Anda di halaman 1dari 47

BAB II

HANTARAN LISTRIK DAN ELEKTROLISIS

Hantaran listrik merupakan salah satu fenomena transpot yang diakibatkan oleh gerakan
muatan listrik (yang dibawa oleh elektron atau ion dalam larutan) pada seluruh sistem. Arus
listrik (electric current) I , didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik yang mengalir
melalui setiap titik dalam suatu konduktor (materi penghantar) per satuan waktu. Dengan
kata lain, arus listrik adalah laju alir muatan melalui materi penghantar atau
dQ
I ≡ (1.1)
dt
dQ adalah banyaknya muatan yang mengalir melalui penampang lintang suatu penghantar
dalam waktu dt . Densitas arus listrik (electric current density), j adalah banyaknya arus
listrik per satuan luas penampang lintang:
I
j ≡ (1.2)
a
dengan a adalah luas penampang lintang konduktor. Satuan SI untuk arus listrik adalah
ampere (A) dan sama dengan satu coulomb per detik.
C
1A = 1 (1.3)
s
Walaupun muatan Q lebih fundamental daripada arus I , namun mengukur arus
lebih mudah dilakukan daripada mengukur muatan. Dengan alasan ini, sistem SI mengambil
ampere sebagai satuan fundamental. Satuan muatan adalah coulomb, C dan 1 C
didefinisikan sebagai jumlah muatan yang dipindahkan oleh arus satu ampere dalam waktu
satu detik. Jadi 1C =1As . Untuk menghindari kebingungan, sebaiknya gunakan satuan SI.
Muatan dapat mengalir karena ada medan listrik yang bekerja mengenainya,
sehingga harus ada medan listrik E dalam konduktor pembawa arus. Konduktivitas
(conductivity), κ (kappa) dari suatu bahan didefinisikan sebagai
j
κ≡ (1.4)
e
atau j = κ e , dengan e adalah besarnya kuat medan listrik. Di dalam beberapa buku lainnya
anda akan menjumpai bahwa konduktivitas disebut juga dengan hantaran spesifik (specific
conductance) atau konduktivitas spesifik (Specific conductivity).
48

Untuk medan listrik yang sama, makin tinggi konduktivitas κ , maka rapatan arus yang
mengalir makin besar. Kebalikan dari konduktivitas disebut resistivitas (resistivity), diberi
simbol ρ (rho):
1
ρ= (1.5)
κ
Di dalam beberapa buku lainnya, resistivitas disebut juga dengan tahanan jenis (specific
resistance) . Jika arah x adalah arah medan listrik dalam konduktor, maka e x = −d φx / dx

, dengan φ adalah potensial listrik pada suatu titik dalam konduktor. Oleh karena j = I / a
dan j = κ e dapat digabung dengan e x = −d φx / dx maka hasilnya dapat dituliskan dalam

bentuk
dQ dφ
= −κ a (1.6)
dt dx
Arus mengalir dalam konduktor hanya bila ada gradien potensial listrik dalam konduktor.
Gradien potensial dapat dihasilkan dengan cara ujung konduktor ke terminal suatu baterai.
Persamaan ini serupa dengan persamaan transport untuk hantaran termal (hukum Fourier),
aliran viscous (hukum Newton) dan difusi (hukum Fick). Masing-masing persamaan
memiliki bentuk
1 dM dB
= −L (1.7)
a dt dx
dengan a adalah luas penampang lintang. M adalah kuantitas fisik yang diangkut (di
transport) , berupa panas q dalam hantaran termal dan muatan listrik Q dalam hantaran
listrik, L adalah konstanta ( k atau κ ), dan dB / dx adalah gradien kuantitas fisik (suhu
T atau potensial listrik φ ) sepanjang arah x yang searah dengan aliran M . Kuantitas

(1/ a )(dM / dt ) disebut fluks dari M dan merupakan laju transport M melalui satuan
luas yang tegak lurus arah alir. Di dalam keempat persamaan transport tersebut, fluks
sebanding dengan gradien.
Perhatikan suatu konduktor pembawa arus yang memiliki komposisi homogen dan
luas penampang lintang a . Densitas arus pada setiap titik dalam konduktor ini akan sama
(karena komposisi homogen). Dari persamaan j = κ e , kekuatan medan listrik e akan
konstan pada setiap titik dalam penghantar. Persamaan e x = −d φx / dx dapat diintegrasi

untuk menghasilkan φ2 − φ1 =−e (x 2 − x 1 ) . Karena e = −d φ / dx = −∆φ / ∆x , persamaan


49

transport dalam hantaran listrik ini dapat ditulis dalam bentuk I / a= κ (−∆φ / ∆x ) .
Sekarang misalkan ∆x =l , dengan l adalah panjang penghantar dan | ∆φ | adalah
besarnya beda potensial listrik antara ujung penghantar, maka | ∆φ | =
I / κ a atau

 ρl 
| ∆φ | =
 I (1.8)
a 
Kuantitas | ∆φ | sering disebut tegangan atau voltase (voltage). Tahanan R dari suatu
penghantar didefinisikan oleh
| ∆φ |
R≡ (1.9)
I
atau
| ∆φ | =
IR (1.10)
Melalui definisi ini akan didapatkan persamaan yang dapat menghubungkan antara tahanan
(resistance) dengan resistivitas (resistivity)
ρl
R= (1.11)
a
Ingat resistivitas dahulu disebut juga dengan tahanan jenis. Satuan SI untuk tahanan R ,
adalah ohm (simbolnya Ω , omega). Karena dari persamaan | ∆φ | =
IR tampak bahwa
satuan tahanan R adalah volt per ampere, maka
1 Ω ≡ 1V/A =1kgm 2 s −1 C−2 (1.12)

Dari persamaan (1.11), konduktivitas mempunyai satuan Ω −1cm −1 atau Ω −1m −1 . Satuan
Ω −1 terkadang ditulis dengan mho, yakni ohm yang dieja secara terbalik (bahasa arek
malang, boso wali’an, dipakai di dunia sain kimia fisik). Menurut satuan SI, kebalikan dari
ohm diberi nama siemens dengan simbol S . Jadi 1S = 1 Ω −1 .
Konduktivitas κ dan resistivitas (kebalikannya) ρ , nilai kedua besaran ini
tergantung pada komposisi dari bahan penghantar namun tidak tergantung pada
dimensi penghantar. Tahanan R [kebalikannya disebut hantaran (conductance) atau
daya hantar dan diberi simbol L ] tergantung pada dimensi penghantar dan komposisi
materi yang menyusunnya.
Untuk kebanyakan bahan, κ tidak terhantung pada besarnya medan listrik yang
diterapkan dan oleh karena itu juga tidak tergantung pada besarnya densitas arus. Bahan-
bahanyang seperti ini dikatakan mematuhi hukum Ohm. Hukum Ohm adalah pernyataan
50

bahwa κ tetap konstan bila medan listrik e berubah. Untuk bahan-bahan yang mematuhi
hukum ohm, maka grafik j terhadap e berupa garis lurus dengan kemiringan κ . Semua
logam mematuhi hukum ohm. Larutan elektrolit juga mematuhi hukum ohm dengan dua
syarat, e tidak terlalu besar dan kondisi keadaan tunak (steady-state condition) terjaga.
Kebanyakan buku menyatakan dengan kurang tepat bahwa hukum ohm adalah persamaan
(1.19) atau (1.10). Persamaan tersebut secara sederhana merupakan definisi dari R dan
definisi ini berlaku untuk semua bahan. Hukum ohm menyatakan bahwa R tidak tergantung
pada | ∆φ | (dan pada I ) dan tidak dapat diterapkan pada semua bahan.

Nilai konduktivitas dan resistivitas untuk beberapa bahan pada 20 o C dan 1 atm adalah
sebagai berikut.
Bahan Cu KCl(aq, 1 M) CuO gelas
−1 −1 −5
κ / (Ω cm ) 6 ×10 5 0,1 10 10−14
ρ / (Ω cm) 2 ×10−6 9 105 1014
Logam memiliki nilai κ sangat tinggi dan ρ sangat rendah. Larutan pekat elektrolit kuat
mempunyai nilai ρ cukup rendah. Isolator listrik (electrical insulator) seperti gelas
mempunyai nilai κ sangat rendah. Semikonduktor seperti CuO adalah bahan yang
mempunyai nilai κ dan ρ pertengahan antara logam dan isolator. Pada umumnya, isolator
dan semikonduktor tidak mematuhi hukum ohm dan konduktivitasnya meningkat dengan
naikknya beda potensial, | ∆φ | .
Sejak awal pembahasan pada bab ini telah banyak dikenalkan berbagai simbol dan istilah
yang kebanyakan baru bagi mahasiswa yang mengikuti kuliah kimia fisik. Oleh karena itu,
sebelum membahas lebih jauh tentang konduktivitas dalam logam dan larutan elektrolit,
berikut ini disajikan tabel yang memuat nama, simbol, satuan SI serta singkatannya untuk
berbagai besaran listrik yang digunakan dalam bab ini.
51

Tabel. Nama, simbol, dan satuan berbagai kuantitas listrik


Nama Simbol Satuan SI Singkatan satuan
SI
Arus I ampere A
ampere per meter
Densitas arus j
kuadrat A/m 2
Potensial listrik φ volt V
Beda potensial ∆φ atau E volt V
Medan listrik e volt per meter V/m
Tahanan R = ∆φ / I ohm = volt per ampere Ω =V/A
Hantaran L = 1/ R siemens = ohm −1 S = Ω −1
Resistivitas ρ = Ra/l ohm meter Ωm
−1
κ = 1/ ρ ohm −1 m = siemens S/ m
Konduktivitas
per meter
Konduktivitas siemens meter kuadrat
Λ =κ / c Sm 2 / mol
molar per mol
Tetapan faraday F = 96.485 coulomb per mol C/ mol
Kecepatan v meter per detik m /s
(meter per detik) per
Mobilitas u m 2 V −1s −1
(volt per meter)

Contoh 1.
Beda potensial 100V dikenakan pada seutas kawat logam yang panjangnya 2m dan
diameternya 0,050 cm. Jika arus listrik yang mengalir dalam kawat sebesar 25A, hitunglah:
a) tahanan kawat
b) daya hantar kawat
c) tahanan jenis kawat
d) hantaran jenis kawat.
Penyelesaian.
Cermati soal dan gunakan simbol dalam tabel diatas dan satuan SI.
∆φ = E = 100 V ; l = 2m ; I = 25 A

 1m  −4
=
d 2=
r 0, 050 cm  =  5, 00 ×10 m , dalam kurung kurawal = faktor konversi.
100 cm 
∆φ 100 V
a) Tahanan, R = = = 4 V / A= 4 Ω
I 25 A
1 1
b) Daya hantar atau hantaran, L = = = 0, 25 Ω −1 = 0, 25S
R 4Ω
52

2
π R  d  3,14 × 4 Ω  5, 00 ×10−4 m 
2
=
c) Tahanan jenis, ρ
R
ρ =
l
( )
a
R
l
π
= r 2
( )=
l 2

2 m 

2


= 3,925 ×10−7 Ω m
d) Hantaran jenis atau konduktivitas, κ
1 1
κ= = −7
=2,547 ×106 Ω −1 m −1
ρ 3,925 ×10 Ω m

