Anda di halaman 1dari 12

KESETIMBANGAN

KIMIA : SISTEM
KOMPONEN DUA FASA
PADAT - CAIR
Dibuat oleh :

Nama : Priskila Doko


Kelas : B
Nim: 1901060027
Ada banyak ragam jenis kesetimbangan dua komponen padat–cair. Beberapa
jenis kesetimbangan padat-cair akan dibahas pada bagian ini.
Kedua komponen missible dalam fasa cair dan immissible dalam fasa padat
Jenis kesetimbangan ini dimiliki oleh dua zat yang dapat saling larut dalam
keadaan cairannya, sementara di fasa padatnya terdapat komponen- komponen murninya
(tidak membentuk larutan padat/tidak saling melarutkan). Jika larutan cair A dan B
diturunkan suhunya, pada suatu saat akan mencul padatan. Suhunya disebut sebagai titik
beku larutan. Pada suhu ini terdapat dua fasa, cair dan padat. Oleh karena itu f = c – p +
2 = 2 – 2 + 2 = 2, sistem mempunyai dua derajat kebebasan. Biasanya proses dilakukan
pada tekanan tetap, sehingga sistem menjadi univarian, jadi cukup suhu saja atau
komposisi saja yang diperlukan untuk menyatakan keadaan sistem (misalnya: dipilih
variabel komposisi saja maka titik bekunya sudah tertentu); setiap larutan mempunyai
titik beku tertentu. Jika titik beku sederet larutan cair dengan berbagai komposisi
ditentukan lalu dialurkan terhadap komposisi cairannya akan diperoleh kurva CE dan
DE seperti yang terlihat pada gambar (2.13).
Titik C dan D merupakan titik beku A murni dan B murni. Penambahan B
terhadap A akan menurunkan titik bekunya sepanjang garis CE, begitu pula
penambahan A terhadap B akan menurunkan titik beku sepanjang garis DE. Jika
larutan yang kaya akan A, yakni larutan dengan komposisi antara A dn Xe,
didinginkan, maka terpisah zat
padat A, sementara larutan yang kaya akan B yakni larutan dengan komposisi antara
Xe dan B, didinginkan akan terbentuk zat padat B. jadi kurva CE dan DE dapat
dipandang sebagai kondisi suhu dimana larutan (cair) pada berbagai komposisi ada
dalam
kesetimbangan dengan padatan A (untuk kurva CE) dan dengan padatan B (untuk
kurva DE). Di titik E kedua kurva bertemu, sehingga baik padatan A maupun B
keduanya ada dalam kesetimbangan dengan larutannya. Titik E merupakan suhu
beku terendah dari setiap campuran cair A dan B, yang juga merupakan titik leleh
2.13 Diagram fasa untuk cairan missible terendah dari setiap campuran padatan A dan B. Oleh karena itu titik E disebut titik
dan padatan immisible eutectic (Yunani: mudah leleh), dan merupakan suhu terendah bagi keberadaan fasa
cair.
Dari uraian di atas dapat kita nyatakan bahwa daerah di atas kurva CED
merupakan daerah cair, hanya fasa cair yang ada, karena suhunya di atas titik leleh
setiap campuran. Derajat kebebasan di daerah ini, f =c – p + 2 = 2 – 1 + 2 = 3, tapi
karena tekanannya sudah tertentu maka f = 2, jadi perlu dinyatakan suhu dan
komposisi larutan untuk menyatakan keadaan sistem.
Dibawah kurva FEG hanya terdadapt kurva padat. Di daerah ini ada dua fasa padat, yakni A murni dan B murni. Menurut aturan
fasa, sistemnya pada tekanan tetap adalah sistem univarian. Karena komposisi setiap fasa sudah tertentu, yakni zat murni masing-
masing, maka variabelnya hanya suhu. Daerah CEF merupakan daerah dua fasa, yakni fasa padat A murni, dan fasa cair. Daerah
DEG juga daerah dua fasa, fasa padat B murni dan fasa cair. Sekarang kita tinjau secara lebih terinci apa yang terjadi pada proses
pendinginan secara isobar dari larutan A dan B dengan komposisi XA,l. Kita mulai dari titik H lalu turun secara vertical sampai di
titik S. Garis HIJKS disebut garis isopleth, yakni garis dengnkomposisi tetap. Di titik H, campuran (larutan) A dan B ada dalam
keadaan cair. Ketika suhu mencapai T1, padatan B mulai membeku. Ketika B membeku, nilai XA dalam larutan (cair) akan
meningkat, dan titik bekunya akan terus menurun. Untuk memperoleh padatan B yang lebih banyak maka suhu harus terus
diturunkan. Pada suhu T2 terdapat kesetimbangan antara padatan B (XB = 1) dan larutan dengan komposisi yang dinyatakan titik
M, yakni X”A Seperti telah dibahas dibagian sebelumnya, garis MJN merupakan garis dasi. Berdasarkan aturan lever maka nB,S /
(nA,l + nB,l ) = MJ/JN, dengan nB,S jumlah mol padatan B berkesetimbangan dengan larutan (cair) yang terdiri atas nA,l dan
nB,l mol B. Di titik I, nB,S = 0. Penurunan suhu sepanjang garis IJK mengakibatkan jarak horizontal terhadap garis IME
meningkat, artinya terjadi peningkatan padatan B dengan berkurangnya suhu. Pada suhu T3, suhu eutectic, diperoleh titik K. Di
titik K, larutan mempunyai komposisi Xe (titik E), dan A maupun B keduanya membeku. Jumlah relative A dan B yang membeku
bergantung pada komposisi eutectic dari larutan, Xe. keseluruhan larutan yang ada akan membeku pada suhu T3 tanpa mengalami
perubahan komposisi lagi. Di titik K ada tiga fasa dalam kesetimbangan yakni padatan A, padatan B dan larutan. Derajat
kebebasan untuk tiga fasa: f =2 – 3 + 2 = 1,karena tekanan sudah tertentu maka tak ada derajat kebebasan, sistem invariant. Suhu
harus tetap konstan di T3 sampai semua larutan membeku dan jumlah fasa berkurang menjadi 2. Di bawah T3 penurunan suhu
hanya mendinginkan campuran padatan A dan padatan B
Jika prosesnya dibalik dan dimulai dari titik S (padatan A dan padatan B), cairan akan meleleh pada rentanng suhu T3 sampai T1.
Titik leleh yang tajam merupakan salah satu tes yang biasa digunakan orang kimia organik untuk menguji kemurnian suatu
senyawa. Jika ttitik lelehnya ada dalam rentang suhu tertentu, artinya zat yang diuji merupakan campuran, bukan merupakan
senyawa murni. Campuran padat dengan komposisi eutectic akan meleleh seluruhnya pada satu suhu (T3). Demikian pula larutan
menghasilkan A dan B dengan komposisi eutektik akan membeku seluruhnya pada suhu T3 menghasilkan campuran eutektik
padatan A dan B. Oleh karena itu dulu pernah muncul anggapan yang salah yang menduga bahwa sistem eutectic adalah suatu
senyawa, padahal bukan. Pengujian mikroskopis memperlihatkan bahwa padatan eutektik terdiri atas campuran Kristal A dan
kristal B.
Sekarang kita tinjau proses isothermal pada suhu tertentu, T4 yakni sepanjang garis horizontal RUVWXY. Titik R menyatakan
zat A murni pada suhu T4. Sejumlah zat B ditambahkan pada A hingga komposisinya sampai di titik U. Titik U ini terletak di
daerah dua fasa, yakni fasa padat A murni dan larutan (cair) dengan komposisi pada titik V. Semua B yang ditambahkan akan
meleleh jauh di bawah titik lelehnya dan lelehan B akan melarutkan sebagian A sampai komposisi cairannya ada di V. Dari aturan
Lever dapat diperoleh jumlah relative cairan yang ada di titik U cukup kecil. Pada penambahan B selanjutnya, B akan terus
meleleh dan melarutkan lebih banyak lagi A untuk
membentuk larutan V, jadi titik bergerak dari U ke V. Ketika titik V dicapai, B yang telah ditambahkan cukup untuk melarutkan
semua padatan A semula membentuk larutan jenuh A dalam B. Penambahan B selanjutnya hanya akan mengencerkan larutan dan
titik keadaan bergerak melalui daerah cair dan V ke W. Di W larutannya jenuh dengan B.
Penambahan B selanjutnya tidak mengubah komposisi larutannya, zat padatan B yang ditambahkan tetap sebagai padatannya.
Sistem dengan diagram fasa seperti terlihat pada gambar (2.13) disebut sistem eeutectic sederhana. Contoh sistem seperti ini
adalah Sn – Pb, Si – Al, KCl – AgCl, benzene – naftalena, Bi – Cd dan sebagainya.
Diagram Fasa Kesetimbagan Fasa Padat -Cair
Gambar a) adalah diagram fasa ketika dua komponen larut secara sempurna dalam fasa padat dan cair
Gambar (b) adalah diagram fasa dua komponen yang tidak larut secara sempurna dalam fasa padat, tetapi larut dalam fasa
cair
Gambar c) adalah diagram fasa yang menunjukkan suatu pembentukan senyawa stabil antara kedua komponen dan fasa padat
tidak larut satu dengan yang lainnya, dikenal sebagai pembentukan senyawa yang mempunyai titik didih kongkruen
Gambar d), diagram fasa yang menunjukkan dua komponen membentuk senyawa tidak stabil yang disebut pembentukan
senyawa yang mempunyai titik didih inkongkruen
Gambar e) diagram fasa yang menunjukkan dua komponen yang memperlihatkan kelarutan parsial satu dengan yang lainnya
dalam fasa padat
Contoh soal
Diagram fasa kadmium bismut adalah
sebagai berikut

