Anda di halaman 1dari 21

Alkena dan Alkadiena 41

BAB IV
ALKENA DAN ALKADIENA

4.1 PENGANTAR
Alkena termasuk golongan hidrokarbon alifatik tidak jenuh yang
cukup reaktif. Istilah tidak jenuh dalam hal ini menunjukkan bahwa kan-
dungan atom hidrogen di dalamnya kurang dari jumlah yang seharusnya,
bila dikaitkan dengan jumlah atom karbonnya.
Alkena mempunyai gugus fungsi yang berupa ikatan rangkap
karbon-karbon ( C C ). Gugus fungsi inilah yang memberikan ciri khas
pada reaksi-reaksi golongan alkena. Pada dasarnya reaksi-reaksi yang ter-
jadi pada golongan alkena dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) reaksi
yang terjadi pada ikatan rangkap dan (2) reaksi-reaksi yang terjadi pada
posisi di luar ikatan rangkap. Dalam bab ini pembahasan reaksi alkena
yang termasuk dalam jenis (1) (lebih dikenal dengan nama reaksi adisi)
hanya dibatasi pada beberapa reaksi, sedangkan untuk jenis (2) berupa
reaksi substitusi pada atom karbon di luar ikatan rangkap.
Hidrokarbon alifatik tidak jenuh yang mempunyai dua buah ikatan
rangkap karbon-karbon dinamakan alkadiena. Uraian untuk alkadiena
dalam bab ini disajikan secara ringkas sekadar untuk mengetahui tipe-tipe
alkadiena beserta reaksi-reaksinya yang khas.
Dengan memahami uraian dalam bab ini diharapkan dapat diper-
oleh pengetahuan tentang sifat hakiki senyawa hidrokarbon yang mengan-
dung ikatan rangkap karbon-karbon. Pengetahuan mengenai sifat-sifat
hakiki tersebut akan menunjang pemahaman tentang reaksi pada senyawa
organik yang mengandung gugus fungsi ikatan rangkap karbon-karbon.

4.2 STRUKTUR ALKENA


Alkena termasuk hidrokarbon tidak jenuh yang mempunyai se-
buah ikatan rangkap karbon-karbon dengan rumus umum CnH2n. Etena
(C2H4) dan propena (C3H6) adalah dua suku pertama dalam deret golongan
alkena. Struktur molekul kedua senyawa tersebut digambarkan sebagai
berikut:
121oC 124,7oC
H H CH3 H
C C C C
H H H H

etana propena

41
42 KIMIA ORGANIK I

Berdasarkan model tolakan pasangan elektron valensi pada ikatan


rangkap karbon-karbon, dapat diprediksi bahwa sudut ikatan setiap atom
karbon yang berikatan rangkap sebesar 120, meskipun dalam kenyataan-
nya tidak selalu tepat 120, misalnya sudut ikatan H-C-C dalam etena se-
besar 121,7 sedangkan sudut ikatan C-C-C dalam propena sebesar 124,7.
Besarnya penyimpangan sudut ikatan ini dipengaruhi oleh besarnya gugus
yang diikat oleh atom karbon yang berikatan rangkap. Semakin besar
gugus yang diikat maka penyimpangan sudutnya juga semakin besar.

4.2.1 Tumpang-tindih Orbital pada Ikatan Rangkap Karbon-karbon


Ikatan rangkap karbon-karbon terdiri dari sebuah ikatan sigma ()
dan sebuah ikatan pi (). Setiap atom karbon yang berikatan rangkap
menggunakan tiga orbital hibrida sp2 untuk membentuk ikatan sigma
dengan tiga atom lain. Ketiga orbital hibrida sp2 tersebut terletak dalam
satu bidang dan membentuk sudut 120. Orbital atom 2p yang tidak
berhibridisasi pada masing-masing atom karbon tegak lurus pada bidang
yang dibentuk oleh ketiga orbital sp2. Jika kedua orbital atom 2p yang
tidak berhibridisasi tersebut paralel, maka dapat terjadi tumpang tindih
sehingga terbentuk ikatan pi pada ikatan rangkap karbon-karbon.

ikatan 
H

C 
H C H

ikatan 
Untuk memutus ikatan pi dalam etena diperlukan energi sekitar 63
kkal/mol. Energi ini lebih besar daripada energi termal pada temperatur
kamar, akibatnya rotasi mengelilingi ikatan rangkap karbon-karbon
terhalangi. Hal tersebut tidak terdapat pada etana, yang dapat berotasi
secara bebas mengelilingi ikatan sigma karbon-karbon.

4.3 ISOMERI CIS-TRANS DALAM ALKENA


Ciri dari isomeri cis-trans adalah rumus molekul dan tatanan ikatan
atom-atom sama, tetapi berbeda dalam penataan atom/gugus dalam
ruang. Jika setiap atom karbon yang berikatan rangkap dalam alkena
mengikat dua atom/gugus yang berlainan, maka terdapat isomeri cis-
trans. Contohnya, pada senyawa 2-butena terdapat isomer cis dan isomer
42
Alkena dan Alkadiena 43

