Anda di halaman 1dari 41

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR II

PENYUSUN:

Widia Purwaningrum, M.Si


DR. Miksusanti, M.Si
Yuniar,S.T., M.Sc

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga
tim penulis dapat menyelesaikan penuntun praktikum Kimia Dasar II guna lancarnya
kegiatan praktikum di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya.
Dalam menyusun penuntun ini, Tim penulis menyadari sepenuhnya masih banyak
terdapat kekurangan, akan tetapi berkat bantuan dari segala pihak akhirnya kesulitan-
kesulitan tersebut dapat diatasi
Atas bantuan dari berbagai pihak tersebut, pada kesempatan yang baik ini Tim penulis
menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
2. Jurusan Kimia FMIPA Unsri

Inderalaya, Pebruari 2018

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Diskripsi lab Kimia Dasar
Percobaan I Pengendalian Keasaman (pH) Larutan Buffer 10
Percobaan II Reaksi Redoks 14
Percobaan III Kinetika Kimia I (Orde Reaksi) 17
Percobaan IV Kinetika Kimia II (Pengaruh suhu dan katalis terhadap laju reaksi) 22
Percobaan V Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Garam Sukar Larut 27
Percobaan VI Hasil Kali Kelarutan Senyawa Kompleks 30
Percobaan VII Titrasi Asam-Basa : Potensiometri 34
Percobaan VIII Hidrasi Air 38
Daftar Pustaka

3
DESKRIPSI LAB KIMIA DASAR

Kimia, seperti semua pengetahuan cabang ilmu lainnya, ditegakkan diatas percobaan-
percobaan, di laboratorium kita akan mempelajari teknik-teknik dasar yang digunakan oleh
para ahli kimia dan menerapkannya pada suatu percobaan.
Di laboratorium hal utama adalah masalah keselamatan mahasiswa dan dosen. Maka
sebelum masuk ke ruang laboratorium yakinkan terlebih dahulu bahwa anda telah membaca
ketentuan dan teknik-teknik laboratorium dalam penuntun praktikum kimia dasar.
Bekerja secara hati-hati dan efesien merupakan sesuatu yang dituntut dalam program
laboratorium. Percobaan harus didesain terlebih dahulu sehingga rencana kerja dapat
diselesaikan dalam masa normal sekitar dua jam kalau seandainyam anda betul-betul sudah
siap dan kerja secara efesien.
Berikut ini adalah aturan-aturan keselamatan umum & tata tertib di laboratorium.

KETENTUAN UMUM
1. Gunakan kaca mata pelindung debu & jangan menggunakan lensa kontak.
2. Gunakan jas lab dan sepatu serta gunakan sarung tangan khusus ketika menumpahkan
cairan korosif (yang merusak).
3. Dilarang makan, merokok atau minum.
4. Jangan pernah meninggalkan suatu percobaan. Tak boleh menerima tamu, tak boleh ada
api kecuali ada perintah asisten.
5. Simpanlah baju, buku-buku dan lainnya yang dimiliki diatas rak yang ada di
laboratorium.
6. Gunakan lemari asam untuk percobaan yang melibatkan atau menggunakan gas
berbahaya.
7. Bacalah label yang tertera di botol atau wadah dengan cermat untuk meyakinkan Anda
terhadap bahan yang betul tersebut. Kenali sifat-sifat bahan kimia yang akan Anda
kerjakan di dalam setiap percobaan.

PROSEDUR MENGATASI KECELAKAAN


Bila setiap ada kecelakaan di laboratorium, maka perhatikanlah apa yang harus
diperbuat seperti di bawah ini :

4
1. Laporkan kepada asisten (instruktur) atau kepala laboratorium. Bila hal ini darurat,
ambillah segera langkah-langkah untuk mengeluarkan personil ke tempat yang aman atau
jauh dari tempat kecelakaan.
2. Kenali lokasi-lokasi dan cara kerja alat-alat berikut di laboratorium :
Air pancuran pencuci mata APM
Shower pengaman darurat SPD
Pemadam kebakaran PK
Pintu keluar darurat PKD
Kotak P3K P3K
Selimut api (pasir, karung) SA
Kotak alarm api KAA
Telepon terdekat TT
Kantor kepala laboratorium KKL
(Buatlah denah lokasi dari fasilitas laboratorium tersebut)
3. Bila bahan kimia korosif memercik ke mata Anda. Segera cuci mata Anda dengan air dari
pancuran pencuci mata
4. Apabila terbakar sendiri.
Untuk luka bakar kecil, Anda dapat menaruhkan air es pada bagian yang terluka bakar
untuk menghilangkan rasa sakit. Tidak boleh menempelkan apapun pada tempat luka
bakar tersebut, kecuali suatu analgetik topikal.
Untuk luka bakar besar, hubungi langsung dokter.
5. Apabila terjadi kebakaran.
Ambil alat pemadam kebakaran terdekat, lepaskan kunci pengamannya, bidik sumber api,
dan dari jarak beberapa meter semprotkan alat tersebut sampai apinya padam.