A merupakan kadmium dan B merupakan Bi.


Jawaban
Lelehan dari campuran dengan XBi = 0,20 dapat dinyatakan dengan titik X1

Di titik P mulai muncul padatan Cd murni. Dengan pendinginan selanjutnya, jumlah padatan Cd murni semakin banyak. Di titik R
pada suhu T4 dicapai, mulai muncul padatan eutectic E.
Jumlah relatif padatan Cd murni dan campuran eutectic adalah
Jumlah mol total zat n = nCd + nBi = nCd + nE = 0,76 mol
Jadi padatan Cd murni, nE = (0,76 mol – nCd)

nE = (0,76 mol – nCd) = 0,76 – 0,4836 = 0,2763 mol


Mol Cd dalam larutan eutectic (nE) = 0,61 – 0,4836 mol = 0,1263 mol
Dengan demikian komposisi eutectic = (0,1263/0, 2763) ×100% = 45,72 % mol Cd.
Jadi pada suhu kamar, padatan di dalam cawan krus hasil pendinginan dari lelehan
campuran Bi – Cd, terdiri atas 0,4836 mol Cd murni dan 0,2763 mol campuran eutectic
yang mengandung 45,72% mol Cd.
Diagram untuk kesetimbangan padat-cair ditentukan dengan metoda kurva pendinginan
Kurva ini dibentuk dengan:
Pengambilan suatu padatan dari komposisi tertentu
Dilelehkan secara sempurna dalam fasa cair
Kemudian dicatat temperatur pada berbagai waktu sampai sistem memadat sempurna
Jadi kurva pendinginan adalah plot antara temperatur dan waktu.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai