KIMIA LINGKUNGAN
I. Tujuan
1. Mengetahui kelarutan polimer sintetik bedasarkan kepolaran like dissolve like.
2. Faktor yang mempengaruhi denaturasi.
3. Mengetahui faktor yang menjadi denaturasi protein.
4. Pembuatan sabun bedasarkan reaksi saponifikasi.
5. Mengetahui pengaruh terhadap suhu.
3.1 Polimer
3.1.4 Polimerisasi
Elektron yang mengelilingi inti atom bermuatan negatif dan proton yang
terdapat dalam inti atom bermuatan positif, mengingat muatan yang berlawanan
akan saling tarik menarik, maka dua atom yang berdekatan satu sama lainnya akan
membentuk ikatan. Atom – atom unsur mempunyai kecenderungan ingin stabil
seperti gas mulia terdekat yang memiliki 2 elektron ataupun 8 elektron pada kulit
terluar. Untuk mencapai kestabilan itulah maka unsur – unsur di alam saling
mengadakan ikatan yang disebut ikatan kimia. Atom satu berikatan dengan atom
lain membentuk molekul unsur maupun molekul senyawa. Suatu ikatan dapat
terbentuk apabila setelah berikatan, atom – atom menjadi lebih stabil dari
sebelumnya, yakni kestabilan dalam susunan elektronnya. Susunan elektron akan
stabil apabila kult terluar terisi elektron dengan jumlah 2 atau 8, seperti gas
mulia. Seperti yang diketahui hakikat ikatan kovalen, yaitu ikatan yang terbentuk
karena menggunakan pasangan elektron bersama. Namun demikian, kedudukan
pasangan elektron milik bersama itu tidak selalu simetris terhadap kedua atom
yang berikatan. Pasangan elektron akan lebih dekat ke arah atom yang
mempunyai keelektronegatifan lebih besar. Hal ini mengakibatkan polarisasi atau
pengutuban ikatan.
Kepolaran molekul ditentukan oleh jenis ikatan kovalen dan bentuk molekulnya .
Suatu molekul akan bersifat polar jika memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Molekul dwiatom yang berbeda jenis sehingga membentuk kutub (dipol)
karena adanya perbedaan keelektronegatifan antar kedua atom.
a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi, sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air.Karena itu larutan sabun dalam air bersifat
basa.
b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih,
peristiwa ini tidak terjadipada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat
menghasilkan buih setelah garam Mg atau Camengendap dalam air. Sabun
mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimi koloid,
sabun (garamnatrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran
yang bersifat polar maupunnonpolar. Molekul sabun memiliki rantai
hydrogen CH₃(CH₂)₁₆ yang bertindak sebagai ekor yang bersifat
hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic. Sedangkan
COONa⁺sebagai kepala yang bertindak sebagai hidrofilik (suka air).
(Bairley,AE. 1950)
Pada saat ini entalpi pelarutannya akan menjadi tinggi, karena jumlah
kalor yang dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah protein akan bertambah.
Mekanismenya adalah penambahan asam dan basa dapat mengacaukan jembatan
garam yang terdapat pada protein. Ion positif dan negatif pada garam dapat
berganti pasangan dengan ion positif dan negatif dari asam ataupun basa sehingga
jembatan garam pada protein yang merupakan salah satu jenis interaksi pada
protein, menjadi kacau dan protein dapat dikatakan terdenaturasi.Bentuk protein
terdenaturasi yang mengendap ini juga dapat diakibatkan oleh pengaruh logam-
logam berat. Dengan adanya logam-logam berat itu akan terbentuk kompleks
garam protein-logam. Kompleks inilah yang membuat protein akan sulit untuk
larut. Dan sama dengan ketika protein terdenaturasi akibat asam dan basa, entalpi
pelarutannya akan naik. Protein bermuatan negatif atau protein dengan pH larutan
di atas titik isoelektrik akan diendapkan oleh ion positif atau logam lebih mudah.
