Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING


(BERMAIN PERAN) TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA PASIF

Oleh:

Sartika/1 71302019

Pendidikan Kimia A

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
LATAR BELAKANG

Salah satu hal yang banyak disoroti saat ini dalam dunia pendidikan adalah
penggunaan metode belajar yang digunakan oleh guru dalam
penyampaian materi saat pembelajaran, karena tuntutan guru untuk tepat
waktu dalam menyampaikan materi dan kewajiban guru untuk bisa menjadikan
siswanya mengerti dan menguasai materi yang disampaikan menjadikan hal
tersebut menjadi sebuah permasalahan yang harus dicari solusinya.
Penerapan model–model pembelajaran dalam proses belajar mengajar harus
dapat di sesuaikan dengan materi yang akan di sampaikan serta tujuan apa
yang hendak di capai. Ada beberapa materi dalam mata pelajaran Kimia yang
terkait dengan konsep-konsep seperti ikatan kimia dimana dibutuhkan suatu
model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik memahami konsep
tersebut secara mendalam mendalam.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin membahas mengenai
suatu model pembelajaran yang memungkinkan adanya interaksi timbal balik
antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dengan tujuan agar
lebih memahami konsep materi yang sedang dipelajari.
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam
orang dengan struktur kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan
berdasarkan teori belajar kooperatif konstruktivis,
yang sangat berbeda dengan model pembelajaran
langsung atau tradisional karena model pembelajaran
MODEL PEMBELAJARAN kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
KOOPERATIF TIPE belajar dan kompetensi sosial siswa dalam
ROLE PLAYING membantu siswa memahami konsep yang sulit dalam
proses pembelajaran. Model pembelajaran Kooperatif
memiliki berbagai macam tipe, salah satunya adalah
tipe Role Playing atau bermain peran.
Model pembelajaran tipe Role Playing ini dipelopori
oleh George Shafel. Dalam buku Pembelajaran
Kontekstual (Komalasari, 2010), suatu model dengan
penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan murid. Sedangkan menurut
Jill Hadfield Role playing atau bermain peran adalah
sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan,
aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang
Sintaks Model Pembelajaran Role Playing
Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk ‘menghadirkan’ peran-peran ke dalam suatu
‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi.
Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’,
dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
Langkah–langkah atau prosedur dalam pelaksanaan model pembelajaran role playing ini adalah :
• Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
• Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari atau beberapa hari sebelum KBM (kegiatan
belajar mengajar) guna mempersiapkan peran yang terdapat dalam skenario tersebut.
• Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang atau sesuai dengan kebutuhan.
• Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai dalam materi tersebut.
• Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
• Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang
sedang diperagakan.
• Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas
skenario tersebut. Misalnya menilai peran yang dilakonkan, mencari kelemahan dan kelebihan dari peran
tersebut atau pun alur/ jalan ceritanya.
• Masing-masing kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulannya.
• Guru memberikan kesimpulan secara umum atau mengevaluasi seluruh kegiatan.
Adapun tahapan pembelajaran Role Playing atau bermain peran seperti
yang penulis kutip dari Shaftel dan Shaftel, (dalam E. Mulyasa, 2003) meliputi:
• menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik;
• memilih peran;
• menyusun tahap-tahap peran;
• menyiapkan pengamat;
• tahap pemeranan;
• diskusi dan evaluasi tahap I ;
• pemeranan ulang; dan
• diskusi dan evaluasi tahap II; dan
• pengambilan kesimpulan.

