman dikeluarkan
dari chamber dan dikeringkan di bawah sinar matahari.
8. Lembaran kertas saring tersebut disemprot dengan K2Cr2O7 encer.
9. Jarak noda kemudian diukur dari posisi semula untuk tiap solut dan
campurannya.
F. HASIL PENGAMATAN
Komponen Warna Rf
Hg Putih 0,35
Standar Pb Kuning 0,08
Ag Merah Bata 0,10
Campuran Noda X Kuning 0,05
G. ANALISIS DATA
1. Komponen standar Hg
Dik : Jarak noda = 3,85 cm
Jarak eluen = 11 cm
Dit : Rf…?
Peny:
Jarak noda
Rf =
Jarak eluen
3,85 cm
=
11cm
= 0,35
2. Komponen standar Pb
Dik : Jarak noda = 0,8 cm
Jarak eluen = 11cm
Dit : Rf…?
Peny:
Jarak noda
Rf =
Jarak eluen
0,8 cm
=
11 cm
= 0,08
3. Komponen standar Ag
Dik : Jarak noda = 1,1 cm
Jarak eluen = 11 cm
Dit : Rf…?
Peny:
Jarak noda
Rf =
Jarak eluen
1,1cm
=
11 cm
= 0,10
4. Komponen Sampel X
Dik : Jarak noda = 0,55 cm
Jarak eluen = 11 cm
Dit : Rf…?
Peny:
Jarak noda
Rf =
Jarak eluen
0,55 cm
=
11cm
= 0,05
H. PEMBAHASAN
IUPAC (Internasional Union Of Pure And Applied Chemistry)
mendefinisikan kromatografi sebagai metode yang digunakan, terutama untuk
memisahkan komponen cuplikan yang terdistribusi diantara dua fasa, yaitu fasa
diam dan fasa gerak. Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang dilapiskan
pada padatan atau gel, dan fasa gerak dapat berupa cairan atau gas. Kromatografi
merupakan proses pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan tingkat
interaksi terhadap dua fasa material (Widada, 2000: 1). Adapaun kromatografi
kertas adalah bidang khusus kromatografi cair-cair dengan fase diam berupa
lapisan tipis air yang terserap oleh kertas (Soebagio, 2003 : 59).
Prinsip dasar dalam percobaan ini yaitu pemisahan antar komponen atau
cuplikan yang tidak saling campur/bersifat inert. Adapun prinsip kerja dalam
percobaan ini meliputi proses penotolan cuplikan, pengelusian atau
pengembangan dan proses identifikasi atau penempakan noda. Dalam
kromatografi kertas, yang menjadi fasa diam yaitu berupa air yang terikat pada
selulosa kertas, sedangkan fasa geraknya berupa pelarut organik non polar dalam
hal ini merupakan larutan pengembang yang terdiri dari campuran air,
etilasetoasetat, dan n-butanol. Adapun cuplikan yang dipisahkan dan diidentifikasi
dalam percobaan ini yaitu ion logam di Pb(NO3)2, Hg(NO3)2, Ag(NO3) dan
campuran X.
Pelaksanaan pemisahan dengan metode kromatografi kertas terbagi dalam
tiga tahap yaitu tahap penotolan, pengembangan dan tahap identifikasi. Pada tahap
penotolan cuplikan, sebelum dilakukan penotolan maka disiapkaan kertas saring
yang telah digarisi dan diberikan tanda X tempat dimana cuplikan akan ditotolkan.
Proses pembuatan garis pada kertas saring dilakukan dengan menggunakan pensil
karena pensil terbuat dari grafit yang tidak dapat larut dalam eluen. Adapun kertas
saring yang digunakan adalah kertas saring Wathman. Hal ini dikarenakan kertasa
saring wathman memiliki pori-pori kertasa yang lebih kecil, sehingga proses
pemisahan akan berlangsung lebih efektif.
Proses penotolan ketiga cuplikan standar logam nitrat (Hg(NO3)2,
Pb(NO3)2, Ag(NO3) 2 dan satu campurannya dilakukan dengan menggunakan pipa
kapiler. Penotolan ini diusahan sekecil mungkin oleh karena itu proses penotolan
dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler, sebab pipa kapiler memiliki
diameter yang kecil sehingga pada saat penotolan maka besar spot tidak akan
melebar karena spot yang terlalu besar akan menyebabkan penampakan noda yang
satu dan noda yang lain saling bercampur sehingga sulit untuk diidentifikasi.