PENGELOLAAN LIMBAH KIMIA


Dilarang membuang bahan kimia sembarangan dengan cara
menumpahkan/membuang begitu saja kedalam saluran pipa
atau kaleng sampah. Bak pembuangan limbah bahan kimia
secara rutin tersedia di dalam laboratorium

PERHATIKAN PETUNJUK PENCEGAHAN KECELAKAAN


BERIKUT INI :

5
1. Bekerja dengan tabung atau batang gelas
a. Ketika memasukkan tabung atau termometer ke dalam tutup karet, selalu gunakan
gliserin atau air sabun sebagai pelicin. Lindungi tangan anda dengan cara
membungkus tabung gelas tersebut dengan handuk.
b. Dibilas dengan api semua pinggiran tabung atau batang gelas tersebut.
c. Buang segera glassware yang retak atau pecah ke dalam tempat sampah yang
sesuai. Ganti barang yang pecah dari laci Anda dengan menghubungi bagian
perlengkapan.
d. Jangan memanaskan gelas ukur, labu ukur, atau termometer langsung dengan api
bunsen.
2. Penggunaaan Pembakar Bunsen
a. Pembakar Bunsen hanya dapat dinyalakan selama waktu pemakaian. Jauhkan
penempatannya dari rak reagensia.
b. Sebelum menyalakan Bunsen, yakinkan tidak ada reagensia yang mudah terbakar.
c. Jangan sampai tangan atau rambut anda dekat dengan nyala api.
3. Susunlah alat-alat percobaan dengan cermat.
4. Jangan membawa botol reagensia keatas meja Anda.
5. Melepaskan tutup gelas dari botol reagensia.
Gengamlah tutup botol antara dua jari telunjuk dan jari tengah dengan telapak tangan
anda menghadap ke atas. Peganglah tutup tersebut pada posisi ini sampai Anda
menutupnya kembali botol tersebut. Jangan menaruh tutup tersebut keatas permukaan
lain. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
6. Mengambil bahan kimia cair.
Bawalah beker gelas bersih ke botol reagensia. Keluarkan atau lepaskan tutupnya dan
tuangkanlah sejumlah yang telah diperkirakan ke dalam beker glass. Jangan
memasukkan pipet tetes ke dalam botol. Tutupkan kembali stopper dan kembalikan
lagi ke meja Anda dengan reagennya. Jangan mengambil lebih dari pada yang
diperlukan, jika seandainya berlebihan mengambil kelebihannya buang pada
tempatnya.

PRAKTIKUM KIMIA DASAR


1. BIAYA PRAKTIKUM (DIBIAYAI FAKUSTAS MIPA)
2. PENGISIAN FORMULIR PRAKTIKUM

6
3. MENYALIN LAPORAN
Walaupun dalam beberapa percobaan anda boleh bekerja sama dengan kawan
mahasiswa lainnya untuk mendapatkan data, tetapi laporan dan perhitungan yang anda
buat haruslah dari hasil kerja sendiri. Mahasiswa dilarang bekerja sama dalam membuat
laporan. Dalam hal ini jurusan kimia mengagap serius. Sanksi minimum dalam bentuk
menyalin apapun adalah bernilai E.
4. WAKTU RESPONSI (resitasi)
Tiap test lamanya 50 menit per-minggu. Selama masa ini dua jenis percobaan dan
teori/perhitungan yang berkaitan dengan jenis praktikum ini akan dibicarakan oleh
mahasiswa. Laporan respons sudah harus diterima sebelum masuk lab.
5. KOMPONEN PENILAIAN
- Ujian I dan II 20%. Lain-lain (tertib dll) 15%. Laporan tertulis lab 25%
- Ujian akhir 15%. Quiz 15%. Laporan pendahuluan pratikum 10%
a. Ujian I dan II (masing-masing 10%)
Ada dua macam ujian (masing-masing 50 menit), sesuaikan dengan silabus.
b. Comprehensive ujian akhir
Kebijaksanaan yang diterapkan terhadap ujian regular juga dipakai dalam ujian
akhir. Ujian komperehensive dapat berupa multiple choice.
c. Quiz (15%)
Anda harus memberikan nilai 80% atau lebih, bila tidak mereka harus mengulang.
Mahasiswa yang skornya kurang dari 80% pada ulangan quiz berarti tidak lulus.
Quiz diberikan dalam bentuk essay atau berupa perhitungan yang berkaitan dengan
teori dari semua percobaan-percobaan yang telah dilakukan.
d. Lain-lain (penampilan, tingkah dll)
Penampilan anda di laboratorium merupakan petunjuk penting dari adanya
kepahaman terhadap prinsip-prinsip ilmu kimia dan penerapannya di dalam teknik
laboratorium.

Contoh skala penilaian dapat disusun sebagai berikut :


Jenis percobaan (3 ion yang tak diketahui) Jenis percobaan (2 anion yang tak diketahui
Yang
harus Jawaban yang Nilai Yang harus Jawaban Nilai
dilaporkan benar dilaporkan yang benar

3 3 100 3 3 100

7
2 2 85 1 1 85
3 2 75 2 1 70
1 1 65 1 0 55
2 1 60 2 0 40
3 1 55
1 0 45
2 0 40
a. Laporan tertulis laboratorium (25%)
Suatu laporan harus dibuat per percobaan, dan paling lambat 7 hari setelah tanggal
percobaan sesuai jadwal dalam silabus. Laporan harus diselesaikan dalam masa
laboratorium bila diajukan dalam 7 hari laporan diselesaikan setelah masa
laboratorium selesai akan dihukum dengan pengurangan 10%, dan dengan 10% lagi
untuk hari-hari berikutnya yang terlambat. Nilai laporan tertinggi 100.
b. Jenis laporan laboratorium atau proyek (10%)
Dalam silabus akan diperinci laporan laboratorium yang harus diserahkan dalam
bentuk tertulis. Laporan-laporan, termasuk table dan kurva, harus ditulis (diketik
computer) dan diprint. Merupakan tanggung jawab mahasiswa untuk meyakinkan
bahwa mereka tahu bagaimana seharusnya menyajikan. Laporan dinilai dengan skor
sampai 100 tak lebih setelah 10 selesai praktikum. Laporan lewat harinya akan
direduksi 10%, dan lebih dari hari setelah hari terlambat tersebut ditambah lagi 10%
per harinya.