HANTARAN DALAM LOGAM


Arus listrik dalam logam dibawa atau diangkut oleh elektron. Setiap elektron membawa
muatan negatif e − . Berdasarkan persamaan transport untuk aliran elektron, densitas arus
dalam suatu logam akan sama dengan jumlah elektron per meter kubik (N ) dikalikan dengan
kecepatan rata-rata elektron (v ) yang searah aliran dikalikan dengan muatannya,

j = N v e (1.13)
Konduktivitas dalam suatu logam dapat diperoleh melalui kombinasi persamaan (1.4)
dengan (1.13) yang menjadi
N v e
κ= (1.14)
e
Menurut hukum ohm, κ adalah konstan dan wajib tidak tergantung pada medan listrik e ,
sehingga salah satu dari pembilang pada persamaan (1.14) harus sebanding dengan e
sebagai kompensasi adanya e pada penyebut. Muatan elektron adalah konstan dan tidak
tergantung pada medan listrik. Jumlah elektron mungkin saja tergantung pada medan listrik,
namun ketergantungannya tidak sederhana dan tidak berbanding langsung dengan medan
listrik. Oleh karena itu, yang pasti sebanding dengan medan listrik adalah kecepatan
pembawa muatan (elektron) karena jumlah pembawa muatan tersebut sudah tidak tergantung
pada medan listrik. Kondisi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh setiap konduktor
agar mematuhi hukum ohm. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa
v =ue (1.15)
Tetapan kesebandingan u disebut mobilitas (mobility), yakni kecepatan yang diperoleh
oleh pemabawa muatan per satuan medan listrik: u = v / e .
53

Berdasarkan syarat bahwa kecepatan harus sebanding dengan medan listrik, dapat
disimpulkan bahwa gaya utama yang menghambat laju pembawa muatan adalah gaya
gesekan. Jika muatan pada pembawa adalah q , maka gaya yang diakibatkan oleh medan
listrik adalah q e . besarnya gaya ini harus disetimbangkan oleh gaya kelembaman (inertial
force), ma = m (dv / dt ) dan gaya gesekan, fv yang sebanding dengan kecepatan. Jadi
dv
=
qe m + fv
dt
dimana f adalah konstanta yang disebut koefisien gesekan. Dari persamaan ini mudah
dipahami bahwa kecepatan sebanding dengan medan listrik e dan oleh sebab itu maka
suku pertama atau gaya kelembaman harus dapat diabaikan dibanding suku kedua (gaya
penghambat (retardasi) sehingga
q e = fv (1.16)
Di dalam suatu logam, gaya gesekan diakibatkan oleh tumbukan antara hamburan elektron
dengan ion-ion logam dalam kisi.
Apabila diungkapkan dalam mobilitas, maka konduktivitas pada persamaan (1.14)
menjadi
κ = N ue (1.17)
Dari pengukuran tahanan suatu logam, maka resistivitas dan konduktivitas logam dapat
ditentukan. Karena nilai e diketahui, maka pengukuran menghasilkan nilai N u . Untuk

menentukan nilai N dan u secara individu diperlukan pengukuran beberapa kuantitas lain
yang tergantung pada satu atau dua kuantitas ini.

EFEK HALL
Perhatikan skema eksperimen berikut.
54

Arus dengan kerapatan j dilewatkan melalui secarik kertas logam dalam arah x dan pada
saat bersamaan medan magnet B diterapkan dalam arah z . Dua pemindai A dan A ′
ditempatkan pada sisi berlawanan dari kertas logam. Medan magnet yang ditunjukkan
dengan garis lingkaran terputus-putus, membelokkan aliran elektron dalam logam yang
mengakibatkan timbulnya medan listrik e y pada kertas logam dan menghasilkan beda

potensial φH . Beda potensial ini merupakan potensial Hall antara dua pemindai A dan A ′ .

Jika v adalah kecepatan elektron dalam arah x , gaya yang beraksi pada arah y akibat
medan magnet adalah B ev . Gaya ini disetimbangkan oleh gaya dari medan listrik dalam
arah y , yang besarnya e e y sehingga

e e y = B ev atau eey = B v

Nilai kecepatan v dari persamaan (1.13) dapat disubstitusikan, hingga persamaan ini
menjadi
Bj
ey =
N e

Potensial Hall adalah φH = w e y , dengan w adalah lebar kertas logam. Dengan demikian

Bj
φH w=
= RHw B j (1.18)
N e

dimana R H = 1/ N e adalah koefisien Hall. Pengukuran w , j , B dan φH sudah cukup

untuk menentukan nilai R H . Nilai R H dapat digunakan untuk menentukan N karena dari
definisi
1
N = (1.19)
e RH
Dari kombinasi persamaan (1.19) dan (1.17) akan diperoleh mobilitas elektron,
u = κ RH (1.20)

Jadi melalui pengukuran konduktivitas dan koefisien Hall, mobilitas dan jumlah elektron
per meter kubik dalam suatu logam dapat ditentukan. Tabel berikut ini memuat nilai u ,
N dan jumlah pembawa per atom yang menyumbang nilai konduktivitas untuk beberapa
logam.
55

Nilai mobilitas u cukup menarik karena sangat kecil. Hal ini menegaskan bahwa
hanya tahanan gesek yang menghambat gerak pembawa muatan. Elektron yang bergerak
dalam ruang bebas dan hanya mengalami gaya retardasi akan mempunyai mobilitas kira-kira
satu juta kali lebih besar daripada mobilitas dalam logam.
Hal lain yang cukup penting yang dapat disimpulkan dari tabel tersebut adalah tidak
semua elektron bebas membawa muatan tetapi hanya satu elektron per atom yang dapat
membawa muatan. Hanya elektron-elektron dalam tingkat energi bagian atas dan dekat
dengan pita yang terisi sebagian yang dapat bergerak bebas di bawah pengaruh medan listrik.
Untuk dapat membawa arus, elektron harus bergeser dari satu tingkat ke tingkat lain yang
kosong dengan beda energi tidak terlalu besar. Tingkat-tingkat yang kosong sebagian hanya
ada pada tingkat atas yang terisi sebagian sehingga hanya elektron-elektron yang paling
dekat tingkat ini yang dapat menyumbang pada konduktivitas.
Elektron-elektron yang berada di tingkat energi bagian atas bila didorong oleh medan
listrik ke arah yang keliru, maksudnya ke arah yang berlawanan dengan yang seharusnya.
Elektron-elektron yang salah arah ini seolah-olah bermuatan positif. Hal ini terjadi pada
elektron-elektrom dalam logam Zn dan Cd, dan juga beberapa logam lainnya. Efek ini
terdeteksi pada eksperimen Hall; potensial Hall untuk logam-logam ini memiliki tanda
berlawanan dengan logam-logam lain seperti Cu.
Pengukuran besar dan tanda dari potensial Hall dalam semikonduktor dapat
digunakan untuk membedakan secara eksperimen antara semikonduktor jenis-p dan jenis-n
dan juga dapat digunakan untuk menentukan κ , jumlah dan mobilitas pembawa muatan.

ARUS LISTRIK DALAM LARUTAN ELEKTROLIT


Lewatnya arus listrik dalam larutan elektrolit (larutan ionik) mengakibatkan peristiwa yang
lebih rumit daripada lewatnya arus dalam kawat logam. Di dalam logam, elektron-elektron
56

yang hampir tidak memiliki massa tersebut yang membawa semua arus. Di dalam larutan
ionik, arus tersebut diangkut oleh ion-ion positif dan negatif yang massive, sangat ekstrem
massanya jika dibanding massa elektron. Akibatnya, lewatnya arus dalam larutan ionik
disertai dengan transport materi. Ion positif dan ion negatif tidak membawa bagian arus
dalam jumlah yang sama, sehingga timbul gradien konsentrasi dalam larutan. Ada hal lain
yang makin memperumit keadaan, yakni transfer muatan listrik melalui antarmuka
(interface) larutan-elektroda disertai dengan reaksi kimia (elektrolisis) pada setiap elektroda.
Elektrolisis dan transport materi dalam larutan elektrolit merupakan bahasan inti dalam bab
ini. Berikut ini akan dibahas dan ditinjau ulang secara rinci tentang berbagai aspek
elektrolisis.

HUKUM FARADAY DAN ASPEK KUANTITATIF ELEKTROLISIS


Jika arus searah (DC, direct current) dilewatkan antara dua elektroda dalam larutan
elektrolit, terjadi reaksi kimia (elektrolisis) pada elektroda. Setelah meneliti berbagai jenis
reaksi elektrolisis, Faraday (1834) menemukan dua aturan yang sederhana dan fundamental,
yang sekarang dikenal dengan hukum Faraday tentang elektrolisis. Hukum Faraday yang
pertama menyebutkan bahwa jumlah reaksi kimia yang terjadi pada setiap elektroda adalah
sebanding dengan jumlah listrik Q yang dialirkan, Q adalah hasil kali arus dan waktu
Q = I t . Hukum Faraday yang kedua menyebutkan bahwa jika kuantitas listrik yang
mengalir sama, maka jumlah dua zat berbeda yang dihasilkan akan sebanding dengan bobot
ekuivalen kimia masing-masing zat. Eksperimen Faraday menunjukkan bahwa kedua aturan
tersebut sangat akurat dan dipenuhi oleh semua reaksi elektrolisis sehingga hukum Faraday
adalah eksak.
Setiap reaksi elektrolisis dapat ditulis dalam bentuk,
=0 ∑v i Ai + (±1)e −
i

dengan Ai adalah rumus zat yang ambil bagian dalam reaksi dan v i adalah koefisien

stoikiometri; v i (baca nu i) positif untuk produk dan negatif untuk reaktan. Persamaan reaksi

tersebut telah setara sehingga untuk setiap satu mol elektron yang dikonsumsi pada katoda
(v e = −1) maka ada satu mol elektron yang dihasilkan pada anoda (v e = +1) . Persamaan ini
57

menyebutkan bahwa untuk setiap mol elektron yang dialirkan, maka ada | v i | mol Ai yang

dikonsumsi atau dihasilkan. Jika jumlah listrik yang dialirkan adalah Q = I t , maka jumlah
mol Ai yang dikonsumsi atau dihasilkan adalah

|v i | Q |v i | I t
=ni =
F F
dengan F = 96.485C / mol . Jika m i adalah massa dari Ai yang dikonsumsi atau dihasilkan

dan M i adalah massa molar Ai , maka

|v i | M i I t
mi = (1.21)
F
Kuantitas | v i | M i merupakan definisi dari “bobot ekuivalen” dari Ai . Jadi apabila satu

“ekuivalen” atau 96.485C listrik dialirkan maka akan ada satu ”ekuivalen” zat yang
dihasilkan atau dikonsumsi dalam reaksi elektrolisis. Persamaan (1.21) sudah menyatakan
kedua hukum Faraday secara ringkas dan jelas. Penggunaan istilah “bobot ekuivalen” sudah
usang dan ketinggalan zaman (karena satuan SI juga tidak mengenal istilah ini) sehingga
penggunaan rumus (1.21) lebih disukai.

MEKANISME ELEKTROLISIS
Mekanisme elektrolisis atau proses terjadinya elektrolisis bisa bermacam-macam,
tergantung pada elektrolit (larutan atau leburan) dan jenis elektroda yang digunakan. Namun
secara umum, proses terjadinya elektrolisis bisa ditunjukkan seperti pada gambar berikut.
Kation bermigrasi ke katoda dan membentuk atom-atom netral dengan menerima elektron
darinya. Anion bermigrasi ke anoda dan menghasilkan partikel netral dengan mentransfer
elektron ke anoda. Karena elektron yang dilepas anion dan diterima kation pada masing-
masing elektroda mengakibatkan terjadi reaksi kimia.
58

Gambar. Mekanisme elektrolisis secara umum

Elektrolisis Leburan Natrium Klorida


Natrium klorida bukan penghantar listrik, ion-ionnya bervibrasi pada posisinya yang tetap
dan tidak bebas bergerak di seluruh bagian kristal. Titik lebur NaCl adalah 801℃. Leburan
NaCl adalah penghantar listrik yang baik karena ion-ionnya bebas bergerak. Perhatikanlah
sel elektrolisis yang berisi leburan NaCl. Apabila arus listrik dengan voltase cukup tinggi
dialirkan maka diamati hal berikut.
1. Gas berwarna kuning pucat, yakni klorin Cl2 dibebaskan pada salah satu elektroda.

