FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN PRAKTIKUM
PENETAPAN TITIK LEBUR
OLEH:
NAMA : Andi Rismayanti
STAMBUK :15020180125
KELAS : C7
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : CIKAL FIARSI NAHIR
4.2 Pembahasan
Ttik lebur merupakan suhu dimana suatu zat berubah dari keadaan padat menjadi keadaan
cair. Adapun hubungan penentuan titik lebur dalam bidang kefarmasian yaitu dalam bidang
kefarmasian titik lebur berguna untuk penentuan kualitas dari suatu zat ataupun kemurnian
dari suatu zat yang terdapat pengotoran yang dapat menyebabkan penurunan nilai titik lebur
dari suatu zat ataupun bahan obat dari titik lebur yang sebenarnya.
Apabila terdapat suatu zat pengotor yang larut maka akan dapat menyebabkan turunnya
suhu pada titik lebur dari padatan murni tersebut, sedangkan apabila terdapat juga zat
pengotor yang tidak larut maka akan dapat menyebabkan suhu lebur semu atau suhu leburnya
tidak tajam.
Pada percobaan ini akan dilakukan pengukuran suhu yang terdapat pada asam salisilat
secara mikro dengan menggunakan labu tile yang sudah diisi dengan parafin cair sebagai
medium penghantar panasnya. Untuk sampel yang berbentuk padatan haruslah digerus
karena aspirin yang kita gunakan pada praktikum kali ini adalah berbentuk serbuk jadi bahan
tersebut tidak perlu digerus/dihaluskan lagi. Adapun sisi pipa kapiler harus berada ditengah-
tengah termometer/pencadang raksa karena apabila sejajar dengan pencadang raksa maka
sampelnya akan melebur terlebih dahulu sebelum suhu pada termometer bekerja dan ujung
termometer harus sejajar dengan ujung segitiga pada tabung tile.
Adapun alasan digunakannya parafin cair pada praktikum ini yaitu parafin sebagai
medium penghantar panas karena titik didih yang dimilki aspirin tinggi yaitu (200 oC)
sehingga tidak akan dapat mendidih ataupun menguap sampai mencapai suhu lebur dari
sampel asam salisilat tersebut. Karena apabila medium penghantar panas juga mendidih maka
akan mengalami floating dimana akan dapat mengganggu dan bisa saja medium penghantar
akan menguap habis sebelum tercapai suhu lebur dari aspirin.
Tinggi rendahnya suhu lebur pada suatu zat padat dipengaruhi oleh bentuk zat padat
tersebut dan jenis ikatan yang ada pada padatan tersebut. Pada pemanasan dilakukan dibagian
segitiga ataupun pipa samping dari labu tile tersebut yangdimaksudkan adalah agar lebih
mudah terjadinya aliran panas sehingga suhu dalam labu tile yang lebih merata. Karena jika
tabung dipanaskan pada bagian vertikal saja akan dikhawatirkan bagian-bagian yang berisi
sampel tersebutsuhunya akan lebih cepat naik sehingga lebih cepat melebur sedangkan suhu
pada termometer tetap yang dapat menyebabkan suhu lebur yang akan dihasilkan lebih
rendah.
Ketika pelekatan termometer, termometer tersebut diberi split pada sumbat karet
alasannya agar tekanan udara yang ada di dalamnya tetap sama dengan tekanan udara yang
ada di luar sehingga labu tile tidak mudah pecah ataupun retak.
Hasil dari yang didapatkan pada praktikum ini tidak sesuai dengan literatur yang ada yang
dimana menurut literature. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan yaitu pada saat meleleh
atau ketika fase cair mulai terlihat (onset point) yaitu 156 0C. Sedangkan suhu akhir pada saat
zat telah mencair sempurna (clear point) yaitu 158,70C.
Pada tiap pemanasan dengan api bebas, hendaknya digunakan mula-mula dengan nyala
yang berasap dahulu. Bila langsung dengan nyala biru gelas akan pecah atau setidaknya lekas
retak.
Pemanasan 2º per menit dimaksudkan agar :
1. pembagian panas dalam tabung yang vertikal yang tidak teratur itu djadikan sama rata.