Berdasarkan tahapan tersebut, terlihat bahwa terdapat dua tahap pemeranan dalam Role Playing.
Namun, tahapan ini masih dapat dimodifikasi. Dua diantara kemungkinan modifikasi yang dapat digunakan
adalah:
1) Role playing dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga untuk sub materi pertama dapat diper
ankan oleh kelompok pertama, untuk sub materi kedua dapat diperankan oleh kelompok kedua, dan set
erusnya. Hal ini berarti Role Playing dengan modifikasi seperti ini, hanya terdapat satu tahapan pemera
nan untuk setiap kelompok.
2) Role Playing dilakukan oleh sekelompok pemeran yang telah dibentuk bersama oleh guru dan siswa. Ta
hapan pemeranan untuk sub-sub materi yang akan dipelajari dapat sepenuhnya diperankan oleh pemer
an yang ditunjuk atau satu sub materi diperankan oleh pemeran yang ditunjuk sebagai contoh dan sub
materi yang lain diperankan oleh kelompok pemeran yang lain yang telah disusun oleh siswa sendiri.
KELEBIHAN KELEMAHAN

Model bermain peran (role playing) mempu Adapun kelemahan lain dari model pembelajaran Role
nyai beberapa kelebihan menurut Huda (20 Playing ini diantaranya:
15) antara lain: • Metode bermain peranan memerlukan waktu yang
• dapat memberikan kesan pembelajaran relatif panjang/banyak.
yang kuat dan tahan lama dalam ingatan • Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi
siswa dari pihak guru maupun murid.
• bisa menjadi pengalaman belajar yang • Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui
menyenangkan metode ini.
• membuat suasana kelas menjadi lebih • Sebagian besar anak yang tidak ikut drama mereka
dinamis dan antusias menjadi kurang aktif.
• membangkitkan gairah dan semangat • Memerlukan tempat yag cukup luas, jika tempat
optimisme dalam diri siswa bermain sempit menyebabkan gerak para pemain ku
• menumbuhkan rasa kebersamaan rang bebas.
• memungkinkan siswa untuk terjun • Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan
langsung memerankan sesuatu yang penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan.
akan dibahas dalam proses belajar.
Pengaruh Model Pembelajaran
Role Playing terhadap Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran, karena hasil belajar men
jadi salah satu tolok ukur proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Menurut Sudjana (2009),
hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada kenyataan
masih banyak permasalahan yang harus dihadapi dalam rangka meningkatkan hasil belajar.
Permasalahan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal yang berasal dari luar peserta didik,
maupun faktor internal yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri. Hasil pengamatan di
lapangan menunjukkan pada umumnya siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran,
sebagian besar waktu belajar diisi oleh guru melalui komunikasi satu arah. Kondisi seperti ini
dapat mengakibatkan suasana belajar menjadi kurang interaktif dan menimbulkan sifat pasif pada
siswa yang akhirnya dapat mengakibatkan terhambatnya kemampuan berpikir kritis siswa
terhadap berbagai informasi yang datang padanya.
Terdapat beberapa penelitian tentang pengaruh hasil belajar siswa dengan menggunakan
model role playing. Berdasarkan penelitian Adellia Shinta Dewi (2010) disimpulkan bahwa
penerapan model role playing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Disarankan
untuk penelitian selanjutnya hendaknya dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada
sehingga pembelajaran diharapkan berjalan seoptimal mungkin. Sehingga dari penelitian ini
disarankan agar para guru memilih dan menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif,
menarik dan komunikatif agar siswa lebih aktif dan kreatif.
Model pembelajaran role playing adalah
suatu model pembelajaran dengan melakukan
permainan peran yang di dalamnya terdapat
aturan, tujuan, dan unsur senang dalam
melakukan proses belajar-mengajar. Dalam
role playing, peserta didik dituntut dapat
menjadi pribadi yang imajinatif, ingin tahu,
penuh energi dan percaya diri. Di antara

KESIMPULAN kelebihan model pembelajaran role playing


yaitu membuat semua siswa aktif dalam
pembelajaran serta pembelajaran menjadi
dinamis dan menyenangkan. Namun, model
pembelajaran role playing juga memiliki
Kekurangan yaitu tak bisa diterapkan di semua
bahan ajar. Telah banyak penelitian yang
menggunakan model pembelajaran role playing
dan terbukti bahwa model pembelajaran
pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi
belajar para siswa.
Thank you
Any question?

Anda mungkin juga menyukai