Anda di halaman 1dari 16

I.

Kuantitas Dasar Sistem Gas dan Hukum-hukum Gas

1.1 Pendahuluan
Kuantitas dasar dalam mempelajari sistem gas adalah tekanan (p), temperature
(T), volume yang ditempati (V) dan jumlah zat yang dinyatakan dalam mol (n). Antara
keempat kuantitas tersebut terdapat hubungan yang biasanya dinyatakan sebagai suatu
fungsi volum, yaitu:
𝑉 = 𝑉 (𝑇, 𝑝, 𝑛) (1.1)
Fungsi ini memperlihatkan ketergatungan volum suatu gas terhadap suhu, tekanan, dan
jumlah mol gasnya. Hubungan parameter gas seperti di atas, membentuk suatu
persamaan yang disebut persamaan keadaan gas. Untuk gas ideal biasa disebut persamaan
keadaan gas ideal. Untuk gas nyata dikenal persamaan keadaan gas nyata, dalam bentuk
persamaan Van der Waals, virial, dan sebagainya.
Tekanan merupakan besarnya gaya per satuan luas. Tekanan merupakan
kuantitas intensif yang dibentuk dari ratio antara dua kuantitas ekstensif, yaitu gaya dan
luas. Eksistensi “temperatur” dari suatu sampel dan pengukukurannya tergantung pada
kebenaran generalisasi dari apa yang disebut hukum thermodinamika ke nol. Bila gas
dimasukkan ke dalam suatu wadah, molekul-molekul gas bergerak bebas di dalamnya dan
menempati seluruh volume wadah yang diisinya. Karena gas bercampur bebas satu sama
lain, maka bila ada beberapa macam gas dalam campuran, volume setiap komponen akan
sama dengan volume yang ditempati oleh seluruh campuran itu.
Sistem fasa gas merupakan salah satu keadaan materi yang terdapat di alam,
selain fasa padat dan cair. Reaksi-reaksi kimia banyak yang berlangsung dalam fasa gas,
maka pada bagian awal materi kimia Fisika I dibahas sifat-sifat dan hukum-hukum gas.
Materi ini menyajikan pembahasan tentang persamaan keadaan gas ideal yang diawali
dengan konsep volume, tekanan dan temperatur, kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan tentang hukum-hukum gas, kosntanta gas dan persamaan gas ideal, serta
tekanan parsial campuran gas. Materi ini menjadi materi prasyarat dalam mempelajari
seluruh materi dalam mata kuliah Kimia Fisika I, sehingga perlu dipelajari secara cermat.
Pemahaman materi ini dengan baik akan mempermudah mempelajari materi-materi
lanjutan tentang gas pada bab selanjutnya serta materi-materi lain yang terkait.
1.2 Persamaan Keadaan Gas Ideal
Dalam sistem gas kuantitas dasar yang dielajari adalah Volume (V), Tekanan (P),
Suhu (T) dan kuantitas gas yang dinyatakan dalam jumlah mol (n). Besarnya pereubahan

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 1


volume yang diakibatkan oleh perubhan-perubahan parameter tersebut secara matematika
dituliskan sebagai berikut:

𝑑𝑉 = 𝑑𝑇 + 𝑑𝑃 + 𝑑𝑛 (1.2)
, , ,

Persamaan (1.2) memiliki tiga suku, yaitu: suku pertama, menyatakan


,

perubahan volume yang diakibatkan oleh berubahnya suhu pada tekanan dan jumlah mol