PROSEDUR PENGECEKAN LABORATORIUM


Prosedur Check-In
1. Meja kerja, daftar peralatan, kunci kombinasi akan Anda dapat. Kunci yang rusak akan
diganti/diperbaiki. Jika Anda akan melengkapi kunci Anda, silahkan hubungi petugas.
2. Semua mahasiswa harus melengkapi dan mengembalikan kartu isian kepada
asisten/petugas.
3. Anda dapat membuka lemari dan laci laboratorium Anda dan menyimpan perlengkapan
lab kerja Anda.
4. Cek peralatan yang ada dalam daftar dalam lemari Anda. Jangan diterima peralatan yang
rusak atas gelas yang retak atau pecah.
5. Apabila Anda kehilangan beberapa item, laporkan segera.
6. Dalam daftar peralatan tulis nomor meja, nomor praktikum, dan nama Anda.
7. Simpan daftar peralatan dilaci/lemari Anda dan Anda dapat mulai mengerjakan
percobaan.

8
PERCOBAAN I
PENGENDALIAN KEASAMAN (pH)
LARUTAN BUFFER

I. Tujuan
1. Menjelaskan pentingnya pengendalian pH, terutama pada system fisiologi tubuh.
2. Menguraikan cara mempertahankan pH dalam berbagai macam penggunaan.
3. Mengenal dengan baik beberapa larutan buffer dari system tertentu dan bagaimana
mereka berfungsi.

II. Pertanyaan Prapraktek


1. a. Apakah larutan buffer itu ?
b. Mengapa larutan buffer itu penting ?
2. Berilah definisi untuk asam lemah dan basa lemah.
3. Jelaskan dengan persamaan reaksi, bagaimana larutan natrium sianida (NaCN),
dengan hydrogen sianida (HCN), berfungsi sebagai larutan buffer.
4. Sebutkan beberapa pasangan larutan buffer yang sifat fisiologisnya sama benar.

III. Latar Belakang


Sebagian besar proses fisiologis sangat peka terhadap perubahan pH. Misalnya, pH
darah manusia pada dasarnya dipertahankan pada pH 7,2. Hanya pada pH ini darah dapat
mengangkut oksigen dan karbon dioksida dengan benar. Jika pH turun di bawah 7,2
(konsentrasi H+ lebih tinggi) maka haemoglobin dalam darah tidak akan bereaksi dengan
oksigen, dan bila pH meningkat (konsentrasi OH- lebih tinggi), bikarbonat tidak akan terurai
menjadi karbon dioksida dalam paru-paru. Untunglah kita dapat mengendalikan dan
mempertahankan pH dengan menggunakan sifat khusus dari campuran yang disebut dengan
larutan buffer. Dalam percobaan ini Anda akan menyediakan beberapa larutan buffer dan
kemudian mengamati bagaimana larutan tersebut bekerja untuk mempertahankan pH. Anda
akan menambahkan sedikit asam atau basa terhadap larutan buffer maupun larutan bukan
buffer dan mengamati hasilnya.

9
Asam Lemah, Basa Lemah, dan Garamnya
Sistem larutan buffer adalah larutan asam lemah (atau basa lemah) bersama-sama
dengan garamnya. Adapun asam lemah atau basa lemah adalah asam atau basa yang hanya
meng-ion sedikit. Asam asetat (HC2H3O2), adalah asam yang lemah, seperti ditunjukkan oleh
persamaan berikut :
HC2H2O2 + H2O H3O+ + C2H3O2-
Larutan ammonium hidroksida adalah contoh dari basa lemah, juga karena hanya beberapa
persen saja dari basa ini berada sebagai ion NH4+ dan OH-.
Asam dan basa digolongkan sebagai kuat atau lemah, tergantung pada derajat
pengionannya (ionisasi). Beberapa asam yang derajat ionisasinya tinggi (mendekati 100%)
dalam larutan encer dalam air adalah H2SO4, HCl, dan HNO3. Basa-basa ionik seperti NaOH,
KOH, Ca(OH)2, berada sebagai ion dalam kondisi padatdan juga terdisosiasi sempurna dalam
larutan air. Sebaliknya, sejumlah besar asam (misalnya HC2H3O2, HCN, H2CO3, dan H3PO4),
asam organik (RCOOH) dan beberapa basa organik (R-NH2) hanya sedikit mengion dalam
larutan air.
Garam dari basa lemah ialah garam yang salah satu ionnya sama dengan ion asamnya.
Garam antara lain dapat dibuat dengan cara membiarkan asam lemah bereaksi dengan basa
yang sesuai yang terdiri dari kation yang cocok. Contohnya, garam yang terdiri dari ion
C2H3O2- adalah garam dari asam asetat (HC2H3O2). Suatu garam yang khas, umpamanya
natrium asetat (NaC2H3O2) dapat dibentuk dari asam dan basa bersangkutan.

HC2H3O2 + NaOH Na C2H3O2 + H2O

Sama halnya, natrium sianida (NaCN) dan kalsium sianida [Ca(CN)2] adalah garam dari
asam sianida. Kalium monohidrogen fosfat (K2HPO4), adalah garam asam hidrogen fosfat
dan KH2PO4 sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan berikut :

KH2PO4 + KOH K2HPO4 + H2O

Garam dari basa lemah mempunyai kation yang sama dengan busa. Contoh garam-garam dari
ammonium hidroksida, NH4OH (larutan ammonia NH3), ialah ammonium klorida, NH4Cl
dan ammonium sulfat (NH4)2SO4.

10
IV. Prosedur
A. Larutan bukan-buffer
1. Penentuan pH larutan bukan-buffer.
Ambil tiga buah gelas piala 50 ml yang bersih. Isi gelas piala 10 dengan 1 ml air
suling, gelas piala 2 dengan 10 ml larutan HCl 0,0001 M dan gelas piala 3 dengan 10
ml larutan NaOH 0,0001M. Ukur pH larutan dengan pH-meter.
2. Penentuan pH larutan bukan-buffer setelah ditambah asam.
Tambahkan 1 tetes HCl 1M ke dalam masing-masing tabung di atas. Ukur pH
masing-masing larutan dan catat pH larutan.