trans. Pada cis-2-butena, kedudukan kedua gugus metil terletak pada satu
sisi terhadap ikatan rangkap, dan dua atom hidrogen pada sisi yang lain.
Pada trans-2-butena kedua gugus metil terletak pada sisi yang bersebe-
rangan. Kedua senyawa tersebut tidak dapat diubah dari satu menjadi
yang lain pada temperatur kamar, karena rotasi mengelilingi ikatan
rangkap terhalangi. Kedua senyawa tersebut mempunyai sifat-sifat fisika
dan kimia yang berbeda.
H H CH3 H
C C C C
H3C CH3 H CH3
cis-2-butena trans-2-butena
titik leleh -139oC titik leleh -106oC
titik didih 4oC titik didih 1oC
Isomer-isomer trans pada senyawa alkena lebih stabil daripada
isomer cis. Pada isomer trans kedua gugus alkil yang terikat pada atom-
atom karbon yang berikatan rangkap letaknya berseberangan, akibatnya
pada isomer trans tolakan antara gugus-gugus yang meruah (bulky) lebih
kecil karena letaknya berjauhan. Hal yang sebaliknya terjadi pada isomer
cis.

4.4 TATA NAMA ALKENA


4.4.1 Sistem IUPAC
Pemberian nama alkena dengan sistem IUPAC dilakukan dengan
mengganti akhiran -ana pada nama alkana yang terkait dengan akhiran
-ena. Contohnya CH2=CH2 diberi nama etena dan CH3CH=CH2 diberi
nama propena. Pada suku-suku alkena yang lebih tinggi, yang mempunyai
isomer-isomer yang berbeda posisi ikatan rangkapnya, pemberian nama-
nya menggunakan sistem penomoran. Rantai atom karbon terpanjang
yang mengandung ikatan rangkap diberi nomor sedemikian rupa sehingga
atom-atom karbon yang berikatan rangkap memperoleh nomor serendah
mungkin. Posisi ikatan rangkap ditunjukkan oleh nomor atom karbon ber-
ikatan rangkap yang lebih rendah. Untuk alkena-alkena bercabang diberi
nama dengan ketentuan seperti pada pemberian nama alkana bercabang.
Contoh:
CH3
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
CH3CH2CH2CH=CH2 CH3CHCH2CH=CH2 CH3CH2CHC=CH2
CH3 CH2CH3

1-pentena 4-metil-1-pentena 2-etil-3-metil-1-pentena

43
44 KIMIA ORGANIK I

Perlu diperhatikan bahwa pada senyawa 2-etil-3-metil-1-pentena terdapat


rantai yang terdiri dari enam atom karbon, tetapi rantai yang mengandung
ikatan rangkap hanya terdiri dari lima atom karbon, maka molekul
tersebut diberi nama sebagai 1-pentena yang mengandung dua substituen.

4.4.2 Nama Umum


Nama umum biasanya digunakan untuk alkena suku rendah.
Contoh:
CH3
CH2=CH2 CH3CH=CH2 CH3C=CH2
Nama IUPAC : etena propena 2-metilpropena
Nama Umum : etilena propilena isobutilena

Nama-nama umum seperti metilena, vinil, dan alil digunakan untuk


gugus-gugus alkenil berikut:

Gugus Alkenil Nama Umum Contoh


CH2= metilena CH2Cl2
metilena klorida
CH2=CH- vinil CH2=CHCl
vinil klorida
CH2=CH-CH2- alil CH2=CH-CH2-Cl
alil klorida

4.5 CARA MENUNJUKKAN KONFIGURASI ALKENA


4.5.1 Sistem Cis-Trans
Alkena yang memiliki struktur tertentu memperlihatkan fenomena
isomeri yang memiliki ciri yang berbeda di antara isomer yang satu
dengan isomer lainnya dalam hal tatanan atom-atomnya dalam sistem
ruang. Isomeri semacam ini termasuk tipe stereoisomeri (isomeri ruang).
Tetapi dalam isomeri alkena tersebut hubungan antara isomer yang satu
dengan lainnya bukan merupakan bayangan cerminnya, sehingga disebut
diastereomer. Nama khusus yang diberikan dalam isomeri tersebut adalah
isomeri geometrik. Karena nama masing-masing isomer dibedakan
dengan memberi awalan cis dan trans, maka isomeri geometrik disebut
juga isomeri cis-trans.
Sistem cis-trans adalah cara yang paling umum digunakan untuk
menunjukkan konfigurasi alkena. Dengan sistem ini tidak lagi dijumpai
keraguan isomer manakah yang diberi nama cis-2-butena dan manakah
trans-3-heksena.

44
Alkena dan Alkadiena 45

H H CH3 H
C C C C
H3C CH3 H CH3
cis-2-butena trans-2-butena
titik leleh -139oC titik leleh -106oC
titik didih 4oC titik didih 1oC

Untuk alkena yang lebih kompleks, orientasi atom-atom pada


rantai utama (rantai terpanjang yang memiliki ikatan rangkap) menentu-
kan apakah alkena tersebut termasuk cis atau trans. Pada contoh di bawah
ini, atom-atom karbon rantai utama nomor 1 dan 4 terletak pada sisi yang
sama terhadap ikatan rangkap, sehingga diberi nama cis.

