Anda di halaman 1dari 14

ALUMINIUM DAN SENYAWANYA

A. LATAR BELAKANG
1. Tinjauan umum
Aluminium dapat dikatakan sebagai unsur non ferrous yang tergolong atau merupakan
logam ringan yang mempunyai sifat lebih ringan dari besi dan baja, memiliki ketahanan yang
baik terhadap korosi, aluminium memiliki sifat konduktor sehingga dapat menghantarkan
listrik dan panas dengan baik dan merupakan bahan paling berlimpah nomor 3 di dunia. Pada
umumnya alamunium yang didapat dalam keadaan cair dengan elektrolisa mempunyai
kemurnian hingga 99,85%. Aluminium memiliki massa atom 27 hanya memiliki satu isotop
natural, nomor atom 13, densitas 2,79 g/cm, titik didih 24670C dan titik lebur 660,40C.
Aluminium merupakan logam berwarna putih perak yang memiliki potensi redoks -1,66 V,
bilangan oksida +3, dan jari-jari atom yang kecil yaitu 57 pm untuk stabilitas dari senyawa
aluminium (Murtiyoso,dkk, 2017: 72).
Aluminium banyak ditemui dalam kerak bumi, juga ditemui dalam batuan seperti
felspar dan mika. Kandungan yang mudah di peroleh oleh oksida terhidrat seperti bauksit,
Al2O3. nH2O, dan kryolit, Na2AlF6. Logam aluminium memiliki banyak kegunaan.
Aluminium dibuat dalam skala yang besar, dari bauksit, Al 2O3. nH2O (n=1-3). Aluminium
adalah logam yang keras, kuat, dan berwarna putih. Meski sangat elektropositif, ia tetap tahan
terhadap korosi karena lapisan oksidanya yang kuat dan liat terbentuk pada permukaannya.
Lapisan-lapisan oksida yang tebal seringkali dilapiskan secara elektrolitik pada aluminium,
yaitu proses yang disebut anodisasi. Aluminium juga larut dalam asam mineral encer, tetapi
dapat di netralkan dengan HNO3 pekat (Cotton dan Walkimson, 1989: 287-288).
Senyawa-senyawa aluminium, bentuk dari kebanyakan senyawa aluminium
diturunkan dari oksida, Al2O3 dan bermacam-macam oksida terhidrat, misalnya Al2O3.H2O
dan Al2O3. 3H2O. Mineral korundum yang digunakan sebagai penggosok adalah Al2O3. Bijih
bauksit yang merupakan bahan baku pembuatan logam aluminium adalah campuram dari
mono dan trihidrat. Kegunaan Al2O3 (Alumina) yang lain adalah sebagai pelapis pada tabus
suhu tinggi dan sebagai penyangga katalis dalam proses kimia dalam skala industri. Walaupun
beberapa senyawa Al2O3 tahan terhadap asam dan basa, ada kemungkinan untuk melarutkan
Al2O3 dalam medium asam dan basa untuk mendapatkan ion aluminium. Misal aluminium
sulfat, dibuat dengan cara melarutkan Al2O3 dalam H2SO4 (aq) pekatdan sangat panas (Petrucci,
1985: 114-115).
Aluminium merupakan unsur kimia dengan golongan III A dalam sistem periodik
unsur, dengan nomor atom 13 dan berat atom 26,98 gram/mol. Diudara bebas aluminium
teroksidasi membentuk lapisan tipis oksida Al2O3 sehingga tahan terhadap korosi, aluminium
tergolong unsur yang bersifat amfoter artinya aluminium dapat bereaksi dengan larutan asam
maupun larutan basa (Murtiyoso, dkk, 2017: 73).
Aluminium (Al) adalah logam yang kuat, keras dan berwarna putih. Meskipun sangat
elektropositif, aluminium tahan terhadap korosi karena memiliki apisan oksida yg kuat dan
liat terbentuk pada permukaannya. Aluminium larut dalam asam encer tetapi difasifkan oleh
HNO3 pekat, logam aluminium sangat mudah larut dan bereaksi oleh larutan NaOH panas,
halogen dan berbagai non logam. Lapisan-lapisan oksida yang tebal sering dilapiskan secara
