BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu forensik (biasa disingkat forensik) adalah sebuah penerapan dari berbagai
ilmu pengetahuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penting untuk
sebuah sistem hukum yang mana hal ini mungkin terkait dengan tindak pidana.
Namun disamping keterkaitannya dengan sistem hukum, forensik umumnya lebih
meliputi sesuatu atau metode-metode yang bersifat ilmiah (bersifat ilmu) dan juga
aturan-aturan yang dibentuk dari fakta-fakta berbagai kejadian, untuk melakukan
pengenalan terhadap bukti-bukti fisik (contohnya mayat, bangkai, dan sebagainya).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :
Mempelajari Aplikasi bioteknologi pada forensik
1.3 Rumusan Masalah
Apa yang di maksud dengan forensik?
Apa saja Metode Identifikasi Forensik?
Contoh Identifikasi
Bagaimana Metode Identifikasi DNA?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Identifikasi forensik pada dasarnya terdiri dari 2 (dua) metode utama, yaitu :
Identitas seseorang dapat dipastikan apabila paling sedikit 2 (dua) metode yang
digunakan memberikan hasil yang positif (tidak meragukan), dari 9 (sembilan) metode
yang akan dijelaskan berikut:
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang
dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan secara manual, sinar X, dan
pencetakan gigi serta rahang. Odontogram tersebut memuat data tentang jumlah,
bentuk, susunan, tambalan, protesa (gigi palsu), dan lain sebagainya. Seperti halnya
dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas. Dengan
demikian, dapat dilakukan identifikasi komparatif dengan cara membandingkan data
temuan post-mortem dengan data ante-mortem korban. Akan tetapi, di Indonesia,
hal ini belum sepenuhnya dapat diterapkan, karena data gigi ante-mortem hanya
bisa diperoleh dari dokter gigi yang pernah menangani korban semasa hidup saja,
belum ada sistim pencatatan wajib secara nasional bagi setiap warga negaranya pada
periode tertentu.
7. Metode Identifikasi Sidik Jari
Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari
ante-mortem orang tersebut. Pemeriksaan sidik jari merupakan salah satu dari 3
(tiga) metode primer identifikasi forensik, di samping metode identifikasi DNA dan
gigi. Oleh sebab itu, penanganan terhadap jari-jari tangan jenazah harus dilakukan
sebaik dan sehati-hati mungkin, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua
tangan jenazah dengan kantong plastik. Sistim sidik jari yang sekarang dipakai
dikenal dengan sistim Henry. Menurut Henry, pada tiap jari terdapat suatu gambar
sentral yang terbagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu busur (arc), tented arc, gelung
(loop), ikal (whorl), serta bisa pula merupakan campuran/majemuk (composite).
Selanjutnya, garis-garis tersebut dapat membentuk berbagai maxam konfigurasi
(ciri), seperti delta, tripod, kait, anastomose, dll. Identifikasi sidik jari dinyatakan
positif bila terdapat minimal 16 (enam belas) ciri yang sama, di mana secara
matematis untuk memperoleh sidik jari yang persis sama (dengan 16 ciri yang sama
tersebut) kemungkinannya adalah 1:64.000.000.000 (satu berbanding enam puluh
empat milyar).
Metode ini merupakan salah satu dari 3 metode primer identifikasi forensik.
Metode ini menjadi semakin luas dikenal dan semakin banyak digunakan akhir-
akhir ini, khususnya pada beberapa kasus bencana alam dan kasus-kasus terorisme
di Indonesia, misalnya kasus Bom Bali I dan II, Bom JW Marriott, Bom Kuningan,
kasus tenggelamnya KMP Levina, dll. Kasus bom bunuh diri di GBIS Solo pun
menggunakan metode ini. Pemeriksaan sidik DNA diperkenalkan pertama kali oleh
Jeffreys pada tahun 1985. Metode ini umumnya membutuhkan sampel darah dari
korban yang hendak diperiksa, namun demikian dalam keadaan tertentu di mana
sampel darah tidak dapat diambil, maka dapat pula diambil dari tulang, kuku, dan
rambut meskipun jumlah DNA-nya tidak sebanyak jumlah DNA dari sampel darah.
