Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KONSEP KINETIKA KIMIA

Herunata1 and Wardatul Marhamah2

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Jl Semarang No 5 Malang 65145

a)

Corresponding author : herunata.fmipa@um.ac.id


b)
wardatul.marhamah.1803316@students.um.ac.id

Abstrak. Ilmu kimia merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan yang diajarkan pasa Sekolah Mengah Atas.
Konsep dalam ilmu kimia beragam mulai dari sederana, rumit, hingga abstrak. Kinetika kimia merupakan cabang
dari kimia fisika yang mempelajari sistem kimia yang tergantung pada waktu, seperti sistem yang memiliki
komposisi kimia yang berubah selama perubahan waktu tertentu. Kinetika mengacu pada kecepatan reaksi, atau
disebut dengan laju reaksi. Laju reaksi, yaitu perubahan konsentrasi reaktan atau produk dengan waktu (M / s).
Kinetika kimia membicarakan dinamika reaksi yang meliputi laju reaksi, orde reaksi yang diperoleh dari hasil
percobaan, hukum, atau persamaan laju, konstanta laju, dan mekanisme reaksi. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis konsep kinetika kimia dalam prespektif inkuiri. Kajian ini merupakan jenis kajian pustaka
(literature review) bersifat deskriptif dengan metode analisis isi (content analysis). Kajian ini menguraikan materi
kinetika kimmia berdasarkan peta konsep yang telah dibuat oleh penulis. Hail dari kajian ini adalah artikel analisis
konsep kinetika kimia. Melaui artikel ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pembaca terkait konsep
kinetika kimia.