elektrolit pada aluminium (Catton dan Wilkinson, 1989: 288).
Aluminium dan aluminium paduan merupakan bahan logam bukan besi (nonferro)
yang banyak digunakan untuk konduktor (kabel) listrik, alat-alat transportasi (komponen
mesin dan body), kemasan dan bangunan. Pembentukan senyawa aluminium oksida (Al 2O3)
lebih mudah dibanding aluminium nitrida (AIN), sedangkan Oksigen (O 2) untuk
pembentukan aluminium oksida (Al2O3) diperoleh dari ketidakmurnian gas nitrogen yang
digunakan. Dengan terbentuknya lapisan pada permukaan Aluminium Nitrida (AIN) dan
Aluminium Oksida (Al2O3) dapat mengubah sifat-sifat fisis dan sifat-sifat kimia dari
permukaannya (Supratpo, dkk, 2016: 65).
Aluminium, nama ini diambil dari kata alum yang berarti senyawa garam rangkap
KAI(SO4)2.12H2O, alum berasal dari bahasa latin yakni alumen yang artinya garam pahit.
Logam dari garam rangkap ini awalnya diusulkan dengan nama alumium dan kemudian
menjadi aluminum, namun dimodifikasi lagi menjadi aluminium yang sangat populer disemua
belahan dunia kecuali di Amerika Utara. Aluminium ini dikenal sebagai unsur yang
mempunyai tingkat oksidasi +3 dalam senyawanya, logam ini tahan terhadap korosi udara,
karena reaksi aluminium dengan oksigen udara menghasilkan oksidanya, Al 2O3, yang
membentuk lapisan nonpori dan membungkus permukaan logam sehingga tidak terjadi reaksi
lanjut (Sugiyarto, 2003: 123).
Paduan Al-Si dapat membentuk keluarga 3xx.x. Paduan hipoeutektik Al-Si yang
paling umum adalah 319, 356 dan 357 dengan 6-7% berat Si. Dalam paduan hipereutektik
komposisi khasnya adalah 390 dan 393 yang masing-masing mengandung antara 13–18%
berat Si dan 25–30% berat Si, dan unsur-unsur paduan lainnya. Digit setelah titikdesimal
biasanya 1 atau 0 dan digunakan untuk mengidentifikasi apakah paduannya adalah gips atau
ingot (Robles Hernandez, 2017: 1)
Bauksit, sumber utama aluminium, terdiri dari campuran berbagai mineral yang
terbentuk akibat pelapukan batuan yang mengandung aluminium. Aluminium hadir dalam
bauksit baik sebagai gibbsite trihidrat (A12O3 . 3H2O) atau sebagai boehmite dan diaspore
monohidrat (A12O3 . H2O). Alumina diekstraksi dari bauksit sesuai dengan proses yang
disebut Bayer. Residunya disebut lumpur merah ~ terutama campuran NaAl silikat, Fe 2O3 dan
TiO2. Aluminium adalah logam dengan kepadatan rendah, reflektansi tinggi dan konduktivitas
listrik (pada kemurnian 99,99%) lebih dari 64% dibandingkan dengan tembaga. Konduktivitas
termal adalah 0,52 hingga 0,56 unit cgs, titik lebur logam murni adalah 660 ° C. Terlepas dari
potensi elektronegatif -1,67 V dan afinitas tinggi terhadap oksigen, aluminium sangat tahan
korosi, karena membentuk lapisan oksida halus pada permukaan yang tidak larut dalam air
dan mencegah oksidasi lebih lanjut (Steinegger, 1990: 156 – 157).
Paduan aerospace yang dapat dirawat dengan panas pada umumnya tidak dapat dilas
sebagai konsekuensi dari kerentanan terhadap panas-sobek dalam paduan dengan kandungan
Cu + Mg yang tinggi, dan struktur badan pesawat secara tradisional dibuat dengan
menggunakan pengencang mekanis yang ekstensif. Namun, ada beberapa pengecualian,
seperti paduan AI-Cu-Mg 2219 yang banyak digunakan dalam struktur ruang yang dilas, dan
paduan AI-Li-Mg yang digunakan dalam badan pesawat dan tangki bahan bakar roket yang
dilas (Gregson, 1995 : 56).