Pada tahap pengembangan, ujung kertas kromatogram yang telah berisi
totolan cuplikan dicelupkan dalam eluen. Pencelupan diusahakan tidak merendam
totolan cuplikan atau gari awal, karena apabila ikut terendam maka hasil totolan
akan ikut larut dalam pelarut dan menjadi rusak sehingga tidak dapat diidentifikasi
lagi. Selain itu, dijaga pula agar kertas kromatogram tidak menyentuh dinding
bejana karena apabila menyentuh dinding bejana maka perambatan eluen akan
terhambat selain itu dapat pula menyebabkan eluen dan noda menempel sebagian
pada dinding bejana. Dalam percobaan ini, bejana yang digunakan harus ditutup,
dimana hal ini dilakukan untuk menjenuhkan udara didalamnya menggunakan uap
pelarut karena dengan penjenuhan tersebut dapat menghentikan penguapan pelarut
sehingga komponen cuplikan (Hg, Pd dan Ag) pada kertas saring akan ikut
terbawa oleh rembesan.
Komponen-komponen cuplikan (Hg, Pd dan Ag) akan terbawa oleh
rembesan. Perbedaan kelarutan komponen-komponen cuplikan (Hg, Pd dan Ag)
dalam eluen akan mengakibatkan kecepatan bergerak komponen-komponen dalam
kertasa juga berbeda. Perbedaan kecepatan bergerak komponen-komponen ini
lebih umum disebut migrasi diferensial. Pemisahan komponen-komponen ini
terjadi karena adanya migrasi diferensial (Soebagio, 2003: 85). Hasil pemisahan
dari percobaan ini yaitu nampak sebagai noda-noda berwarna pada kertas saring
dengan jarak yang berbeda-beda dari garis awal. Dalam percobaan ini, untuk
memperjelas kenampakan noda pada kertas saring maka kertas saring disemprot
dengan menggunakan larutan kalium dikromat K2CrO4 encer. Hal ini sesuai
dengan teori diaman dikatakan bahwa Menurut Soebagio (2003: 86), bila noda
tidak berwarna, langkah yang harus diambil yaitu :
1. Menyemprot kertas dengan larutan penimbul warna seperti ditizon, ninhidrin,
kalium kromat, amonium sulfat dan lain-lain.
2. Menyinari kertas dengan sinar UV
3. Mendedahkan kertas pada uap iodium.
Menurut Svehla (1985: 385 dan 215) apabila kromat (CrO4) direaksikan dengan
perak nitrat [Ag(NO3)2] akan terbentuk endapan merah kecoklatan, selanjutnya
apabila kromat (CrO4) direaksikan dengan timbal (Pb) maka akan terbentuk
endapan kuning yaitu timbal kromat (PbCrO4) sedangkan apabila merkuri (Hg)
direaksikan dengan kalium kromat dalam suasana dingin akan membentuk
endapan amorf coklat. Adapun reaksi yang terjadi, yaitu:
2 Ag+ + K2CrO4 Ag2CrO4 ↓ (Merah kecoklatan) + 2 K+
Pb2+ + K2CrO4 PbCrO4 ↓ (Kuning) + 2K+
Hg2+ + K2CrO4 HgCrO4 ↓ (Coklat) + 2K+
Adapun hasil yang diperoleh dalam percobaan ini yaitu cuplikan Hg berwarna
putih dengan Rf sebesar 0,35, Pb berwarna kuning dengan Rf sebesar 0,08, Ag
berwarna merah bata dengan Rf sebesar 0,10 dan campuran noda X berwarna
kuning dengan Rf sebesar 0,05. Dari hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa
untuk noda X merupakan cuplikan dari Pb dimana Pb memberikan noda berwarna
kuning dan nilai Rf sebasar 0,08.
Azizahwati., dkk. 2007. Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang untuk Makanan
yang Beredar Di Pasaran. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol. 4 No. 1.
Gritter, Roy, James Bobbit dan Arthur. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung:
ITB.
Soebagio, Endang, Sodiq, Hayuni dan Munzil. 2003. Kimia Analitik II. Malang :
Universitas Negeri Malang.
Tim Dosen Kimia Analitik II. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Analitik II.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.