Bila pada suatu reaksi kimia terjadi perubahan dari keadaan teratur menjadi kurang
teratur,maka perubahan entropi (S) positif dan menunjukkan bahwa reaksi berlangsung
spontan. Namun, bila pada suatu reaksi kimia terjadi perubahan dari keadaan kurang teratur
menjadi teratur, maka perubahan entropi (S) negatif.
Proses proses yang dapat menyebabkan peningkatan entropi adalah :
- Padatan meleleh menjadi cairan
- Padatan atau cairan menguap membentuk gas
- Padatan atau cairan bercampur dengan pelarut untuk membentuk larutan
nonelektrolit
- Reaksi kimia menghasilkan suatu kenaikan jumlah molekul molekul gas
- Suatu zat dipanaskan (temperatur meningkat).
10 mL air
Tabung A
- Diukur temperaturnya
TA1 = C
TA2 = C
b. Entropi sistem pada reaksi H2O + KNO3
10 mL air
Tabung B
- Diukur temperaturnya
TB1 = C
TB2 = C
c. Entropi sistem pada reaksi HCl + Mg
5 mL HCl 0,1 M
Tabung C
- Diukur temperaturnya
TC1 = C
TC2 = C
Ba(OH)2 NH4Cl
- Diukur temperaturnya
-
T1 = .C
- Ditambahkan
q reaksi = 0,097865 J
beberapa logam Logam Mg berwarna
Mg
- Diukur suhunya
perak
Ada gelembung gas
TC2 = C
Larutan agak hangat
BaOH2 (s) + S menurun
1 Spatula 0,5 spatula T ruang = 30 C 2NH4Cl (s) BaCl2 S = -0,00095
NH4Cl
Ba(OH)2 T air = 29 C (s) + 2NH3 (g) + J/K
2H2O(l) H = positif
- Dicampur
- Diukur suhunya T1= 29 C H = 0,2856 J
- - S= negatif terjadi
T2 = 28 C
T1 = .C
H = positif perubahan
m Ba(OH)2 = 0,044 g
bentuk dari
- Roll film m NH4Cl = 0,024 g
ditutup dan padat ke cair
cair = 4,2 J/g C
dikocok
dan gas
- Dicium bau
4.
gas yang
terjadi q reaksi = -0,2856 J
- Diukur
suhunya
Ba(OH)2 padat
berwarna putih
T2 = .C - NH4Cl padat
berwarna putih
- Ada bau gas yang
menyengat
Campuran sedikit
berair
IX. PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA :
q reaksi = m x c x T
q reaksi = mlarutan x Cair x T
q reaksi = (mair + mNaOH ) x Cair x (T2 T1)
q reaksi = ( 10 g + 0,193 g) x 4,2 J/g.K x (306 K 302 K)
q reaksi = 10,193 g x 4,2 J/g.K x 4 K
q reaksi =171,242 J
dari kalor reaksi yang diperoleh kemudian digunakan untuk menentukan
besarnya nilai S dan H:
karena dilakukan pada tekanan tetap, maka :
H = - q reaksi = -171,242 J
2
S = mlarutan x C air x ln 1
2
S = (m air + mNaOH ) x C air x ln 1
306
S = ( 10 g + 0,193 g) x 4,2 J/g.K x ln
302
S = 10,193 g x 4,2 J/g.K x 0,01316
S = 0,564 J/K
H bernilai negatif artinya reaksi bersifat eksoterm dan karena S bernilai positif
artinya ada peningkatan ketakaturan sistem.
Analisis pada tabung reaksi 2 yaitu pelarutan KNO3 padat :
Persamaan reaksi: H2O(l) + KNO3(s) KNO3(aq).
q reaksi = m x c x T
q reaksi = mlarutan x Cair x T
q reaksi = (mair + mKNO3 ) x Cair x (T2 T1)
q reaksi = ( 10 g + 0,020 g) x 4,2 J/g.K x (301 K 302 K)
q reaksi = 10,020 g x 4,2 J/g.K x (-1) K
q reaksi = -42,084 J
dari kalor reaksi yang diperoleh kemudian digunakan untuk menentukan
besarnya nilai S dan H:
karena dilakukan pada tekanan tetap, maka :
H = - q reaksi = -(-42,084 J) = 42,084 J
2
S = mlarutan x C air x ln 1
2
S = (m air + mKNO3 ) x C air x ln 1
301
S = ( 10 g + 0,020 g) x 4,2 J/g.K x ln
302
S = 10,020 g x 4,2 J/g.K x (-0,00332)
S = -0,139 J/K
Didapatkan S= -0,139 J/K, juga bernilai negatif karena dipengaruhi kalor.
H bernilai positif artinya reaksi bersifat eksoterm dan karena S bernilai negatif
artinya ada penurunan ketakaturan sistem.
q reaksi = m x c x T
q reaksi = mlarutanx Cair x T
q reaksi = (mHCl x mMg) x Cair x (T2 T1)
q reaksi = ( 0,01825 g + 0,005 g) x 4,2 J/g.K x (304 K 303 K)
q reaksi = 0,02325 g x 4,2 J/g.K x 1 K = 0,097865 J
dari kalor reaksi yag diperoleh kemudian digunakan untuk menentukan besarnya
nilai S dan H:
karena dilakukan pada tekanan tetap, maka :
H = - q reaksi = -0,097865 J = -0,097865 J
2
S = mlarutan x C air x ln 1
2
S = (mHCl + mMg) x C air x ln 1
304
S = ( 0,01825 g + 0,005 g) x 4,2 J/g.K x ln
303
S = 0,02325 g x 4,2 J/g.K x (0,00329)
S = 0,00032 J/K
H bernilai negatif artinya reaksi bersifat eksoterm dan karena S bernilai positif
artinya ada peningkatan ketakaturan sistem.