2. Tinjauan Hasil
Logam aluminium berwarna putih, mengkilat mempunyai titik leleh tinggi, moderat
lunak dan lembek-lemah jika murni tetap kuat dan jika dibuat paduan dengan logam-logam
lain, serta ringan. Aluminium bersifat konduktor panas maupun konduktor listrik yang baik.
Namun lebih rendah ketimbang tembaga, karena dengan sifat-sifatnya itu aluminium banyak
digunakan dan dimanfaatkan pada industri rumah tangga seperti pada penggunaan peralatan
dapur, dan sering digunakan sebagai pembungkus makanan, aluminium juga dimanfaatkan
pada bidang industri bagunan, misalnya untuk membelair pintu dan jendela, dan juga sebagai
bahan dasar dalam industri pesawat terbang, kapal dan mobil dan serbuk aluminium dapat
dipakai untuk bahan cat-aluminium (Sugiyarto, 2003: 124).
Ion aluminium dalam bentuk koloid dapat mendestabilisasi minyak yang teremulsi
dalam larutan pada proses elektrokoagulasi. Untuk mendapatkan suasana basa, maka air pada
limbah sintesis ditambahkan NaOH dan untuk mendapatkan suasana asam, maka
ditambahkan H2SO4. Tingkat penyisihan yang paling baik untuk kekeruhan, COD dan minyak
lemak yaitu pada rentang pH 4 – 10, pada rentang ini terjadi proses hidrolisis ion Al yang
menghasilkan senyawa Al(OH)2+, Al(OH)3+ dan senyawa polimer yang efektif dalam proses
koagulasi (Nur dan Jatnika, 2014: 62).
Selain dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan komponen-komponen industri
rumah tangga dan sebagai bahan dasar pesawat, senyawa aluminium juga umum digunakan
sebagai ajuvan vaksin untuk manusia maupun hewan, sehingga senyawa ini menjadi referensi
untuk mengevaluasi formulasi ajuvan baru. Untuk itu sangat penting menyiapkan formulasi
vaksin optimal yang dapat diserap ke dalam adjuvan aluminium ini untuk mengevaluasi
adjuvan baru tersebut (Haryono, 2013: 52).
Paduan aluminium dimanfaatkan secara luas karena memiliki sifat-sifat rasio kekuatan
yang tinggi, kepadatan rendah dan panas cemerlang, sejumlah besar paduan aliminium
komponen dalam keadaan luar angkasa biasanya dikenai beban multitaksial. Aluminum
memiliki sifat anti korosi sehingga banyak dimanfaatkan pada berbagai bidang antara lain
pada pembuatan pesawat luar angkasa, sebuah penelitian membuktikan bahwa faktor
lingkungan menyebabkan korosi pada badan pesawat. Aluminium tahan terhadap korosi
sehingga digunakan untuk membuat komponen badan pesawat (Chen dkk, 2018: 1-3)
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari sifat-sifat logam aluminium dan persenyawaannya.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung reaksi 12 buah
b. Rak tabung reaksi 2 buah
c. Corong biasa 2 buah
d. Kaca arloji 2 buah
e. Batang pengaduk 2 buah
f. Kaki tiga dan kasa asbes @1 buah
g. Pembakar spiritus 1 buah
h. Gelas ukur 10 mL 2 buah
i. Botol semprot 1 buah
2. Bahan
a. Kristal Aluminium (III) klorida anhidrat [AlCl3]
b. Kristal magnesium klorida anhidrat [MgCl2]
c. Larutan aluminium (III) klorida 0,1 M [AlCl3]
d. Larutan magnesium klorida 0,1 M [MgCl2]
e. Kristal magnesium oksida [MgO]
f. Kristal Aluminium oksida [Al2O3]
g. Larutan asam klorida encer 0,1 M [HCl]
h. Larutan natrium hidroksida 0,1 M [NaOH]
i. Amonia [NH3]
j. Magnesium klorida 0,1 M [MgCl2]
k. Aquades [H2O]
l. Indikator universal
m. Indikator metil violet
n. Es batu
o. Tissue
D. PROSEDUR KERJA
1. Sifat Aluminium Hidroksida