H CH 3
2 3
C C
1 4
H 3C CH(CH3 ) 2

cis-3,4 -d imetil-2 -p en tena

4.5.2 Sistem E-Z


Sistem E-Z menggunakan seperangkat aturan untuk menetapkan
prioritas gugus-gugus yang terikat pada atom-atom karbon ikatan
rangkap. Dengan menggunakan aturan ini, dapat ditentukan yang
manakah dari masing-masing gugus pada setiap atom karbon ikatan
rangkap yang memiliki prioritas lebih tinggi. Jika gugus-gugus yang
memiliki prioritas lebih tinggi terletak pada sisi yang sama terhadap ikatan
rangkap, maka di depan nama tersebut diberi huruf Z (singkatan dari kata
Zusammen, yang berarti bersama). Jika gugus-gugus yang memiliki
prioritas lebih tinggi terletak pada sisi yang berlawanan terhadap ikatan
rangkap, maka diberi huruf E (singkatan dari kata Entgegen, yang berarti
berlawanan). Secara sederhana, ketentuan tersebut dapat dinyatakan
sebagai berikut.

prioritas tinggi prioritas tinggi

C=C
prioritas rendah prioritas rendah

Z (Zusammen)

45
46 KIMIA ORGANIK I

prioritas tinggi prioritas rendah


C=C
prioritas rendah prioritas tinggi

E (Entgegen)

Aturan Penentuan Prioritas


1. Setiap atom yang berikatan langsung dengan atom-atom karbon
ikatan rangkap ditentukan prioritasnya berdasarkan nomor atomnya,
dengan ketentuan bahwa nomor atom yang lebih tinggi mempunyai
prioritas yang lebih tinggi pula.
Contoh:
(1) (6) (7) (8) (16)
-H, -CH3, -NH2, -OH, -SH,
Prioritas meningkat

2. Jika prioritas tidak dapat ditentukan berdasarkan perbedaan nomor


atom (karena atom-atom yang diikat oleh atom-atom C ikatan
rangkap sama), maka yang digunakan sebagai dasar adalah atom
yang terikat berikutnya sampai diperoleh perbedaan prioritas. Dalam
contoh berikut ditunjukkan nomor atom dari atom yang dijadikan
dasar penentuan prioritas.

(1) (6) (7) (8)


CH2-H -CH2-CH3 - CH2-NH2 - CH2-OH
Prioritas meningkat

3. Dalam hal terdapat ikatan rangkap, maka atom-atom yang berikatan


rangkap tersebut dianggap mengikat dua atom sejenis dengan ikatan
tunggal. Dengan kata lain, atom-atom yang berikatan rangkap didua-
kalikan.
Contoh:
C C
d iang g ap s e b ag ai
- CH=CH2 - CH- CH2

O O C
d iang g ap s e b ag ai
- CH - C- O
H

46
Alkena dan Alkadiena 47

Contoh:
Gugus karboksil mempunyai prioritas yang lebih tinggi daripada gugus
aldehida.

letak perbedaan

O O
C O H C H
gugus karboksil gugus aldehida

Gugus vinil (-CH=CH2) mempunyai prioritas lebih tinggi daripada


gugus isopropil [-CH(CH3)2], karena urutan nomor-nomor atom penentu
prioritas untuk gugus vinil adalah 6,6,6 sedangkan pada gugus isopropil
mempunyai urutan 6,6,1.
C C
CH C H
H
dianggap sebagai letak perbedaan
CH CH2 gugus vinil
CH3 H
CH C H
H
gugus isopropil
Contoh:

Cl CH3 CH3 Cl
C=C C=C
CH3CH2 H CH3CH2 CH3
(Z)-3-kloro-2-pentena (E)-2-kloro-3-metil-2-pentena

4.6 SIFAT-SIFAT FISIKA ALKENA


Alkena adalah senyawa nonpolar. Gaya tarik antar molekul terjadi
oleh gaya dispersi. Secara umum sifat-sifat fisika alkena mirip dengan
sifat-sifat fisika alkana. Alkena yang terdiri dari dua, tiga, atau empat atom
karbon berwujud gas pada temperatur kamar. Alkena yang terdiri dari
lima atau lebih atom karbon berupa cairan tidak berwarna dengan berat

47
48 KIMIA ORGANIK I

jenis lebih kecil daripada air. Alkena tidak larut dalam air tetapi larut
dalam alkena lain, pelarut-pelarut organik nonpolar, dan etanol.

4.7. REAKSI-REAKSI PADA ALKENA


Reaksi yang terjadi pada alkena dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: 1) reaksi yang terjadi pada ikatan rangkap dan 2) reaksi yang terjadi
di luar ikatan rangkap.

4.7.1 Reaksi Adisi


Reaksi adisi merupakan reaksi yang paling umum terjadi pada
alkena. Reaksi ini ditandai dengan terputusnya ikatan pi dan terbentuknya
ikatan sigma baru dengan atom atau gugus-gugus tertentu. Beberapa
contoh reaksi adisi pada ikatan rangkap dalam alkena ditunjukkan pada
Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Beberapa Contoh Reaksi Adisi pada Alkena

Persamaan Reaksi Nama Reaksi

C=C + HBr - C- C- hidrobrominasi


H Br

C C + H2O H+
C C hidrasi
H OH

C=C + Br 2 - C- C- brominasi
Br Br

C=C + H2
Ni
- C- C- hidrogenasi
H H

Perhatikanlah uraian masing-masing contoh pada Tabel 4.1 di atas, dalam


uraian berikut.