DNA dapat ditemukan pada inti sel tubuh (DNA inti) ataupun pada mitokondria
(organ dalam sel yang berperan untuk pernafasan sel-sel tubuh) yang biasa disebut
DNA mitokondria. Untuk penentuan identitas seseorang berdasarkan DNA inti,
dibutuhkan sampel dari keluarga terdekatnya. Misalnya, pada kasus Bom GBIS
Solo baru-baru ini, sampel DNA yang didapat dari korban tersangka pelaku bom
bunuh diri akan dicocokkan dengan sampel DNA yang didapat dari istri dan
anaknya. DNA inti anak pasti berasal setengah dari ayah dan setengah dari ibunya.
Namun demikian, pada kasus-kasus tertentu, bila tidak dijumpai anak-istri korban,
maka dicari sampel dari orang tua korban. Bila tidak ada juga, dicari saudara
kandung seibu, dan diperiksakan DNA mitokondrialnya karena DNA mitokondrial
diturunkan secara maternalistik (garis ibu).
9. Metode Eksklusi
Metode ini digunakan pada kasus kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah
orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal
laut, kereta api, dll. Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya
dengan menggunakan metode-metode tersebut di atas, sedangkan identitas sisa
korban tidak dapat ditentukan, maka sisa korban diidentifikasi menurut daftar
penumpang.
**DNA fingerprint
Asam deoksiribonukleat (DNA) adalah salah satu jenis asam nukleat. Asam nukleat
merupakan senyawa-senyawa polimer yang menyimpan semua informasi tentang
genetika. Penemuan tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR) menyebabkan
perubahan yang cukup revolusioner di berbagai bidang. Hasil aplikasi dari tehnik
PCR ini disebut dengan DNA fingerprint yang merupakan gambaran pola potongan
DNA dari setiap individu. Karena setiap individu mempunyai DNA fingerprint yang
berbeda maka dalam kasus forensik, informasi ini bisa digunakan sebagai bukti kuat
kejahatan di pengadilan.
10
DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan DNA inti
sel. DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak bisa
berubah sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis
keturunan ibu, yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya. Dalam
kasus-kasus kriminal, penggunaan kedua tes DNA diatas, bergantung pada barang
bukti apa yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Seperti jika ditemukan
puntung rokok, maka yang diperiksa adalah DNA inti sel yang terdapat dalam epitel
bibir karena ketika rokok dihisap dalam mulut, epitel dalam bibir ada yang tertinggal
di puntung rokok. Epitel ini masih menggandung unsur DNA yang dapat dilacak.
Untuk kasus pemerkosaan diperiksa spermanya tetapi yang lebih utama adalah
kepala spermatozoanya yang terdapat DNA inti sel didalamnya. Sedangkan jika di
TKP ditemukan satu helai rambut maka sampel ini dapat diperiksa asal ada akarnya.
Namun untuk DNA mitokondria tidak harus ada akar, cukup potongan rambut karena
diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat DNA mitokondria sedangkan akar
rambut terdapat DNA inti sel. Bagian-bagian tubuh lainnya yang dapat diperiksa
selain epitel bibir, sperma dan rambut adalah darah, daging, tulang dan kuku.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Forensik adalah bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu
proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu atau sains. Dalam
kelompok ilmu-ilmu forensik ini dikenal antara lain ilmu fisika forensik, ilmu kimia
forensik, ilmu psikologi forensik, ilmu kedokteran forensik, ilmu toksikologi
forensik, ilmu psikiatri forensik, komputer forensik, dan sebagainya.
Metode Identifikasi Forensik yang utama ada 2 yaitu: Identifikasi komparatif
dan Identifikasi rekonstruktif.
3.2 Saran
DAFTAR RUJUKAN