2. Leburan logam natrium yang bewarna putih-perak, Na terbentuk pada elektroda yang
lain dan mengambang diatas leburan natrium klorida.
59

Dari pengamatan tersebut disimpulkan proses yang terjadi dalam sel. Gas klorin pasti
dihasilkan dari oksidasi ion Cl− dan elektroda tempat terjadinya oksidasi itu adalah anoda.
Logam natrium dihasilkan dari reduksi ion Na + pada katoda.

2Cl− → Cl2 ( g ) + 2e − anoda : 12 reaksi oksidasi


2[Na + + e − → Na(l )] katoda : 12 reaksi reduksi

2Na + + 2Cl− → 2Na(l ) + Cl2 ( g ) reaksi keseluruhan (total)




2NaCl

Elektrolisis Larutan Natrium Klorida


Perhatikan gambar elektrolisis larutan natrium klorida dalam air dengan konsentrasi sedang
dan menggunakan elektroda inert diamati hal berikut.
1. Gas hidrogen H 2 dibebaskan pada salah satu elektroda.

2. Gas klorin Cl2 terbentuk pada elektroda yang lain.

Dari pengamatan tersebut disimpulkan bahwa gas klorin dihasilkan dari oksidasi ion Cl−
seperti dalam elektrolisis leburan NaCl. Ion Na + tidak direduksi menjadi logam natrium,
tetapi dihasilkan gas hidrogen dan ion OH − dari reduksi molekul air H 2O pada katoda. Pada

sub bab berikutnya nanti akan dibahas dasar kuantitatif cara memprediksi reaksi oksidasi
60

dan reduksi yang terjadi pada elektroda. Setengah reaksi dan reaksi total pada eklektrolisis
larutan NaCl ini adalah sebagai berikut.

2Cl− → Cl2 ( g ) + 2e − anoda : reaksi oksidasi


− −
2H 2O + 2e → 2OH + H 2 ( g ) katoda : reaksi reduksi
2H 2O + 2Cl− → 2OH − + H 2 ( g ) + Cl2 ( g ) reaksi keseluruhan (total)
Reaksi keseluruhan dalam satuan rumus untuk elektrolisis larutan NaOH ini adalah
2H 2O + 2NaCl → 2NaOH + H 2 ( g ) + Cl2 ( g )

Elektrolisis Larutan Natrium Sulfat


Pada elektrolisis larutan natrium sulfat dengan menggunakan elektroda inert diamati hal
berikut.
1. Gas hidrogen H 2 dibebaskan pada salah satu elektroda dan larutan disekitar elektroda

menjadi bersifat basa.


2. Gas oksigen O 2 terbentuk pada elektroda yang lain dan larutan disekitar elektroda

menjadi bersifat asam.


Pengamatan pertama menunjukkan bahwa molekul air ( H 2O ) lebih mudah direduksi pada

katoda dari pada ion Na + . Pengamatan kedua juga menunjukkan bahwa molekul H 2O lebih

mudah dioksidasi pada anoda dari pada ion sulfat, SO 24− . Setengah reaksi dan reaksi total

pada elektrolisis larutan Na 2SO 4 ini adalah sebagai berikut.


61

2H 2O → O 2 ( g ) + 4H + + 4e − anoda : reaksi oksidasi


2{2H 2O + 2e − → 2OH − + H 2 ( g )} katoda : reaksi reduksi
6H 2O → 2H 2 ( g ) + O 2 ( g ) + 4H + + 4OH − reaksi keseluruhan (total)
↑ 

4H 2O

Reaksi total elektrolisis larutan natrium sulfat adalah penguraian air menjadi oksigen dan
hidrogen. Hal ini karena H 2O lebih mudah direduksi daripada ion Na + dan H 2O juga lebih

mudah dioksidasi daripada ion sulfat, SO 24− . Jadi ion-ion dari elektrolit Na 2SO 4 dalam air

hanya menghantar listrik tetapi tidak ikut bereaksi.

PREDIKSI HASIL REAKSI PADA ELEKTROLISIS


Hantaran listrik dalam larutan diakibatkan oleh pergerakan ion-ion menuju elektroda
sehingga terjadi elektrolisis. Elektrolisis adalah peristiwa terjadinya reaksi kimia pada
permukaan elektroda akibat adanya arus listrik yang mengalir ke dalam larutan. Untuk dapat
meramalkan atau memilih reaksi mana yang terjadi pada elektroda dalam suatu elektrolisis
dapat digunakan langkah berikut.
1. Data semua spesi yang mungkin mengalami reaksi pada elektroda, termasuk juga
elektrodanya jika bukan elektroda inert.
2. Tuliskan semua kemungkinan reaksi reduksi dari spesi yang ada.
3. Tuliskan semua kemungkinan reaksi oksidasi dari spesi yang ada.
62

4. Cari data potensial elektroda (potensial reduksi) standar dari semua kemungkinan
reaksi yang terjadi. Anda harus membalik reaksi oksidasi (pada langkah 3) menjadi
reduksi.
5. Reaksi pada katode adalah reaksi reduksi yang mempunyai potensial reduksi standar
positif paling besar jika semua nilai positif (atau negatif paling kecil jika semua nilai
negatif).
6. Reaksi pada anoda adalah oksidasi. Reaksi oksidasi merupakan kebalikan dari reduksi.
Reaksi yang mempunyai potensial reduksi standar positif paling kecil jika semua nilai
positif (atau negatif paling besar jika semua negatif) adalah reaksi pada anoda.
7. Jika konsentrasi zat bukan konsentrasi standar, maka harus digunakan persamaan Nerst
untuk menghitung potensial reduksi (pada langkah 5 dan 6).
Contoh 2.
Ramalkan reaksi yang akan terjadi pada anoda dan katoda dalam elektrolisis larutan NaCl
1 M menggunakan elektroda inert Pt.
Penyelesaian:
1. Spesi yang mungkin mengalami reaksi adalah Na + , Cl− , dan H 2O , sedangkan

elektrodenya tidak mengalami reaksi karena inert.


2. Yang mungkin mengalami reduksi hanya Na + dan H 2O . Reaksinya adalah

Na + + e − → Na

2H 2O + 2e − → 2OH − + H 2 ( g )
Perhatikan bahwa di dalam reaksi reduksi ini hanya ada satu macam spesi reaktan dan
ditambah elektron.
3. Yang mungkin mengalami oksidasi hanya Cl− dan H 2O . Reaksinya adalah

2Cl− → Cl2 ( g ) + 2e −

2H 2O → O 2 ( g ) + 4H + + 4e −
Perhatikan bahwa di dalam reaksi okdiasi ini hanya terdapat satu macam reaktan.
4. Potensial reduksi standar (dari tabel) untuk ke empat reaksi tersebut diatas berturut-
turut adalah
Na + + e − → Na Eo =
−2, 714 V
2H 2O + 2e − → 2OH − + H 2 ( g ) Eo =
−0,828 V
63

Cl2 ( g ) + 2e − → 2Cl− Eo =
1,358 V
O 2 ( g ) + 4H + + 4e − → 2H 2O Eo =
1,229 V
5. Reaksi reduksi yang mungkin beserta potensial reduksi adalah
Na + + e − → Na Eo =
−2, 714 V
2H 2O + 2e − → 2OH − + H 2 ( g ) Eo =
−0,828 V
Reaksi pada katode adalah reaksi reduksi yang nilai potensial reduksinya paling kecil jika
semua nilai negatif. Jadi reaksi reduksinya adalah
2H 2O + 2e − → 2OH − + H 2 ( g )
6. Reaksi pada anoda adalah reaksi oksidasi atau kebalikan dari reaksi reduksi. Reaksi
oksidasi yang mungkin adalah kebalikan dari reaksi berikut.
Cl2 ( g ) + 2e − → 2Cl− Eo =
1,358 V
O 2 ( g ) + 4H + + 4e − → 2H 2O Eo =
1,229 V
Nilai potensial reduksi (standarnya) positif paling kecil adalah reaksi kedua. Jadi reaksi
oksidasi adalah kebalikan reaksi dua, yaitu
2H 2O → O 2 ( g ) + 4H + + 4e −
7. Langkah ini tidak diperlukan karena digunakan konsentrasi standar 1M.

Nilai potensial elektroda hanya mengukur berbagai kemungkinan relatif termodinamika


untuk bermacam-macam setengah-reaksi. Terkadang proses atau reaksi pada elektroda
dibatasi oleh laju difusi spesi terlarut ke atau dari permukaan elektroda. Pada beberapa
katoda, laju transfer elektron dari elektroda ke reaktan merupakan tahap penentu laju, dan
harus digunakan potensial yang lebih tinggi (disebut overvoltage) untuk menuntaskan reaksi
reduksi. Sebagai akibat dari faktor-faktor seperti ini, setengah-reaksi yang secara
termodinamika lebih mungkin untuk terjadi dari setengah-reaksi lain, tetap saja tidak
berlangsung. Di dalam elektrolisis larutan natrium klorida, NaCl(aq ) , menurt data

eksperimen yang terjadi pada anoda adalah oksidasi Cl− menjadi Cl2 (E o = 1,358 V) dan

bukan oksidasi H 2O menjadi O 2 (E o = 1, 229 V) . Hal ini disebabkan overpotensial

(overvoltage) dari O 2 pada elektroda inert Pt . Namum demikian, prediksi yang tidak tepat

seperti ini sangat jarang terjadi.


64

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS LARUTAN ELEKTROLIT


Secara sederhana, skema rangkaian alat yang digunakan untuk mengukur
konduktivitas larutan elektrolit ditunjukkan pada gambar berikut . Larutan elektrolit
dimasukkan ke dalam sel konduktivitas, dan kemudian tahanan dari sel konduktivitas ini
diukur dengan cara menempatkan sel ke dalam salah satu lengan dari rangkaian jembatan
Wheatstone (Wheatstone bridge) dengan arus AC.

