OLEH :
REZKI FABILLA DANDULANA
1605115132
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat
rahmat, hidayah dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah seminar
kimia yang berjudul “Mekanisme Pembentukan Germacradienol dari
Farnesyl Difosfat (FPP) Dengan Katalis Germacradienol Sintase/Geosmin
Sintase dalam Sintesis Senyawa Geosmin”. Makalah ini diajukan sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah seminar kimia pada Program Studi
Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau.
Makalah ini disusun, tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari beberapa
pihak. Pada kesempatan ini dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Susilawati, S.Si, M.Si dan bapak Drs. H. Johni Azmi, MS
selaku dosen Pengampu mata kuliah Semiar Kimia yang telah banyak
meluangkan waktu, fikiran dan tenaganya guna memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga makalah ini dapat
selesai dengan baik.
2. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Kimia yang telah mendidik dan
mencurahkan ilmunya kepada penulis selama ini.
3. Para sahabat dan rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
RINGKASAN .............................................................................................. iv
2.1 Geosmin....................................................................................... 2
2.2.1 Enzim................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1........................................................................................................... 2
Gambar 2.2........................................................................................................... 4
Gambar 2.3........................................................................................................... 5
Gambar 2.4........................................................................................................... 7
Gambar 2.5........................................................................................................... 8
Gambar 2.6........................................................................................................... 8
Gambar 2.7........................................................................................................... 9
Gambar 3.1........................................................................................................... 10
Gambar 3.2........................................................................................................... 11
Gambar 3.3........................................................................................................... 12
Gambar 3.4........................................................................................................... 13
Gambar 3.5........................................................................................................... 13
Gambar 3.6........................................................................................................... 14
Gambar 3.7........................................................................................................... 14
Gambar 3.8........................................................................................................... 15
Gambar 3.9........................................................................................................... 15
RINGKASAN
Aroma khas yang terhirup pada saat hujan turun di tanah kering diberi nama
Petrichor. Aroma tersebut bukanlah aroma dari air hujan melainkan campuran
senyawa-senyawa kimia yang terdapat di tanah. Penghasil utama aroma petrichor
ini adalah senyawa bernama Geosmin. Geosmin dihasilkan oleh bakteri
Streptomyces, sebuah bakteri yang tergolong sebagai Actinobacteria yang hidup
di tanah. Geosmin merupakan senyawa terpenoid-alkohol bisiklik dengan rumus
molekul C12H22O. Senyawa geosmin disintesis dari bakteri streptomyces
coelicolor yang menghasilkan senyawa farnesyl difosfat ketika ia mati. Diketahui
bahwa sebuah enzim bifungsional mampu merubah farnesyl difosfat menjadi
germacradienol, senyawa prekusor geosmin, yang kemudian diubah menjadi
geosmin melalui rangkaian reaksi adisi dan hidrasi. Senyawa geosmin yang
terbentuk bersifat volatil yang mampu menghasilkan aroma walaupun dengan
konsentrasi yang sangat kecil.
BAB I
PENDAHULUAN
Hujan adalah proses kondensasi uap-uap air di atmosfir, yang cukup berat
untuk jatuh ke daratan. Hujan biasanya didahului dengan hadirnya awan
mendung, kilat, dan suhu dingin. Cuaca sejuk yang dibawa oleh hujan mampu
memberikan suasana terapi yang menenangkan bagi manusia.
Salah satu terapi alami yang disajikan oleh hujan adalah aroma khas yang
timbul ketika air hujan jatuh di tanah yang kering. Aroma tersebut bukanlah
aroma yang dibawa oleh air hujan, melainkan campuran dari bahan-bahan kimia.
Nama yang diberikan untuk aroma khas tersebut adalah petrichor.