yang tetap. Suku kedua, menyatakan perubahan volum yang diakibatkan oleh
,

berubahnya tekanan pada suhu dan jumlah mol yang tetap. Suku ketiga,
,

menyatakan perubahan volume yang diakibatkan oleh berubahnya jumlah mol pada suhu
dan tekanan yang tetap.
Dengan demikian perubahan volume total gas yang diakibatkan oleh berubahnya
suhu, tekanan, dan jumlah mol dapat diketahui jika semua suku tersebut juga diketahui.
Oleh karena itu pengetahuan tentang suku-suku tersebut sangat diperlukan. Hubungan
matematis keempat variabel Volume (V), Tekanan (P), Suhu (T) danJumlah mol (n) itu
disebut persamaan keadaan.
Kuantitas dasar dalam mempelajari gas adalah tekanan (p) dan temperatur (T),
selain volume (V) yang ditempati dan jumlah zatnya yang dinyatakan dalam mol (n).
Persamaan keadaan menyatakan hubungan antara variabel volume, jumlah mol, tekanan
dan temperatur. Persamaan keadaan adalah persamaan yang menyatakan hubungan antara
state variable yang menggambarkan keadaan dari suatu sistem pada kondisi fisik tertentu.
State variable (fungsi keadaan) adalah sifat dari sistem yang hanya tergantung pada
keadaan sistem saat ini, bukan pada jalannya proses. Yang termasuk fungsi keadaan
adalah temperatur, tekanan, densitas, enthalpi, entropi, kapasitas panas, energi bebas
Gibbs dan fugasitas.
Gas ideal bukanlah gas yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Gas yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, biasa disebut gas nyata. Gas
nyata dapat diasumsikan bersifat gas ideal apabila memenuhi criteria-kriteria tertentu,
diantaranya adalah:
(1) Molekul/atom gas identik dan tidak menempati ruang sehingga dikatakan
tidak mempunyai volume atau volume partikel diabaikan
(2) Tidak ada interaksi antara molekul-molekulnya, baik tarik-menarik
maupun tolak menolak, sehingga gerakannya lurus

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 2


(3) Molekul/atom penyusunnya menabrak dinding wadah dengan tabrakan
yang elastis sempurna.
Pada kenyataanya, gas-gas yang memenuhi kriteria seperti itu sangat jarang ditemukan.
Meskipun demikian, gas nyata dapat mendekati sifat gas ideal pada tekanan rendah dan
suhu yang relatif tinggi. Persamaan keadaan gas ideal dapat diturunkan dari berbagai
pendekatan, diantaranya adalah dengan menggunakan pendekatan hukum-hukum gas
yang telah dikenal.
1.2.1Volume dan Tekanan
Bila gas dimasukkan ke dalam suatu wadah, molekul-molekul gas bergerak bebas
di dalamnya dan menempati seluruh volume wadah yang diisinya. Karena gas bercampur
bebas satu sama lain, maka bila ada beberapa macam gas dalam campuran, volume setiap
komponen akan sama dengan volume yang ditempati oleh seluruh campuran itu.
F
Tekanan (pressure) didefinisikan sebagai gaya per satuan luas ( P  ), jadi
A
tekanan merupakan kuantitas intensif yang dibentuk dari nisbah (ratio) antara dua
kuantitas ekstensif, yaitu gaya dan luas. Makin besar gaya yang bekerja pada permukaan
tertentu, maka makin besar tekanannya. Satuan SI untuk tekanan adalah Pascal (Pa) yaitu
Newton/meter2 (Nm–2), sehingga 1 Pa = 1 N m-2. Satuan lain untuk tekanan adalah
atmosfir (atm), 1 atm = 1,01325 X 105 N m–2. Selain itu, tekanan dinyatakan dalam bar,
yang sering digunakan sebagai tekanan estandar. 1 bar = 105 Pa, sehingga 1 atm =
1,01325 bar. Satuan lain yang sering digunakan dalam sekala manometer adalah psi
(pound/inci2), 1 atm = 14,70 psi. Misalnya, bila gaya 100 pound diberikan pada piston
yang 1uas totalnya 100 inci2, maka tekanan pada setiap inci permukaan adalah 100
pound/100 inci2 = 1 pound/inci2 (atau 1 psi). Gaya sebesar 1 pound yang menekan
permukaan seluas 1 inci tepat sama dengan tekanannya sebab nisbah gaya terhadap
luasnya sama. Jika gaya 100 pound itu diberikan pada permukaan yang lebih sempit,
misalnya 1 inci2, maka tekanan akan menjadi sangat besar. Tekanan sekarang menjadi
100 pound/inci2 = 100 psi. Ketergantungan tekanan pada gaya dan luas yang
menerimanya telah dialami oleh orang yang pernah menginjak paku. Seseorang dengan
bobot 110 pound (sekitar 50 kg) yang menginjak paku, walaupun tumpul, yang luas
ujungnya hanya 0,01 inci2 akan mengalami tekanan 11.00 psi. Tekanan sebesar itu lebih
dan cukup untuk mengoyak kulitnya. Jika tekanan yang ditimbulkan oleh piston tadi
diberikan pada cairan (gas atau cairan), maka tekanan diteruskan secara merata ke semua
arah sehingga semua dinding wadah mengalaini tekanan yang sama. Jika piston disangga

