BAB I
PENDAHULUAN
1 Judul Percobaan
Adapun judul praktikum ini adalah Kalor Penguapan Sebagai Energi
Pengaktifan Penguapan
2 Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 26 April 2017
3 Pelaksana Praktikum
Kelompok 3:
1. Tua Halomoan (150140025)
2. Irma Yuliana Damanik (150140035)
3. Liana Sari (150140056)
4. Dayang Syafua Daulay (150140069)
4 Tujuan Praktikum
Adapun tutjun dari praktikum ini adalah untuk menentukan energi
pengaktifan dari suatu zat volatile
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penguapan
Salah satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-zat pereaksi
harus bercampur atau bersentuhan. Interaksi antar zat-zat pereaksi membutuhkan
energi. Energi tumbukan minimum yang dibutuhkan dalam suatu sistem agar
suatu reaksi dapat berlangsung disebut energi aktivasi. Jadi, energi aktivasi
merupakan energi minimum yang diperlukan agar zat-zat pereaksi dapat
berinteraksi dan bercampur. Ketika energi kinetik partikel tidak melampaui energi
aktivasinya, maka reaksi tidak akan berlangsung. Sebaliknya, reaksi akan
berlangsung jika energi kinetik partikel melebihi energi aktivasinya.
Energi aktivasi juga merupakan energi minimum yang dibutuhkan oleh
suatu reaksi kimia agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea
dengan E menotasikan energi dan a yang ditulis menotasikan aktivasi. Kata
aktivasi memiliki makna bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan
energi untuk dapat berlangsung. Istilah energi aktivasi (Ea) pertama kali
diperkenalkan oleh Svante Arrhenius dan dinyatakan dalam satuan kilojoule per
mol (Vogel,1994).
3. Katalis
Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi
aktivasi yang lebih rendah (Castellan, 1982).
Setelah reaksi kimia telah dimulai, sering melepaskan energi yang cukup,
biasanya sebagai panas, untuk mengaktifkan reaksi berikutnya dan seterusnya
dalam reaksi berantai. Inilah apa yang terjadi pada kembang api. Kayu dapat
terletak di tumpukan kayu selama bertahun-tahun tanpa meledak dan terbakar
secara spontan. Setelah dibakar, diaktifkan oleh percikan, itu benar-benar akan
memakan dirinya dengan panas yang dilepaskan pasokan energi aktivasi untuk
menjaga sisa pembakaran kayu. Pemanasan campuran akan meningkatkan laju
reaksi.
Untuk sebagian besar reaksi biologis, pemanasan tidak praktis karena suhu
tubuh terbatas pada rentang yang sangat kecil. Panas hanya dapat digunakan
sebagai cara untuk mengatasi hambatan energi sampai batas yang sangat terbatas
sebelum sel-sel akan rusak. Untuk reaksi dalam kehidupan dapat berlangsung, sel-
sel harus menggunakan enzim yang secara selektif dapat menurunkan energi
aktivasi reaksi (Kamajaya, 2007).
Kloroform disebut juga haloform disebabkan karena brom dan klor juga
bereaksi dengan metal keton yang menghasilkan masing-masing bromoform
(CHBr3) dan kloroform (CHCl3). Hal ini disebut CHX3 atau haloform. Kloroform
merupakan senyawa dari asam formiat dan termasuk senyawa polihalogen yaitu
senyawa turunan karboksilat yang mengikat lebih dari satu atom halogen.
Kloroform berasal dari bahan dasar aseton dan bubur kaporit. Dalam
pembuatannya bubur kaporit (CaOCl2) adalah bahan dasar dimana kapur klor
mengakibatkan oksidasi dan klorisasi sehingga terjadi trikloroasetaldehida, yaitu
suatu zat basa yang ada dikapur. Klor itu terurai menjadi asam formiat (dalam
bentuk garam kalsiumnya) dan kloroform. Selain itu pada pembuatan kloroform
digunakan NaOH sebagai katalis pembersih.
Kloroform (CHCl3) tidak larut dalam air tetapi merupakan pelarut efektif
untuk senyawa organik. Prinsip kerja dan sintesis kloroform adalah halogenasi
yaitu reaksi subsitusi yang terjadi pada suatu senyawa organik yang memiliki
halogen alfa. Halogenasi terjadi karena pengaruh tarikan atom oleh unsur
golongan halogen. Dalam industri, kloroform diperoleh dengan pemanasan
campuran dari klorin dan kloro metana atau metan. Pada suhu 400-500 oC bebas
dari radikal halogenasi. Dalam pembuatan atau sintesis kloroform perlu
diperhatikan beberapa hal yaitu dengan adanya oksigen dari udara dan sinar
matahari maka kloroform dapat teroksidasi dengan lambat menjadi fosgen (gas
yang sangat beracun). Untuk mencegah terjadinya fosgen ini maka kloroform
disimpan dalam botol coklat yang terisi penuh dan mengandung 0,5-1 % etanol
untuk mengikat bila terjadi fosgen (Holman, J. P,1995).