Masyarakat yunani kuno percaya bahwa aroma tersebut berasal dari darah
yang mengalir di nadi para dewa dalam mitologi. Namun pada tahun 1964 peneliti
CSIRO, Isabel Joy Bear, dan Roderick G. Thomas menjelaskan bahwa bau
tersebut berasal dari minyak yang dikeluarkan dari tumbuhan tertentu saat cuaca
kering, kemudian diserap oleh tanah dan batuan yang terbentuk dari tanah liat.
Ketika hujan turun, minyak tersebut dilepaskan ke udara bersama suatu senyawa
bernama Geosmin, produk sampingan metabolisme aktino bakteria, yang
dikeluarkan oleh tanah basah dan menghasilkan bau yang unik. Geosmin
bertanggung jawab atas bau khas tanah yang lembab dan rasa tak sedap pada air
minum dan bahan makanan. Beberapa peneliti juga mengatakan bahwa geosmin
berperan pada rasa lumpur yang khas pada ikan yang hidup di air tawar (Dhrubo,
2016).
Besarnya peran geosmin sebagai penyumbang bau petrichor ini menarik
minat penulis untuk membahas proses pembentukannya dari streptomyces
coelicolor yang ketika mati menghasilkan senyawa Farnesyl Difosfat, yang akan
penulis bahas dalam makalah berjudul “Mekanisme Pembentukan
Germacradienol dari Farnesyl Difosfat (FPP) Dengan Katalis
Germacradienol Sintase/Geosmin Sintase dalam Sintesis Senyawa Geosmin”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geosmin
Geosmin yang namanya berarti “bau bumi”, merupakan sebuah senyawa
volatil metabolit mikroba yang bertanggung jawab atas bau khas dari tanah basah
ataupun tanah yang baru dibajak. Geosmin dihasilkan oleh beberapa
mikroorganisme, mencakup sebagian besar Streptomyces dan beberapa spesies
cyanobakteria, myxobacteria, dan jamur (Jiang, 2007).
Dalam ranah kimia, geosmin merupakan alkohol bisiklik dengan rumus kimia
C12H22O, dan merupakan salah satu turunan terpenoid.
Sumber:www.wikipedia.com
Gambar 2.1 Geosmin
Geosmin dihasilkan oleh bakteri gram positif Streptomyces, genus
Actinobakteria dari ordo Actinomycetales, geosmin dilepaskan saat
mikroorganisme ini mati (Gerber, 1965).
Geosmin memiliki nama IUPAC (4S,4aS,8aR)-4,8a-
dimethyloctahydronaphthalen-4a(2H)-ol. Memiliki rumus kimia C12H22O dan
berat molar 187,307 g mol-1 dengan titik didih 270-271oC (Wikipedia, 2019).
2.2.1 Enzim
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis dalam
suatu reaksi kimia organik. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar
dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme
(Grisham,1999).
Untuk aktivitas biologis, beberapa enzim memerlukan gugus-gugus prostetik,
atau kofaktor. Kofaktor ini merupakan bagian non-protein dari enzim itu yang
dapat berupa ion logam sederhana seperti ion tembaga dan ion magnesium.
Sedangkan gugus prostetik organik seringkali dirujuk sebagai koenzim, contohnya
Koenzim A pada jalur metabolisme (Ralp J. Fessenden,1986).
Menurut Johni Azmi dalam buku ajar Biokimia 1 (2016), mekanisme reaksi
enzim sulit untuk diramalkan karena begitu kompleknya molekul yang berperan.
Tetapi dapat dilakukan dengan pendekatan teori Lock and Key dan Induction Fit.
Sumber: http//tatangsma.com
Gambar 2.3 Teori Lock and Key dan Induced
Teori lock and key menganggap substrat sebagai anak kunci mempunyai
gugus fungsi yang sesuai dengan sisi aktif dari enzim, sehingga reaksi langsung
terjadi. Sedangkan mekanisme induced fit yaitu substrat mempunyai gugus fungsi
yang berbeda dengan sisi aktif enzim, tetapi gugus fungsi dari substrat ini akan
menekan gugus aktif enzim sehingga terjadi kesesuaian antara kedua gugus
tersebut sehingga reaksi berlangsung (Johni A, 2016).