P e ru b a h a n y a n g
te rja d i d ia m a ti

2 m L A lC l3 D ita m b a h k a n b e b e ra p a P eru b ah an yan g D ila n ju tk a n d e n g a n


te te s a m o n ia te r ja d i d ia m a ti p e n a m b a h a n a m o n ia
h in g g a b e rle b ih

1 2 1

D ita m b a h k a n b e b e ra p a A k a n te rb e n tu k E n d a p a n d ib a g i k e
2 m L A lC l3 P a d a b a g ia n 1 d ita m b a h k a n
te te s N a O H endapan d a la m d u a ta b u n g re a k si N a O H h in g g a b e rle b ih

P e ru b an y a n g 2
te rja d i d ia m a ti
P a d a b a g ia n 2
d ita m b a h k a n la ru ta n H C l

L a ru ta n A lC l3 D ita m b a h k a n N a O H E n d a p a n d is a rin g D ic u c i d e n g a n D ita m b a h k a n in d ik a to r


a ir d in g in m e til v io le t

2. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida


D ia m a ti p e ru b a h a n D ia m a ti p e ru b a h a n
y a n g te rja d i y a n g te rja d i
K rista l A lC l3 K ris ta l M g C l2
d ip a n a s k a n d ip a n a sk a n

A lC l3 D ita m b a h k a n D iu k u r p H n y a M g C l2 D ita m b a h k a n D iu k u r p H n y a
a n h id ra t aquades a n h id ra t aquades

3. Membandingkan Sifat Asam-basa Al2O3 dan MgO

0 ,1 g D ita m b a h k a n D iu k u r p H n y a 0 ,1 g D ita m b a h k a n D iu k u r p H n y a
A l2O 3 3 m L aquades M gO 3 m L aquades

0 ,1 g D ita m b a h k a n D iu k u r p H n y a 0 ,1 g D ita m b a h k a n
M gO D iu k u r p H n y a
A l2O 3 3 m L H C l 0 ,1 M 3 m L H C l 0 ,1 M

0 ,1 g D ita m b a h k a n D iu k u r p H n y a 0 ,1 g D ita m b a h k a n
M gO D iu k u r p H n y a
A l2O 3 3 m L N a O H 0 ,1 M 3 m L N a O H 0 ,1 M

4. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Ion Magnesium

3 m L D iu k u r p H n y a 3 m L D iu k u r p H n y a
A lC l3 M g C l2
3 m L D ita m b a h k a n D iu k u r p H n y a 3 m L D ita m b a h k a n
D iu k u r p H n y a
A lC l3 3 m L N aO H M g C l2 3 m L N aO H