Kloroform dapat disintesis dengan cara mencampurkan etil alkohol atau
etanol dengan kalsium hipoklorit. Kalsium hipoklorit merupakan donor unsur
klor. Selain kalsium hipoklorit, penyumbang unsur klor yang dapat dipakai adalah
pemutih pakaian. Pemutih pakaian memiliki senyawa aktif yaitu asam hipoklorit.
Etil alkohol dipanaskan dan dicampurkan dengan kalsium hipoklorit. Untuk
mendapatkan kloroform dari reaksi pencampuran ini, terdapat tiga reaksi yang
terjadi:
1. Reaksi oksidasi
CH3CH2OH (l) + Cl2 (g) CH3CHO (l) + HCl (g)
2. Reaksi klorinasi
CH3CH2OH + 3Cl2 CCl3CHO + 3HCl
3. Reaksi hidrolisis
2CCl3CHO + Ca(OH)2 2CH3Cl + (HCOOH)2Ca
Selain menggunakan etil alkohol, aseton dapat digunakan untuk
menggantikan etil alkohol. Reaksi yang terjadi adalah:
1. Reaksi klorinasi
CH3COCH3 + 3Cl2 CCl3COCH3 + 3HCl
2. Reaksi hidrolisis
CCl3COCH3 + Ca(OH)2 2CH3Cl + (CH3COO)2Ca
Selain ketiga hal di atas, terdapat pula reaksi klorinasi metana yang
membutuhkan suhu 400C. Reaksi tersebut terjadi sebagai berikut:
CH4 (metana) + Cl2 CH3Cl + CH2Cl2 + CHCl3 + CCl4
Untuk proses ini, kloroform dapat dipisahkan menggunakan distilasi bertingkat,
dan proses ini paling banyak diaplikasikan dalam industri.
2.4.2 Etanol
Etanol adalah jenis utama dari alkohol yang ditemukan di minuman
beralkohol, yang dihasilkan oleh fermentasi gula oleh ragi. Etanol biasa disebut
alkohol atau spiritus dan disebut juga etil alkohol dan minuman beralkohol. Zat
ini adalah obat psikoaktif neurotoksik dan merupakan salah satu jenis narkoba
tertua yang digunakan oleh manusia. Keracunan alkohol dapat terjadi ketika
mengonsumsinya secara berlebihan. Etanol juga digunakan sebagai pelarut,
antiseptik, bahan bakar, dan cairan alternatif pengganti merkuri untuk mengisi
termometer. Cairan ini mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna, dan
memiliki rumus struktur CH3CH2OH. Sering disingkat C2H5OH, C2H6O, atau
EtOH.
Etanol mempunyai nama sistematis yang didefinisikan oleh International
Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) untuk molekul dengan dua atom
karbon (awalan eth-), memiliki ikatan tunggal diantaranya (akhiran -ane), dan
terdapat gugus fungsional OH (akhiran -ol). Awalan etil diciptakan pada tahun
1834 oleh kimiawan Jerman Justus Liebig. Etil berasal dari bahasa Inggris ethyl
yang berasal dari bahasa Perancis ether yang berarti zat yang mudah menguap
atau menyublim pada suhu kamar. Istilah etanol diciptakan sebagai hasil dari
resolusi Konferensi Internasional tentang Kimia Nomenklatur yang digelar di
Jenewa, Swiss pada bulan April 1892.
Istilah alkohol semakin luas digunakan dalam menyebut zat kimia
nomenklatur, tetapi dalam bahasa umum tetap disebut etanol. Istilah alkohol telah
ada sejak Abad Pertengahan yang berasal dari bahasa Arab al-Kuhl. Sedangkan
penggunaan istilah alkohol untuk menyebut minuman anggur beralkohol
diperkenalkan pada pertengahan abad ke-18. Sebelum itu, dalam bahasa Latin
Tengah, istilah alkohol digunakan untuk meyebut bubuk bijih antimon, bubuk
kosmetik.
Etanol adalah alkohol 2-karbon dengan rumus molekul CH3CH2OH dan
notasi alternatifnya adalah CH3CH2OH yang mengindikasikan bahwa karbon
dari gugus metil (CH3) terikat dengan oksigen dari gugus hidroksil (OH). Etanol
sering disingkat sebagai EtOH, menggunakan notasi kimia yang mewakili etil
(C2H5) dengan Et. Sifat fisikcairan etanoltidak berwarna yang mudah menguap
dan sedikit berbau. Etanol terbakar dengan api biru tanpa asap yang tidak selalu
terlihat dalam cahaya normal. Sifat fisik etanol berasal dari kelompok hidroksil.
Gugus hidroksil etanol dapat ikut dalam ikatan hidrogen (Kamajaya,2007).
Etanol juga pelarut serbaguna karena dapat larut dengan air dan dengan
banyak jenis pelarut organik termasuk asam asetat, aseton, benzena, karbon
tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridin, dan
toluena. Etanol juga dapat larut dengan hidrokarbon alifatik ringan seperti pentana
dan heksana serta dengan klorida alifatik seperti trikloroetan dan tetrakloroetil.
40% larutan etanol dalam air akan terbakar jika dipanaskan sampai sekitar 26C.