Hasil pengukuran tahanan R suatu larutan elektrolit menggunakan arus listrik secara
langsung tidak dapat diandalkan karena perubahan konsentrasi larutan elektrolit (akibat
elektrolisis) mengubah nilai tahanan larutan. Untuk mengeliminasi efek elektrolisis selama
pengukuran tahanan, maka digunakan arus listrik bolak-balik (arus AC, alternating current)
dan elektroda platina yang dilapisi dengan bubuk platina yang sangat halus (koloid platina
hitam). Koloid Pt mampu menyerap semua gas yang dihasilkan pada tiap setengah siklus
arus AC.
Di dalam jembatan Wheatstone, temperatur sel konduktivitas dijaga konstan (menempatkan
sel dalam pengatur suhu). Tahanan R 3 diatur sehingga tidak ada arus listrik yang mengalir

melalui detektor antara titik C dan D. Karena tidak ada arus yang mengalir, berarti potensial
I 1 R1 , ∆φAC =
pada kedua titik ini sama. Berdasarkan hukum Ohm, maka ∆φAD = I 3 R3 ,

∆φDB = I 3 R . Oleh karena φC = φD , maka | ∆φ |AC =


I 1 R 2 , dan ∆φCB = | ∆φ |AD dan

| ∆φ |CB =
| ∆φ |DB . Dengan demikian, jelaslah bahwa I 3 R 3 = I 1 R1 dan I 3 R = I 1 R 2 . Apabila

persamaan kedua dibagi dengan yang pertama hasilnya adalah R / R 3 = R 2 / R1 , sehingga

tahanan sel R dapat ditentukan. Perlu dipahami bahwa pembahasan disini agak
disederhanakan dengan mengabaikan kapasitan dari sel. Yang penting dari eksperimen ini
65

adalah ditemukan bahwa R tidak tergantung pada besarnya beda potensial AC yang
digunakan, sehingga hukum Ohm terpenuhi.
Setelah tahanan sel dapat ditentukan, maka konduktivitas larutan elektrolit dapat dihitung
dengan memakai persamaan (1.11), R = ρ l / a dan persamaan (1.5), κ = 1/ ρ . Kombinasi
kedua rumus ini menghasilkan
ρl l
=
R =
a κa
atau
l
κ= (1.22)
aR
Konstanta sel, K sel yang didefinisikan sebagai K sel = l / a dapat ditentukan dengan

mengukur l (jarak antara elektroda dalam sel) dan a (luas penampang elektroda). Di dalam
pengukuran rutin, konstanta sel ditentukan secara tidak langsung melalui pengukuran
tahanan sel yang berisi larutan standar dengan konduktivitas yang sudah diketahui. Larutan
potasium klorida KCl adalah larutan yang umum digunakan sebagai standar. Nilai κ untuk
larutan KCl pada beberapa konsentrasi dan suhu ditunjukkan pada tabel berikut.
Apabila R s adalah tahanan sel yang berisi larutan dengan konduktivitas yang telah

diketahui κ s , maka konstanta sel

l
K sel= = κs R s (1.23)
a
Tabel. Konduktivitas larutan KCl
Konsentrasi κ / (S / m ) κ / (S / m ) κ / (S / m )
g KCl / kg larutan
(mol / dm 3 )0 o C 0 C o o
18 C 25 o C
71,1352 1 6,517 9, 783 11,134
7, 41913 0,1 0, 7137 1,1166 1, 2856
0, 745263 0, 01 0, 07736 0,12205 0,14087

Sehingga konduktivitas larutan yang dicari adalah


 Rs 
κ = κs   (1.24)
R 
Di dalam bekerja di laboartorium ketika melakukan pengukuran konduktivitas dengan cara
ini maka pengaruh elektrolisis dan suhu harus diusahakan untuk dapat dieliminasi.
Mengontrol suhu mungkin agak sukar dilakukan karena pemanasan yang diakibatkan oleh
66

arus. Air yang digunakan sebagai pelarut harus benar-benar murni karena sedikit pengotor
yang berkeliaran dalam air bisa sangat mempangaruhi konduktivitas larutan. Sumbangan
konduktivitas air itu sendiri harus dikurangkan dari nilai terukur untuk larutan.
Contoh 3.
Larutan KCl mempunyai konduktivitas 0,14088 S/m pada 25 o C . Suatu sel yang diisi dengan
larutan ini, tahanannya 4,2156 Ω .
a) Berapa konstanta sel
b) Jika sel tersebut diisi larutan HCl, ternyata tahanannya 1,0326 Ω . Berapa konduktivitas
larutan HCl?
Penyelesaian
l
a) Konstanta sel, K sel= = κ s R s= 0,14088Sm −1 × 4, 2156 Ω= 0,593894m −1
a

 Rs   4, 2156 Ω 
HCl, κ κ=
b) Untuk larutan = s   0,14088Sm −1  =  0,575144Sm
−1
R   1, 0326 Ω 

TEORI IONISASI ARRHENIUS


Savante Arrhenius telah meneliti hantaran arus melalui elektrolisis larutan air.
Arrhenius sampai pada kesimpulan bahwa konduktivitas larutan diakibatkan oleh adanya
ion-ion dalam larutan. Dalam tahun 1884, Arrhenius mengusulkan teori ionisasi yang dapat
dinyatakan sebagai berikut.
1. Bila dilarutkan dalam air, molekul elektrolit netral akan terpisah menjadi dua jenis
partikel bermuatan. Partikel-partikel ini disebut ion dan proses penguraian molekul
elektrolit netral menjadi ion-ionnya dalam air disebut ionisasi. Partikel bermuatan positif
disebut kation dan yang bermuatan negatif disebut anion.
Menurut pandangan modern, ion-ion telah ada dalam bentuk elektrolit padat dan ion-ion ini
terikat bersama oleh gaya elektrostatik. Bila ditempatkan dalam air, molekul netral
terdisosiasi membentuk anion dan kation yang terpisah. Jika ditulis dalam bentuk reaksi
adalah sebagai berikut

AB → A + + B−
 (pandangan lama)
A + B− 
→ A + + B− (pandangan baru)
67

Berdasarkan alasan ini, teori Arrhenius dalam pandangan baru dapat disebut sebagai teori
disosiasi elektrolit.
2. Ion-ion yang ada dalam larutan dapat bersatu kembali membentuk molekul netral. Jadi
ada keadaan setimbang antara molekul yang tidak terdisosiasi dengan ion-ionnya dalam
larutan,
AB  A + + B−
Menurut hukum aksi massa, maka konstanta disosiasi untuk kesetimbangan ion ini adalah

[A + ][B− ]
K =
[AB]
3. Ion-ion bermuatan bebas bergerak di seluruh bagian larutan menuju elektroda yang
muatannya berlawanan. Pergerakan ion ini mengakibatkan arus listrik dapat mengalir
melewati larutan. Fakta ini mampu menjelaskan konduktivitas elektrolit dan gejala
elektrolisis.
4. Konduktivitas listrik dari suatu larutan elektrolit tergantung pada jumlah ion dalam
larutan. Jadi derajat disosiasi elektrolit menentukan apakah suatu elektrolit termasuk
elektrolit kuat atau lemah.

MIGRASI ION
Menurut teori disosiasi elektrolit, zat-zat elektrolit terdisosiasi dalam larutan
membentuk ion positif dan ion negatif. Jadi zat-zat seperti AgNO3, CuSO4, atau MgCl2
akan terdisosiasi menjadi ion-ion sebagai berikut.
AgNO3 → Ag + + NO3−

CuSO 4 → Cu 2+ + SO 42−

MgCl2 → Mg 2+ + 2Cl−
Bila arus listrik dilewatkan dalam sel di antara dua elektroda, maka ion-ion akan
bermigrasi ke arah elektroda yang berlawanan muatannya. Dalam larutan AgNO3 , kation (

Ag + ) akan bergerak menuju katoda dan anion ( NO3− ) akan bergerak menuju anoda. Pada

umumnya ion-ion ini bergerak dengan aju yang berbeda-beda.


68

Migrasi ion-ion menuju elektroda dapat dibuktikan secara eksperimen melalui


eksperimen batas bergerak Lodge (Lodge’s moving boundary experiment) atau eksperimen
pergerakan ion yang berwarna. Di dalam eksperimken batas bergerak, bagian horisontal
yang cukup panjang dari tabung U diisi dengan agar-agar jelly yang mengandung alkali dan
diberi indikator pp sehingga berwarna merah. Bagian katoda diisi larutan natrium sulfat
sedangkan bagian anoda diisi larutan asam sulfat encer. Bila katoda dan anoda
disambungkan denga arus listrik maka ion-ion H + yang bergerak dari ruang anoda menuju
katoda akan melewati bagian horisontal tabung dan menteralkan basa sehingga warna merah
berangsung-angsur pudar dan akhirnya tidak berwarna.

Di dalam eksperimen pergerakan ion warna, bagian bawah tabung-U diisi dengan
larutan agar-agar yang mengandung sejumlah kecil tembaga (II) dikromat (campuran
CuSO4 dan K2Cr2O7) sehingga jelly tersebut verwarna hijau tua. Pada kedua permukaan
larutan hijau tua ini diberi penanda arang, kemudian pada masing-masing lengan tabung-U
diberi larutan KNO3 dan agar-gar. Bila arus listrik dilewatkan di antara dua elektroda,
69

warna biru ion Cu 2+ bergerak menuju katoda dan warna kuning ion Cr2O72− bergerak
menuju anoda. Penggunaan jelly pada eksperimen ini bertujuan untuk mencegah
bercampurnya larutan karena difusi.

HUKUM KOHLRAUSCH DAN KONDUKTIVITAS MOLAR


Kohlrausch menetapkan bahwa larutan elektrolit akan mematuhi hukum Ohm secara akurat
apabila efek elektrolisis yang mucul pada pengukuran konduktivitas telah dieliminasi
dengan memakai arus AC. Dari data eksperimen, Kohlrausch juga menunjukkan bahwa
konduktivitas dari suatu larutan dapat disusun berdasarkan sumbangan terpisah dari masing-
masing ion. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum Kohlrausch tentang migrasi ion bebas
(Kohlrausch law of the independent migration of ions).
Perhatikan elektrolit dengan rumus Aυ + Bυ − yang terdisosiasi secara sempurna menjadi υ+

(baca nu ples) ion positif dan υ− (nu mines) ion negatif.

→ υ + A z + + υ − Bz −
Aυ + Bυ − 

Selanjutnya andaikan bahwa N + dan N − adalah jumlah ion positif dan ion negatif per meter

kubik. Kecepatan ion positif dan muatannya berturut-turut adalah v + dan z +e sedangkan

untuk ion negatif adalah v − dan z −e . Menurut hukum transport di dalam persamaan (1.7),

rapatan arus j dinyatakan oleh


70

=j N +v + z +e + N −v − z −e (1.25)
(Catatan: kecepatan dan muatan ion negatif saling berlawanan dengan ion positif. Akan
tetapi hasil kali v − z −e mempunyai tanda yang sama dengan ion positif. Agar pembahasan

menjadi mudah maka semua besaran akan dihitung sebaga besaran positif karena hal ini
tidak akan mempengaruhi hasil akhir). Secara fisik persamaan (1.25) menyatakan bahwa
efek pergerakan ion positif dalam satu arah dan pergerakan ion negatif dalam lainnya
menghasilkan pergerakan muatan total.
Jika ada c mol senyawa per meter kubik, maka komposisi senyawa mengharuskan
N + = υ+c N A dan N − = υ−c N A

Karena N A e = F , N A adalah bilangan avogadro dan F tetapan Faraday, maka rumus

rapatan arus menjadi


j = N +v + z +e + N −v − z −e = υ+c N A (v + z +e ) + υ−c N A (v − z −e )

Setelah disusun ulang akan diperoleh


=  (v + z +υ+ + v − z −υ− )
j cF (1.26)

Dengan mensubstitusikan mobilitas u dari persamaan (1.15), v = u e , maka


=  (u + z +υ+ + u − z −υ− ) e
j cF (1.27)

Persamaan ini jika dibandingkan dengan hukum Ohm yang terdapat pada persamaan (1.4),
yakni j = κ e , maka tampak kalau persamaan konduktivitas menjadi
=κ cF
 (u + z +υ+ + u − z −υ− ) (1.28)
Pada persamaan (1.28) ini tampak jelas kalau konduktrivitas sebanding dengan konsentrasi
c . Semua besaran lain dalam persamaan ini adalah konstan kecuali mobilitas u + dan u − ,

yang agak tergantung pada konsentrasi. Mobilitas ion akan mencapai nilai batasnya bila
konsentrasi mendekati nol.
Karena jumlah pembawa muatan per satuan volume biasanya meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi elektrolit, maka konduktivitas larutan juga meningkat dengan
menigkatnya konsentrasi. Agar kemampuan relatif suatu elektrolit untuk membawa arus
dengan konsentrasi tertentu dapat dibandingkan dengan kemampuannya pada konsentrasi
yang berbeda maka digunakan istilah konduktivitas molar. Konduktivitas molar suatu
elektrolit didefinisikan sebagai
71

κ
Λ≡ (1.29)
c
Λ (huruf besar lambda) adalah konduktivitas molar, c konsentrasi dalam mol / m3 dan κ
adalah konduktivitas larutan. Perlu ditekankan bahwa berdasarkan definisi maka
konduktivitas molar adalah konduktivitas larutan jika ada satu mol zat dalam satu meter
kubik larutan. Kombinasi definisi ini dengan konduktivitas pada persamaan (1.28)
menghasilkan
=Λ υ+ (z + Fu + ) + υ− (z − Fu − ) (1.30)