q reaksi = m x c x T
q reaksi = mlarutan x Cair x (T2 T1)
q reaksi = (mBaOH + mNH4Cl ) x Cair x (T2 T1)
q reaksi = ( 0,044 g + 0,024 g) x 4,2 J/g.K x (301 K 302 K)
q reaksi = 0,068 g x 4,2 J/g.K x (-1) K
q reaksi = -0,2856 J
dari kalor reaksi yag diperoleh kemudian digunakan untuk menentukan besarnya
nilai S dan H:
karena dilakukan pada tekanan tetap, maka :
H = - q reaksi = -(-0,2856 J) = 0,2856 J
2
S = mlarutan x C air x ln 1
2
S = (mBaOH + mNH4Cl ) x C air x ln 1
301
S = (0,044 g + 0,024 g) x 4,2 J/g.K x ln
302
S = 0,068 g x 4,2 J/g.K x (-0,00332) = -0,00095 J/K
H bernilai positif artinya reaksi bersifat eksoterm dan karena S bernilai negatif
artinya ada penurunan ketakaturan sistem.
X. PEMBAHASAN
Setelah melakukan percobaan tentang entropi sistem diperoleh perubahan entropi
reaksi berupa peningkatan atau penurunan entropi. Perubahan entropi juga merupakan
akibat dari perubahan entalpi reaksi.
Pada reaksi pertama, yaitu pelarutan NaOH padat,
H2O(l) + NaOH(s) NaOH(aq)
terjadi perubahan entropi (S) positif dikarenakan adanya peningkatan ketidakaturan.
Artinya, reaksi merupakan reaksi reversibel dan spontan atau dapat langsung terjadi
pada tekanan tetap. Peningkatan ketakaturan juga terlihat secara makroskopis melalui
perubahan fasa padat menjadi cair. Saat mereaksikan juga terjadi kenaikan suhu. Ini
menandakan adanya reaksi eksoterm yang melepaskan kalor sehingga perubahan
entalpi (H) bernilai negatif.
Pada reaksi kedua, yaitu pelarutan KNO3 padat,
H2O(l) + KNO3(s) KNO3(aq)
terjadi perubahan entropi (S) negatif. Hal ini menyimpang dengan teori bahwa bila
terjadi peningkatan ketidakaturan atau perubahan fasa dari padat menjadi cair maka
(S) negatif seharusnya bernilai positif. Namun , reaksi tersebut bukan merupakan
reaksi reversibel dan spontan pada tekanan tetap. Seharusnya reaksi tersebut merupakan
reaksi eksoterm atau (H) bernilai negatif. Penyimpangan tersebut dapat disebabkan
oleh kesalahan pengamat membaca skala ataupun pengukuran suhu tidak dilakukan
tepat saat bereaksi.
Pada reaksi ketiga yaitu :
2HCl(l) + Mg(s) MgCl2(s) + H2(g).
terjadi perubahan entropi (S) positif dikarenakan adanya peningkatan ketidakaturan.
Artinya, reaksi merupakan reaksi reversibel dan spontan atau dapat langsung terjadi
pada tekanan tetap. Peningkatan ketakaturan juga terlihat secara makroskopis melalui
perubahan fasa cair menjadi gas (gelembung). Saat mereaksikan juga terjadi kenaikan
suhu. Ini menandakan adanya reaksi eksoterm yang melepaskan kalor sehingga
perubahan entalpi (H) bernilai negatif.
Pada reaksi keempat ;
Ba(OH)2(S) + 2NH4Cl(s) BaCl2(aq) + 2NH3(g) + 2H2O(l).
terjadi perubahan entropi (S) negatif dikarenakan adanya penurunan ketidakaturan.
Artinya, reaksi bukan merupakan reaksi reversibel dan tidak spontan pada tekanan
tetap. Penuarunan ketakaturan juga terlihat secara makroskopis melalui perubahan fasa
padat menjadi gas. Gas tersebut merupakan gas ammonia (NH3) yang memiliki bau
yang menyengat. Secara teori, pembentukan gas ammonia merupakan reaksi endoterm
sehingga terjadi penurunan suhu atau menyerap kalor sehingga perubahan entalpi (H)
bernilai negatif.
XI. KESIMPULAN
Dari data yang diperoleh dari percobaan dapat disimpulkan bahwa perubahan
nilai entropi dipengaruhi oleh perubahan suhu, entalpi, dan harga kalor reaksi. Apabila
terjadi kenaikan suhu, S, dan q bernilai positif sedangkan H bernilai negatif
(eksoterm) dan merupakan reaksi reversibel. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan suhu,
maka nilai S, dan q bernilai negatif sedangkan H bernilai positif (endoterm).
Percobaan kedua
KNO3 (s)+H2O(l) KNO3(aq) S = -0,139 J/K, H = 42,084 J
Percobaan keempat
Ba(OH)2(s)+ 2NH4Cl(s) BaCl2+ NH3(g)+ 2H2O S = -0,00095J/K, H = 0,2856 J
Percobaan pertama
NaOH(s)+H2O(l) NaOH(aq) S = 0,564 J/K, H = -171,242 J
Percobaan ketiga
Jadi, reaksi yang mengalami penurunan entropi pada percobaan kedua dan
keempat
sedangkan penurunan entalpi adalah pada percobaan pertama, dan ketiga.