Titik nyala etanol murni adalah 16,60C, kurang dari rata-rata suhu kamar.
Minuman beralkohol yang memiliki konsentrasi etanol rendah dapat terbakar jika
terkena api atau percikan listrik. Titik nyala anggur biasa yang mengandung
12,5% etanol adalah sekitar 52C. Efek wajan yang terbakar pada saat koki
memasak disebut Flamb.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Kloroform
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Pada Larutan Chloroform
4.1.2 Etanol
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Pada Larutan Etanol
10
6
Suhu (C)
4
0
0 f(x) =10 20 30 40 50 60 70
R = 0
Waktu (s)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1 Semakin tinggi suhu yang diberikan maka semakin cepat zat volatil
menguap.
2 Waktu yang diperlukan kloroform untuk menguap habis pada suhu 35C
adalah 41,61 s, pada suhu 40C adalah 35,5 s, pada suhu 45C adalah 26,2
s, pada suhu 50C adalah 12,2 s, pada suhu 55C adalah 6,28 s dan pada
suhu 60C adalah 3,26 s.
3 Waktu yang diperlukan etanol untuk menguap habis pada suhu 35C
adalah 59,93 s, pada suhu 40C adalah 42,38 s, pada suhu 45C adalah
31,53 s, pada suhu 50C adalah 26,83 s, pada suhu 55C adalah 16,12 s
dan pada suhu 60C adalah 6,44 s.
4 Kloroform lebih cepat menguap karena memiliki titik didih yang lebih
rendah dari etanol, yaitu titik didih kloroform 61,2 C, sedangkan titik didih
etanol yaitu 78,37C.
5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan ini tidak hanya menggunakan senyawa
kloroform dan etanol saja tetapi dapat juga menggunakan senyawa ether dan
senyawa volatil lainnya seperti HCl, methanol, CCl4, C10H8, dan CH3COCH3 agar
praktikan dapat mengetahui senyawa mana yang lebih volatil.
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2 Edisi
4. Jakarta: Erlangga.
1. Kloroform
Suhu 35
t1 = 41,73 detik, t2 = 40,93 detik, t3 = 42,19 detik
t 1 + t2 + t3
t = 3
= 41,61 detik
Suhu 40
= 35,5 detik
Suhu 45
= 26,2 detik
Suhu 50
Suhu 60
3,2 + 3,5 + 3 ,1
t = 3
= 3,26 detik
2. Etanol
Suhu 35
t1 = 60,82 detik, t2 = 59,19 detik, t3 = 59,8 detik
t1 + t2 + t3
t = 3
= 59,93 detik
Suhu 40
= 42,38 detik
Suhu 45
= 31,53 detik
Suhu 50
= 26,83 detik
Suhu 55
= 16,12 detik
Suhu 60
= 6,44 detik
2. T=40 C+273=313 K
1
=0,00319 K
T
3. T=4 50 C+273=318 K
1
=0,00314 K
T
4. T=5 00 C+273=323 K
1
=0,00309 K
T
5. T=5 50 C+273=328 K
1
=0,00304K
T
6. T=6 00 C+273=333 K
1
=0,003 K
T
1
Untuk mencari t Kloroform
1 1
= = 0,0 2403
1. t 41,61
1 1
= = 0, 02 817
2. t 35,5
1 1
3. = = 0,03817
t 26,2
1 1
= = 0 ,0819 6
4. t 12,2
1 1
= = 0, 15924
5. t 6,28
1 1
= = 0 ,30675
6. t 3,26
6
0,15924 -0,7979 -5,0106 0,6366 3,9979
0,30675 -0,5132 -1,6730 0,2633 0,8585
-6,985 -179,5049 9,116 266,3602
Maka,
Hubungan Antara 1/T dengan Log K
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
-0.2
-0.4
f(x) = 3.81x - 1.57
-0.6 R = 0.9
-0.8
Log K
-1
-1.2
-1.4
-1.6
-1.8
1/T
Ea
3,8122 = 0,08205
1
Untuk mencari t
Etanol
1 1
= = 0,016
1. t 59,93
1 1
= = 0,023
2. t 42,38
1 1
= = 0, 031
3. t 31,53
1 1
= = 0, 037
4. t 26,83
1 1
= = 0, 062
5. t 16,12
1 1
= = 0,15
6. t 6,64
0
-1
-1
Log K -1
f(x) = 0.18x - 2.02
-1 R = 0.93
-1
-2
-2
-2
1/T
Slope = 0,1779
Intersept = -2,0238
Energi pengaktifan,
Ea
Slope = R
Ea
0,1779 = 0,082057
Ea = 0,1779 x 0,082057
= 0,0145
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN
No Alat Fungsi
1 Memanaskan larutan atau
mengkondisikan steril pada
inolukasi
Pembakar spiritus
2 Menahan/alas wadah seperti beaker
atau labu pada waktu pemanasan
dan penyebar panas sehingga panas
merata
Kasa
3 Penyangga cawan porselin agar
terjadinya pemanasan
Kaki tiga
4 Mengukur suhu
Termometer
6 Penghitung waktu
Stopwatch