Kuantitas dalam kurung pada persamaan (1.30) didefinisikan sebagai konduktivitas molar
ion, λ (huruf lambda kecil). Jadi
λ+ ≡ z + Fu + dan λ− ≡ z − Fu − (1.31)

Dengan definisi ini, konduktivitas molar larutan dapat dituliskan dalam bentuk
Λ υ+ λ+ + υ− λ−
= (1.32)

Persamaan ini menyatakan konduktivitas molar sebagai jumlah sumbangan bebas ion-ion
yang ada dalam larutan. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum Kohlrausch. Hukum
Kohlrausch hanya benar untuk larutan elektrolit pada pengenceran tak hingga, atau
c = 0 . Kenyataan ini tidak mengherankan karena ion-ion yang bermuatan akan saling
mempengaruhi satu dengan yang lain, terutama jika konsentrasinya cukup berarti. Jadi jika
Λ ∞ adalah konduktivitas molar pada pengenceran tak hingga, maka hukum Kohlrausch
menjadi

Λ= υ+ λ+∞ + υ− λ−∞ (1.33)

Di dalam campuran yang terdiri dari beberapa elektrolit, rumus konduktivitas dapat
ditulis dalam bentuk yang lebih umum, yakni
κ = ∑ ci λi (1.34)
i

dimana ci adalah konsentrasi dalam mol / m3 dari ion ke-i, dan λi = z i Fu i adalah
konduktivitas molarnya. Penjumlahan harus dilakukan terhadap semua ion yang ada dalam
larutan, termasuk sumbangan konduktivitas ion-ion yang berasal dari ionisasi pelarut.
Untuk setiap larutan dalam air, maka konduktivitasnya diberikan oleh rumus
κ=
cH + λH + + cOH − λOH − + cgaram (υ+ λ+ + υ− λ− )
72

Jika konsentrasi garam tidak cukup tinggi untuk mempengaruhi disosiasi air, maka suku
pertama merupakan konduktivitas air murni, κw ,

κw cH+ λH+ + cOH− λOH−


= (1.35)

Sehingga
κ=
κw + cgaram (υ+ λ+ + υ− λ− ) (1.36)

Atau
κ − κw
Λ garam = = υ+ λ+ + υ− λ− (1.37)
cgaram

Contoh 4.
Garam perak klorida termasuk garam yang sukar larut dalam air. Hasil kali kelarutan garam
seperti ini dapat ditentukan melalui pengukuran konduktivitasnya. Dari pengukuran
diperoleh konduktivitas larutan perak klorida adalah 1,857 ×10−4 S/m . Jika konduktivitas air

murni adalah 5,5 ×10−6 S/m tentukan K sp garam perak klorida.

Penyelesaian
Konduktivitas larutan garam perak klorida dalam air dinyatakan oleh rumus
κ = cAg + λAg + + cCl− λCl− + cH+ λH+ + cOH− λOH−

Karena sukar larut, konsentrasi garam perak klorida sangat kecil dan tidak mempengaruhi
ionisasi air sehingga dua suku terakhir adalah κw atau
= κw cH+ λH+ + cOH− λOH− . Oleh
karena itu rumus konduktivitas larutan garam menjadi
κ −=
κw cAg + λAg + + cCl− λCl−

Andaikan s adalah kelarutan dalam mol / m3 , maka=s c=


Ag +
cCl− dan konduktivitas

larutan garam menjadi


κ − κ=
w s ( λAg + + λCl− )

Karena sangat sukar larut, konsentrasi perak klorida sangat kecil atau sangat encer dan
∞ ∞
mendekati nol sehingga nilai λAg + dan λCl− dapat diganti dengan nilai λAg + dan λ − yang
Cl

∞ ∞
dapat diperoleh dari tabel. Nilai λAg Λ ∞AgCl =
+ +λ − =
Cl
138, 27 ×10−4 Sm 2 /mol , sehingga

kelarutan garam adalah


73

κ − κw
s =
Λ ∞AgCl

κ − κw 1,857 ×10−4 S/m − 5,5 ×10−6 S/m


=s = = 0, 0130325 mol/m3
Λ ∞AgCl −4
138, 27 ×10 Sm /mol
2

3
mol  1m   1000 cm3  mol
s=
0, 0130325 3   ×  1,30325 ×10−5
 =
m  100 cm   1L  L

Perhatikan penggunaan faktor konversi pada pengubahan s menjadi s .


Hasil kali kelarutan perak klorida, K sp = aAg + aCl− .

Aktivitas dalam rumus tersebut dapat dianggap sama dengan konsentrasi molar, s , sehingga
K sp = s Ag + s Cl− = (1,30325 ×10−5 ) 2 = 1, 69846 ×10−10 .

PENENTUAN Λ ∞

1. Λ ∞ Elektrolit Kuat
Kohlrausch menemukan bahwa konduktivitas molar tergantung pada konsentrasi elektrolit,
dan di dalam larutan elektrolit kuat ketergantungan ini dapat dinyatakan dengan persamaan
Λ = Λ∞ − b c (1.38)

dengan Λ ∞ dan b adalah kosntanta. Dengan membuat grafik nilai Λ terhadap akar
konsentrasi akan diperoleh garis lurus pada konsentrasi rendah. Garis tersebut dapat
diekstrapolasi menuju c = 0 untuk mendapatkan nilai Λ ∞ , yakni nilai Λ pada pengenceran
tak hingga.

2. Λ ∞ Elektrolit Lemah
` Konduktivitas molar larutan elektrolit lemah turun dengan drastis dan jauh lebih
cepat dari penurunan konduktivitas larutan elektrolit kuat akibat turunnya konsentrasi.
Perbandingan perilaku turunnya konduktivitas elektrolit kuat (a) dengan elektrolit lemah (b)
ditunjukkan pada grafik berikut.
74

Arrhenius mengusulkan hubungan antara derajat disosiasi elektrolit lemah dengan


konduktivitas molar sesuai persamaan
Λ
α= (1.39)
Λ∞
Ostwald menggunakan hubungan ini dan mengkaitkannya dengan hukum aksi massa untuk
menjelaskan perubahan nilai konduktivitas molar elektrolit lemah dengan perubahan
konsentrasi. Perhatikan disosiasi asam asetat:
HAc  H + + Ac −

Jika α adalah derajat disosiasi, maka c H + = c Ac− dan c HAc= (1 − α ) c . Konstanta

kesetimbanagn reaksi disosiasi ini dinyatakan oleh

α 2c
K =
1−α
Dengan menggunakan usulan Arrhenius, α =Λ / Λ ∞ diperoleh persamaan

c Λ2
K = (1.40)
Λ ∞ (Λ ∞ − Λ)
yang menghubungkan antara Λ dengan c dan dikenal sebagai hukum pengenceran
Ostwald. Dengan menggunakaqn nilai Λ pada berbagai konsentrasi dan nilai Λ ∞ , ternyata
didapatkan bahwa sisi kanan persamaan (1.40) hampir konstan dan fakta ini dapat
dimanfaatkan sebagai cara untuk menentukan nilai konstanta disosiasi elektrolit lemah.
Untuk dapat menggunakan persamaan (1.40) diperlukan nilai Λ ∞ . Nilai Λ ∞ untuk
elektrolit lemah tidak bisa ditentukan dengan ekstrapolasi seperti elektrolit kuat, karena
ketajaman kurva di titik dekat c = 0 tidak sama. Untuk mendapatkan nilai Λ ∞ dapat
75

digunakan hukum Kohlrausch. Dalam kasus asam asetat, pada pengenceran tak hingga
berlaku
Λ ∞HAc = λH∞+ + λAc

Pada masing-masing sisi persamaan ini dapat ditambahkan nilai Λ ∞ garam yang terbentuk
dari asam kuat dan basa kuat seperti NaCl,
Λ ∞HAc + Λ ∞NaCl
= λH∞+ + λAc

− +λ

Na +

+ λCl −

Persamaan ini dapat ditulis dalam bentuk


Λ ∞HAc + Λ ∞NaCl = Λ ∞HCl + Λ ∞NaAc
Sehingga
Λ ∞HAc = Λ ∞HCl + Λ ∞NaAc − Λ ∞NaCl (1.41)

Konduktivitas molar pada sisi kanan persamaan (1.41) dapat diperoleh dengan cara
ekstrapolasi dari garfik Λ terhadap c , karena semua adalah elektrolit kuat.

Cara lain untuk mendapatkan K dan Λ ∞ untuk elektrolit lemah adalah dengan menyusun
ulang persamaan (1.40), menjadi
K (Λ ∞ ) 2 − K ΛΛ ∞ = c Λ 2

Setiap suku persamaan ini dibagi dengan K (Λ ∞ ) 2 Λ sehingga diperoleh

K (Λ ∞ )2 K ΛΛ ∞ c Λ2
− =
K (Λ ∞ )2 Λ K (Λ ∞ )2 Λ K (Λ ∞ )2 Λ
yang hasilnya adalah
1 1 cΛ
− ∞ = ∞ 2
Λ Λ K (Λ )
Atau
1 1 cΛ
= + (1.42)
Λ Λ ∞ K (Λ ∞ )2

Jika dibuat grafik 1/ Λ terhadap c Λ akan diperoleh garis lurus yang intercepnya 1/ Λ ∞ dan
kemiringannya 1/ K (Λ ∞ ) 2 . Dari intercep dan kemiringan grafik tersebut dapat diperoleh

nilai K dan Λ ∞ . Metode ini hanya memerlukan data konduktivitas elektrolit lemah saja.
Setelah teori Arrhenius diusulkan untuk pertama kalinya, banyak usaha telah
dilakukan untuk mencocokkan data konduktivitas dengan hukum pengenceran Ostwald.
76

Akhirnya segera tampak bahwa banyak zat tidak sesuai dengan hukum ini. Zat-zat elektrolit
kuat terdisosiasi sempurna menjadi ion-ionnya. Pembahasan mengenai ketergantungan
konduktivitas molar elektrolit kuat pada konsentrasi didasarkan pada gagasan dalam teori
Debye-Huckel.
Contoh 5.
Pada 25 o C , nilai Λ ∞ untuk natrium benzoat, asam klorida, dan natrium klorida berturut-
turut adalah 82, 48 ×10−4 Sm 2 /mol , 426,16 ×10−4 Sm 2 /mol , dan 126, 45 ×10−4 Sm 2 /mol .

Hitung nilai Λ ∞ asam benzoat.


Penyelesaian
Akan sangat memudahkan bila dituliskan rumus senyawa sehingga tampak ion-ion yang
terlibat.
Asam benzoat, C6 H5COOH , Λ∞ λH∞+ λC∞ H COO− .
C6 H5COOH =+ 6 5

Natrium benzoat, C6 H5COONa , Λ∞


C6 H5COONa =

λNa + +λ

C H COO−
.
6 5

Asam klorida, HCl Λ ∞HCl = λH∞+ + λCl



Natrium klorida, NaCl, Λ ∞NaCl = λNa


∞ ∞
+ +λ −
Cl

Dari rumus-rumus yang ada, maka mudah dipahami bila


Λ C∞6 H5COOH = Λ ∞HCl + Λ C∞6H5COONa − Λ ∞NaCl
= (426,16 ×10−4 + 82, 48 ×10−4 − 126, 45 ×10−4 )Sm 2 /mol
= 382,19 ×10−4 Sm 2 /mol

KECEPATAN RELATIF ION


Ion-ion dalam larutan bergerak ke arah elektroda yang berlawanan muatannya bila
larutan elektrolit dikenai arus listrik. Kecepatan kation bermigrasi menuju katoda tidak harus
sama dengan kecepatan anion bermigrasi menuju anoda. Namun mudah dipahami bila
dikatakan bahwa kecepatan kation bergerak menjauh dari anoda akan sebanding dengan
berkurangnya konsentrasi ion-ion ini pada anoda. Demikian pula, kecepatan anion menjauh
dari katoda akan sebanding dengan berkurangnya konsentrasi anion di ruang katoda. Hittorf
telah mempelajari secara eksperimen perubahan seperti ini dan kemuydian memberikan
aturan umum yang dikenal sebagai aturan Hiitorf. Aturan ini menyebutkan: berkurangnya
77

konsentrasi di sekitar elektroda sebanding dengan kecepatan ion-ion bergerak


menjauh dari elektroda tersebut. Aturan Hittorf ini diilustrasikan menurut gambar
berikut. Pada gambar tersebut, A adalah anoda dan C adalah katoda. Bidang imajiner AA’
dan BB’ membagi sel ke dalam tiga bagian, ruang anoda, ruang tengah, dan ruang katoda.
Tanda + mengambarkan kation dan tanda negatif menggambarkan anion.