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 3


oleh cairan, maka cairan juga akan menerima tekanan yang sama sebagaimana halnya
dengan dinding wadah.
Tekanan Atmosfer
Atmosfer yang mengelilingi bumi adalah campuran gas. Atmosfer tersebut memberikan
tekanan. Tekanan atmosfer diukur dengan suatu alat yang dinamakan barometer.
Gambar 1.1 Barometer Merkuri. Alat ini dibuat
dengan mengisikan tabung gelas yang panjangnya kira-kira
1 meter dengan merkuri, dan menutup ujungnya sehingga
pada saat tabung dibalik, ke dalam mangkuk berisi merkuri,
tidak ada merkuri yang tumpah. Bila sesudah itu tutup
tabung dibuka, ternyata hanya sebagian kecil merkuri yang
akan mengalir ke luar. Tabung tersebut dapat dikatakan
hampir penuh, hanya sedikit ruang kosong (keadaannya
vakum) berada di atas merkuri. Merkuri ini tetap berada di
dalam tabung karena tekanan atmosfer menekan permukaan
cairan dalam mangkuk. Tinggi kolom merkuri (h) dalam
tabung ternyata tidak bergantung pada garis tengah atau
panjang tabung, asalkan tabung cukup panjang agar
terdapat ruang di atas merkuri. Namun, tinggi kolom
merkuri akan berubah bilamana tekanan atmosfer berubah.
misalnya, bila ada badai, tekanan atmosfer akan turun dan
tinggi kolom menjadi lebih pendek.

Bila tinggi kolom merkuri dalam tabung tidak berubah, berarti tekanan yang diberikan
oleh kolom merkuri tepat sama dengan tekanan atmosfer. Karena itu, kita dapat
mengungkapkan tekanan atmosfer berdasarkan tinggi kolom itu. Pada permukaan laut,
tingginya berfluktuasi di sekitar 760 mm, dan ini yang dijadikan dasar definisi dan salah
satu satuan tekanan standar yang disebut atmosfer standar (atm). Sebagai definisi pertama
disebutkan bahwa atmosfer standar adalah sama dengan tekanan yang diberikan oleh
kolom merkuri sepanjang 760 mm pada permukaan laut dan pada suhu 0°C.
1 atm = 760 mm Hg
Dalam satuan Inggris, besaran tersebut sama dengan tekanan 14,70 pound/inci2 (Psi).
Satuan tekanan yang lebih kecil yang sering kali kita jumpai dalam percobaan ialah torr
(berasal dari nama Evangelista Toricelli, penemu barometer). Menurut definisi, 760 torr
sama dengan 1 atm.
Tinggi kolom merkuri yang disebabkan oleh tekanan atmosfer beragam
bergantung pada rapatan merkuri dan gaya tarik buini pada merkuri dalam kolom. Karena
rapatan bergantung pada suhu dan gaya tarik bumi bergantung pada ketinggian dari
permukaan laut, maka dalam definisi atmosfer standar perlu dinyatakan suhu rujukan
(0°C) dan ketinggian rujukan (permukaan laut). 1 torr = 1 mm Hg.

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 4


Mengukur Tekanan Gas yang Terperangkap
Seringkali kita ingin mengetahui tekanan gas yang ada dalam sistem tertutup
(misalnya, tekanan gas yang timbul selama reaksi kimia). Alat yang biasa untuk
mengukur tekanan semacam ini dinamakan manometer. Manometer terbuka pada
hakekatnya adalah tabung berbentuk U yang berisi cairan, misalnya merkuri. Salah satu
lengan tabung dihubungkan dengan sistem yang tekanannya akan diukur, sedangkan
lengan lain tetap terbuka ke atmosfer. Bila tekanan gas di dalam sistem (Pgas) sama
dengan Patm, permukaan cairan dalam kedua lengan akan sama tinggi. Jika tekanan gas
lebih besar daripada Patm maka merkuri dalam lengan kiri akan tertekan ke bawah, yang
akan mengakibatkan merkuri dalam lengan kanan naik, gambar 1.2b.

Gambar 1.2 Manometer terbuka, (a) Tekanan gas yang terperangkap lebih kecil dari
tekanan atmosfer, (b) Tekanan gas yang terperangkap lebih besar dari
tekanan atmosfer.
Tekanan gas dalam sistem dapat diketahui dengan membandingkan tekanan yang
diberikan dalam kedua lengan berdasarkan satu permukaan rujukan h0 yang dipilih karena
kolomnya lebih pendek. Tekanan yang diberikan pada kolom kiri bila Pgas > Patm
merupakan Pgas, sementara pada permukaan yang sama dalam lengan kanan tekanan Patm
ditambah tekanan yang diberikan oleh kolom merkuri yang naik di atas permukaan
rujukan, yaitu PHg. Bila kedua permukaan tadi sudah tidak bergerak lagi, tekanan pada
permukaan rujukan kedua lengan menjadi sama, sehingga
pgas =patm +pHg (1.3)
Tekanan atmosfer (patm) dapat dilihat dari barometer, sedangkan pHg dapat diperoleh dari
selisih tinggi kedua kolom merkuri. Sama halnya, bila pgas < patm seperti yang ditunjukkan
pada gambar 1.2a tekanan dalam lengan kiri pada permukaan rujukan ialah pgas+ pHg