2. mengecilkan atau menghilangkan kesalahan dari metode ini, oleh karena bahan sedikit
yang terdapat dalam pipa kapiler berdinding tipis itu, lebih dahulu jadi panas dari
termometernya, sehingga pemanasan yang cepat akan menghasilkan pembacaan yang
terlalu rendah pada thermometer.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa dari hasil praktikum ini, kita dapat mengetahui suhu titik lebur asam salisilat yang
didapatkan antara 158,50C- 1610C yaitu 158,70C.
5.2 Saran
Sebaiknya para praktikan lebih teliti dalam pengerjaan agar mengurangi terjadinya
faktor kesalahan saat melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2016, “Penuntun Praktikum Kimia Organik Sintetik”, Fakultas Farmasi, UMI
:Makassar.
Gusdinar, Dr. Tutus. 2008. ”Slide Kuliah Analisis Gravimetri”. Sekolah Farmasi InstitutTeknologi
Bandung.
1. untuk mengetahui cara penetapan titk lebur suatu bahan dengan menlting point.
- Metode IV (kelasII)
- Metode V (kelasIII)
a. Hasil
No. Nama Hasil
1. Suhu Awal Peleburan onset point atau suhu pertama terjadi
144˚C
PENENTUAN TITIK LEBUR
Tugas Pendahuluan
1. Tuliskan dan Jelaskan 2 alat dan 6 metode penetapan titik lebur menurut FI Edisi
V!
2. Jelaskan prinsip kerja alat dan metode yang digunakan pada praktikum ini!
3. Tentukan cara penetapan titik atau suhu awal san akhir peleburan, menurut
metode yang digunakan pada praktikum ini !
4. Tentukan persyaratan titik lebur dari sampel yang di uji !
Jawaban :
1. Alat I ;
Contoh alat penetapan jarak lebur yang sesuai terdiri dari wadah Glebs
untuk penangas cairan yang transparan, alat pengaduk yang sesuai, termometer
yang akurat, dan sumber panas yang terkendali. Cairan dalam tangas dipilih
dengan menaikkan suhu yang dikehendaki, tetapi umumnya digunakan paraffin
cair untuk rentang suhu yang lebih tinggi. Cairan dalam tangas memiliki
kedalaman yang cukup sehingga termometer dapat tercelup dengan pencadangan
raksa lebih kurang 2 cm diatas dasar tangas. Panas didapat dari api bebas atau
listrik pipa kapiler berukuran panjang lebih kurang 10 cm dan diameter dalam 1,2
mm dan 0,8 mm dengan ketebalan 0,2 – 0,3 mm.
Alat II :
Alat ang digunakan untuk metode I, II, III sebagai contoh yang sesuai
untuk penetapan jarak lebur, alat II terdiri dari potongan logam yang dapat
dipanaskan dengan kecepatan yang dapat dikendalikan dan suhu ini dapt diamati
melalui sensor. Pada potongan logam terdapat lobang untuk menetapkan kapiler
yang berisi zat uji dan dapat untuk mengamati proses peleburan yang secara
khusus terdiri dari seberkas cahaya dan dtektor. Sinyal detektor dapat di proses
oleh komputer untuk menetapkan da menunjukkan tiitk atau jarak lebur, sinyal
detektor dapat diplotkan untuk memperoleh estimasi visula dari titik atau jarak
lebur.
Metode I (Kelas I Alat I) ;
Gerus enyawa uji menjadi serbuk sangat halus, dan kecuali dinyatakan
lain. Jika mengandung air hidrat ubah menjadi anhidrat melalui peneringan pada
suhu yang tertera pada monografi atau jika senyawa tidak mengandung air hidrat,
keringkan diatas bahan pengering selama tidak kurang dari 16 jam.
Isi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup dengan serbuk
kering secukupnya hingga membentuk kolom di dasar tabung dengan tinggi 2,5
mm hingga 3,5 mm setelah diisi semampat mungkin dengan cara mengetukkan
secukupnya pada permukaan padat.