Kata Kunci; Kinetika kimia, Laju reaksi, Konsentrasi Reaktan, Konsentrasi Produk

PENDAHULUAN

Ilmu kimia memiliki tingkat kesulitan yang tinggi sehingga tidak mudah dipahami oleh siswa, hal ini
disebabkan kurangnya kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap ilmu kimia. Oleh karena itu dalam belajar
kimia dituntut pemahaman dan penguasaan konsep-konsep dengan benar. Konsep-konsep kimia merupakan konsep
yang bertingkat, artinya berkembang dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks, artinya untuk
memahami suatu konsep perlu berurutan yaitu dari konsep yang sederhana hingga konsep yang kompleks. Salah
satu materi kimia yang kurang dipahami siswa adalah materi kinetika kimia. Hal ini dapat dilihat dari persentase
ketuntasan ulangan harian siswa selama tiga tahun terakhir ini banyak siswa tidak tuntas lebih dari 50%. Walaupun
guru telah menggunakan berbagai variasi pembelajaran seperti model koperatif dan praktikum, tapi tetap saja
persentase ketuntasan siswa pada materi laju reaksi tiga tahun terakhir rendah dan nilai rata-rata siswa selama tiga
tahun terakhir tidak dapat mencapai nilai standar ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70. Oleh karena itu perlu dicari
solusi untuk mengatasi kesulitan siswa tersebut.
Salah satu permasalahan kesulitan siswa bahwa materi laju reaksi bersifat abstrak. Kean dan Middlecamp,
1985 dalam Palisoa (2008) mengemukakan beberapa kareteristik ilmu kimia yaitu: (1) Sebagian konsep-konsep
kimia bersifat abstrak dimana Atom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak tampak, yang
menuntut siswa membayangkan keberadaan materi tersebut tanpa mengalaminya secara langsung (2) konsepkonsep
kimia pada umumnya merupakan penyederhanaan dari keadaan yang sebenarnya dimana Obyek yang ada di alam
kebanyakan merupakan campuran zat-zat kimia yang kompleks dan rumit. Agar mudah dipelajari maka pelajaran
kimia dimulai dari gambaran yang disederhanakan, dimana zat-zat dianggap murni atau hanya dua atau tiga zat saja
(3) konsep kimia bersifat berurutan dan berjenjangan dimana Topik-topik ilmu kimia seringkali harus dipelajari
dengan urutan tertentu karena menjadi prasyarat untuk memahami materi berikutnya (4) ilmu kimia tidak hanya
sekedar memecahkan soal dimana Memecahkan soal-soal yang terdiri dari angkaangka (soal numerik) sering kali
bergantung kepada pengetahuan siswa tentang deskripsi fakta kimia, aturan-aturan kimia, istilah kimia, dan lain-lain
(5) bahan/ materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak dimana Dengan banyaknya bahan yang harus
dipelajari, siswa ataupun mahasiswa dituntut untuk dapat merencanakan belajarnya dengan baik, sehingga waktu
yang tersedia dapat digunakan seefisien mungkin. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa rendahnya
persentase ketuntasan selama tiga tahun terakhir pada materi laju reaksi dan siswa masih bersifat hafalan. Oleh
karena diperlukan deskripsi pemahaman konsep siswa pada materi laju reaksi.
Pemahaman merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk memperoleh makna dari materi pelajaran
yang telah dipelajari. Ada dua macam pemahaman berdasarkan sifatnya, yaitu pemahaman konseptual dan
pemahaman algoritmik. Pemahaman konseptual merupakan pemahaman yang berhubungan dengan konsep-konsep
berupa arti, sifat dan uraian suatu konsep, kemampuan menjeaskan sebuah bersifat abstrak serta teori-teori dasar
sains sedangkan pemahaman algoritmik merupakan procedural atau serangkaian aturan yang melibatkan perhitungan
matematika untuk memecahkan suatu masalah. Menurut KBBI (online) konsep adalah satu idea tau gambaran dari
objek melalui suatu proses yang digunakan untuk memahami hal-hal tertentu. Berdasarkan definisi yang dijelaskan
diatas tentang pemahaman dan konsep, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan
seseorang dalam mengonstruksi suatu konsep yang ada berdasarkan pengetahuan dasar yang dimiliki dengan
menggunakan kata-kata sendiri dan mampu membuat hubungan dengan pengetahuan yang baru.
Indikator pemahaman konsep dibagi menjadi tujuh, antara lain: (1) kemampuan menyatakan ulang konsep
yang telah dipelajari (2) kemampuan mengklarifikasi objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep tersebut (3) kemampuan menerapkan konsep secara algoritma (4) kemampuan
memberikan contoh dari konsep yang dipelajari (5) kemampuan menyajikan konsep dalam bentuk representasi
matematis (6) kemampuan mengaitkan berbagai konsep (7) kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat
cukup suatu konsep.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan analisis konsep materi kinetika kimia guna
mempermudah siswa untuk memahami materi tresebut.. Tujuan dari penelitian adalah untuk memberikan kajian
literature yang dapat mempermudah pembaca untuk memahami konsep materi kinetika kimia.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis kajian pustaka (literature review). Penelitian kajian pustaka/literatur
merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat
di dalam suatu literatur berorientasi akademik, serta merumuskan kontribusi teoritis dan metodologinya untuk topik
tertentu. Adapun sifat dari penelitian ini adalah analisis deskriptif terhadap berbagai sumber terpercaya seperti jurnal
dan buku. Metode yag digunakan oleh penulis adalah analisis isi (content analysis). Langkah-langkah yang
dilakukan penulis adalah (1) menemukan sejumlah kata kunci dalam konsep kinetika kimia; (2) membuat peta
konsep dan menentuakn label konsep; (3) melakukan analisis konsep dari label yang telah ditentukan; (4)
menentukan preposisi dan dimensi pengetahuannya; (5) menentukan proses inkuiri dari materi yang akan disusun;
(6) melakukan penyususnan materi kinetika kimia.