4.7.1.1 Adisi Hidrogen Halida (Hidrohalogenasi)


Jika asam-asam halogen (HCl, HBr, dan HI) mengadisi pada alkena
terbentuklah senyawa haloalkana. Reaksi dapat berlangsung tanpa pelarut
atau dengan pelarut polar, misalnya asam asetat.
48
Alkena dan Alkadiena 49

Contoh:
Adisi HCl pada etena menghasilkan kloroetana (etil klorida)

CH2 = CH2 + HCl  CH2 - CH2


etana H Cl
kloroetana

Reaksi adisi HCl pada propena menghasilkan 2-kloropropana sebagai hasil


utama. Pada reaksi ini atom hidrogen dari HCl diikat oleh atom karbon
nomor 1. Jika orientasi adisinya berlawanan, maka dihasilkan 1-kloropro-
pana. 3 2 1 3 2 1 3 2 1
CH3CH = CH2 + HCl  CH3CH - CH2 + CH3CH - CH2
Cl H H Cl
2-kloropropana 1-kloropropana
(hasil utama)

Dalam reaksi adisi HX (hidrogen halida) pada propena yang dituliskan


dalam contoh di atas memang diperoleh dua macam hasil. Hasil utama 2-
kloropropana merupakan hasil reaksi yang pembentukannya mengikuti
kaidah Markovnikov sedangkan hasil samping 1-kloropropana adalah
hasil adisi yang pembentukannya tidak mengikuti kaidah Markovnikov
(adisi anti Markovnikov). Dalam adisi HX (hidrogen halida) pada alkena
oleh Vladimir Markovnikov dirumuskan suatu generalisasi yang dikenal
dengan nama kaidah Markovnikov. Kaidah tersebut menyatakan bahwa
atom H dari HX mengadisi pada atom karbon yang berikatan rangkap
yang mengikat atom H lebih banyak sedangkan X mengikatkan diri pada
atom karbon yang berikatan rangkap di sebelahnya. Dengan adanya
kaidah Markovnikov tersebut maka dapat membantu memprediksi hasil
utama apakah yang diperoleh dalam adisi HX pada suatu alkena, tetapi
tidak memberi penjelasan mengapa demikian. Secara teoretik terjadinya
hasil utama tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan
kestabilan karbokation. Telah diketahui bahwa: Kestabilan karbokation
3o>2o>1o . Dalam reaksi propena + HCl terjadi reaksi:
+ +
H2C CHCH3 + H+ CH3CHCH3 dan CH2CH2CH3
suatu karbokation 2o suatu karbokation 1o
+ +
Karena CH3CHCH3 lebih stabil daripada CH2CH2CH3, maka karbokation
yang lebih stabil itulah yang berpeluang bereaksi lebih lanjut dengan Cl-
(dari HCl) lebih banyak daripada +CH2CH2CH3. Oleh karena itu kuantitas
CH3CHClCH3 lebih besar daripada CH2ClCH2CH3.

49
50 KIMIA ORGANIK I

Catatan: di samping asam-asam halogen, H2SO4 dan HOX (asam hipohalit)


dapat juga mengadisi pada alkena. Adisi H2SO4 dan HOX mengikuti
kaidah Markovnikov, dengan ketentuan: (1) H2SO4 memisah menjadi H-
dan -OSO3H selanjutnya H diikat oleh atom karbon berikatan rangkap
yang mempunyai atom hidrogen lebih banyak, sedangkan -OSO3H
diikat oleh atom C berikatan rangkap di sebelahnya, (2) HOX memisah
menjadi HO- dan -X dan selanjutnya -X diikat oleh atom karbon berikatan
rangkap yang mempunyai atom hidrogen lebih banyak sedangkan HO-
diikat oleh atom C berikatan rangkap di sebelahnya.
Contoh:

H3C HC CH2 + H2SO 4 H3C CH CH3


OSO 3H

H3C HC CH2 + HOCl H3C CH CH2Cl


OH

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Kharasch & Mayo (1933) ditemu-
kan fakta bahwa arah adisi HBr pada alkena ditentukan oleh ada atau
tidak adanya senyawa peroksida dalam reaksinya. Keberadaan senyawa
peroksida dalam reaksi tersebut menyebabkan terjadinya adisi anti
Markovnikov.
Contoh:
peroksida
CH3CH2CH2Br
adisi anti Markovnikov
H3C HC CH2

CH3CHBrCH3
tanpa peroksida
adisi Markovnikov

4.7.1.2 Adisi Air (Hidrasi)


Dengan pengaruh katalis asam, umumnya H2SO4, air dapat meng-
adisi pada alkena dan menghasilkan alkohol. Reaksi ini disebut hidrasi
alkena. Adisi air pada alkena mengikuti arah yang sama dengan reaksi
adisi HX, yaitu atom H diikat oleh atom karbon berikatan rangkap yang
mengikat atom hidrogen lebih banyak (kaidah Markovnikov).
Contoh:
H2SO4
CH3CH = CH2 + HOH  CH2CH - CH2 + CH3CH - CH2
OH H H OH
2-propanol 1-propanol
(hasil utama)

50
Alkena dan Alkadiena 51

4.7.1.3 Adisi Bromin dan Klorin


Pada temperatur kamar, bromin dan klorin dapat mengadisi pada
alkena dan menghasilkan senyawa dibromida dan diklorida. Reaksi adisi
ini dapat berlangsung tanpa pelarut atau menggunakan pelarut-pelarut
inert, seperti karbon tetraklorida.
Contoh:

CCl4
CH3CH = CHCH3 + Br2  CH3CH - CHCH3
2-butena Br Br
2,3-dibromobutana
Reaksi tersebut berlangsung dengan mekanisme adisi anti melalui
pembentukan zat antara ion bromonium siklik (halonium siklik), dengan
tahap-tahap sebagai berikut.