Sebaliknya, protein bermuatan positif dengan pH larutan di bawah titik isoelektrik
membutuhkan ion-ion negatif. Contoh ion-ion positif yang dapat mengendapkan
protein misalnya Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+, dan Pb2+. Dan contoh ion-ion
negatif yang dapat mengendapkan protein misalnya ion salisilat, trikloroasetat,
piktrat, tanat, dan sulfosalisilat. Namun selain membentuk kompleks garam
protein-logam yang sukar larut, logam berat dapat menarik sulfur pada protein
sehingga mengganggu ikatan disulfida dalam protein dan menyebabkan protein
terdenaturasi pula.
Gangguan pada ikatan disulfida selain disebabkan oleh logam berat juga
dapat disebabkan oleh agen-agen pereduksi. Agen pereduksi ini bisa
menyebabkan ikatan disulfida putus dan dapat membentuk gugus tiol (-SH)
dengan penambahan atom hidrogen. Selain ikatan disulfida, ikatan lain yang
apabila terganggu dapat menyebabkan denaturasi protein adalah ikatan hidrogen.
Dengan adanya alkohol dapat merusak ikatan hidrogen antar rantai samping
dalam struktur tersier suatu protein.Selain itu, alkohol juga dapat mendenaturasi
protein. Alkohol seperti kita ketahui umumnya terdapat kadar 70% dan 95%.
Alkohol 70% bisa masuk ke dinding sel dan dapat mendenaturasi protein di dalam
sel. Sedangkan alkohol 95% mengkoagulasikan protein di luar dinding sel dan
mencegah alkohol lain masuk ke dalam sel melalui dinding sel. Sehingga yang
digunakan sebagai disinfektan adalah alkohol 70%. Alkohol mendenaturasi
protein dengan memutuskan ikatan hidrogen intramolekul pada rantai samping
protein. Ikatan hidrogen yang baru dapat terbentuk antara alkohol dan rantai
samping protein tersebut.Kehadiran logam-logam berat, asam-basa tertentu,
alkohol dan bahan-bahan lain yang dapat memicu terjadinya denaturasi (atau
dapat disebut sebagai bahan denaturan) dapat mengganggu kestabilan protein
yang pada umumnya berada pada keadaan folded.
V. Prosedur Percobaan
Disiapkan wadah pembungkus makanan atau minuman (Styrofoam),
dipotong berbentuk persegi 0,5 cm dan 4 tabung reaksi. dimasukkan kedalam
tabung reaksi yang berbeda. Tabung pertama dimasukkan potongan Styrofoam
dan ditambahkan alkohol, lalu diamati perubahan yang terjadi. Pada tabung kedua
dimasukkan potongan Styrofoam dan ditambahkan aseton, diamati perubahan
yang terjadi. Pada tabung ketiga dimasukkan potongan Styrofoam dan
ditambahkan etil asetat, kemudian diamati perubahan yang terjadi. Dan pada
tabung keempat dimasukkan potongan Styrofoam dan ditambahkan metal etil
keton, lalu diamati perubahan yang terjadi.
Selanjutnya, disiapkan gelas kimia plastik, dituangkan sejumlah lem bening
kedalamnya. Ditambahkan 5 mL larutan boraks, lalu didiamkan beberapa saat dan
diamati perubahan yang terjadi.
Kemudian, disiapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih, tabung diberi nama A
sampai E, lalu diisi masing-masing tabung dengan 2 mL larutan putih telur. Pada
tabung A ditambahkan 1mL larutan CuSO 4 dan ditambahkan larutan NaOH 6 M,
kemudian digoyangkan. Pada tabung B ditambahkan 10 tetes larutan HgCl2. Pada
tabung C ditambahkan 5 tetes larutan timbal asetat dan larutan NaOH 6M
sebanyak 1mL. Lalu pada tabung D ditambahkan 1mL larutan HNO 3 pekat dan
dipanaskan. Kemudian pada tabung E ditambahkan 1 mL NaOH 6 M dan
dipanaskan. Ditempatkan kertas lakmus basah dibagian ujung tabung. Diamati
perubahan yang terjadi pada setiap percobaan yang terjadi.