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 5


sedangkan pada kolom kanan tekanannya merupakan patm. Bila kolom tidak bergerak lagi,
maka dalam hal ini
pgas + pHg =patm
Sehingga pgas =patm - pHg
Jadi, bila pgas < patm, maka tekanan gas dalam sistem dihitung dengan mengurangkan
selisih tinggi kolom dan tekanan atmosfer.
Manometer tertutup sering digunakan untuk mengukur tekanan rendah, sebab
ukuran alatnya yang kecil. Alat ini yang salah satu ujung lengannya tertutup.

Gambar 1.3 Manometer tertutup


Jika bagian tertutup dan tabung di sebelah kanan pendek dan lengan di sebelah kiri
terbuka ke atmosfer merkuri akan mengisi seluruh tabung di bagian kanan. Bila
manometer dihubungkan dengan alat yang berisi gas bertekanan rendah, maka permukaan
di sebelah kiri akan naik dan yang di sebelah kanan akan turun. Pada permukaan rujukan,
tekanan yang diberikan pada sisi kiri adalah tekanan gas, pgas, sedangkan di sisi kanan
pada permukaan yang sama adalah pHg, sedangkan ruang di atas merkuri merupakan
ruang hampa udara. Bila kolom tidak lagi bergerak, berarti tekanan di kedua sisi sudah
sama, sehingga pgas = pHg. Jadi, tekanan gas diukur dengan mengukur selisih tinggi cairan
dalam kedua lengan manometer. Karena itu, salah satu keuntungan menggunakan
manometer tertutup ialah di sini tidak perlu melakukan pengukuran tekanan barometer
secara terpisah.
Menggunakan Cairan Selain Merkuri dalam Manometer
Merkuri bukanlah satu-satunya cairan yang pernah digunakan dalam manometer,
terutama bila yang akan diukur adalah tekanan rendah. Hal ini disebabkan oleh tingginya
rapatan merkuri, mengakibatkan kecilnya selisih tinggi kolom dalam manometer,
khususnya bila tekanannya rendah. Sebaliknya, bila cairan dengan rapatan rendah yang
digunakan, maka selisih tinggi dapat menjadi lebih besar. Contohnya, tekanan 1 torr sama

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 6


dengan tinggi merkuri 1 mm, tetapi karena rapatan air adalah 1 /13,6 kali dibandingkan
merkuri (13,6 g/mL), tentu kolom air akan 13,6 kali lebih tinggi untuk menimbulkan
takanan yang sama. Efek yang sama akan diperlihatkan bila kita menggunakan cairan
yang memiliki rapatan setengah dari merkuri. Tekanan 1 torr sama dengan tinggi merkuri
1 mm, tetapi menjadi 2 mm tinggi kolom cairan lain itu. Ada hubungan yang sangat
sederhana antara tinggi kolom cairan dalam manometer (atau barometer) dengan
rapatannya. Ambillah dua cairan A dan B. Jika pada tekanan tertentu tinggi kolom cairan
A adalah hA dan tinggi kolom cairan B adalah hB, maka
dA (1.4)
hB  hA
dB

Kita dapat menghitung tinggi kolom air bila cairan ini (bukan merkuri) digunakan dalam
barometer, Pada tekanan atmosfer 1 atm, tinggi kolom air dalam barometer seperti itu
adalah 1,03 x 104 mm. Tinggi 10 meter lebih ini menjelaskan mengapa Hg yang
digunakan, bukannya H2O, karena barometer dapat mencapai tinggi seperti bangunan tiga
lantai. Namun, satu hal yang menarik ialah bahwa perhitungan ini mengungkapkan
mengapa pompa isap tidak mungkin mengangkut air dari kedalaman 10,0 m, betapa pun
keras kerjanya. Walaupun pompa sanggup menciptakan hampa dengan sempurna,
tekanan 1 atm hanya dapat mendorong air dalam pompa setinggi 10,3 m.
Contoh soal 1.1
Cairan yang rapatannya 1,15 g/mL digunakan dalam manometer terbuka. Dalam
suatu percobaan, selisih tinggi permukaan kedua lengan adalah 14,7 mm, dengan
kedudukan permukaan lengan yang berhubungan dengan gas yang terperangkap
lebih rendah dibandingkan permukaan bagian yang terbuka. Tekanan barometer
menunjukkan 756,00 torr. Berapa tekanan gas yang terperangkap?