Sebelum elektrolisis, ada 13-pasang ion dalam sel. Jumlah pasang ion di dalam
ruang pinggir masing-masing 4-pasang dan di ruang tengah 5-pasang (lihat posisi I).
Sekarang perhatikan tiga macam kasus berikut.
(1) Hanya anion yang dapat bermigrasi.
Andaikan 2 anion bergerak menuju anoda (lihat posisi II), dan tidak kation yang bergerak.
Untuk menjaga netralitas muatan, maka perginya dua anion harus diimbangi dengan
hilangnya dua kation. Konsentrasi di ruang anoda belum berubah sementara diruang katoda
sudah berkurang 2-pasang ion.
(2) Anion dan kation dapat bermigrasi dengan kecepatan sama.
Apabila dua ion dari masing-masing jenis telah menyebrang menuju elektroda yang
berlawanan, kondisinya ditunjukkan pada posisi III. Jumlah anion dan kation sama-sama
berkurang 4. Konsentrasi ruang anoda dan katoda sama-sama turun, berkurang 2-pasang
ion.
(3) Kation bergerak 2x lebih cepat dari anion.
Dalam kasus ini, bila dua kation telah bergerak ke ruang katoda maka hanya satuanion
yang masuk ke ruang anoda. Keadaan ini ditunjukkan pada posisi IV. Jumlah total
78

berkurangnya anion dan kation sama, yaitu 3, walaupun monsentrasi dalam ruang katoda
berkurang satu pasang dan dalam ruang anoda berkurang dua pasang.
Berdasarkan uraian dalam tiga kasus tersebut tampak bahwa ion-ion selalu berkurang dalam
jumlah yang ekuivalen pada elektroda yang berlawanan. Hal ini terjadi karena perbedaan
kecepatan anion dan kation telah mengubah konsentrasi di sekitar elektroda. Berkurangnya
konsentrasi di sekitar elektroda sebanding dengan kecepatan ion pergi dari elektroda
tersebut. Di dalam hal ini dianggap elektroda yang digunakan adalah elektroda inert sehingga
berkurangnya ion-ion bukan karena bereaksi dengan bahan elektroda.
Pada situasi yang berbeda, ion-ion lebih suka bereaksi dengan material elektroda (karena
elektrodanya reaktif) sehingga yang terjadi adalah kenaikan konsentrasi dan bukan
penurunan konentrasi ion-ion di sekitar elektroda. Perhatikan misalnya elektrolisis larutan
perak nitrat dengan menggunakan elektroda perak. Setelah elektrolisis, konsentrasi ion perak
di ruang anoda meningkat. Hal ini disebabkan setiap ada ion NO3− sampai di anoda, maka

ada ion Ag + yang yang terlarut dari anoda dan membentuk pasangan AgNO3. Situasi ini
ditunjukkan pada gambar dibawah.

Jelaslah bahwa konsentrasi pada ruang katoda turun dari 4-pasang menjadi tinggal 2-pasang,
tetapi di ruang anoda konsentrasinya naik dari 4-pasang menjadi 6-pasang. Sesungguhnya
menghitung rasio kecepatan ion sangat mudah dilakukan bila arus total yang dialirkan
diketahui. Ingat bahwa ion bermigrasi membawa arus listrik dan banyaknya arus yang
dibawa sebanding dengan kecepatannya.

ANGKA ANGKUT
Selama elektrolisis, arus listrik diangkut atau dibawa oleh kation dan anion bermigrasi
menuju katoda dan anoda. Fraksi arus yang dibawa oleh suatu ion disebut angka angkut
atau bilangan hantaran (transport number or transference number), terkadang juga disebut
79

angka Hittorf. Jika v + adalah kecepatan (migrasi) kation dan v − adalah kecepatan anion,
maka
v+
Angka angkut kation =
v + +v −
v−
Angka angkut anion =
v + +v −

Angka angkut kation biasa diberi simbol t + dan angka angkut anion adalah t − sehingga

v+ v−
t+ = dan t− =
v + +v − v + +v −
Cobalah bersenang-senang atau bermain-main sejenak dengan persamaan ini, maka akan
anda dapatkan
t+ v +
= dan t+ +t− =
1 atau t+ = 1−t− dan sebagainya.
t− v −
Jika rasio kecepatan diberi simbol r , maka akan anda dapatkan
t+ t+ 1
r= atau r= dan t− = dll.
t− 1−t+ 1+ r

ANGKA ANGKUT DAN KONDUKTIVITAS ION


Pengukuran konduktivitas suatu larutan menghasilkan jumlah konduktivitas ion positif dan
ion negatif sebagai satu kesatuan. Untuk mendapatkan konduktivitas ion positif dan ion
negatif secara terpisah masih diperlukan pengukuran besaran lain (yakni angka angkut).
Sebelum Kohlrausch menunjukkan hukum migrasi bebas ion, secara umum orang sudah
menganggap bahwa masing-masing ion memberikan sumbangan terhadap aliran arus. Pada
tahun 1853, Hittorf menyusun alat untuk mengukur sumbangan dari masing-masing ion.
Angka angkut suatu ion telah didefiniskan sebagai fraksi arus yang dibawa oleh yang
bersangkutan. Menurut persamaan (1.34), konduktivitas larutan yang mengandung
campuran elektrolit adalah κ = ∑ ci λi ; dan sesuai definisi maka angka angkut ion ke- k ,
i

t k adalah

ci λi ci λi
=
tk = (1.43)
κ ∑ ci λi
i
80

Angka angkut ion bukan semata-mata sifat ion itu sendiri tetapi tergantung pada keberadaan
ion lain dan juga konsentrasi relatifnya. Bagaimanapun campuran larutan elektrolit dibuat,
jumlah angka angkut semua ion harus sama dengan satu.
Jika larutan hanya mengandung satu elektrolit, maka angka angkut ion positif (t + )

dan angka angkut ion negatif (t − ) berdasarkan definisi persamaan (1.43) adalah

υ+ λ+ + +υ λ υ− λ− − − υ λ
=
t+ = dan =
t− = (1.44)
Λ υ+ λ+ + υ− λ− Λ υ+ λ+ + υ− λ−
1 . Sesuai definisi pada persamaan (1.31), λ+ ≡ z + Fu + dan
Jika dijumlahkan maka t + + t − =

λ− ≡ z − Fu − , nilai λ+ dan λ− dapat disubstitusi ke dalam persamaan (1.44) untuk


mendapatkan
υ+ λ+ υ+ z + u + υ− λ− υ− z − u −
=
t+ = =
dan t− =
Λ υ+ z + u + + υ− z − u − Λ υ+ z +u + + υ− z − u −
Netralitas muatan mengharuskan setiap senyawa memenuhi υ+ z + = υ− z − , sehingga

u+ u−
=t+ = dan t − (1.45)
u+ +u− u+ +u−
Karena mobilitas ion sebanding dengan kecepatan, u = v / e , maka
v+ v−
=t+ = dan t − (1.46)
v + +v − v + +v −
Persamaan (1.46) sama persis dengan yang diturunkan dari logika migrasi ion.
Sekali angka angkut berhasil diukur, maka konduktivitas ion positif dan ion negatif
dapat dihitung secara terpisah memakai persamaan
∞ ∞
υ + λ+ =t + Λ
  dan υ− λ−∞ =(1 − t + ) Λ ∞ (1.47)

Persamaan (1.47) diperoleh dari persamaan (1.44). Nilai λ+∞ dan λ−∞ untuk sejumlah ion

diberikan pada tabel berikut.


81

METODE HITTORF
Penentuan angka angkut dengan metode ini didasarkan pada aturan Hittorf. Menurut
aturan ini, berkurangnya konsentrasi di sekitar ruang elektroda sebanding dengan
kecepatan ion meninggalkan elektroda tersebut. Angka angkut ion dihitung dari
perubahan konsentrasi ruang elektroda yang diperoleh secara eksperimen. Peralatan Hittorf
ditunjukkan pada gambar berikut.
82

Perhatikan rangkaian tabung. Masing-masing tabung memiliki satu kran di bagian bawah.
Tabung U yang ditengah juga memiliki dua kran pada bagain atas, kran ini berguna untuk
menghentikan hubungan ruang katoda dan anoda.
Peralatan diisi dengan larutan perak nitrat dan arus listrik 0,01 ampere dialirkan selama dua
hingga tiga jam. Hal yang sangat penting dilakukan pada percobaan ini: arus listrik harus
dialirkan dalam waktu yang cukup singkat agar tidak terjadi perubahan konsentrasi yang
cukup besar. Peralatan ini juga disambung dengan coulometer perak atau tembaga untuk
mengetahui jumlah arus total yang telah dialirkan. Setelah arus dilewatkan selama sekitar
tiga jam, kran tabung U bagian atas ditutup. Seluruh larutan dalam ruang anoda dikeluarkan
dengan hati-hati dan dimasukkan dalam botol timbang kemudian ditimbang. Kandungan
perak ditentukan dengan titrasi memakai larutan standar kalium tiosianat. Bobot perak atau
tembaga yang diendapkan dalam coulometer dicatat, ini untuk mengetahui arus total. Jika
percobaan berhasil dilakukan dengan benar maka tidak ada perubahan konsentrasi di ruang
tengah. Percobaan dapat dilakukan dengan elektroda perak atau elektroda platina untuk
menghindari serangan pada elektroda.
Kunci utama untuk dapat menggunakan metode Hittorf ini adalah memahami proses
elektrolisis secara rinci. Yang dimaksud dengan memahami proses elektrolisis adalah (i)
dapat memprediksi reaksi yang terjadi pada elektroda, (ii) dapat menjelaskan ion yang masuk
ke dan yang keluar dari ruang elektroda (migrasi ion), dan (iii) dapat menerapkan hukum
Faraday tentang elektrolisis. Yang dimaksud ruang elektroda adalah ruang anoda, ruang
katoda dan ruang tengah dalam peralatan Hittorf.
83

Andaikan sel Hittorf diisi dengan larutan tembaga (II) sulfat dan Cu dipasang sebagai
elektroda dalam sel. Andaikan ke dalam sel dialirkan arus I ampere selama t detik maka
detail proses yang terjadi pada anoda adalah sebagai berikut.
 Pada anoda pasti terjadi reaksi oksidasi. Spesi yang mungkin dioksidasi adalah H 2O

dan Cu (karena bukan elektroda inert). Di ruang anoda ada ion Cu 2+ dan SO 24− , namun

kedua spesi ini tidak mungkin dioksidasi. Mengapa?


Reaksi oksidasi yang mungkin adalah
2H 2O → O 2 ( g ) + 4H + + 4e −
Cu → Cu 2+ + 2e −

Reaksi yang terjadi pada anoda adalah Cu → Cu 2+ + 2e − , mengapa?