2.2.1.1 Klasifikasi Enzim
Klasifikasi enzim didasarkan pada jenis reaksi yang dikatalisisnya. Berikut
klasifikasi enzim yang diusulkan oleh Komisi Enzim dari Uni Biokimia
International tahun 1961, yaitu:
1. Oksidoreduktase, mengkatalisis reaksi oksidasi reduksi atau
dehidrogenase dan oksidase.
2. Transferase, mengkatalisis pemindahan atau transfer gugus dari satu
senyawa ke senyawa lain.
3. Hidrolase, mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis dengan pemisahan
ikatan kovalen dengan memecah satu molekul air.
4. Liase, mengkatalisis reaksi yang mengeluarkan suatu gugus dari
substrat bukan dengan cara hidrolisis atau sebaliknya.
5. Isomerase, mengkatalisis pemindahan gugus di dalam molekul untuk
membentuk suatu isomer.
6. Ligase, mengkatalisis pembentukan ikatan, yang menyebabkan produk
substrat lebih besar dari substrat awal.
Karena tahap pertama dari siklisasi yang dikatalis oleh enzim terpenoid siklase
selalu diawali oleh ionisasi gugus difosfat dari FPP, suatu kontur tiga dimensi dari
sisi aktif enzim menandakan semua informasi yang dibutuhkan untuk
mengarahkan urutan reaksi ikatan karbon-karbon yang unik.
Tahap inisiasi konformasi ikatan FPP ditetapkan oleh kontur sisi aktif dan
menentukan apakah reaksi siklisasi 1,6 atau siklisasi 1,7 terjadi melalui ionisasi-
isomerisasi-reionisasi. Apakah reaksi siklisasi 1,10 terjadi dengan atau tidak
melalui ionisasi alilik, atau apakah yang terjadi justru reaksi siklisasi 1,11.
Sisi aktif enzim yang menginisasi reaksi siklisasi 1,6 cenderung agak sempit
dan dalam. Sebaliknya enzim yang menginisasi reaksi siklisasi 1,10 semua
muncul dengan sisi aktif yang lebih luas dan dangkal.
Menariknya, N-terminal dari geosmin sintase memiliki kontur sisi aktif yang
lebih dalam dari enzim lain yang mengkatalisis reaksi siklisasi 1,10, dan juga
memiliki leher yang lebih luas dibandikan dengan enzim yang menginisiasi
katalisis reaksi siklisasi 1,6. Dengan demikian, kontur tiga dimensi dari sisi aktif
enzim ini muncul sebagai struktur yang hybrid dari kedua terminalnya (Golda,
2015).
2.3 Reaksi Adisi
Tiga reaksi lazim alkena adalah reaksi dengan hidrogen, dengan klor, dan
dengan suatu hidrogen halida.
H 2
H3C CH3
Cl Cl
C l2
H2C CH2 H2C CH2
H C l
H3C CH2 Cl
Tiap reaksi adalah reaksi adisi. Dalam tiap kasus, suatu pereaksi diadisikan
kepada alkena, tanpa terlepasnya atom-atom lain. Segera diketahui bahwa
karakteristik utama senyawa tak jenuh ialah adisi pereaksi kepada ikatan-ikatan pi
(Ralp J. Fessenden, 1989).
Pada umumnya, ikatan rangkap karbon-karbon tidak diserang oleh nukleofil
karena tak memiliki atom karbon yang positif parsial untuk dapat menarik
nukleofil. Namun elektron pi yang tak terlindung dalam ikatan rankap karbon-
karbon akan menarik elektrofil (E+) seperti H+. Oleh karena itu banyak reaksi
alkena dan alkuna diawali dengan suatu serangan elektrofilik, suatu tahap reaksi
yang menghasilkan sebuah karbokation. Kemudian karbokation itu diserang oleh
sebuah nukleofil dan menghasilkan produk (Ralp J. Fessenden, 1989).