B. Larutan Buffer
1. Penentuan pH larutan buffer
a. Campurkan 5 mL asam asetat HC2H2O2 1M dengan 5 mL natrium asetat
NaC2H2O2 1M dalam tabung treaksi. Catat dan tentukan pH larutan dengan pH
meter.
b. Campurkan 5 mL NH4OH 1 M dengan 5 mL NH4Cl 1 M dalam tabung reaksi.
Ukur pH larutan dan catat pH larutan.
2. Penentuan pH larutan buffer setelah penambahan asam.
Ambil dua buah tabung reaksi yang bersih. Isilah tabung 1 dengan 2 mL larutan
buffer, tabung 2 dengan 2 mL larutan buffer. Tambahkan 1 tetes larutan HCl 1 M ke
dalam masing-masing tabung. Tentukan pH larutan dan bandingkan dengan pH
larutan buffer.
3. Penentuan pH larutan buffer setelah penambahan basa. Ambil 2 buah tabung reaksi
yang bersih. Isilah tabung 1 dengan 2 mL larutan buffer, tabung 2 dengan 2 mL
larutan buffer. Tambahkan 1 tetes NaOH 1 M ke dalam masing-masing tabung.
Tentukan pH larutan dan bandingkan dengan pH larutan buffer.

11
Nama : ……………………
NIM : ……………………

LEMBAR LAPORAN
Percobaan 1. PENGENDALIAN KEASAMAN (pH) LARUTAN BUFFER
pH (keasaman)
Larutan
Awal Setelah Setelah penambahan
penambahan asam natrium hidroksida
klorida
A. Larutan bukan-buffer
1. Air ………… ………………
2. Natrium hidroksida ………………….
3. Asam klorida ………… ………………
B. Larutan Buffer ………………….
1. Campuran asam asetat ………… ………………
& natrium asetat ………………….
2. Campuran ammonium
hidroksida & ………… ………………
ammonium klorida ………………….

………… ………………
………………….

Pertanyaan
1. Jelaskan pengaruh penambahan larutan asam atau basa terhadap pH (keasaman) larutan
buffer.
2. Jelaskan dengan persamaan reaksi, mengapa larutan natrium asetat dengan asam asetat
berfungsi sebagai larutan buffer.
3. Apa yang disebut kapasitas buffer? Jelaskan dengan contoh.

12
PERCOBAAN II
REAKSI REDOKS

I. Tujuan
1. Menyelesaikan reaksi redoks dari setip percobaan
2. Mengamati apa yang terjadi pada beberapa reaksi redoks berbagai larutan
3. Menentukan persamaan reaksi redoks dari berbagai larutan

II. Pertanyaan Prapraktek


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidasi dan reduksi
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidator dan reduktor
3. Jelaskan perbedaan antara sel volta dengan sel elektrolisis

III. Latar Belakang


Sel volta dan sel elektrolisis merupakan bagian dari sel elektrokimia. Pada kedua sel
tersebut terjadi reaksi oksidasi dan reduksi. Dalam sel elektrokimia harus ada sumber
arus, electrode, dan larutan elektrolit yang bertindak sebagai penghantar arus. Pada sel
volta terjadi perubahan kimia yang menghasilkan arus listrik, sedangkan pada sel
elektrolisis arus listriklah yang menyebabkan timbulnya perubahan kimia. Reaksi
oksidasi terjadi pada anode sedangkan reaksi reduksi terjadi pada katode.
Dalam peristiwa elektrolisis, keadaan system yang dielektrolisis perlu diperhatikan.
Jika laritan NaCl yang sangat encer dielektrolisis maka yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Pada anode : 2 H2O O2 + 4H+ + 4 l
Pada katode : 2H2O + 2 e H2 + 2OH –

Selama proses elektrolisis dapat diamati terbentuknya gas O2 pada anode dan gas H2
pada katode.

13
IV. Prosedur
Beberapa reaksi redoks
1. Pipet 2 mL larutan CuSO4 0,5 M, masukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan
sepotong logam Zn. Biarkan beberapa menit. Catat apa yang terjadi. Lakukan
sebaliknya, dengan memasukkan logam Cu ke dalam larutan ZnSO4 0,5 M. Catat
apa yang terjadi. Jelaskan keadaan diatas dengan menggunakan daftar potensial
elektrode reduksi.
2. Ke dalam larutan Pb(NO3)2 0,5 M, dan NaNO3 0,5 M masukkan sedikit serbuk
logam Mg. Catat urutan logam sesuai dengan berkurangnya kereaktifan dan tulis
persamaan reaksinya. Jaga agar tabung jangan goyang.
3. Ke dalam tabung reaksi masukkan 5 tetes H2O2 0,1 M, tambahkan 5 tetes H2SO4 1
M dan 10 tetes KI 0,1 M, kemudian tambahkan satu tetes larutan kanji. Catat
pengamatan anda.
4. 10 tetes FeCl3 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 10 tetes
H2SO4 1 M dan 10 tetes KI 0,1 M. Panaskan 2 menit kemudian tambahkan 1 tetes
larutan kanji. Perhatikan apa yang terjadi.

14
Nama : ……………………
NIM : ……………………

LEMBAR LAPORAN
Percobaan 2. REAKSI REDOKS
Beberapa reaksi redoks :
No. Percobaan Pengamatan Reaksi
1 CuSO4 + logam Zn
ZnSO4 + logam Cu
2 Serbuk Mg + Pb(NO3)2
Serbuk Mg + Zn(NO3)2
Serbuk Mg + NaNO3
3 H2O2 + H2SO4 + KI + Kanji
FeCl3+ H2SO4 + KI + Kanji

1. Untuk percobaan 2 buat urutan kekuatan logam berdasarkan hasil percobaan.


2. Bandingkan hasil pengamatan anda berdasarkan potensial elektron standar.

15
PERCOBAAN III
KINETIKA KIMIA I (ORDE REAKSI)

I. Tujuan
1. Mengukur perubahan konsentrasi pereaksi menurut waktu.
2. Menentukan orde reaksi pada setiap reaksi kimia yang terjadi.