Br+
CH3CH2 CH2CH3   CH3CH2 CH2CH3
C=C Br - Br C-C
H H H H
-
Br
ion bromonium siklik

CH3CH2 Br CH2CH3
C-C
H H
Br

Br2
Contoh lain:
Br

sikloheksena Br
trans-1,2-dibromosikloheksana

Reaksi brom dengan alkena biasanya digunakan untuk uji kualitatif


ikatan rangkap. Jika alkena (tidak berwarna) ditambah beberapa tetes
larutan brom dalam CCl4 (berwarna coklat) akan dihasilkan bromoalkana
yang tidak berwarna.

51
52 KIMIA ORGANIK I

4.7.1.4 Adisi Hidrogen (Hidrogenasi)


Alkena jika dihidrogenasi menghasilkan alkana. Reaksi hidrogenasi
ini biasanya dilakukan dengan mereaksikan alkena dan gas hidrogen
dengan katalis logam-logam transisi (Pt, Pd, atau Ni). Karena hidrogenasi
tersebut menggunakan katalis, maka disebut hidrogenasi katalitik.
Contoh:

katalis Ni
CH3CH = CH2 + H2  CH3CH2CH3
propena propana

4.7.1.5 Adisi Diborana (Hidroborasi)


Senyawa diborana (BH3)2 adalah bentuk dimer dari borana (BH3)
tetapi dalam reaksinya tetap ditulis dengan BH3. Diborana dapat
mengadisi dengan cepat pada alkena dalam pelarut eter dan pada suhu
kamar. Adisi diborana pada alkena terminal (alkena dengan ikatan
rangkap pada ujung rantai) menghasilkan alkilborana primer.

Contoh:
Pada reaksi propena dengan diborana terjadi tri-n-propilborana, dengan
reaksi sebagai berikut:
6CH3 - CH = CH2 + 2BH3  2(CH3CH2CH2)3B
tri-n-propilborana
Terbentuknya produk tri-n-propilborana tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut:
H3C H H3C H
H
C + C H
B H
C C B H
H H
H H H H
n-propilborana
+ C H3 - C H=C H2

(CH3 CH2 CH2 )2 BH


di-n-propilborana
+ C H3 - C H=C H2

(CH3 CH2 CH2 )3 B


tri-n-propilborana

Senyawa tri-n-propilborana dapat diubah menjadi alkohol dengan cara


mereaksikannya dengan hidrogen peroksida dalam suasana alkalis.

52
Alkena dan Alkadiena 53

Contoh:
(CH3CH2CH2)3B + 3H2O2 + 3NaOH  3CH3CH2CH2OH + Na3BO3 + 3H2O
tri-n-propilborana 1-propanol

Catatan:
Perhatikan dengan cermat langkah-langkah dalam pembentukan tri-n-pro-
pilborana di atas, dan cobalah berlatih menulis reaksi adisi diborana pada
2-metilpropena yang selanjutnya direaksikan dengan hidrogen peroksida
dalam suasana alkalis.

4.7.1.6 Adisi Nitrosil Halida


Nitrosil halida (NOX) dapat mengadisi alkena dan menghasilkan senyawa
nitroso halida.
Contoh:
Br NO
+ -
CH3 - C = CH - CH3 + NO - Br  CH3 - C - CH - CH3
CH3 nitrosil bromida CH3
2-bromo-2-metil-3-nitrosobutana

4.7.1.7 Reaksi Oksidasi


Alkena dapat dioksidasi oleh ion permanganat (MnO-4) dan mem-
bentuk glikol, yaitu senyawa yang mempunyai dua gugus hidroksil yang
terikat pada dua atom karbon yang berdampingan.
Contoh:
OH OH
3CH3CH=CH2 + 2KMnO4 + 4H2O  3CH3CH - CH2 + 2MnO2 + 2KOH
propena kalium 1,2-propanadiol
permanganat (suatu glikol)

Untuk memperoleh glikol dengan rendemen yang tinggi kondisi reaksi


harus dikendalikan. Biasanya dilakukan dalam suasana basa dan tempera-
tur rendah (dingin).
Reaksi alkena dengan kalium permanganat biasanya digunakan
untuk identifikasi adanya ikatan rangkap. Jika larutan kalium permanga-
nat yang berwarna ungu direaksikan dengan alkena maka warna ungu
akan hilang dan terbentuk MnO2 yang berupa endapan coklat.

53
54 KIMIA ORGANIK I

4.7.1.8 Adisi Ozon (Ozonolisis)


Jika ozon mengadisi pada alkena terbentuk zat berstruktur siklik,
dengan nama molozonida yang segera berubah menjadi ozonida. Apabila
ozonida dihidrolisis terjadi reaksi pemaksapisahan (cleavage) ikatan
rangkap dan menghasilkan molekul-molekul yang lebih kecil. Reaksi ini
disebut ozonolisis. Reaksi ozonolisis berlangsung dalam dua tahap, yaitu:
(1) adisi ozon pada ikatan rangkap membentuk ozonida, dan (2) hidrolisis
ozonida menghasilkan produk pemaksapisahan.