E. HASIL PENGAMATAN
1. Sifat Aluminium Hidroksida
No Aktivitas Hasil
1 2 mL AlCl3 2 M + 8 tetes NH3 Larutan tidak bewarna
2 mL AlCl3 2 M + 10 tetes NaOH Terbentuk endapan putih
2 a. Endapan + 10 tetes NaOH 2 M Endapan tidak larut
b. Endapan + 10 tetes HCl 0,1 M Endapan larut
2 mL AlCl3 2 M + 3 mL NaOH 2 M Terbentuk endapan putih
a. Endapan disaring + dicuci dengan Endapan putih
3
H2O
b. Endapan diuji dengan metil violet Terbentuk endapan ungu
2. Membandingkan Aluminium klorida dengan Magnesium klorida
No Aktivitas Hasil
a. Pemanasan AlCl3 Tidak ada perubahan
1
b. Pemanasan MgCl2 Meleleh
a. 1 sendok AlCl3 + 5 tetes H2O pH = 4
2
b. 1 sendok MgCl2 + 5 tetes H2O pH = 6
3. Membandingkan sifat basa Al2O3 dan MgO

No Aktivitas Hasil
1 a. 0,1 g Al2O3 + 3 mL H2O Tidak larut, pH = 6
b. 0,1 g MgO + 3 mL H2O Larut, pH = 10
2 a. 0,1 g Al2O3 + 3 mL HCl 0,1 M Tidak larut, pH = 1
b. 0,1 g MgO + 3 mL HCl 0,1 M Larut, pH = 9
3 a. 0,1 g Al2O3 + 3 mL NaOH 0,1 M Tidak larut, pH = 13
b. 0,1 g MgO + 3 mL NaOH 0,1 M Larut, pH = 11

4. Membandingkan sifat asam basa ion aluminium dan ion magnesium


No Aktivitas Hasil
3 mL AlCl3 0,1 M pH = 3
1
3 mL MgCl2 pH = 5
a. 3 mL AlCl3 0,1 M + 3 mL NaOH pH = 4
2
b. 3 mL MgCl2 + 3 mL NaOH pH = 10
F. PEMBAHASAN
Aluminium merupakn suatu unsur kimia dengan golongan III A dalam sistem periodik
unsur, dengan nomor atom 13 dan berat atom 26,98 gram/mol. Diudara bebas aluminium
teroksidasi membentuk lapisan tipis oksida Al2O3 sehingga tahan terhadap korosi, aluminium
tergolong unsur yang bersifat amfoter artinya aluminium dapat bereaksi dengan larutan asam
maupun larutan basa (Murtiyoso, dkk, 2017: 73).
1. Sifat Aluminium Hidroksida
Percobaan dilakukan untuk mengetahui sifat apa saja yang ada atau yang dimiliki oleh
aluminium hidroksida. Pengujian pertama dilakukan dengan mencampurkan garam
aluminium yaitu AlCl3 dengan larutan NH4OH menghasilkan endapan putih.
AlCl3(aq) + 3NH4OH(aq) Al(OH)3(s) + 3NH4Cl(aq)
Kemudian dilanjutkan dengan penambahan NH4OH berlebih menghasilkan larutan tidak
bewarna. Hal ini sesuai dengan teori bahwa ketika jika garam aluminium direaksikan dengan
NH4OH maka akan menghasilkan endapan Al(OH)3 yang kemudian jika ditambahkan lagi
NH4OH secara berlebih akan menghasilkan larutan bening yang menandakan bahwa endapan
aluminium hidroksida larut dalam NH4OH berlebih (Svehla, 1985: 266). Al(OH)3 larut dalam
basa membentuk tetrahidroksialuminat dengan reaksi:
Al(OH)3(aq) + NH4OH(aq) [Al(OH)4]-(aq) + NH4