II. Pertanyaan Prapraktek


1. Apa definisi ringkas dari (a) hukum laju, (b) tetapan laju, (c) orde reaksi, (d) energy
aktivasi.
2. Apakah satuan tetapan reaksi untuk (a) reaksi orde nol, (b) reaksi orde satu, (c) reaksi
orde dua.
3. Belerang dioksida mereduksi HIO3 dalam larutan asam dengan reaksi
3SO2(g) + 3 H2O (l) + HIO3 (aq) 3H2SO4 (aq) + HI (aq)

Pada reaksi akhir, jika terdapat HIO3 berlebih, zat ini dapat diambil dengan larutan
kanji. Senyawa HI dan HIO3 segera bereaksi membentuk I2 yang diserap oleh kanji
dan menimbulkan warna biru. Dari percobaan diperoleh data :
[SO2] [HIO3] t
(M) (M) (detik)
14,6 x 10-4 3,60 x 10-3 25,8
7,31 x 10-3 3,60 x 10-3 52,8
14,6 x 10-4 7,21 x 10-3 12,6

Tentukan orde reaksi untuk setiap pereaksi dan orde keseluruhannya.

III. Latar Belakang


Pengukuran laju reaksi merupakan bidang kimia yang menakjubkan. Dari kajian
kinetika, mekanisme reaksi dapat dideduksi. Informasi tentang reaksi katalis maupun
penghambatan hanya dapat diperoleh melalui pengkajian kinetika.
Laju reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor : konsentrasi pereaksi (dan
kadang-kadang produk), suhu, dan katalis. Pengukuran laju biasanya dilakukan dibawah

16
kondisi percobaan yang tetap, dengan satu factor tetap sedangkan faktor lain di
ragamkan. Bila pengaruh faktor ini terhadap laju telah ditentukan, faktor ini dibuat tetap
dan faktor lain diragamkan. Pengkajian secara sistematik mengenai ketergantungan laju
pada perubahan laju reaksi dilanjutkan sampai perilaku kinetika dari reaksi yang
bersangkutan menjadi lengkap.
Cara mengukur laju reaksi. Salah satu segi penting dari pengkajian kinetika ialah
merancang teknik yang mudah untuk memantau jalannya reaksi menurut waktu. Analisis
kimia denga cara volumetrik atau gravimetrik relatif lambat, sehingga cara seperti ini
tidak digunakan kecuali bila reaksinya lambat, atau dapat dihentikan dengan
pendinginan tiba-tiba, atau dengan penambahan pereaksi yang menghentikan reaksi.
Beberapa cara yang umum digunakan ialah dengan menggunakan sifat warna dan
hantaran listrik. Laju reaksi yang melibatkan gas ditetapkan dengan mengukur volume
gas persatuan waktu. Dalam percobaan ini, Anda menggunakan perubahan warna.
Untuk suatu reaksi hipotesis
2A + 3 B C+5D
Hukum lajunya dapat berupa
∆[𝐶]
Laju = = k[A]n[B]m
∆𝑡

Dengan k adalah tetapan laju; n adalah orde reaksi untuk A; dan m adalah orde reaksi
untuk B. Orde reaksi keseluruhan adalah n + m. Orde reaksi hanya dapat ditentukan
lewat percobaan, karena angka-angka ini tidak selalu sama dengan koefisien reaksi
(stoikiometri).
Dalam percobaan ini Anda akan melakukan reaksi antara natrium thiosulfat dengan asam
hidroklorida.
S2O3 2- + 2 H+ SO2 + H2
Laju reaksi ini hanya bergantung pada konsentrasi S2O3 2- , tetapi tidak pada konsentrasi
asam. Hal ini dibuktikan dari grafik l/t terhadap (S2O3 2- ) yang memberikan garis lurus.
Grafik ini menyiratkan bahwa orde reaksi adalah satu untuk thiosulfat. Dan karena
konsentrasi asam tidak mempengaruhi laju, maka ordernya adalah nol.
Anda juga akan melakukan percobaan dengan orde reaksi dua untuk salah satu
komponen pereaksinya. Orde dua dapat disimpulkann bila terbentuk suatu garis lurus
dari grafik l/t terhadap [HCl]2.

17
IV. Prosedur
A. Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida
1. Buatlah campuran zat-zat pereaksi dengan volume seperti yang pada Tabel 1.1.
Selalu campurkan dahulu larutan tiosulfat dengan air sebelum asam hidroklorida
ditambahkan.
2. Putarlah erlenmeyer agar campuran benar-benar homogen.
3. Catatlah waktu mulai saat asam ditambahkan sampai saat timbulnya kekeruhan
karena pengendapan belerang. Setiap orang dapat berpendapat lain tentang saat
timbulnya kekeruhan, karena itu tetapkan cara penghitungan waktu dengan taat azas.
Lakukan dua ulangan.
4. Lakukan lagi percobaan dengan komposisi campuran seperti tertera pada Tabel 1.2.
Disini volume tiosulfat dibuat tetap, sedangkan volume asam diragamkan.
5. Buatlah grafik [S2O3 2- ] terhadap t dan [S2O3 2- ] terhadap l/t.