O3 O H2O, Zn
C C C C C C C O+O C
O O O O
O
alkena molozonida ozonida (aldehida atau keton)

Dalam persamaan reaksi yang disederhanakan, reaksi ozonolisis tersebut


dapat dituliskan sebagai berikut:
Contoh:
CH3 H CH3
O3 H2O
CH3CH2CH = C-CH3  , 
Zn
CH3CH2C = O + O = C - CH3
2-metil-2-pentena propionaldehida aseton

Ozonolisis dapat juga digunakan untuk identifikasi suatu alkena. Dengan


mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terbentuk dari hasil ozonolisis
suatu alkena, maka struktur alkena tersebut dapat ditentukan.

4.7.1.9 Polimerisasi
Polimerisasi adalah reaksi penggabungan sejumlah molekul mono-
mer yang menghasilkan polimer dengan berat molekul besar. Polimerisasi
pada alkena disebut polimerisasi adisi, karena tidak terbentuk hasil lain
kecuali polimer itu sendiri. Salah satu contoh polimerisasi adisi adalah
pembentukan polietilena dari etilena (etena).

satuan-satuan monomer

katalis
3CH2 CH2 CH2 CH2 CH2CH2 CH2CH2

etilena polietilena
(monomer) (polimer)

54
Alkena dan Alkadiena 55

4.7.2 REAKSI-REAKSI KHUSUS


4.7.2.1 Pembentukan Epoksida (oksida alkena)
Jika alkena direaksikan dengan asam peroksi, maka ikatan rangkap
dalam alkena diubah menjadi epoksida. Asam peroksi yang lazim diguna-
kan antara lain asam peroksibenzoat (C6H5COOOH).
Contoh:
CH3-CH=CH-CH3 + C6H5COOOH  CH3-CH-CH-CH3 + C6H5COOH
O
2,3-epoksibutana asam benzoat

4.7.2.2 Isomerisasi Alkena


Pemanasan alkena pada suhu 500-700C atau pada suhu 200-300C
disertai katalis AlCl3, mengakibatkan terjadinya isomerisasi. Dalam hal ini
dapat terjadi dua kemungkinan, yaitu:
(1) Adanya perubahan posisi ikatan rangkap, misalnya 1-pentena menjadi
2-pentena.
AlCl3
CH3CH2CH2CH = CH2  CH3CH2CH = CHCH3
1-pentena 2-pentena

(2) Adanya perubahan struktur rantai, misalnya 1-butena menjadi 2-metil-


propena
AlCl3
CH3CH2CH = CH2  CH3 - C = CH2
1-butena CH3
2-metilpropena

4.7.2.3 Alkilasi Alkena


Contoh khusus untuk reaksi ini adalah pembuatan 2,2,4-trimetil-
pentana (“isooktana”) dengan mereaksikan isobutena dan isobutana
dengan katalis H2SO4.
CH3 CH3
H2SO4
CH3 - C = CH2 + H - C - CH3  CH3 - C - CH2 - CH - CH3
CH3 CH3 CH3 CH3
isobutena isobutana 2,2,4-trimetilpentana

55
56 KIMIA ORGANIK I

4.7.2.4 Substitusi pada Alkena


Apabila alkena direaksikan dengan halogen pada temperatur tinggi
atau oleh pengaruh sinar ultra violet, maka terjadi reaksi substitusi pada
atom H (atom H yang diikat oleh C) oleh halogen. Atom C dalam hal ini
adalah atom C yang berikatan langsung dengan atom C berikatan rangkap.
Contoh:

 500-600C
CH3 - CH = CH2 + Cl2  Cl - CH2 - CH = CH2 + HCl
propena alil klorida

4.8 PEMBUATAN ALKENA


4.8.1 Dehidrasi Alkohol
Jika alkohol primer direaksikan dengan H2SO4 pekat pada suhu
160-170C maka diperoleh hasil alkena. Perubahan alkohol menjadi alkena
ini merupakan proses dehidrasi (pelepasan air).
Contoh:
H2SO4 pekat
CH3CH2OH 
160-170C
CH2 = CH2 + H2O
etanol etena

Pada contoh di atas, H2SO4 pekat berfungsi sebagai dehidrator. Selain


H2SO4 dapat pula digunakan dehidrator Al2O3 atau P2O5. Bila digunakan
alkohol sekunder/tersier, dehidratornya harus H2SO4 encer, karena peng-
gunaan H2SO4 pekat menyebabkan alkena yang terbentuk mengalami
polimerisasi. Dalam hal kereaktifan dehidrasi, diperoleh urutan: alkohol
tersier > alkohol sekunder > alkohol primer.

4.8.2 Dehidrohalogenasi Alkil Halida


Dengan larutan KOH dalam alkohol, alkil halida mengalami
pelepasan asam halogen (dehidrohalogenasi).
Contoh:
etanol
CH3CH2CH2Br + KOH  CH3CH = CH2 + KBr + H2O
propil bromida propilena

Cara pembuatan ini tidak mempunyai arti penting dalam pembuatan


alkena suku rendah, karena dengan cara dehidrasi alkohol dapat diperoleh
alkena suku rendah dengan hasil yang lebih baik.