Pengujian kedua dilakukan dengan mereaksikan garam aluminium yaitu AlCl 3 dengan
larutan NaOH menghasilkan endapan
AlCl3(aq) + 3NaOH(aq)             Al(OH)3(s) + 3NaCl(aq)
Endapan yang terbentuk kemudian dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama diberi
perlakukan dengan menambahkan NaOH berlebih dan hasilnya endapan tidak larut. Bagian
kedua ditambahkan dengan HCl dan hasil yang diperoleh endapan larut kembali. Pengujian
ini tidak sesuai dengan teori di mana aluminium tergolong atau termasuk unsur yang bersifat
amfoter yang artinya aluminium dapat bereaksi dengan larutan asam maupun larutan basa
sehingga seharusnya pada saat penambahan NaOH hasil yang di peroleh yaitu endapan larut
larut kembali (Murtiyoso, dkk, 2017: 73). Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
Al(OH)3(s) + 3NaOH(aq) Na[Al(OH)4](aq)
Al(OH)3(s) + 3HCl(aq) AlCl3(aq) + 3H2O(l)

Pengujian ketiga dilakukan dengan mereaksikan garam aluminium yaitu AlCl3 dengan
larutan NaOH encer menghasilkan endapan. Endapan yang terbentuk kemudian diambil
dengan cara disaring. Hasil yang diperoleh yaitu endapan putih (Al(OH)3.

Endapan ini kemudian disaring dan dicuci dengan air dingin yang berfungsi untuk mengikat
sisa-sisa garam yang tidak bereaksi dan kelebihan basa serta dapat menyempurnakan
pembentukan endapan. Kemudian ditambahkan metil violet menghasilkan warna ungu pada
endapan. Fungsi penambahan metil violet yaitu untuk memperjelas warna endapan yang
terbentuk Percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa larutan
bersifat basa karena metil violet akan berwarna ungu bila larutan dalam trayek basa yakni
dengan trayek pH= 0,0-1,8 (Svehla, 1985: 55). Reaksi yang terjadi yaitu:
AlCl3(aq) + 3NaOH(aq) Al(OH)3(s) + 3NaCl(aq)

2. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida


Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan garam aluminium dan garam
magnesium yang dilihat dari titik leleh dan kelarutannya dalam air. Pengujian diawali dengan
memanaskan kristal AlCl3 dan hasil yang diperoleh yaitu kristal tidak meleleh. Kemudian
dilanjutkan dengan pemanasan kristal MgCl2 dan hasil yang diperoleh yaitu kristal MgCl 2
meleleh dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini disebabkan karena densitas Al lebih besar
daripada Mg. Dapat juga ditinjau dari aturan Fajans bahwa kation dengan ukuran yang
semakin kecil dan muatan positif semakin kuat maka mempunyai daya mempolarisasi
semakin kuat, semakin kuat daya mempolarisasi maka sifat kovalennya juga semakin besar.
Magnesium memiliki muatan +2 (Mg2+) dan aluminium memiliki muatan +3 (Al3+) sehingga
rapatan muatannnya semakin besar, menyebabkan sifat kovalennya lebih besar, sehingga
ikatan antar ionnya pun lemah dan mudah terputus. Adapun reaksi pembakaran yang terjadi
adalah:
4AlCl3(aq) + 3O2(aq) 2Al2O3(aq) + 6Cl2
2MgCl2(aq) + O2(g) 2MgO + 2Cl2
Pengujian kemudian dilanjutkan dengan menambahkan beberapa tetes aquades ke
dalam kristal AlCl3 dan hasil yang diperoleh yaitu larutan bewarna bening dan pH yang
diperoleh yaitu pHnya adalah 4. Hasil ini sudah sesuai dengan teori (Sugiyarto, 2003: 126)
yang menyatakan larutan garam aluminium bersifat asam dengan tetapan ionisasi asam
hampir sama dengan asam asetat. Reaksi yang terjadi adalah:
AlCl3(s) + 6H2O(l) [Al(H2O)6]3+(aq) + 3Cl-
Perlakuan yang sama juga dilakukan pada kristal MgCl 2 yang ditetesi juga beberapa tetes
aquades dan diperoleh larutan bening dengan pHnya adalah 6. Hal ini telah sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa logam Mg dalam MgCl2 dapat larut dalam air menghasilkan
asam lemah pada suhu biasa, tetapi pada titik didih air reaksi berlangsung dengan cepat. Reksi
yang terjadi adalah:
MgCl2(s) + 6H2O(l) [Mg(H2O)6]2+(aq) + 3Cl-