Tabel 1.1 Komposisi campuran dalam penentuan orde reaksi untuk natrium tiosulfat
Na2S2O3 (ml) Na2S2O3 (M) H2O (ml) HCl (ml)
25 0,15 - 4
20 0,12 5 4
15 0,09 10 4
10 0,06 15 4
5 0,03 20 4

Tabel 1.2 Komposisi campuran dalam penentuan orde reaksi untuk asam klorida
Na2S2O3 (ml) H2O (ml) HCl (ml) HCl (M)
25 - 5 3,0
25 2 3 1,8
25 4 1 0,6

B. Orde reaksi dalam reaksi antara magnesium dengan asam klorida


1. Bersihkan pita Mg dengan amplas baja, dan keratlah menjadi 16 potong yang
panjangnya 2 cm. Masukkan masing-masing 1 potong logam ke dalam 8 erlenmeyer
yang disediakan, sisihkan dulu 8 potong lainnya.
2. Encerkan larutan HCl 2 M sampai konsentrasi seperti tertera pada Tabel 1.3.
Pengenceran dilakukan dalam labu takar 100 ml. Tuangkan 100 ml larutan asam ini
ke dalam erlenmeyer dan segera catat waktunya dengan stopwatch.
3. Sekali-kali goyangkan erlenmeyer agar magnesium tetap dalam keadaan bergerak.
4. Hentikan stopwatch segera setelah semua Mg larut.

18
5. Ulangi percobaan ini dengan memasukkan lagi potongan Mg yang lain ke dalam
larutan asam yang sama. Catat waktu yang diperlukan untuk melarutkan seluruh pita
Mg ini.
6. Buatlah grafik l/t terhadap [HCl], dan l/t terhadap [HCl]2.

Tabel 1.3 Komposisi campuran Mg dengan HCl


HCl (M) Volume HCl (ml)
0,6 100
0,8 100
1,0 100
1,2 100
1,4 100
1,6 100
1,8 100
2,0 100

Nama : ……………………
NIM : ……………………

LEMBAR LAPORAN
Percobaan 3. KINETIKA KIMIA I (ORDE REAKSI)

A. Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida


Na2S2O3 Na2S2O3 H2O HCl t l/t
(ml) (M) (ml) (ml) (detik) (det-1)
25 0,15 - 4 - -
20 0,12 5 4 - -
15 0,09 10 4 - -
10 0,06 15 4 - -
5 0,03 20 4 - -
Grafik :

Orde grafik adalah …………………………………….untuk…………………………….

19
Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi asam hidroklorida
Na2S2O3 H2O HCl HCl t l/t
(ml) (ml) (ml) (M) (detik) (det-1)
25 - 5 3,0 - -
25 2 3 1,8 - -
25 4 1 0,6 - -
Grafik :

Orde reaksi adalah …………………………………………untuk…………………….…


Orde reaksi keseluruhan………………………………………………………………….

B. Orde reaksi dalam reaksi magnesium dengan asam hidroklorida


Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi asam hidroklorida
HCl HCl t l/t [HCl]2 log log
(M) (ml) (detik) (det-1) [HCl] (i/t)
0,6 100
0,8 100
1,0 100
1,2 100
1,4 100
1,6 100
1,8 100
2,0 100

Grafik :

Orde reaksi adalah …………………………………………untuk…………………….…


Orde reaksi keseluruhan………………………………………………………………….

20
PERCOBAAN IV
KINETIKA KIMIA II
(PENGARUH SUHU & KATALIS TERHADAP
LAJU REAKSI)

I. Tujuan
1. Mengamat pengaruh konsentrasi, suhu, dan katalis pada laju reaksi
2. Menentukan hukum laju suatu reaksi dalam larutan berair

II. Pertanyaan Prapraktek


1. Apakah yang dimaksud dengan laju reaksi ?
2. Mengapa kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi? Jelaskan.

III. Latar Belakang


Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimia yang
berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi
yang dihasilkan tiap detik reaksi. Perkaratan besi merupakan contoh reaksi kimia yang
berlangsung lambat, sedangkan peledakan mesiu atau kembang api adalah contoh reaksi yang
cepat. Laju reaksi dipelajari oleh cabang ilmu kimia yang disebut kinetika kimia. Laju reaksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Luas permukaan sentuh
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam banyak, sehingga
menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan
bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi
pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu
semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi;
sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi.
Suhu
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu reaksi
yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga

21
tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya,
apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.
Suhu merupakan properti fisik dari materi yang kuantitatif mengungkapkan gagasan umum
dari panas dan dingin.
Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam
reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi
berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan
yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi
aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya reaksi.
Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi
dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama.
Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu
permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat. Ikatan dalam
substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru.
Ikatan atara produk dan katalis lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas.
Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu
perantarakimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu
proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di
mana C melambangkan katalisnya:
... (1)
... (2)

Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan kembali oleh
reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi :

Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis Ziegler-Natta yang
digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis yang paling
dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesis amonia menggunakan besi biasa sebagai katalis.

22
Konverter katalitik yang dapat menghancurkan produk emisi kendaraan yang paling sulit
diatasi, terbuat dari platina dan rodium.

Molaritas
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya
dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat
suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan
berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi.
Konsentrasi
Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi reaktan maka dengan
naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi
maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan
bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat. Jadi semakin
tinggi konsentrasi, semakin cepat pula laju reaksinya.[butuh rujukan]

Persamaan laju reaksi

Untuk reaksi kimia

hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah

dengan:

 V = Laju reaksi
 k = Konstanta laju reaksi
 m = Orde reaksi zat A
 n = Orde reaksi zat B

Orde reaksi zat A dan zat B hanya bisa ditentukan melalui percobaan.

Dalam percobaan ini, kita akan menentuka pengaruh suhu dan katalis terhadap laju reaksi.