Panaskan tangas hingga lebih kurang 30° dibawah suu lebur yang
diperkirakan. Angkat termometer dan secepatnya tempelkan tabung kapiler pada
termometer dengan membasahi keduanya dengan ttesan cairan dari tangas atau
sebaliknya dan air hingga tinggi bahan didalam kapiler hingga pencadang raksa.
Tempatkan kembali termometer dan lanjutkan pemanasan dengan pengadukan
tetap secukupnya hingga menyebabkan suhu naik lebih kurang 3° per menit. Pada
saat suhu lebih kurang 3° dibawah dari batas bawah jarak lebur yang diperkirakan,
kurangi pemanasan sehingga suhu naik lebih kurang 1°-2° per menit. Lanjutkan
pemanasan sampai melebur sempurna.
Suhu pada saat kolom zat uji yang dibawah terlepas sempurna dari dinding
kapiler didefinisikan sebagai akhir peleburan atau suhu lebur. Kedua suhu tersebut
berada dalam batas jarak lebur.
Metode II (Kelas Ib alat I) ;
Letakkan zat uji dalam wadah tertutup, didinginkan dengan suhu 10° atau
lebih rendah selama tidak kurang dari 2 jam. Tanpa diserbukkan sebelumnya,
diisikan bahan yang sudah dingin ke dalam densikator hampa, keringkan pada
tekanan tidak lebih dari 20 mmHg selama 3 jam. Segera densikator, lebur tutup
ujung terbuka kapiler dan segera mungkin lanjutkan penetapan jarak lebur seperti
berikut : panaskan tangas hingga suhu 10° lebih kurang 1° dibawah rentang lebur
yang diperkirakan. Kmeudian masukkan kapiler yang berisi zat uji, dan panaskan
dengan kenaikan suhu 3° ± 5° permenit hingga melebur sempurna. Catat jarak
lebur sperti tertera pada metode I.
Jika ukuran parikel terlalu besar untuk kapiler, dinginkan terlebih dahulu
zat uji sperti diatas. Gerus partikel dan hati-hati dengan tekanan rendah hingga
sesuai dengan kapiler dan segera isikan ke dalam kapiler.
Metode III (Kelas Ia Alat I) ;
Siapkan zat uji dan masukkan ke dalam kapiler sperti pada metode I.
Panaskan tangas hingga suhu lebih kurang 10° di bawah suhu lebar yang
diperkirakan dan naikkan suhu dengan kecepatan 1°±0,5° permenit. Masukkan
kapiler seperti metode I, bila suhu mencapai 5° dibawah suhu terendah yang
diperkirakan, lanjutkan pemanasan hingga melebur sempurna. Catat jarak metode
I.
Metode IV (Kelas II) ;
Lebur hati-hati senyawa yang akan di tetapkan pada suhu terendah
mungkin, masukkan ke dalam pipa kapiler, yang kedua ujungnya terbuka hingga
ke dalam 10 mm. Dinginkan kapiler yang telah berisi zat uji pada suhu 10° atau
lebih rendah selama 24 jam atau tempelkan tabung pada termometer dengan cara
yang sesuai, atur dalam tangas air sehingga ujung atas dari zat uji 10 mm dibawah
permukaan air dan panaskan seperti pada metode I, kecuali sampai 5° dan suhu
lebur yang di perkirakan, atur kenaikan suhu 0,5°-1,0° per menit. Suhu pada saat
senyawa yang diamati dalam pipa kapiler meningkat adalah suhu lebur.
Metode V (Kelas III) ;
Lebur perlahan-lahan sejumlah zat uji, sambil diaduk hingga mencapai
suhu 90°-92°. Pindahkan sumber panas dan biarkan leburan senyawa mendingin
hingga 8°-10° diatas suhu lebur yang diperkirakan. Dinginkan pencadang raksa
sehingga 5°, bersihkan hingga kering dan sewaktu masih dingin. Celupkan
kedalam leburan senyawa sehingga lebih kurang separuh bagian bawah pencadang
terendam. Ambil secepatnya dan tahan secara vertikal dari panas hingga
permukaan zat uji menjadi buram, kemudian celupkan selama 5 menit kedalam
tangas air pada suhu tidak lebih dari 16°.
DAFTAR PUSTAKA