Anda di halaman 1dari 8

A.

TUJUAN PERCOBAAN (ALUMINIUM)


Diakhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat mempelajari sifat-sifat logam
aluminium dan persenyawaannya.
B. HASIL PENGAMATAN
1. Sifat Aluminium Hidroksida
No Aktivitas Hasil
1 2 mL AlCl3 2 M + 8 tetes NH32 M Larutan tidak bewarna
2 mL AlCl3 2 M + 12 tetes NaOH Terbentuk endapan putih
2 a. Endapan + 12 tetes NaOH 2 M Endapan tidak larut
b. Endapan + 12 tetes HCl 2 M Endapan larut
3 mL AlCl3 2 M + 1 mL NaOH 2 M Terbentuk endapan putih
a. Endapan disaring + dicuci dengan H2O Endapan putih
3
b. Endapan diuji dengan metil violet Endapan ungu

2. Membandingkan Aluminium klorida dengan Magnesium klorida


No Aktivitas Hasil
a. Pemanasan AlCl3 Tidak ada perubahan
1
b. Pemanasan MgCl2 Meleleh

a. 1 sendok AlCl3 + 5 tetes H2O pH = 4


2 b. 1 sendok MgCl2 + 5 tetes H2O pH = 5

3. Membandingkan sifat basa Al2O3 dan MgO


No Aktivitas Hasil
1 0,1 g Al2O3 + 3 mL H2O Tidak larut, pH = 6
0,1 g MgO + 3 mL H2O Larut, pH = 9
2 0,1 g Al2O3 + 3 mL HCl Tidak larut, pH = 1
0,1 g MgO + 3 mL HCl Larut, pH = 9
3 0,1 g Al2O3 + 3 mL NaOH Tidak larut, pH = 12
0,1 g MgO + 3 mL NaOH Larut, pH = 13
4. Membandingkan sifat asam basa ion aluminium dan ion magnesium
No Aktivitas Hasil
3 mL AlCl3 pH = 3
1
3 mL MgCl2 pH = 6
3 mL AlCl3 0,1 M + 3 mL NaOH pH = 4
2
3 mL MgCl2 + 3 mL NaOH pH = 10
F. PEMBAHASAN
Aluminium merupakn suatu unsur kimia dengan golongan III A dalam sistem periodik
unsur, dengan nomor atom 13 dan berat atom 26,98 gram/mol. Diudara bebas aluminium
teroksidasi membentuk lapisan tipis oksida Al2O3 sehingga tahan terhadap korosi, aluminium
tergolong unsur yang bersifat amfoter artinya aluminium dapat bereaksi dengan larutan asam
maupun larutan basa (Murtiyoso, dkk, 2017: 73).
1. Sifat Aluminium Hidroksida
Percobaan dilakukan untuk mengetahui sifat apa saja yang ada atau yang dimiliki oleh
aluminium hidroksida. Pengujian pertama dilakukan dengan mencampurkan garam aluminium yaitu
AlCl3 dengan larutan NH4OH menghasilkan endapan putih.
AlCl3(aq) + 3NH4OH(aq) Al(OH)3(s) +3NH4Cl(aq)
Kemudian dilanjutkan dengan penambahan NH4OH berlebih menghasilkan larutan tidak bewarna.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa ketika jika garam aluminium direaksikan dengan NH4OH maka
akan menghasilkan endapan Al(OH)3 yang kemudian jika ditambahkan lagi NH4OH secara berlebih
akan menghasilkan larutan bening yang menandakan bahwa endapan aluminium hidroksida larut
dalam NH4OH berlebih (Svehla, 1985: 266). Al(OH)3 larut dalam basa membentuk
tetrahidroksialuminat dengan reaksi:
Al(OH)3(aq) + NH4OH(aq) [Al(OH)4]-(aq)+ NH4

Gambar 1.1 AlCl3 direaksikan dengan NH3


Pengujian kedua dilakukan dengan mereaksikan garam aluminium yaitu AlCl3 dengan
larutan NaOH menghasilkan endapan
AlCl3(aq) + 3NaOH(aq) Al(OH)3(s) + 3NaCl(aq)
Endapan yang terbentuk kemudian dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama diberi
perlakukan dengan menambahkan NaOH berlebih dan hasilnya endapan larut. Bagian kedua
ditambahkan dengan HCl dan hasil yang diperoleh endapan larut kembali. Pengujian ini sesuai
dengan teori di mana aluminium tergolong atau termasuk unsur yang bersifat amfoter yang artinya
aluminium dapat bereaksi dengan larutan asam maupun larutan basa sehingga pada saat
penambahan HCl hasil yang di peroleh yaitu endapan larut kembali (Murtiyoso, dkk, 2017: 73).
Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
Al(OH)3(s) + 3NaOH(aq) Na[Al(OH)4](aq)
Al(OH)3(s) + 3HCl(aq) AlCl3(aq) + 3H2O(l)

Gambar 1.2 AlCl3 direaksikan dengan NaOH Gambar 1.3 Al(OH)3 direaksikan dengan HCl
Pengujian ketiga dilakukan dengan mereaksikan garam aluminium yaitu AlCl3 dengan
larutan NaOH encer menghasilkan endapan. Endapan yang terbentuk kemudian diambil dengan
cara disaring. Hasil yang diperoleh yaitu endapan putih (Al(OH)3.