23
IV. Prosedur
A. Pegaruh suhu terhadap laju reaksi
Untuk percobaan ini diberikan contoh reaksi antara asam oksalat dengan kalium
permanganat dalam suasana asam.
1. Ambil 6 buah tabung reaksi, isi masing-masing dengan 8 mL asam oksalat 0,1 N dan
2 mL asam sulfat 6 N
2. Siapkan 3 gelas piala, isi separuhnya dengan air. Gelas piala pertama didihkan, gelas
piala kedua dipanaskan hingga 50oC, sedangkan gelas piala ketiga tidak dipanaskan.
3. Masukkan 2 tabung ke dalam setiap piala. Setelah 10 menit, ke dalam setiap tabung
ditambahkan 3 tetes KMnO4 0,1 N. Perhatikan perubahan warna dan catat waktu dari
reaksi dalam setiap tabung.

B. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi


1. Ambil 6 buah tabung reaksi, isi semuanya dengan 6 ml larutan asam oksalat.
a. Tabung 1 dan 2 masing-masing ditambah 2 ml H2SO4 1 M
b. Tabung 3 dan 4 masing-masing ditambah 1 ml H2SO4 1 M
c. Tabung 5 dan 6 masing-masing ditambah 4 ml H2O
2. Ke dalam setiap tabung berilah 3 tetes KMnO4
3. Perhatkan perubahan warna dan catat waktu reaksi.

24
Nama : ……………………
NIM : ……………………

LEMBAR LAPORAN
Percobaan 4. KINETIKA KIMIA II
(PENGARUH SUHU & KATALIS TERHADAP LAJU REAKSI)

A. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi


Waktu reaksi pada berbagai suhu (detik)
Suhu reaksi
Ulangan 100oC 50oC
25oC

1
2
Rata-rata

Tanda-tanda terjadinya reaksi :

B. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi


Waktu reaksi karena pengaruh katalis (detik)
H2SO4
Ulangan 2 mL 1 mL 0 mL

1
2
Rata-rata

Tanda-tanda terjadinya reaksi :

Pertanyaan :
1. Tuliskan persamaan reaksi pada percobaan C. Apakah H2SO4 dalam percobaan ini
dapat dikatakan sebagai katalis? Jelaskan.
2. Tuliskan persamaan reaksi pada percobaan D. Jelaskan mekanisme kerja H2SO4
sebagai katalis dalam reaksi ini

25
PERCOBAAN V
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
GARAM SUKAR LARUT

I. Tujuan
1. Mengamati zat yang sukar larut dalam air.
2. Menghitung angka Ksp dari suatu garam sukar larut.

II. Pertanyaan Prapraktek


1. Apa yang dimaksud dengan garam sukar larut dan larutan jenuh? Jelaskan.
2. Apa yang Anda ketahui tentang kelarutan ? Jelaskan.
3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kelarutan ? Jelaskan.

III. Latar Belakang

Tidak semua garam dapat larut dalam air. Banyak garam-garam yang kurang
larut bahkan dapat dikatakan tidak larut di dalam air. Walaupun tampaknya tidak larut,
sesungguhnya masih ada sebagian kecil dari garam-garam itu yang dapat larut dalam air.
Kelarutan garam-garam ini membentuk kesetimbangan dengan garam-garam yang tidak larut.

Salah satu contoh garam yang sukar larut dalam air adalah AgCl. Endapan perak klorida
akan terjadi apabila pada suatu larutan perak nitrat ditambahkan asam klorida. Pada mulanya,
partikel-partikel putih halus dari perak klorida yang tak larut membentuk suatu suspensi
seperti susu. Setelah dibiarkan beberapa lama, endapan padat akan turun didasar labu. Dari
fenomena diatas, dapat dituliskan untuk kesetimbangan antara fase padat dari garam yang tak
larut dan ion-ionnya dalam larutan :

AgCl(s) Ag+ + Cl-

Tetapan kesetimbangan untuk reaksi pelarutan ini adalah :

[𝐴𝑔+][𝐶𝑙−]
Kc = [𝐴𝑔𝐶𝑙(𝑠)]

26
Untuk suatu larutan jenuh perak klorida, pengaruh zat padat yang tak larut, AgCl(s), adalah
konstan, tidak tergantung pada banyaknya zat yang tak terlarut yang terdapat pada
penjenuhan.
[AgCl(s)] = k

Substitusi k untuk [AgCl(s)] dalam rumus Kc akan mengahsilkan :


(Kc)(k) = Ksp = [Ag+][Cl-]

Hasil dua tetapan, (Kc)(k), dinyatakan sebagai tetapan Ksp, yang disebut tetapan hasil kali kelarutan.
Untuk AgCl tetapan itu sama dengan hasil kali konsentrasi ion Ag+ dan Cl- dalam mol liter larutan
jenuh. Persamaan untuk kesetimbangan pelarutan adalah :

n+ n
AmBn(s) mA + Bm-

dan rumus Ksp-nya adalah :

Ksp = [An+]m[Bm-]n

IV. Prosedur

1. Ke dalam erlenmeyer, masukkan larutan AgNO3 0,1 M sebanyak 5 ml.


2. Tambahkan asam klorida setetes demi setetes dari dinding erlemeyer, lalu amati
perubahan yang terjadi, diamkan beberapa saat sampai endapan turun ke dasar
erlenmeyer.
3. Tambahkan aquadest 5 ml dan amati perubahan yang terjadi (apakah endapan larut
atau tidak).

27
Nama : ……………………
NIM : ……………………

LEMBAR LAPORAN
Percobaan 5. KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
GARAM SUKAR LARUT

Tabel pengamatan
No. Pencampuran Pengamatan

1. AgNO3 + HCl

2. Campuran 1 + H2O

Pertanyaan :

1. Tuliskan reaksi yang terjadi dari percobaan diatas ?


2. Hitung nilai Ksp dari AgCl ?

28
PERCOBAAN VI
HASIL KALI KELARUTAN
SENYAWA KOMPLEKS

I. Tujuan
1. Mengamati kelarutan beberapa senyawa kompleks dalam air.
2. Menentukan harga Ksp dari suatu senyawa kompleks.