3. Membandingkan sifat asam-basa Al2O3 dan MgO


Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan sifat asam dan basa dari aluminium
oksida (Al2O3) dan magnesium oksida (MgO). Pengujian dilakukan dengan menambahkan
aquades pada kristal Al2O3 dan kristal MgO lalu dikocok. Hasil yang diperoleh untuk kristal
Al2O3 ketika direaksikan dengan dengan H2O menghasilkan endapan putih, dengan pH = 6.
Hal ini menandakan bahwa Al2O3 tidak dapat larut dalam air. Walapun masih mengandung
ion oksida tetapi terlalu kuat berada dalam kisi kristal padatan untuk dapat bereaksi dengan
air, serta larutan bersifat asam. Sedangkan pada MgO yang direaksikan dengan H 2O diperoleh
pH = 10 dan kristal larut dalam air. Hal ini menunjukkan MgO sedikit larut dalam air hal ini
telah sesuai dengan teori yaitu larutan yang diperoleh bersifat basa (Svehla, 1985). Adapun
reaksinya :
Al2O3 + H2O
MgO + H2O Mg(OH)2
Percobaan selanjutnya Al2O3 ditambahkan HCl diperoleh hasil endapan tidak larut
dalam HCl dan pH nya adalah 1. Adapun reaksinya:
Al2O3 + 6 HCl 2AlCl3 + 3H2O
Sedangkan pada MgO yang ditambahkan HCl diperoleh kristal larut dalam HCl dengan pH
nya adalah 9. Hal ini menunjukan Al 2O3 bersifat asam dengan pH 1 sedangkan pada MgO
bersifat basa dengan pH 10. Dalam percobaan ini telah sesuai dengan teori yaitu MgO
bereaksi dengan HCl encer untuk menghasilkan larutan MgCl2 yang bersifat basa (Svehla,
1985). Adapun reaksinya ;
MgO + 2 HCl MgCl2 + H2O
Selanjutnya, kristal aluminium oksida direaksikan dengan NaOH menghasilkan kristal
tidak larut dalam NaOH dan pHnya adalah 13. Adapun reaksinya:
Al2O3 + NaOH 2NaAlO3 + 3H2
Sedangkan pada kristal MgO direaksikan dengan NaOH menghasilkan kristal larut dalam
NaOH dengan pH adalah 11. Hal ini menandakan kristal MgO bereaksi dengan NaOH yaitu
menghasilkan Mg(OH)2 dan Na+. Adapun reaksinya:
MgO + NaOH Mg(OH)2 + 2Na+
Percobaan ini dapat diketahui, bahwa Al2O3 dan MgO bersifat basa yang dapat dilihat dari
ukuran pH nya yaitu pH = 11 dan pH = 14
4. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Ion Magnesium
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan sifat basa dari ion aluminium dan ion
magnesium. Pengujian dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu pH dari garam aluminium
yaitu AlCl3 dan garam magnesium MgCl2. pH yang diperoleh dari AlCl3 yaitu 3 dan pH dari
MgCl2 yaitu 5. Kemudian dilanjutkan dengan penambahan NaOH pada AlCl3 dan MgCl2.
Hasil yang diperoleh yaitu pada AlCl3 menghasilkan larutan bening dan endapan putih dengan
pH = 4. Adapun reaksinya :
AlCl3 + 3NaOH Al(OH)3 + 3NaCl
Al(OH)3 + NaOH [Al(OH)4]- + Na+
Sedangkan MgCl2 menghasilkan larutan bening (endapan larut) dengan pH = 10. Hasil ini
sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika larutan garam aluminium direaksikan
dengan basa (NaOH) akan membentuk endapan Al(OH)3 sedangkan larutan garam magnesium
akan membentuk endapan Mg(OH)2. Adapun reaksi yang terjadi:
MgCl2 + 3 NaOH ` Mg(OH)2 + 2 NaCl
Mg(OH)2 + NaOH
Hal yang menyebabkan magnesium hidroksida tidak dapat bereaksi dengan NaOH berlebih
karena sifat kebasaanya lebih kuat dibanding dengan aluminium hidroksida. Jadi, dapat
dikatakan bahwa aluminium klorida bersifat lebih asam daripada magnesium klorida.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Aluminium hidroksida bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam maupun basa.
2. Aluminium klorida memiliki titik leleh yang lebih tinggi daripada magnesium klorida,
serta aluminium klorida lebih mudah larut dalam air daripada magnesium klorida.
3. Magnesium oksida dan aluminium oksida mempunyai sifat basa.
4. Ion magnesium lebih bersifat basa daripada ion aluminium.
DAFTAR PUSTAKA