PEMBAHASAN
Kinetika kimia adalah bidang kimia yang berkaitan dengan kecepatan atau laju, di mana reaksi kimia
terjadi. Kata "kinetik" menunjukkan gerakan atau perubahan. Energi kinetik sebagai energi yang tersedia karena
adanya gerak suatu benda. Di sini kinetika mengacu pada kecepatan reaksi, atau disebut dengan laju reaksi. Laju
reaksi, yaitu perubahan konsentrasi reaktan atau produk dengan waktu (M / s). Ada banyak alasan untuk
mempelajari laju reaksi. Pertama-tama, ada keingintahuan intrinsik tentang mengapa reaksi memiliki kecepatan
yang sangat berbeda. Beberapa proses, seperti langkah awal dalam fotosintesis dan reaksi berantai nuklir,
berlangsung dalam skala waktu mulai 10 -12 hingga 10-6 detik. Lainnya, seperti pengawetan semen dan konversi grafit
menjadi berlian, membutuhkan waktu bertahun-tahun atau jutaan tahun untuk menyelesaikannya. Pada tingkat
praktis, pengetahuan tentang laju reaksi berguna dalam desain obat, pengendalian polusi, dan pemrosesan makanan.
Ahli kimia industri sering lebih menekankan pada percepatan laju reaksi daripada memaksimalkan hasil. Laju reaksi
bervariasi dalam rentang yang luas, tetapi setiap reaksi memiliki laju tertentu di bawah serangkaian kondisi tertentu.
Laju bergantung pada konsentrasi dan keadaan fisik karena reaktan harus bertabrakan untuk bereaksi. Itu bahkan
lebih bergantung pada suhu karena tumbukan harus terjadi dengan energi kinetik yang cukup.
Setiap reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan umum

Reaktan → Produk

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa selama berlangsungnya suatu reaksi, molekul reaktan bereaksi sedangkan
molekul prosuk terbentuk. Sebagai hasilnya, berjalannya suatu reaksi dapat diketahui dengan cara memantau
turunnya konsentrasi reaktan atau meningkatnya konsentrasi produk. Secara umum, laju reaksi dinyatakan dalam
perubahan konsentrasi terhadap waktu. Jadi, laju reaksi dari reaksi di atas dapat dinyatakan dengan

−∆[ Reaktan] ∆ [Produk ]


v= atau v=
∆t ∆t
dengan ∆[A] dan ∆[B] adalah perubahan konsentrasi (dalam molaritas) selama waktu ∆t. Karena konsentrasi A
menurun selama selang waktu tersebut, ∆[A] merupakan kuantitas negatif. Laju reaksi adalah kuantitas positif,
sehingga tanda minus diperlukan dalam rumus laju agar lajunya positif. Sebaliknya, laju pembentukan produk tidak
memerlukan tanda minus sebab ∆[B] adalah kuantitas positif (konsentrasi B meningkat seiring waktu).
Untuk reaksi yang lebih rumit, harus lebih hati-hati dalam menuliskan rumus laju reaksinya. Contoh reaksi
berikut

2A → B

2 mol A menghilang untuk setiap mol B yang terbentuk. Dengan kata lain hilangnya laju A adalah dua kali lebih
cepat dibandingkan dengan laju terbentuknya B. Laju reaksi dapat dituliskan sebagai berikut

−1 ∆[ A ] ∆[B ]
v= atau v =
2 ∆t ∆t

Untuk reaksi

aA + Bb → cC + Dd

Laju reaksi dapat dinyatakan dengan

−1 ∆[ A ] 1 ∆ [B] ∆[C] ∆[ D]
v= ≈− ≈ ≈
a ∆t b ∆t ∆t ∆t
Jika dalam suatu reaksi salah satu dari reaktan atau produk berupa gas, maka dapat digunakan manometer untuk
mengetahui laju reaksinya. Contohnya reaksi dekomposisi hidrogen peroksida berikut

2H2O2(l) → 2H2O(l) + O2(g)

Tekanan oksigen dapat dengan mudah dikonversi menjadi konsentrasi dengan menggunakan persamaan gas ideal

n
PV = nRT atau P= RT ≈ MRT
V

Dimana n/V adalah molaritas (M) gas oksigen. Dengan menata ulang persamaan dia atas, didapatkan

1
M= P
RT
Laju reaksi yang diberikan oleh laju pembentukan oksigen dapat dituliskan sebagai berikut

∆[O 2] 1 ∆ P
v= ≈
∆t RT ∆t

HUKUM LAJU

Salah satu cara untuk mengkaji pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi ialah dengan menentukan
bagaimana laju awal bergantung pada konsentrasi awal. Pada umumnya, yang lebih disukai adalah mengukur laju
awal karena sewaktu reaksi berlangsung, konsentrasi reaktan menurun dan akan menjadi sulit untuk mengukur
perubahannya secara akurat. Selain itu, mungkin saja terjadi reaksi balik seperti