56
Alkena dan Alkadiena 57

4.8.3 Dehalogenasi Dihalida Visinal


Alkena dapat diperoleh dengan cara dehalogenasi senyawa dihali-
da visinal ( C C ) . Sebagai dehalogenator digunakan logam seng dalam
metanol. X X
Contoh:
metanol
CH3CH - CHCH3 + Zn  CH3CH = CHCH3 + ZnBr2
Br Br 2-butena
2,3-dibromobutana

4.8.4 Pengertakan (“Cracking”) Hidrokarbon dalam Minyak Bumi


Dalam minyak bumi terkandung sejumlah hidrokarbon, yang seba-
gian di antaranya bila mengalami pengertakan dapat menghasilkan alkena.
Pada hakikatnya pengertakan adalah pemanasan suatu molekul pada suhu
tinggi yang mengakibatkan molekul tersebut pecah menjadi molekul-
molekul lain yang lebih kecil.
Contoh:
Pengertakan propana menghasilkan beberapa senyawa yang berat mole-
kulnya lebih kecil daripada propana:
Pt
2CH3CH2CH3  CH3CH = CH2 + CH2 = CH2 + CH4 + H2
500-700C
propana propena etena metana

4.9 ALKADIENA
Alkadiena adalah hidrokarbon alifatik tidak jenuh yang memiliki
dua buah ikatan rangkap karbon-karbon.
Contoh:
1 2 3 4 5
CH2 = CHCH2CH = CH2
1,4-pentadiena
Berdasarkan posisi kedua ikatan rangkapnya, alkadiena dibedakan menja-
di tiga, masing-masing adalah: (1) alkadiena terkonjugasi yaitu alkadiena
yang kedua ikatan rangkapnya dipisahkan oleh sebuah ikatan tunggal, (2)
alkadiena terisolasi yaitu alkadiena yang kedua ikatan rangkapnya dipi-
sahkan oleh dua atau lebih ikatan tunggal, dan (3) alkadiena terkumulasi
yaitu alkadiena yang kedua ikatan rangkapnya berdampingan.
Contoh:
CH2 = CH - CH = CH2 CH2 = CH - CH2 - CH = CH2 CH3CH = C = CH2
1,3-butadiena 1,4-pentadiena 1,2-butadiena
(diena terkonjugasi) (diena terisolasi) (diena terkumulasi)

57
58 KIMIA ORGANIK I

Alkadiena terisolasi menunjukkan sifat-sifat yang hampir sama


dengan alkena, sedangkan alkadiena terkonjugasi berbeda dengan alkena
yaitu kestabilannya lebih besar daripada alkena, dan juga dapat
mengalami adisi-1,4.
Jika 1,4-pentadiena (alkadiena terisolasi) direaksikan dengan brom
dihasilkan 4,5-dibromo-1-pentena. Jika bromnya berlebihan dihasilkan
1,2,4,5-tetrabromopentana.

Br2
5 4 3 2 1 Br2 5 4 3 2 1
CH2 CHCH2CH=CH2 CH2 CHCH2CH=CH2 CH2 CHCH2CH CH2
Br Br Br Br Br Br
4,5-dibromo-1-pentena 1,2,4,5-tetrabromopentana

Pada kondisi yang sama, reaksi antara 1,3-butadiena (alkadiena


terkonjugasi) dengan brom tidak hanya menghasilkan 3,4-dibromo-1-
butena tetapi juga 1,4-dibromo-2-butena.

CH2 CH CH CH2 CH2 CH CH CH2 + CH2 CH CH CH2


Br Br Br Br
3,4-dibromo-1-butena 1,4-dibromo-2-butena
(hasil adisi-1,2) (hasil adisi-1,4)

Hasil reaksi yang mengandung dua atom brom yang terikat pada atom
karbon berdampingan disebut adisi-1,2 dan yang terikat pada dua atom
karbon pada ujung sistem terkonjugasi disebut adisi-1,4.

RINGKASAN
1. Alkena adalah hidrokarbon alifatik tidak jenuh yang mengandung
sebuah ikatan rangkap karbon-karbon, dan rumus umumnya CnH2n.
Menurut model ikatan valensi, ikatan rangkap karbon-karbon terdiri
dari sebuah ikatan sigma yang dibentuk oleh orbital hibrida sp2 yang
tumpang tindih, dan sebuah ikatan pi yang dibentuk oleh orbital atom
2p yang tumpang tindih.
2. Menurut tata nama IUPAC, alkena diberi nama dengan mengganti
akhiran -ana pada nama alkana yang terkait dengan akhiran -ena.
Perbedaan posisi ikatan rangkap karbon-karbon pada isomer-isomer
alkena ditunjukkan dengan nomor dari atom karbon yang berikatan
rangkap yang lebih rendah. Untuk alkena yang rantainya bercabang
diberi nama dengan aturan seperti pada pemberian nama alkana,
dengan ketentuan bahwa rantai utamanya adalah rantai karbon ter-
panjang yang memiliki ikatan rangkap.