 Kation (ion Cu 2+ ) pasti keluar dari anoda. Ion Cu 2+ pasti keluar dari ruang anoda
(bermigrasi menuju katoda), dan hal ini seharusnya mengakibatkan jumlah ion Cu 2+
berkurang. Akan tetapi karena ada reaksi Cu → Cu 2+ + 2e − , maka jumlah ion Cu 2+ di
ruang anoda pasti bertambah karena jumlah ion Cu 2+ yang dihasilkan dari reaksi
Cu → Cu 2+ + 2e − selalu lebih besar dari ion Cu 2+ yang bermigrasi menuju katoda.

Kesimpulan ini pasti benar, karena tidak semua arus diangkut oleh Cu 2+ . Ada bagian
arus yang diangkut oleh ion anion ( SO 24− ) yang masuk anoda. Ingat peristiwa di ruang

anoda selalu berhubungan dengan peristiwa di ruang katoda.


=
 Ingat muatan = 1mole − ) dan rumus Q = I t . Rumus tersebut diperlukan
( 1 F 96.485C
untuk menghitung perubahan konsentrasi selama elektrolisis. Karena migrasi keluar,
berarti ion Cu 2+ berkurang sebesar angka angkut ion positif dibagi muatannya, yaitu
(t + / z + ) mol.

Sesuai dengan reaksi Cu → Cu 2+ + 2e − , berarti jumlah ion Cu 2+ bertambah (1/ z + )(Q / F )

mol. Simbol z + adalah muatan ion Cu 2+ . Dalam hal ini z + = 2 .

Perubahan konsentrasi atau jumlah mol ion Cu 2+ adalah selisih dari kedua hal tersebut.
Contoh 6.
Sel Hittorf dengan elektroda perak-perak klorida diisi larutan HCl yang konsentrasinya
0,3856 ×10−3 g HCl/g H 2O . Arus 2 mA dialirkan melalui sel selama 3 jam. Larutan
kemudian diambil, ditimbang, dan dianalisis. Bobot total larutan dari ruang katoda adalah
84

51,7436g dan mengandung 0,0267g HCl. Bobot larutan dari ruang anoda adalah 52,0461g
mengandung 0,0133g HCl. Hitung angka angkut ion hidrogen.
Penyelesaian.
Kunci pertama, reaksi!!!
Spesi yang reaktif adalah H + , Cl− , dan H 2O . Elektroda perak-perak klorida adalah

elektroda reaktif, bisa mengalami oksidasi ataupun reduksi. Data potensial elektroda standar
adalah

2H + + 2e − → H 2 Eo =0, 00 V
Cl2 ( g ) + 2e − → 2Cl− Eo =
+1,358 V
O 2 ( g ) + 4H + + 4e − → 2H 2O Eo =
+1,229 V
2H 2O + 2e − → 2OH − + H 2 ( g ) Eo =
−0,828 V
AgCl(s ) + e −  Ag(s ) + Cl− (aq ) Eo =
+0, 222 V
Ag + + e − → Ag Eo =
+ 0,800 V

Spesi yang mungkin mengalami oksidasi Cl− , H 2O , dan elektroda perak-perak klorida.
Dari data potensial reduksi, reaksi di anoda adalah oksidasi elektroda perak-perak klorida
karena potensial reduksinya positif paling kecil.
Spesi yang mungkin mengalami reduksi H + , H 2O , dan elektroda perak-perak klorida.

Dari data potensial reduksi, reaksi di katoda adalah reduksi elektroda perak-perak klorida
karena potensial reduksinya positif paling besar.
Reaksi di anoda: Ag(s ) + Cl− (aq )  AgCl(s ) + e −

Reaksi di katoda: AgCl(s ) + e −  Ag(s ) + Cl− (aq )


108
Arus total Q = I t = 2, 00 ×10−3 A × (3 × 60 × 60s) = C
5
Ruang katoda
Awal: mol HCl → n HCl= 0,3856 ×10−3 / 36,5= 0, 0000105644 mol / g H 2O

= 0,51672 ×10−3 / 36,5


Akhir: mol HCl → n HCl = 0, 0000141444 mol / g H 2O

Perubahan mol HCl, ∆n HCl adalah mol HCl akhir dikurangi mol HCl awal

=
∆n HCl (0, 0000141444 − 0, 0000105644) mol / g H 2O
= 3,58 ×10−6 mol / g H 2O
85

Angka angkut t H + adalah fraksi arus yang dibawa ion H + atau muatan yang dibawa ion H +

dibagi muatan total. Muatan total sudah dihitung, yaitu Q = 108C/5 . Aturan Hittorf
menyatakan bahwa berkurangnya konsentrasi disekitar ruang elektroda sebanding
dengan kecepatan ion meninggalkan elektroda tersebut. Karena konsentrasi H + di ruang
katoda bertambah maka aturan ini harus dibalik, yakni bertambahnya konsentrasi
disekitar ruang elektroda sebanding dengan kecepatan ion memasuki elektroda
tersebut. Jadi bertambahnya ion H + karena ion H + masuk ke katoda dan besarnya sama
dengan ∆n HCl total, maksudnya adalah perubahan mol HCl total diruang katoda bukan mol

HCl per gram H 2O .

Di dalam kasus ini, jumlah air dapat dianggap konstan karena yang mengalami reaksi adalah
elektroda perak-perak klorida.
Jumlah air = 51,7436g larutan - 0,0267g HCl = 51,7169 g sehingga
mol
3,58 ×10−6
∆n HCl (total ) = × 51, 7169g H 2O =
0, 000185147 mol
g H 2O

Jadi angka angkut ion H + adalah


∆n HCl (total ) 0, 000185147 mol  C 
=t H+ = =
 96.485  0,827 .
Q 108C/5  mol 

Coba anda hitung t H + dari data dalam ruang anoda!!!

Sekali lagi, pengukuran angka angkut diperlukan untuk menentukan konduktivitas ion
positif dan ion negatif secara terpisah memakai persamaan (1.47).
υ+ λ+∞= t + Λ ∞ dan υ− λ−∞ =(1 − t + ) Λ ∞

METODE BATAS BERGERAK


Metode batas bergerak (moving boundary method) didasarkan pada pengamatan langsung
migrasi ion karena pengaruh potensial listrik. Metode ini sangat akurat dan sering digunakan
dalam pengukuran modern dengan ketepatan yang tinggi. Peralatan yang digunakan tersusun
dari tabung panjang dengan dua elektroda seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
86

Tabung diisi dengan larutan cadmium klorida (CdCl2) pada ujung bawah dan asam klorida
pada ujung atas. Batas antara kedua larutan tampak sangat jelas dan tajam karena perbedaan
indeks refraksi. Katoda dari platina dicelupkan dalam larutan HCl di bagian atas dan anoda
dari batang Cd (cadmium stick) dimasukkan dari bagian bawah.
Apabila arus dialirkan dalam sel, gas hidrogen dibebaskan pada katoda dan ion H + bergerak
menuju anoda. Ion H + digantikan oleh Cd 2+ sehingga garis batas bergerak ke arah atas.
Dengan mencatat jarak (panjang) yang ditempuh oleh batas yang bergerak dan kuantitas
listrik yang dialirkan, maka angka angkut ion H + dapat dihitung.
Secara umum, jika angka angkut kation A+ akan ditentukan, maka larutan elektrolit AX
ditaruh di bagian atas dan larutan lain BX ditaruh dibagian atas. Kedua larutan mempunyai
anion sekutu X–. Elektrolit BX harus dipilih sedemikian hinga kecepatan ion B+ lebih rendah
dari ion A+. Kondisi untuk kasus ini ditunjukkan pada gambar berikut.
87

SOAL LATIHAN BAB HANTARAN LISTRIK DAN ELEKTROLISIS


1. Beda potensial 100 V dikenakan pada seutas kawat sepanjang 2,0 m dan diameternya
0,05 cm. Jika arus yang digunakan 25 A, hitung
a. Tahanan dan hantaran dalam kawat
b. Kuat medan
c. Rapatan arus
d. Resistivitas dan konduktivitas kawat
2. Seutas kawat logam membawa arus 1 A. Berapa banyak elektron yang melewati suatu
titik dalam kawat selama 1 detik?
3. Resistivitas tembaga adalah 1, 72 ×10−8 Ωm . Hitung kuat arus dalam kawat jika 20, 0 V

potensial dikenakan pada kawat tembaga sepanjang 6,0 m dan diameternya 2 ×10−5 m.
4. Kertas perak memiliki ketebalan 0,00254 cm dan lebar 0,50 mm, digunakan untuk
menghubungkan dua titik yang terpisah sejauh 4,2 cm. Bila arus yang melewati kertas
tersebut 1,5 mA, berapa beda potensial antara dua titik tersebut? Untuk perak,
κ 6,30 ×107 S/m .
=
5. Jika beda potensial 10,0 mV dikenakan antara dua ujung kawat besi yang diameternya
0,1024 cm dan panjangnya 58,4 cm, arus yang mengalir sebesar 145 mA. Hitung
resistivitas kawat besi tersebut.
6. Untuk platinum, koefisien Hall −2, 00 ×10−11 m3 /C , rsistivitasnya 10, 6 ×10−8 Ω m dan

densitasnya 21, 45g/cm3 . Hitunglah


a. Mobilitas elektron
b. Jumlah elektron per atom.
c. Jika arus 122 mA dialirkan ke dalam kertas yang tebalnya 0,0058 cm dan lebar 2,12
cm, berapa nilai potensial Hall dalam medan magnet 0,500 tesla?
7. Pada pengukuran efek Hall, arus 2,00 A dialirkan melalui secarik kertas perak yang
lebarnya 1,50 cm dan tebalnya 0,0127 cm. Dengan menggunakan medan magnet 0,750
tesla dihasilkan potensial 1,32 µ V . Hitung koefisien Hall untuk perak.
8. Larutan asam sulfat dielektrolisis memakai arus 0,10 A selama tiga jam. Berapa banyak
cm3 volume (STP) gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan?
9. Potassium klorat dibuat dengan cara elektrolisis KCl dalam suasana basa sesuai reaksi
6OH − + Cl− 
→ ClO3− + 3H 2 O + 6e −
88

Jika hanya 60% arus yang digunakan dalam reaksi ini, berapa waktu yang diperlukan untuk
menghasilkan 10g KClO3 memakai arus 2A?
10. Berapa massa AgCl yang dihasilkan pada anoda perak dalam elektrolisis larutan HCl
memakai arus 0,50 A yang dialirkan selama 2,5 jam?
11. Jika 0,4793 g perak diendapkan pada katoda dalam elektrolisis larutan perak nitrat
selama 4 jam, 27 menit dan 35 detik, berapa arus rata-rata yang digunakan dalam
percobaanini?
12. Suatu arus dialirkan selama 3 jam 10 menit dan 18 detik melalui larutan KI; 34,62 mL
larutan Na 2S2 O3 0,1046 mol/L diperlukan untuk mentitrasi iodin yang dibebaskan

sesuai reaksi
I 2 + 2S2 O32− 
→ 2I − + S4 O62−
Berapa rata-rata arus yang dilewatkan dalam eksperimen tersebut?
13. Nitrobenzena, C6 H 5 NO 2 , dapat direduksi menjadi anili pada katoda merkuri. Jika

efisiensi arus 80%, berapa lama arus 3,0A harus dialirkan dalam sel untuk
menghasilkan 1,0 kg anilin?
14. Larutan KCl mempunyai konduktivitas 0,14088 S/m pada 25 o C . Sel yang diisi dengan
larutan ini mempunyai tahanan 4,2156 Ω .
a. Berapa konstanta sel?
b. Sel yang sama diisi dengan larutan HCl mempunyai tahanan 1,0326 Ω . Berapa
konduktiitas larutan HCl?
0 o C , κ 1, 062963 ×106 S/m .
15. Untuk merkuri pada =
a. Jika tahanan suatu sel yang mengandung merkuri adalah 0,243166 Ω , berapa
konstanta sel ini?
b. Jika sel yang sama diisi dengan larutan KCl pada 0 o C , tahanan sel adalah
3,966 ×104 Ω . Berapa konduktivitas larutan KCl?