Disiapkan cawan penguap. Lalu dimasukkan larutan NaOH, minyak kelapa,
dan larutan etanol masing-masing sebanyak 5mL. Dipanaskan cawan beserta
isinya secara hati-hati (diaduk campuran selama pemanasan dilakukan).
Dipanaskan hingga cairan menguap dan campuran menjadi padatan (jangan
sampai gosong). Ditambahkan sejumlah air, kemudian setelah dingin ditambahkan
50mL larutan NaCl jenuh. Setelah itu, campuran disaring. Dicuci sabun yang telah
diperoleh dengan 3x10 mL air. Dibuat larutan sabun atau air sabun tersebut
dengan menggunakan cara melarutkannya didalam 30mL aquadest. Dibuat juga
larutan deterjen dengan menggunakan cara yang sama. Disiapkan 3 buah tabung
reaksi bersih, diisi tabung A dengan 10 mL larutan sabun, tabung B diisi dengan
10mL larutan deterjen dan diisi tabung C dengan 10mL larutan CaCl2. Diamati
perubahan yang terjadi.
3
Setelah itu, disiapkan sebuah Styrofoam, diisi dengan air kira-kira bagian.
4
Ditempatkan Styrofoam yang berisi air tersebut diatas kawat kasa. Lalu dibakar
dengan menggunakan pembakaran lilin atau pembakaran spiritus. Diamati
perubahan yang terjadi. Lakukan hal yang sama, tetapi dengan menggunakan
Styrofoam kosong. Diamati apa yang terjadi.
3
sebuah Styrofoam, diisi dengan air kira-kira bagian. Ditempatkan
4
Styrofoam yang berisi air tersebut diatas kawat kasa. Lalu dibakar dengan
menggunakan pembakaran lilin atau pembakaran spiritus. Diamati
perubahan yang terjadi. Waktu untuk melelehkan Styrofoam selama 28
detik. Lakukan hal yang sama, tetapi dengan menggunakan Styrofoam
kosong. Diamati apa yang terjadi. Waktu untuk melelehkan Styrofoam
selama 6 detik.
VII.Pembahasan
Dalam praktikum kimia lingkungan terdiri dari 5 percobaan. Pada percobaan
pertama yaitu Pada percobaan polimer ini untuk mengetahui kelarutan polimer
bedasarkan pemolarannya, wadah pembungkus makanan atau minuman
(Styrofoam), dipotong berbentuk persegi 0,5 cm dan 4 tabung reaksi. Dimasukkan
kedalam tabung reaksi yang berbeda. Tabung pertama dimasukkan potongan
Styrofoam dan ditambahkan alkohol, lalu diamati perubahan yang terjadi. Setelah
diamati Styrofoam tidak larut tetapi mengembang. Pada tabung kedua dimasukkan
potongan Styrofoam dan ditambahkan aseton, diamati perubahan yang terjadi.
Setelah diamati Styrofoam sedikit larut (mengecil). Pada tabung ketiga
dimasukkan potongan Styrofoam dan ditambahkan etil asetat, kemudian diamati
perubahan yang terjadi. Setelah diamati Styrofoam mudah larut (hilang). Dan
pada tabung keempat dimasukkan potongan Styrofoam dan ditambahkan metal
etil keton, lalu diamati perubahan yang terjadi. Setelah diamati Styrofoam mudah
larut (hilang). Pada percobaan ini dikarenakan pengaruh sifat polar dan non polar
pada pelarut. Dimulai pada urutan kepolaraan paling tinggi maka urutannya
alcohol, etil asetat, aseton dan metal etil keton. Alkohol bersifat polar, metal etil
keton bersifat non polar sedangkan etil asetat dan aseton bersifat semi polar. Hal
ini berhubungan dengan ada dan hilangnya styrofoam pada reaksi diatas yang
sesuai dengan kaidah like dissolve like yaitu senyawa polar hanya bisa larut pada
pelarut polar sedangkan senyawa nonpolar hanya bisa larut pada pelarut nonpolar.