58
Alkena dan Alkadiena 59

3. Konfigurasi cis atau trans suatu alkena ditentukan oleh orientasi rantai
utama di sekeliling ikatan rangkap. Bila atom-atom karbon pada rantai
utama berada pada sisi yang sama terhadap ikatan rangkap, alkena
tersebut berkonfigurasi cis, dan bila berada pada sisi yang berlawanan
terhadap ikatan rangkap berkonfigurasi trans. Konfigurasi ikatan
rangkap karbon-karbon dapat juga ditunjukkan dengan sistem E-Z,
dengan menggunakan seperangkat aturan penentuan prioritas. Jika
kedua gugus yang berprioritas tinggi berada pada sisi yang sama
terhadap ikatan rangkap, alkena tersebut berkonfigurasi Z, dan jika
berada pada sisi yang berseberangan, dinamakan berkonfigurasi E.
4. Alkena adalah senyawa nonpolar, dan sifat-sifat fisikanya mirip
dengan alkana. Pada temperatur kamar, alkena dengan 2-4 atom C
berwujud gas, yang mengandung lebih dari 5 atom C berwujud cairan
dengan berat jenis kurang dari 1. Alkena tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam sesama alkena, dalam pelarut-pelarut nonpolar, dan dalam
etanol.
5. Reaksi yang paling umum terjadi pada alkena adalah reaksi adisi.
Pereaksi-pereaksi yang dapat mengadisi pada alkena misalnya HBr,
H2O (katalis asam), Br2 (dalam pelarut inert), dan H2 (katalis logam Pt/
Pd/Ni). Dalam kondisi tertentu alkena dapat pula mengalami reaksi
substitusi, misalnya dengan klor pada temperatur tinggi. Di samping
itu dapat pula terjadi reaksi polimerisasi, oksidasi, isomerisasi, dan
alkilasi.
6. Untuk membuat alkena dapat ditempuh cara-cara: (a) dehidrasi alko-
hol, (b) dehidrohalogenasi alkil halida, (c) dehalogenasi dihalida visi-
nal, dan (d) “cracking” alkana. Masing-masing cara pembuatan tersebut
mempunyai kondisi reaksi yang khusus.
7. Hidrokarbon alifatik tidak jenuh ada yang mengandung dua buah
ikatan rangkap dan dinamakan alkadiena, misalnya CH2=CH-CH2-
CH=CH2 (1,4-pentadiena). Berdasarkan letak kedua ikatan rangkapnya,
dikenal adanya alkadiena terkonjugasi (kedua ikatan rangkapnya
dipisahkan oleh sebuah ikatan tunggal), alkadiena terisolasi (kedua
ikatan rangkapnya dipisahkan oleh dua atau lebih ikatan tunggal), dan
alkadiena terkumulasi (kedua ikatan rangkapnya berdampingan). Sifat
alkadiena terisolasi hampir sama dengan alkena, sedangkan alkadiena
terkonjugasi berbeda dengan alkena karena memang berbeda kesta-
bilannya. Adisi pada alkadiena yang terkonjugasi, misalnya pada 1,3-
butadiena, dapat terjadi dua kemungkinan, yaitu “adisi-1,2” dan “adisi-
1,4”.

59
60 KIMIA ORGANIK I

SOAL-SOAL
1. Apakah nama menurut sistem IUPAC untuk:
a. CH2 = CH(CH2)5CH3 d. CH3CH = CHBr
b. (CH3)2C = CHCH3 e. BrCH = CHBr
c. CH3CH2C(CH3)2CH = CH2
2. Tulislah rumus struktur untuk:
a. 2,4-dimetil-3-heksena d. 3-etil-1-heksena
b. 2,4,4-trimetil-2-pentena e. 4-etil-4-dekena
c. 3-bromo-2-pentena
3. Bagaimanakah rumus struktur untuk:
a. trans-2-metil-3-heksena c. (Z)-3,4-dimetil-2-pentena
b. cis-2-pentena d. (E)-2-kloro-2-pentena
4. Tulislah persamaan reaksi dehidrobrominasi pada senyawa-senyawa
berikut ini:
a. 1-bromobutana c. 2-bromo-2-metilpentana
b. 3-bromopentana d. 3-bromo-2-etilpentana
5. Hasil reaksi apakah yang diperoleh jika 2-butena direaksikan dengan:
a. asam sulfat pekat d. asam hipobromit
b. asam sulfat dan kemudian dihidrolisis e. nitrosil bromida
c. larutan KMnO4 alkalis dingin
6. a. Apakah sebabnya polimerisasi alkena disebut juga polimerisasi
adisi?
b. Bagaimanakah cara membuat senyawa epoksida dari suatu alkena?
c. Berilah 2 buah contoh reaksi isomerisasi alkena.
d. Tulislah persamaan reaksi untuk reaksi isobutena dan isobutana
dengan katalis H2SO4.
7. Bagaimanakah cara membuat:
a. 1-kloropentana menjadi 1,2-dikloropentana
b. 1-kloropentana menjadi 2-kloropentana
c. 1-bromobutana menjadi 1,2-dihidroksibutana
d. propena menjadi 1-bromopropena
e. vinil bromida menjadi 1,1-dibromoetana
8. Sebutlah 2 macam uji kimia sederhana untuk membedakan alkena dari
alkana.
9. Berilah nama menurut sistem IUPAC untuk alkadiena-alkadiena beri-
kut ini, dan sebutlah pula tipe alkadiena tersebut (terkonjugasi/terku-
mulasi/terisolasi)
a. CH2 = CH - CH = CH - CH3
b. CH2 = C = CH2
c. CH2 = CH - CH2 - CH2 - CH = CH2
d. CH2 = CH - CH2 - C = CH - CH2 - CH3
CH2CH3

60
Alkena dan Alkadiena 61

10. a. Bilakah hasil adisi pada suatu diena terkonjugasi disebut hasil “adisi
1,2” dan bilakah disebut hasil “adisi-1,4”?
b. Tulislah rumus struktur suatu alkadiena terisolasi, dan selanjutnya
tulislah persamaan reaksi senyawa tersebut dengan:
(1) satu mol brom
(2) dua mol brom

---------------

61

Anda mungkin juga menyukai