Gambar 1.4 AlCl3 direaksikan dengan NaOH


Endapan ini kemudian disaring dan dicuci dengan air dingin yang berfungsi untuk mengikat
sisa-sisa garam yang tidak bereaksi dan kelebihan basa serta dapat menyempurnakan pembentukan
endapan. Kemudian ditambahkan metil violet menghasilkan warna ungu pada endapan. Fungsi
penambahan metil violet yaitu untuk memperjelas warna endapan yang terbentuk Percobaan yang
dilakukan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa larutan bersifat basa karena metil violet
akan berwarna ungu bila larutan dalam trayek basa yakni dengan trayek pH= 0,0-1,8 (Svehla, 1985:
55).

Gambar 1.5 endapan disaring dan dicuci dengan air dingin


Reaksi yang terjadi yaitu:
AlCl3(aq) + 3NaOH(aq) Al(OH)3(s) + 3NaCl(aq)

Gambar 1.6 endapan ditetesi dengan metil violet


2. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan garam aluminium dan garam magnesium
yang dilihat dari titik leleh dan kelarutannya dalam air. Pengujian diawali dengan memanaskan
kristal AlCl3dan hasil yang diperoleh yaitu kristal tidak meleleh. Kemudian dilanjutkan dengan
pemanasan kristal MgCl2 dan hasil yang diperoleh yaitu kristal MgCl2 meleleh dalam waktu yang
relatif singkat. Hal ini disebabkan karena densitas Al lebih besar daripada Mg. Dapat juga ditinjau
dari aturan Fajans bahwa kation dengan ukuran yang semakin kecil dan muatan positif semakin kuat
maka mempunyai daya mempolarisasi semakin kuat, semakin kuat daya mempolarisasi maka sifat
kovalennya juga semakin besar. Magnesium memiliki muatan +2 (Mg2+) dan aluminium memiliki
muatan +3 (Al3+) sehingga rapatan muatannnya semakin besar, menyebabkan sifat kovalennya lebih
besar, sehingga ikatan antar ionnya pun lemah dan mudah terputus dimana peristiwa ini disebabkan
karena menurut aturan Fajans, kation dengan muatan yang lebih besar yaitu aluminium (Al 3+)
memiliki daya mempolarisasi yang lebih bsar dibandingkan magnesium (Mg2+). Selain itu, MgCl2
lebih bersifat ionik (Sugiyarto, 2003: 108).Kemudian, titik leleh aluminium (Al) lebih besar
dibandingkan magnesium (Mg) yang mimiliki titik leleh 649°C. Dimana, aluminium (Al) memiliki
titik leleh 660°C (Sugiyarto, 2003: 103, 124).. Adapun reaksi pembakaran yang terjadi adalah:
4AlCl3(aq) + 3O2(aq) 2Al2O3(aq)+ 6Cl2
2MgCl2(aq) + O2(g) 2MgO + 2Cl2