Penyelesaian
Langkah pertama ialah menggambarkan keadaan percobaan. Diingat bahwa kondisi
tersebut berlaku pgas = pHg + patm. Kita harus mengkonversi selisih tinggi cairan
menjadi selisih tekanan dalam torr. Mula-mula kita ubah selisih tinggi permukaan
cairan dari mm cairan menjadi mm Hg, kemudian kita ubah lagi menjadi torr.
Rapatan merkuri ialah 13,6 g/mL. Jadi,
d
hHg  hcairan cairan
d Hg

hHg = 14,7 mm cairan x 1,15 g / mL


13,6 g / mL
= 1,24 mm Hg
Pgas = PHg + Patm
= 1,24 mm Hg + 756 mm Hg
= 757,24 torr

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 7


1.2.2Temperatur
Eksistensi “temperatur” dari suatu sampel dan pengukukurannya tergantung pada
kebenaran generalisasi dari apa yang disebut Hukum thermodinamika ke nol, yang
menyatakan bahwa Jika suatu sistem A dalam kesetimbangan termal dengan suatu sistem
B (tidak ada perubahan yang terjadi selama kontak termal), dan jika B dalam
kesetimbangan termal dengan C, maka C juga berada dalam kesetimbangan termal
dengan A, apapun komposisi sistem. Hukum ke Nol menyatakan keberadaan suatu sifat
yang yang independen terhadap komposisi suatu sistem dan menandakan suatu kondisi
kesetimbangan termal. Sifat ini kita sebut sebagai temperatur sistem. Hukum ini yang
memungkinkan kita membuat termometer, yaitu alat menunjukkan perubahan temperatur
dengan perubahan sifat fisik. Jadi hukum ini menjamin untuk membuat termometer
dengan bahan apa saja, dan yakinlah bahwa suatu sifat tertntu (seperti panjang kolom
raksa atau panjang sebuah kawat) akan memberikan pembacaan yang sama bila terjadi
kontak termal dengan sistem A,B,C dan sistem lainnya yang saling berada dalam
kesetimbangan termal.
L0
L100
L

Gambar 1.4 Contoh penggunaan perubahan panjang

t (oC) = L  L 0 x100 (1.5)


L100  L

Perubahan sifat perderajad Celcius dari sebuah benda adalah


dY Y100  Y0

dt 100
Y100  Y0
bila diintegralkan maka Y tC (1.6)
100
Pada saat t = 0; Y = Y0, sehingga C = Y0
Y = panjang (L), volume (V), daya hantar listrik, beda potensial, tekanan (P) dan lain-lain.
Modifikasi persamaan di atas maka
P  P0
Untuk tekanan, t (oC) = x100 (1.7)
P100  P

V  V0
Untuk volume, t (oC) = x100 (1.8)
V100  V

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 8


Skala temperatur yang umum digunakan adalah Skala derajat Celcius (oC). Skala
Celcius didasarkan pada titik beku air yaitu 0 oC dan titik didih air yaitu 100 oC harga
yang sama pada skala fahrenheit adalah 32 oF dan 212 oF. Hubungan antara kedua skala
C F  32
tersebut adalah: 
5 9
dimana C dan F adalah temperatur pad kedua skala. Pada skala termodinamika
dinyatakan dalam Kelvin (K) dan diberi notasi T. Skala ˚C dan skala Kelvin dihubungkan
sebagai: T (K) = 0˚ C + 273,15
Contoh soal 1.2
Anggaplah Isaac Newton beratnya 65 kg. Hitunglah tekanan yang dilakukannya
pada tanah jika memakai (a) Sepatu bot yang luas totalnya 250 cm2 bersentuhan
dengan tanah, (b) Pisau es yang luasnya total 2,0 cm2
Penyelesaian
Gaya ke bawah objek (Isaac) dengan massa m yang dilakukan pada tanah F = m. g
(dengan g sebagai percepatan jatuh bebas 9,81ms– 2) dalam kasus Isaac.
F = m. g
= 65 kg x 9,82 ms– 2
= 638 kg.ms– 2
= 638 N
Karena 1 N = 1 kg m s– 2. Gayanya sama apaun alas kakinya. Tekanan yang
F
dibuatnya dalam setiap kasus adalah P  , dengan A sebagai luas tempat gaya
A
bekerja dengan demikian :
F 638 N
(a) P    2,6 X10 4 Pa  26 kpa
A 2,50 X 10 2 m 2
F 638 N
(b) P   4 2
 3,2 X106 Pa  3,2 Mpa
A 2,0 X10 m
Tekanan sebesar 26 kpa sama dengan 0,26 atm dan tekanan 3,2 Mpa sama dengan
31 atm.
Contoh 1.3
Temperatur badan normal dari manusia sehat adalah 98,4 oF. Berapakah harga
tersebut dalam (a) skala Celcius dan (b) sekala Kelvin ?
Penyelesaian
C F  32
(a) Dengan menggunakan persamaan  , maka
5 9
C 98,4  32