Catton, Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press.


Chen, Y., Liu, C., Zhou, J., Wang, F., 2019. Effect of alternate corrosion factors on multiaxial
low-cycle fatigue life of 2024-T4 aluminum alloy. J. Alloys Compd. 772, 1–14.
https://doi.org/10.1016/j.jallcom.2018.08.282
Gregson, P.J., 1995. Aluminium alloys: physical metallurgy, processing and properties - High
Performance Materials in Aerospace, in: Flower, H.M. (Ed.), High Performance
Materials in Aerospace. Springer Netherlands, Dordrecht, pp. 49–84.
https://doi.org/10.1007/978-94-011-0685-6_2
Haryono, A., Kartika, W., Harmami, S.B., 2012. PREPARASI DAN KARAKTERISASI
NANOPARTIKEL ALUMINIUM FOSFAT. J. Sains Mater. Indones. 14, 51–55.
Kusuma, A.A.K.W.A., Karyasa, I.W., Suardana, I.N., 2014. ANODIZING LOGAM
ALUMINIUM DENGAN VARIASI BEDA POTENSIAL. e-Journal Kim. Visvitalis
Univ. Pendidik. Ganesha 2, 138–145.
Murtiyoso, M., Kiryanto, Jokosisworo, S., 2017. Analisa Kekuatan Tarik, Kekuatan Impact,
Komposisi dan Cacat Pengecoran Paduan Aluminium Flat Bar dan Limbah Dryer AC
dengan Menggunakan Cetakan Pasir dan Cetakan Hirdrolik sebagai Bahan Komponen
Jendela Kapal. J. Tek. PERKAPALAN 05, 72–78.
Robles Hernandez, F.C., Herrera Ramírez, J.M., Mackay, R., 2017. Al-Si Alloys, Minor,
Major, and Impurity Elements BT - Al-Si Alloys: Automotive, Aeronautical, and
Aerospace Applications, in: Robles Hernandez, F.C., Herrera Ramírez, J.M., Mackay, R.
(Eds.), Al-Si Alloys: Automotive, Aeronautical, and Aerospace Applications. Springer
International Publishing, Cham, pp. 1–15. https://doi.org/10.1007/978-3-319-58380-8_1
Steinegger, A., Rickenbacherl, U., Schlatter, C., 1990. Aluminium - The Handbook of
Environmental Chemistry, in: Hutzinger, P.D.O. (Ed.), The Handbook of Environmental
Chemistry. pp. 155–160. https://doi.org/10.1007/978-3-540-46211-8
Sugiyarto. Kristian H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: UNY Press.
Suprapto, Sujitno, B.T., Taufik, Abdussalam, A., Priyantoro, D., 2016. ANALISIS
PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM PADUAN (AlSiCu) HASIL NITRIDASI
ION. J. Iptek Nukl. Ganendra 19, 65–74.

Anda mungkin juga menyukai