Gambar 1.7 Pemanasan kristan AlCl3 dan MgCl2


Pengujian kemudian dilanjutkan dengan menambahkan beberapa tetes aquades ke dalam
kristal AlCl3 dan hasil yang diperoleh yaitu larutan bewarna bening dan pH yang diperoleh yaitu
pHnya adalah 4. Hasil ini sudah sesuai dengan teori (Sugiyarto, 2003: 126) yang menyatakan
larutan garam aluminium bersifat asam dengan tetapan ionisasi asam hampir sama dengan asam
asetat. Reaksi yang terjadi adalah:
AlCl3(s) + 6H2O(l) [Al(H2O)6]3+(aq) + 3Cl-
Perlakuan yang sama juga dilakukan pada Kristal MgCl2 yang ditetesi juga beberapa tetes aquades
dan diperoleh larutan bening dengan pHnya adalah 5. Hal ini telah sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa logam Mg dalam MgCl2 dapat larut dalam air menghasilkan asam lemah pada
suhu biasa, tetapi pada titik didih air reaksi berlangsung dengan cepat. Reaksi
yang terjadi adalah:
MgCl2(s) + 6H2O(l) [Mg(H2O)6]2+(aq) + 3Cl-
Gambar 1.8 Mereaksikan AlCl3 dengan air dan MgCl2 dengan air
3. Membandingkan sifat asam-basa Al2O3 dan MgO
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan sifat asam dan basa dari aluminium
oksida (Al2O3) dan magnesium oksida (MgO). Pengujian dilakukan dengan menambahkan aquades
pada kristal Al2O3 dan kristal MgO lalu dikocok. Hasil yang diperoleh untuk kristal Al2O3 ketika
direaksikan dengan dengan H2O menghasilkan endapan putih/ tidak larut, dengan pH = 6. Hal ini
menandakan bahwa Al2O3 tidak dapat larut dalam air. Walapun masih mengandung ion oksida
tetapi terlalu kuat berada dalam kisi kristal padatan untuk dapat bereaksi dengan air, serta larutan
bersifat asam. Sedangkan pada MgO yang direaksikan dengan H2O diperoleh pH = 9 dan kristal
larut dalam air. Hal ini menunjukkan MgO sedikit larut dalam air hal ini telah sesuai dengan teori
yaitu larutan yang diperoleh bersifat basa (Svehla, 1985). Adapun reaksinya :
Al2O3 + H2O
MgO + H2O Mg(OH)2
Percobaan selanjutnya Al2O3 ditambahkan HCl diperoleh hasil endapan tidak larut dalam
HCl dan pH nya adalah 1. Adapun reaksinya:
Al2O3 + 6 HCl 2AlCl3 + 3H2O
Sedangkan pada MgO yang ditambahkan HCl diperoleh kristal larut dalam HCl dengan pH nya
adalah 1. Hal ini menunjukan Al2O3 bersifat asam dengan pH 1 sedangkan pada MgO bersifat basa
dengan pH 9. Dalam percobaan ini telah sesuai dengan teori yaitu MgO bereaksi dengan HCl encer
untuk menghasilkan larutan MgCl2 yang bersifat basa (Svehla, 1985). Adapun reaksinya ;
MgO + 2 HCl MgCl2 + H2O
Selanjutnya, kristal aluminium oksida direaksikan dengan NaOH menghasilkan kristal tidak
larut dalam NaOH dan pHnya adalah 12. Adapun reaksinya:
Al2O3 + NaOH 2NaAlO3 + 3H2
Sedangkan pada kristal MgO direaksikan dengan NaOH menghasilkan kristal larut dalam NaOH
dengan pH adalah 13. Hal ini menandakan kristal MgO bereaksi dengan NaOH yaitu
menghasilkan Mg(OH)2 dan Na+. Adapun reaksinya:
MgO + NaOH Mg(OH)2+ 2Na+
Percobaan ini dapat diketahui, bahwa Al2O3 dan MgO bersifat basa yang dapat dilihat dari ukuran
pH nya yaitu pH = 12 dan pH = 13

Gambar 1.9 Hasil pengamatan sifat asam-basa Al2O3 dan MgO


4. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Ion Magnesium
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan sifat basa dari ion aluminium dan ion
magnesium. Pengujian dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu pH dari garam aluminium yaitu
AlCl3 dan garam magnesium MgCl2. pH yang diperoleh dari AlCl3 yaitu 3 dan pH dari MgCl2 yaitu
6. Kemudian dilanjutkan dengan penambahan NaOH pada AlCl3 dan MgCl2. Hasil yang diperoleh
yaitu pada AlCl3 menghasilkan larutan bening dan endapan putih dengan pH = 4. Adapun reaksinya
:
AlCl3 + 3NaOH Al(OH)3 + 3NaCl
Al(OH)3 + NaOH [Al(OH)4]- + Na+
Sedangkan MgCl2 menghasilkan larutan bening (endapan larut) dengan pH = 10. Hasil ini sudah
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika larutan garam aluminium direaksikan dengan basa
(NaOH) akan membentuk endapan Al(OH)3 sedangkan larutan garam magnesium akan membentuk
endapan Mg(OH)2. Adapun reaksi yang terjadi:
MgCl2 + 3 NaOH ` Mg(OH)2+ 2 NaCl
Mg(OH)2 + NaOH
Hal yang menyebabkan magnesium hidroksida tidak dapat bereaksi dengan NaOH berlebih karena
sifat kebasaanya lebih kuat dibanding dengan aluminium hidroksida. Jadi, dapat dikatakan bahwa
aluminium klorida bersifat lebih asam daripada magnesium klorida.

Gambar 1.9 Hasil pengamatan sifat basa ion aluminium dan ion magnesium
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Aluminium hidroksida bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam mau pun basa.
2. Aluminium klorida memiliki titik leleh yang lebih tinggi dari pada magnesium klorida, serta
aluminium klorida lebih mudah larut dalam air dari pada magnesium klorida,
3. Magnesium oksida dan aluminium oksida mempunyai sifat basa.
4. Ion magnesium lebih bersifat basa dari pada ion aluminium.

Anda mungkin juga menyukai