-
Nu
H Nu H
+
H +
H2C CH2 H2C CH2 CH2 CH2
Kedua reaksi itu berlangsung dalam dua tahap, tepat sama seperti adisi
hidrogen halida. Tahap pertama ialah protonasi alkena dan menghasilkan suatu
karbokation. Tahap kedua ialah adisi suatu nukleofil ke karbokation itu. Karena
mula-mula terbentuk karbokation, kedua reaksi itu tunduk pada aturan
Markovnikov. Penataan ulang dapat terjadi bila karbokation itu dapat menjalani
geseran-1,2 dari H atau R untuk menghasilkan karbokation yang lebih stabil
(Ralp J. Fessenden, 1989).
BAB III
MEKANISME PEMBENTUKAN GERMACRADIENOL DARI
FARNESYL DIFOSFAT (FPP) DENGAN KATALIS GERMACRADIENOL
SINTASE/GEOSMIN SINTASE DALAM SINTESIS SENYAWA
GEOSMIN
S cG S +
CH3 CH3 H
7 CH3 5 Ha 3 1
M g 2+
CH3
10 H 2O
12
Hb
9 OH
11
CH3 OH CH3
PPO
H3C
E+S ES E+P
Gambar 3.5 Model lock and key FPP di dalam gugus aktif enzim ScGS
Dengan FPP terkunci melalui cara ini, terdapat volume sisi aktif yang cukup
bagi FPP untuk mengadopsi konformasi yang diperlukan untuk reaksi siklisasi
1,10 setelah ionisasi gugus difosfat dan menghasilkan isolepidozene. Kation
germacradienyl yang terbentuk harus dideprotonisasi untuk membentuk senyawa
isolepidozene (Golda,2015). (Gambar 3.6)
Reaksi siklisasi 1,10 memiliki artian bahwa siklik yang dihasilkan akan
terbentuk atas 10 atom C, atau dalam reaksi pembentukan germacradienol ini
atom C yang berikatan untuk membentuk siklik adalah atom C12 dengan atom
C3, sehingga terpenuhi 10 atom C terkandung dalam siklik yang terbentuk.
Untuk memenuhi reaksi siklisasi 1,10 ini, elektron pada ikatan rangkap terjauh
dari gugus difosfat berperan untuk menetralkan kation germacradienyl yang
terbentuk, menghasilkan siklik dan memindahkan karbokation ke atom C2.
Deprotonasi kemudian dilanjutkan dengan melepaskan H+ yang terikat pada atom
C12 sehingga membentuk Isolepidozene. (Gambar 3.6)
Keseluruhan tahap reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
CH3 CH3
CH3 CH3 CH3
8 4
6 2 8 4 + 8 4
6 C 6
S cG S 2 -H b
CH3 Ha 3
7 CH3 5 Ha 3 1 CH3
M g 2+ 7 CH3 5 Ha 3 1 7 CH3 5
10
12 10 10 12
12
Hb
9
11
Hb
9 9
11 11 C
PPO
BAB IV
KESIMPULAN
Dhrubo Jyoti Sen. (2016, July). Moist Earth Smelling Geosmin as a Terpene
Bicyclic Alcohol. World Journal of Pharmaceutical Research, 5(8), 01-08,
doi:10.20959/wjpr20168-6805.
Johni Azmi, MS. 2016. Buku Ajar Biokimia I (Biomolekul). Untuk kalangan
sendiri. Pekanbaru
Madigan MT, Martinko JM. 2006. Brock Biology of Microorganisms (11th ed.).
Prentice Hall. ISBN 978-0-13-144329-7
Ralp J. Fessenden, Joan S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 1 Edisi Ketiga.
Erlangga: Jakarta
Ralp J. Fessenden, Joan S. Fessenden. 1989. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga.
Erlangga: Jakarta