5 9
(66,4)
C  5
9
= 36,89 oC
(b) T (K) = C + 273,15
= 36,89 oC + 273,15
= 310,04 K

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 9


1.2.3 Hukum-hukum gas
Hubungan antara volume, tekanan, temperatur dan mol merupakan sesuatu yang
berkaitan dengan hukum-hukum gas.
a. Hukum Boyle
Robert Boyle (1961) menemukan bahwa pada temperatur dan jumlah mol
konstan, volume gas berbanding terbalik dengan tekanannya.
1
V atau pV  kons tan (untuk n dan T tetap) (1.9)
p
Tabel 1.1 Hubungan antara p dan V suatu gas
p V pxV 1/p

45 45
40 40
35 35
30 30
Volume

25 25
Volume

20 20
15 15
10 10
5 5
0 0
0 10 20 30 40 50 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Tekanan 1/Tekanan

(a) (b)
Gambar 1.5 Grafik (a) Volume gas berbanding terblik dengan tekanan berdasarkan, (b)
Volume gas sebanding dengan 1/P, berdasarkan hukum Boyle.

Gambar 1.6 Grafik ketergantungan tekanan terhadap volume gas ideal pada temperatur
berbeda.

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 10


Persamaan (1.9) menyatakan bahwa apabila jumlah tertentu gas pada T tetap,
berubah dari keadaan awal pi dan Vi ke keadaan akhir pf dan Vf, maka tekanannya juga
berubah, dengan perkalian pV yang selalu tetap.
piVi  p f V f (untuk n dan T konstan) (1.10)

Jika persamaan (1.9) diturunkan terhadap p diperoleh persamaan (1.11)

=− (1.11)
,

Substitusi nilai k dari persamaan (1.9) ke dalam persamaan (1.11) menghasilkan

=− (1.12)
,

Persamaan (1.12) merupakan nilai kuosien turunan suku pada ruas kanan persamaan (1.2)
Hasil penelitian yang sangat cermat menperlihatkan bahwa hukum Boyle dipenuhi
oleh gas nyata hanya pada tekanan yang mendekati nol (dan juga pada suhu yang sangat
tinggi). Hukum Boyle dapat dipahami sebagai gambaran dari gas yang terdiri atas
sejumlah besar molekul yang bergerak bebas, tidak ada antaraksi antar molekul-
molekulnya. Tekanan yang ditimbulkan oleh gas disebabkan oleh tumbukan dari molekul
gas terhadap dinding. Penurunan volum mengakibatkan tumbukan molekul terhadap
dinding menjadi semakin sering, sehingga meningkatkan tekanan.
Contoh soal 1.4
1 mol gas CO2 dengan volume 10 L dan tekanan 1,5 atm, pada suhu yang sama 1
mol gas H2 dengan volume 30 L, berapakah tekanan gas H2 ?
Penyelesaian:
piVi  pfVf
1,5 . 10 = pf .30
pf = 15/30 atm = 0,5 atm
Jadi tekanan gas H2 = 0,5 atm
Contoh soal 1.5: Sejumlah n mol gas ideal pada tekanan 101,325 kPa memuai
dari 11,2 dm3 menjadi 22,4 dm3 pada suhu tetap 25 0C. berapa
tekanan akhir gas tersebut.
Penyelesaian:
Diketahui: n mol gas

Pi = 101,325 kPa memuai Pf = ?