Produk → Reaktan

Yang akan menimbulkan galat (error) dalam pengukuran laju. Kedua kerumitan ini hampir tidak terjadi dalam tahap
awal reaksi.
Untuk reaksi umum dengan jenis

aA + Bb → cC + Dd

hukum lajunya dapat dinyatakansebagai berikut

x y
v=k [ A ] [ B ]

Persamaan ini disebut sebagai hukum laju (rate law), yaitu persamaan yang menghubungkan laju reaksi dengan
konstanta laju dan konsentrasi reaktan. Dari konsentrasi reaktan dan laju awal, dapat ditentukan konstanta laju.
Konstanta laju (rate constant) yang dalam hal ini dilambangkan sebagai “k” merupakan konstanta kesebandingan
antara laju reaksi dan konsentrasi reaktan. Konstanta laju spesifik untuk suatu reaksi tertentu pada suhu tertentu dan
tidak berubah selama reaksi berlangsung. Konstanta laju berubah dengan suhu. Eksponen x dan y, disebut orde
reaksi. Orde reaksi keseluruhan merupakan jumlah dari pangkat-pangkat setiap konsentrasi reaktan yang ada dalam
hukum laju. Dalam persamaan hukum laju yang ditunjukkan di atas, orde reaksi keseluruhannya adalah x + y. Orde
reaksi selalu ditentukan oleh konsentrasi reaktan dan bukan oleh konsentrasi produk.

ORDE REAKSI
Orde reaksi merupakan jumlah pangkat konsentrasi dari zat yang bereaksi (reaktan). Orde reaksi dapat
berupa bilangan bulat positif kecil, namun dalam beberapa hal dapat berupa bilangan pecahan atau nol. Pada
umumnya, reaksi kimia memiliki orde reaksi berupa bilangan bulat positif. Nilai orde reaksi tidak dapat ditentukan
dari harga koefisien reaksi, melainkan berdasarkan percobaan.
Untuk reaksi umum dengan jenis

aA + Bb → cC + Dd

hukum lajunya dapat dinyatakansebagai berikut

x y
v=k [ A ] [ B ]

Orde reaksi keseluruhan merupakan jumlah dari pangkat-pangkat setiap konsentrasi reaktan yang ada dalam hukum
laju. Dalam persamaan hukum laju yang ditunjukkan di atas, orde reaksi keseluruhannya adalah x + y. Orde reaksi
selalu ditentukan oleh konsentrasi reaktan dan bukan oleh konsentrasi produk.
Reaksi orde pertama adalah reaksi yang kecepatannya bergantung pada konsentrasi reaktan yang dinaikkan
ke pangkat pertama. Pada persamaan A → produk, Laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai:
−∆[ A]
v=
∆t
Dan hukum lajunya adalah:

1
v=k [ A ]

Reaksi orde kedua adalah reaksi yang kecepatannya bergantung pada konsentrasi satu reaktan yang dinaikkan
menjadi pangkat dua atau pada konsentrasi dua reaktan yang berbeda, masing-masing dipangkatkan menjadi
pangkat 2. Contoh yang sederhana yaitu melibatkan satu jenis molekul reaktan, seperti pada reaksi berikut ini:

A → produk

Laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai:

−∆[ A]
v=
∆t
Dan hukum lajunya adalah:

2
v=k [ A ]

Contoh lain dari reaksi orde kedua yaitu pada reaksi berikut ini:

A + B → produk

Laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai:

−∆ A −∆ B
v= =
t t

Dan persamaan laju reaksinya adalah:

v=k [ A ] [B]

Reaksi orde pertama dan kedua adalah jenis reaksi yang paling umum. Reaksi yang memiliki orde nol jarang terjadi.
Untuk reaksi orde-nol A → produk
Laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai:

−∆ A
v=
t

Dan persamaan laju reaksinya adalah:

v=k

Hubungan konsentrasi dan laju reaksi orde satu, dua, dan nol dinyatakan dalam grafik
Orde Satu Orde Dua Orde Nol

TEORI TUMBUKAN
Prinsip dasar teori tumbukan adalah bahwa partikel, atom, molekul, atau ion harus bertabrakan untuk
bereaksi. Tetapi jumlah tabrakan tidak bisa menjadi satu-satunya faktor penentu laju, atau semua reaksi akan
berakhir dalam sekejap (Silberberg, 2009). Dalam hal teori tumbukan kinetika kimia, kita mengharapkan laju reaksi
berbanding lurus dengan jumlah tumbukan molekul per detik.
Setiap molekul yang bergerak memiliki energi kinetic, semakin cepat ia bergerak, semakin besar energi
kinetiknya. Tetapi molekul yang bergerak cepat tidak akan pecah menjadi fragmen dengan sendirinya. Untuk
bereaksi, ia harus bertabrakan dengan molekul lain (Chang, 2010). Tumbukan yang dapat menghasilkan reaksi kimia
dikenal dengan istilah tumbukan efektif (Fajar Partana, 2009). Agar terjadi tumbukan yang efektif diperlukan syarat,
yaitu orientasi tumbukan molekul harus tepat. Orientasi merupakan arah atau posisi antarmolekul yang
bertumbukan. Untuk molekul berbentuk bulat orientasi tidak begitu penting, karena semua posisi akan
mengakibatkan tumbukan dengan orientasi sesuai. Tetapi, untuk molekul yang berbentuk dua bola terpilin orientasi
sangatlah penting. Misal tumbukan antara gas hidrogen dengan gas oksigen, seperti reaksi berikut.

2H2(g) + O2(g) → H2O(l)

Untuk bereaksi, molekul yang mengalami tumbukan harus memiliki energi kinetik total yang sama atau
lebih besar dari energi aktivasi (Ea) (Chang, 2010). Ea merupakan jumlah energi minimum yang diperlukan untuk
memulai reaksi kimia (Chang, 2010). Energi aktivasi besar bila reaksi memiliki molekul pereaksi dengan banyak
ikatan yang perlu diputuskan. Sedangkan jika hanya sedikit ikatan yang perlu diputuskan maka energi aktivasinya
pun kecil.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI


Sejumlah faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sifat atau keadaan reaktan, ukuran partikel reaktan,
konsentrasi reaktan, tekanan gas, temperatur, cahaya, dan katalis. Kenaikan konsentrasi reaktan akan meningkatkan
jumlah tumbukan antara partike-partikel reaktan. Jumlah tumbukan efektif semakin bertambah sehingga laju reaksi
makin cepat. Kenaikan temperatur reaksi akan meningkatkan energi semua partikel reaktan. Jumlah partikel reaktan
yang memiliki energi sama atau lebih tinggi dari energi aktivasi semakin bertambah sehingga laju reaksi makin
cepat. Katalis mempercepat laju reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi reaksi.
Konsentrasi merupakan banyaknya partikel yang terdapat pada per satuan volume. Peningkatan konsentrasi
reaktan dalam larutan akan menignkatkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel reaktan. Meskipun hanya
tumbukan efektif yang menyebabkan terjadinya reaksi, meningkatkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel
reaktan juga meningkatkan jumlah tumbukan efektif. Sebagai akibatnya laju reaksi semakin cepat. Dalam reaksi-
reaksi dalam fase gas, meningkatnya konsentrasi reaktan akan meningkatkan tekanan gas. Jumlah tumbukan
semakin mengingkat, demikian juga jumlah tekanan efektifnya. Akibatnya laju reaksi semakin cepat.
Pada kebanyakan reaksi yang berlangsung dalam larutan, kenaikan temperatur sebesar 10°C akan
menaikkan laju reaksi sebesar dua atau tiga kali. Untuk reaksi yang berlangsung dalam fase gas, kenaikan laju reaksi
cenderung lebih besar dibandingkan reaksi dalam larutan. Kenaikan temperatur mengakibatkan energi gerak atau
energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi. Pada frekuensi tumbukan yang semakin
besar, maka kemungkinan terjadinya tumbukan efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin besar.
Begitupula sebaliknya, penurunan suhu mengakibatkan gerakan partikel lebih lambat, sehingga energi kinetik dari
partikel tersebut lebih kecil sehingga semakin kecil pula kemungkinan tumbukan yang akan menghasilkan tumbukan
efektif. Dengan menurunnya kemungkinan tumbukan efektif tentu berkibat menurun pula laju reaksinya.
Pada reaksi yang reaktannya terdapat dalam fase padat, laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan.
Tumbukan antara reaktan makin mudah terjadi dengan bertambahnya luas permukaan reaktan. Luas permukaan
reaktan bertambah apabila reaktan yang berupa padatan ukurannya dijadikan lebih kecil. Di samping meningkatkan
kemungkinan terjadinya tumbukan, pengecilan ukuran reaktan juga memperluas luas permukaan reaktan. Hal ini
dapat meningkatkan jumlah tumbukan efektif yang pada akhirnya akan meningkatkan laju reaksi.
Katalis merupakan suatu substansi yang dapat meningkatkan kecepatan, sehingga reaksi kimia dapat
memncapai kesetimbangan tanpa terlibat di dalam reaksi secara permanen. Katalis dapat menyediakan situs aktif
yang berfungsi untuk mempertemukan reaktan dan menyumbangkan energi dalam bentuk panas sehingga molekul
pereaktan mampu melewati energi aktivasi secara lebih mudah. Katalis meningkatkan laju reaksi dengan cara
mempengaruhi energi pengaktifan suatu reaksi kimia. Energi aktivasi reaksi dengan katalis lebih rendah
dibandingkan energi aktivasi reaksi tanpa katalis. Sebagai akibatnya, pada reaksi dengan katalis jumlah partikel
reaktan yang memliki energi sama atau lebih besar dari energi aktivasinya menjadi lebih besar dibandingkan pada
reaksi tanpa katalis, sehingga reaksi dengan katalis berlangsung lebih cepat. Katalis homogen adalah jenis katalis
yang mempunyai fase yang sama dengan reaktan dan produk. Katalis heterogen adalah katalis yang mempunyai fase
yang berbeda dengan fese reaktannya. Reaksi katalisis heterogen biasanya menggunakan katalis padatan dimana
interaksi terjadi di permukaan padatan/gas atau cairan/padatan. Jenis katalis homogen yang banyak digunakan
adalah katalis asam (HCl, H2SO4 dan HNO3), sedangkan jenis katalis heterogen adalah zeolit.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. (2010). Chemistry 10th Edition. In Mc Graw Hill. https://doi.org/10.1016/0149-1970(80)90015-3


Fajar Partana, C. (2009). Mari Belajar Kimia.
Maiti, & Bidinger. (1981). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.
Praputri, E., Sundari, E., Firdaus, F., & Sofyan, S. (2018). Penggunaan katalis homogen dan heterogen pada proses
hidrolisis pati umbi singkong karet menjadi glukosa The use of homogeneous and heterogeneous catalysts in
hydrolysis process of rubber cassava starch into glucose. Jurnal Litbang Industri, 105–110.
Seminar, P., Penelitian, N., & Yogyakarta, U. N. (2012). PEMILIHAN KATALIS YANG IDEAL Dewi Yuanita
Lestari Jurusan Pendidikan Kimia FMIPa UNY). 53–58.
Silberberg, M. S. (2009). Principles of General Chemistry - V1.0M. 915.
Utomo, M. P., & Laksono, E. W. (2007). Tinjauan Umum Tentang Deaktivasi Katalis pada Reaksi Katalisis
Heterogen. Prosiding Seminar Nasional MIPA, 2(9), 110–115.
Widodo, H., & Maesaroh, E. (2016). Studi Kinetika Reaksi Metil Asetat dari Asam Asetat dan Methanol dengan
Variabel Waktu, Konsentrasi Katalis, dan Perbandingan Reaktan. Jurnal Ilmiah WIDYA, 3(4), 28–34.

Anda mungkin juga menyukai