c. Jika luas penampang lintang sel adalah 0,9643 mm 2 , berapa jarak efektif antar
elektroda?
16. Gunakan tabel konduktivitas molar ion pada pengenceran tak hingga (nilai λ ∞ ) untuk
H + , Na + , Ca 2+ , La 3+ , OH − , Br − , SO 24− , dan P2 O74− , hitunglah

a. Mobilitas ion
b. Kecepatan maasing-masing ion ini dalam sel yang elektrodanya terpisah sejauh
5,00 cm dan beda potensial yang diterapkan adalah 2,0 V.
89

17. Mobilitas ion NH +4 adalah 7, 623 ×10−8 m 2 V −1s −1 . Hitung

a. Konduktivitas molar ion NH +4 ;

b. Kecepatan ion jika 15,0 V diterapkan pada elektroda yang terpisah sejauh 25 cm.
c. Angka angkut ion dalam larutan NH 4 C2 H 3O 2 jika mobilitas ion C2 H 3O −2 adalah

4, 239 ×10−8 m 2 V −1s −1


18. Gunakan tabel konduktivitas molar dan anggap bahwa konduktivitas tersebut tidak
berubah dengan berubahnya konsentrasi.
a. Tentukan konduktivitas 0,010 M larutan AgNO3 , HCl , CaCl2 , MgSO 4 , dan

La 2 (SO)3 .
b. Tentukan tahanan masing-masing larutan pada soal a bila sel yang digunakan
mempunyai jarak antar elektroda 8,0 cm dan luas efektif jalur hantaran 1,6 cm 2 .
19. Kerjakan berikut ini untuk sel Hittorf.
a. Turunkan hubungan antara perubahan konsentrasi dalam sel dengan angka angkut
ion positif dan kuantitas listrik yang dialirkan dalam sel jika larutan yang
digunakan adalah asam klorida dan kedua elektrodanya adalah elektroda perak-
perak klorida.
b. Ulang soal a, hanya saja katoda yang digunakan adalah platina dan pada katoda
dibebaskan gas hidrogen.
c. Ulang soal a, hanya saja anoda yang digunakan adalah platina dan pada anoda
dibebaskan gas oksigen.
d. Penggunaan elektroda yang membebaskan gas mempunyai pengaruh yang sangat
jelek terhadap percobaan Hittorf. Jelaskan!
20. Sel Hittorf disusun dengan memakai elektroda perak-perak klorida dan diisi dengan
larutan HCl yang mengandung 0,3856 ×10−3 g HCl/g air. Arus 2,0 mA dialirkan
selama 3 jam. Larutan dalam sel kemudian diambil, ditimbang, dan dianalisis. Berat
total larutan katoda adalah 51,7436 g; dan mengandung 0,0267 g HCl. Berat larutan
anoda 52,0461 g dan mengandung 0,0133 g HCl. Berapa angka angkut ion hidrogen?
21. Dalam eksperimen Hittorf untuk menentukan angka angkut dalam larutan KCl,
diperoleh data berikut. Massa larutan di ruang anoda 117,79 g; massa larutan di ruang
katoda 120,99 g. Persen KCl di bagian anoda adalah 0,10336%; persen KCl di bagian
90

katoda adalah 0,19398%. Persen KCl di ruang tengah adalah 0,14948%. Hitung t + dari

jumlah KCl yang ditransfer dari ruang anoda, t + dari jumlah KCl yang ditransfer ke

ruang katoda, dan rata-rata t + . (Catatan: 0,16034 g perak diendapkan dalam

coulometer perak yang dirangkai seri dengan sel. Konsentrasi KCl adalah 0,2 M).
Elektroda yang digunakan adalah elektroda perak-perak klorida.
22. Eksperimen batas bergerak digunakan untuk mengukur angka angkut Li + dalam 0,01
M LiCl. Penampang lintang tabung yang digunakan 0,125 cm 2 , batas bergerak 7,3 cm
dalam waktu 1490 detik dan arus yang digunakan 1,80 ×10−3 A. Hitung t + .

23. Percobaan batas bergerak (moving-boundary) digunakan untuk menentukan angka


angkut ion klorida dalam larutan natrium klorida 0,010 M. Ion klorida bergerak sejauh
3,0 cm dalam 976 detik. Penampang lintang dari tabung adalah 0,427 cm 2 dan arus
yang digunakan 2, 08 ×10−3 A. Hitung t − .
24. Gunakan data konduktivitas molar (konduktivitas molar ion pada pengenceran tak
hingga), hitung angka angkut ion klorida dalam larutan berikut pada pengenceran tak
hingga: HCl, NaCl, KCl, CaCl2, dan LaCl3.
25. Konduktivitas setiap larutan mengikuti persamaan κ = ∑ c i λi . Hitung angka angkut
i

masing-masing ion dalam larutan yang mengandung 0,10 mol/L CaCl2 dan 0,01 mol/L
HCl. Gunakan nilai λ ∞ (tabel konduktivitas molar ion pada pengenceran tak hingga).
26. Berapa rasio konsentrasi HCl dan NaCl dalam larutan jika angka angkut ion hidrogen
adalah 0,5? Gunakan tabel konduktivitas molar ion pada pengenceran tak hingga.
27. Konduktivitas ekuivalen larutan LiCl pada pengenceran tak hingga adalah
115, 03 ×10−4 Sm 2 mol−1 . Angka angkut kation adalah 0,36.
a. Hitung mobilitas kation.
b. Hitung kecepatan kation jika 6,0 volt beda potensial diterapkan pada elektroda yang
terpisah sejauh 4,0 cm.
28. Pada 18 o C , data untuk larutan KNO3 adalah

c / (10−3 mol/L) 0,20 0,50 1,0 2,0 5,0


Λ / (10−4 Sm 2 mol−1 ) 125,2 124,2 123,7 122,6 120,5

Buat grafik yang sesuai dan tentukan Λ ∞


91

29. Data untuk larutan HCl pada 25 o C adalah

c / (10−3 mol/L) 2,8408 8,1181 17,743 31,863


Λ / (10−4 Sm 2 mol−1 ) 425,13 424,87 423,94 423,55

Dengan membuat grafik yang sesuai, tentukan Λ ∞


30. Pada 25 o C , nilai Λ ∞ /10−4 Sm 2 mol−1 untuk natrium benzoat, asam hidroklorat, dan

natrium klorida berturut-turut adalah 82,48; 426,16; dan 126,45. Hitunglah Λ ∞ untuk
asam benzoat.
31. Konduktivitas molar asam asetat adalah

Λ / (10−4 Sm 2 mol−1 ) 49,50 35,67 25,60


c / (mol/L) 9,88 × 10−4 19, 76 ×10−4 39,52 ×10−4
Buatlah grafik yang sesuai, kemudian tentukan
a. Λ ∞
b. Konstanta disosiasi
c. Derajat disosiasi pada setiap konsentrasi
32. Pada 25 o C , larutan KCl yang mempunyai konduktivitas 0,14088 S/m menghasilkan
tahanan sebesar 654 Ω dalam sel konduktivitas tertentu. Dalam sel yang sama, 0,10
mol/L larutan NH 4OH mampunyai tahanan 2524 Ω . Konduktivitas molar ion
pembatas ada pada tabel. Hitunglah
a. Konstanta sel
b. Konduktivitas molar larutan NH 4OH

c. Konstanta disosiasi NH 4OH

33. Konduktivitas larutan jenuh BaSO4 adalah 3, 48 ×10−4 S/ m . Konduktivitas air murni

adalah 0,50 ×10−4 S/ m . Hitung hasil kali kelarutan BaSO4. Gunakan informasi lain
pada tabel konduktivitas molar ion pada pengenceran tak hingga.
34. Larutan jenuh MgF2 mempunyai κ = 0, 02538 S/ m . Hitung hasil kali kelarutan MgF2.
Gunakan pada tabel konduktivitas molar ion pada pengenceran tak hingga dan
κw 0,50 ×10−4 S/ m . κw adalah konduktivitas air murni.
=
92

KUNCI JAWABAN BAB HANTARAN LISTRIK DAN ELEKTROLISIS


1. a. 4,0 Ω ; 0,25 S b. 50 V/m c. 1,27 x 108 A/m2 d. 3,93x10-7Ωm; 2,55x106
S/m
2. 6,24 x 1018/s
3. 61 mA
4. 79 μV
5. 9,73 x 10-8 Ω m
6. a. 1,89 x 10-4 (m/s)/(V/m) b. 4,71 c. 24,0 nV
7. 1,12 x 10-10 m3/C
8. 188 cm3
9. 10,9 jam
10. 6,68 g
11. 26,70 mA
12. 30,60 mA
13. 720 jam
14. a. 0,59389/m b. 0,57514 S/m
15. a. 2,58476 x 105 S/m b. 6,517 S/m c. 0,2492 m
=
16. a. u H+ 36, 256 ×10−8 m 2 / Vs ; u=
Na +
5,193 ×10−8 m 2 / Vs ; u=
Ca 2+
6,167 ×10−8 m 2 / Vs

;= u OH− 20,55 ×10−8 m 2 / Vs ; =


u La 3+ 7, 224 ×10−8 m 2 / Vs ; = u Br − 8, 099 ×10−8 m 2 / Vs ;

u=
SO 2−
8, 294 ×10−8 m 2 / Vs , dan u P=
O 4−
9,94 ×10−8 m 2 / Vs
4 2 7

b. v H+ = 14,5μm / s ; v Na + = 2, 08μm / s ; v Ca 2+ = 2, 47 μm / s ; v La3+ = 2,89μm / s ;


v OH− = 8, 22μm / s ; v Br − = 3, 24μm / s ; v SO2− = 3,32μm / s ; dan v P O4− = 3,98μm / s ,
4 2 7

17. a. 73,55 x 10-4 Sm2/mol b. 4,574 μm/s c. t+=0,6426


18. [garam: κ/(S/m); R/kΩ] → [ AgNO3 : 0,133; 3,75]; [ HCl : 0,426; 1,17]; [ CaCl2 : 0,272 ;

1,84] ; [ MgSO 4 : 0,266; 1,88]; dan [ La 2 (SO)3 : 0,898; 0,557]

19. a. ∆n kt = −∆nan = t +Q / F −t −Q / F ; ∆nan =


b. ∆n kt = −t +Q / F

c. ∆n kt =
t +Q / F ; ∆nan =
t −Q / F
20. 0,83
21. (t + ) rata −rata = 0, 4888

22. 0,33
93

23. 0,61
24. 0,1792; 0,6038; 0,5095; 0,5620; 0,5228
25. t (H + ) = 0,111 ; t (Ca 2+ ) = 0,379 ; t (Cl− ) = 0,510
26. (HCl/NaCl) = 0,462
27. a. 4,01 x 10-8 m2/Vs b. 6,0 μm/s
28. 126,3 x 10-4 Sm2/mol
29. 425,92 x 10-4 Sm2/mol
30. 382,19 x 10-4 Sm2/mol
31. a. 388,1 10-4 Sm2/mol b. 1,840 x 10-5 c. 0,128; 0,0919; 0,0660
32. a. 92,1/m b. 3,65 10-4 Sm2/mol c. 0,0134 d. 1,83 x 10-5
33. 1,08 x 10-10
34. 6,371 x 10-9

Anda mungkin juga menyukai