Vi = 11,2 dm3 Vf = 22,4 dm3
Ti = 298,15 K Tf = Ti
Keadaan awal Keadaan akhir

Dicari: Tekanan akhir, Pf = ? atm


piVi  pfVf

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 11


𝑝 =

, . ,
𝑝 =
,

𝑝 = 50,6625 𝑘𝑃𝑎

b. Hukum Charles dan Gay-Lusac


Jacques Charles (1787), penemu balon hidrogen, melakukan pengukuran
ketergantungan volume terhadap temperatur dari suatu gas dengan jumlah tertentu, tetapi
hasilnya tidak dipublikasikan. Josep Gay-Lusac (1802) mengadakan studi ketergantungan
volume pada temperatur secara lebih rinci, dia menyimpulkan bahwa pada tekanan dan
jumlah n tetap, volume dari suatu gas proporsional terhadap temperaturnya, dan pada
volume dan jumlah n tetap, tekanan dari seuatu gas proporsional terhadap
temperaturnya.
V  T (untuk n dan p tetap) dan P  T (untuk n dan V tetap) (1.13)
Hukum gay-Lusac digunakan untuk memprediksi volume dari suatu gas ideal ( n konstan)
jika dipanaskan atau didinginkan pada tekanan tetap dan memprediksi tekanan dari suatu
gas ideal ( n konstan) jika dipanaskan atau didinginkan pada volume tetap. Persamaan di
atas dapat dinyatakan dalam bentuk
Vi V f p p
  k (untuk n dan p tetap) dan i  f  k (untuk n dan V tetap) (1.14)
Ti T f Ti T f
Untuk mendapatkan suku pertama, persamaan (1.2) diturunkan terhadap T, pada
tekanan dan jumlah mol yang tetap, dan diperoleh persamaan(1.15).

=𝑘 (1.15)
,

Berdasarkan subtitusi persamaan (1.2) dan (1.15) didapatkan hasil

= (1.16)
,

Persaman (1.16) merupakan kuosien turunan suku pertama pada ruas kanan persamaan
(1.2)
Contoh soal 1.6
2,24 dm3 gas ideal pada suhu 50 oC dibiarkan berekspansi menjadi 40,8 dm3 pada
tekanan tertentu. Hitunglah temperatur akhir proses tersebut ?
Penyelesaian:
Diketahui : Vf = 40,8 dm3
Vi = 22,4 dm3
Ti = 50 OC  323 K

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 12


Ditanya Tf = ?
Proses tersebut berlangsung pada tekanan dan jumlah mol tetap sehingga berlaku
Menurut Hukum Charles dan Gay Lussac
Vi T Vf
 i sehingga Tf  Ti
Vf Tf Vi
40,8dm 3
 (323K )
22,4dm 3
Tf  740,9K atau Tf  740,9  273  467,9 o C
Jadi temperatur baru yang diperoleh yaitu 467,9 oC
Contoh soal 1.7:
Sejumlah gas ideal pada tekanan tertentu memuai dari volum awal V hingga
volumnya menjadi dua kali lipat. Apabila suhu awal gas tersebut 25 oC, berapa
(oC) suhu akhirnya.
Penyelesaian:
Diketahui: n mol gas ideal

Pi = P memuai Pf = Pi
Vi = V Vf = 2Vi
Ti = 25 0C Tf = ?
= 298,15 K

Dicari: Suhu akhir, Tf = ? 0C


Proses tersebut berlangsung pada tekanan dan jumlah mol tetap sehingga berlaku
Menurut Hukum Charles dan Gay Lussac
Vi T Vf
 i sehingga Tf  Ti
Vf Tf Vi
𝑇 =

𝑇 = 2𝑇
𝑇 = 2 (298,15 𝐾)
𝑇 = 596,30 𝐾
Atau
𝑇 = 596,30 − 273,15
𝑇 = 323,15 °𝐶
Kesimpulan
Suhu termodinamik sejumlah gass ideal, yang memuai pada tekanan tertentu (tetap),
berubah menjadi dua kali lipat apabila volumnya berubah dua kali lipat.

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 13


c.Hipotesis Avogadro
Amedeo Avogadro Mengusulkan bahwa, gas dengan volume yang sama pada
suhu dan tekanan yang sama mengandung jumlah partikel yang sama. Jumlah partikel
proporsional dengan n, yaitu jumlah zat, hal ini akan mengikuti keadaan bahwa pada
temperatur dan tekanan tetap, volume yang terisi oleh gas proporsional dengan n:
Vn (untuk T dan p konstan). (1.17)

Gambar 1.7 Pada temperatur dan tekanan yang sama, volume gas yang lebih besar
mengandung jumlah mol yang lebih banyak.
Pernyataan di atas dapat juga dinyatakan bahwa “pada suhu dan tekanan tetap, volume
sejumlah tertentu gas berbanding lurus dengan jumlah molnya”
𝑉 = 𝑘𝑛 (1.18)
Persamaan (1.18) berarti bahwa pada suhu dan tekanan yang tetap, jika jumlah mol
berubah dari keadaan awal ke keadaan akhir maka volumnya akan berubah dengan
perbandingan 𝑉/𝑛 yang selalu tetap.