Dikarenakan styrofoam yang bersifat non polar maka akan cepat larut pada metal
etil keton dan sukar larut pada alkohol. Styrofoam terbuat dari polistirena yang
merupakan polimer sintesis yang tersusun atas monomer stirena
merupakan hidrokarbon cair yang dibuat secara komersial dari minyak bumi. Pada
suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat termoplastik padat, dapat mencair pada
suhu yang lebih tinggi. Stirena tergolong senyawa aromatik.
Pada percobaan kedua untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
denaturasi, disiapkan gelas kimia plastik, dituangkan sejumlah lem bening
kedalamnya. Ditambahkan 5 mL larutan boraks, lalu didiamkan beberapa saat dan
diamati perubahan yang terjadi. Setelah diamati sebelum ditambahkan larutan
boraks lem berupa larutan kental dan setelah ditambahkan larutan boraks, lem
berubah menjadi padat atau mengeras seperti lilio dan tidak berwarna. Hal ini
disebabkan karena adanya senyawa natium tetraborat yang merupakan campuran
garam mineral dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Karena pada asam borkas
senyawa aktif yang dapat membentuk ikatan yang sangat kuat yaitu ikatan
glikosidik dan ikatan kovalen. Dampak dari boraks memang tidak serta berakibat
buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit
karena diserap dalam tubuh secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan
berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam
jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin),
koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis,
tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian. Boraks
berfungsi sebagai pengawet. Lem terbuat dari tepung kanji yaitu sebagai polimer
alami (karbohidrat) nama polimernya adalah amilum.
3
disiapkan sebuah Styrofoam, diisi dengan air kira-kira bagian. Ditempatkan
4
Styrofoam yang berisi air tersebut diatas kawat kasa. Lalu dibakar dengan
menggunakan pembakaran lilin atau pembakaran spiritus. Diamati perubahan
yang terjadi. Waktu untuk melelehkan Styrofoam selama 28 detik karena terdapat
air sebagai penahan yang menyebabkan panasnya terkena air dulu . Lakukan hal
yang sama, tetapi dengan menggunakan Styrofoam kosong. Diamati apa yang
terjadi. Waktu untuk melelehkan Styrofoam selama 6 detik. Karena tidak ada
penahan apapun yang menyebabkan Styrofoam langsung terbakar.
VIII. Kesimpulan
1. Percobaan pertama : Styrofoam larut dalam pelarut non polar yaitu larutan
etil asetat dan metil etil keton.
2. Percobaan kedua : lem yang ditambahkan dengan larutan boraks berubah
menjadi padatan.
3. Percobaan ketiga :
Tabung A= putih telur + CuSO4 + NaOH menjadi berwarna powder
blue
Tabung B= putih telur +HgCl2 menjadi warna white
Tabung C= putih telur + timbal asetat + NaOH menjadi berwana black
Tabung D= putih telur + HNO3 menjadi berwarna cornsilk lalu
dipanaskan berubah menjadi berwarna ivory
Tabung E= putih telur + NaOH menjadi putih dan terdapat padatan, lalu
dipanaskan berubah menjadi berwarna orange
4. Percobaan keempat : pembuatan sabun dengan menggunakan prinsip
saponifikasi (asam lemah dan basa kuat).
Sabun + CaCl2 volume busa berkurang dan tejadi endapan
Sabun hasil percobaan + CaCl2 voleme busa berkurang dan terjadi
endapan
Air kran + CaCl2 tidak ada perubahan .
5. Percobaan kelima : Styrofoam tidak tahan panas dan mengalami reaksi
eksotren dan endotren.
PERCOBAAN 5
KIMIA LINGKUNGAN
Disusun Oleh
2018 / 1440 H