= (1.19)

Turunan persamaan (1.18) terhadap n, dan disubstitusikan dengan persamaan


semula akan diperoleh persamaan (1.20)

=𝑘= (1.20)
,

Persamaan (1.20) merupakan kuosien suku ketiga pada ruas kanan persamaan (1.2)
d. Hukum Efusi Graham
Jika dua macam gas ditempatkan dalam wadah yang sama, maka semua
molekulnya berangsur-angsur bercampur sampai komposisi gasnya seragam, proses
pencampuran ini dinamakan difusi. Contoh proses difusi jika seseorang memakai minyak
wangi maka orang yang ada didekatnya akan mencium aroma minyak tersebut karena
molekul gas minyak wangi berdifusi ke udara dan sampai ke pencium orang lain. Proses
lain yang mirip dengan difusi adalah efusi. Proses ini dilakukan oleh gas dibawah tekanan,
melepaskan diri dari wadah melalui lubang yang sangat kecil , seperti pada gambar 1.8.

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 14


Gambar 1.8 Efusi gas ke dalam ruang vakum
Thomas Graham (1805-1869), kimiawan Inggris, mengkaji laju efusi berbagai
gas melalui sumbat berpori yang terbuat dari adukan gips. Diperoleh bahwa jika laju
diukur di bawah suhu dan tekanan yang sama, ternyata laju efusi berbanding terbalik
dengan akar pangkat dua dari rapatan gas. Pernyataan yang dikenal dengan hukum

1
Graham ini dapat dinyatakan Laju efusi 
d (1.29)
Perbandingan laju efusi dua gas A dan B dapat dinyatakan
Laju efusi (A ) dB

Laju efusi (B) dA
(1.30)
Hubungan antara massa molekul (M) dengan rapatan gas dapat diturunkan dari
persamaan gas ideal.

Jumlah gram(g )
Jumlah mol (n)=
Massa Molekul (M )

g
Sehingga PV = RT
M
g RT RT
Diatur kembali M = sehingga M = d
V P P
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa rapatan gas berbanding lurus dengan berat
molekulnya, sehingga
Laju efusi ( A) dB MB
 
Laju efusi ( B) dA MA
(1.31)
Dengan MA dan MB berturut-turut adalah massa molekul gas A dan massa molekul gas B.
Dari persamaan tersebut diperoleh fakta bahwa gas yang massa molekul kecil atau yang

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 15


lebih ringan berdifusi atau berefusi lebih cepat dibandingkan dengan gas yang massa
molekul lebih besar.
Contoh soal 1.10
Gas manakah yang berefusi lebih cepat, NH3 atau CO2? Bagaimana rasio laju
efusinya ?
Penyelesaian
Massa molekul NH3 =17 g/mol dan CO2 = 44 g/mol, karena itu NH3 akan
berefusi lebih cepat. Perbandingan laju efusi :
Laju efusi NH 3 M CO2 44
   1,6
Laju efusi CO 2 M NH3 17
Laju efusi NH3 1,6 lebih cepat dibandingkan CO2.
Contoh soal 1.11
1 dm3 udara sampel pada tekanan 1 atm dari 27 OC mempunyai berat 0,0012 kg.
Hitung berat molekul efektif udara bila udara bersifat seperti gas ideal.

Penyelesaian
g RT
Dengan menggunakan persamaan M = maka :
V P
(0,0012 kg ) (10 3 g kg 1 ) (0,0821 atm dm 3 K 1 mol 1 ) (300 K )
M
(1 atm ) (1 dm 3 )
 29,6 g mol 1
Jadi berat molekul efektif udara bila udara bersifat seperti gas ideal adalah 29,6
gram/mol.

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W., 1994, Kimia Fisika Jilid 1, (Terjemahan Irma R. Kartohadiprodjo),
Erlangga, Jakarta.
Atkins, P.W., 1986, Physical Chemistry, Oxford University Press, Oxford.
Castellan, G., 1990, Physical Chemistry, McGraw Hill Company, New York
Levine, I.N., 1995, Physical Chemistry, McGraw Hill Inc., New York.

Kimia Fisika I, Kasimir S., Pend. Kimia FKIP Undana Halaman 16

Anda mungkin juga menyukai