II. Pertanyaan Prapraktek


1. Apa yang dimaksud dengan senyawa kompleks ? Jelaskan.
2. Bagaimana hubungan Ksp dan kelarutan ?

III. Latar Belakang


Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion
logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan
kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi (Cotton dan
Wilkinson.1984 ). Jadi semua senyawa kompleks atau senyawa koordinasi adalah senyawa
yang terjadi karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara logam transisi dengan satu atau
lebih ligan (Sukardjo,1999). Senyawa kompleks sangat berhubungan dengan asam dan basa
lewis dimana asam lewis adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan
bebas sedangkan basa lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai penyumbang pasangan
elektron. (Shriver, D.F dkk. 1940 ).
Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks. Ion kompleks adalah
kompleks yang bermuatan positif atau bermuatan negatif yang terdiri atas sebuah logam atom
pusat dan jumlah ligan yang mengelilingi logam atom pusat. Logam atom pusat memiliki
bilangan oksida nol, positif sedangkan ligan bisa bermuatan netral atau anion.
Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi telah berkembang pesat karena senyawa
ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia terutama karena aplikasinya dalam
berbagai bidang seperti dalam bidang kesehatan, farmasi, industri dan lingkungan. Senyawa
kompleks dalam industri sangat dibutuhkan terutama dalam katalis. Dalam industri
petrokimia kebutuhan katalis semakin meningkat karena setiap produk petrokimia diubah
menjadi senyawa kimia lainnya selalu dibutuhkan katalis, misalnya pada reaksi hidrogenasi,

29
karbonilasi, hidroformilasi (Gates, B, 1992 ) Kompleks logam transisi dapat mengkatalis
berbagai reaksi kimia seperti kompleks [PdCl2DFFM] yang telah lama dipakai sebagai
katalis untuk oksidasi stirena yaitu dalam pembentukan senyawa olefin (Bull, 1995 ). Dalam
bidang kesehatan dan farmasi senyawa kompleks sangat penting karena dapat digunakan
dalam pembuatan obat – obatan seperti vitamin B12 yang merupakan senyawa kompleks
antara kobalt dengan porfirin, hemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen.
(Sukardjo, 1985 ).
Kelarutan senyawa kompleks
Biasanya senyawa kompleks itu bersifat larut dalam air. Jadi, ketika suatu garam yang
sukar larut dlm air ditambahkan reagen sehingga membentuk senyawa kompleks, maka
kelarutannya akan meningkat. Misalnya AgCl (mengendap) ketika ditambah dengan NH3
akan terbentuk senyawa kompleks Ag(NH3)2]+ yang bersifat larut dlm air, jadi endapan AgCl
berkurang atau dapat hilang tergantung dari jumlah NH3 yg ditambahlan.

Pada saat pelarut sudah tidak mampu lagi melarutkan zat yang ditambahkan disebut
keadaan jenuh. Seluruh zat elektrolit akan terionisasi membentuk ion-ionnya. Pada keadaan
jenuh terjadi kesetimbangan heterogen antara padatan dan ion-ion yang terlarut.
Hal tersebut dapat dilihat pada reaksi berikut :

Ca(OH)2 Ca2+ + 2 OH-

Untuk menghitungnya, hanya tetapan kesetimbangan ion-ionnya yang diperhitungkan


sedangkan padatannya tidak diperhitungkan.

K=[Ca2+][OH-]2
Tetapan kesetimbangan ini disebut tetapan hasil kali kelarutan yang dinotasikan Ksp. Jadi
Ksp merupakan hasil kali kelarutan yang menggambarkan perkalian konsentrasi ion-ion
elektrolit yang sukar larut dalam larutan jenuhnya dipangkatkan koefisiennya masing-masing.
Pada suatu larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara partikel-partikel zat terlarut dengan
partikel-partikel zat yang tidak larut. Dalam hal ini kecepatan partikel yang melarut sama
dengan kecepatan partikel yang mengkristal.
Senyawa ion berupa garam atau basa yang sukar larut, juga membentuk kesetimbangan
antara ion-ion dalam bentuk kristal dengan ion-ion yang terlarut. Ada beberapa zat yang
menurut pengamatan biasa dikatakan tidak larut, tetapi sesungguhnya meskipun sedikit ada
zat yang melarut. Sebagai contoh, Ag2CrO4 dikatakan tidak larut dalam air, tetapi sebenarnya

30
air yang mengandung Ag2CrO4 padat tersebut adalah suatu larutan jenuh. Keadaan ini
dinyatakan dalam persamaan kesetimbangan berikut:

Ag2CrO4(s) 2 Ag+(aq) + CrO4-2(aq)

Harga tetapan kesetimbangan K dapat dirumuskan seperti anda menentukan harga


tetapan kesetimbangan dalam larutan jadi harga K sebanding dengan hasil kali konsentrasi
ion-ion pangkat koefisien
K = (Ag+2) (CrO4-2)
Ag2CrO4
Rumus ini dapat disederhanakan karena aktivitas padatan murni = 1 (dianggap tetap)
sehingga menjadi

Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [Cr42-] (toC)


Karena hanya suku-suku konsentrasi molar yang muncul dalam rumus di atas, rumus ini
dapat dinamakan tetapan kesetimbangnan (Kc), tetapi pada umumnya digunakan istilah dan
lambang khusus. Tetapan kesetimbangan yang menggambarkan kesetimbangan antara
senyawa ion yang sedikit larut dengan ion-ionnya dalam larutan (air sebagai pelarut)
dinamakan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp). Ksp Ag2CrO4 = 2,4 . 10-12 pada suhu 25oC.

Secara umum, Ksp dapat dirumuskan sebagai berikut:

LnXm(s) n Lm+(aq) + m Xn-(aq)

Ksp LnXm = [Lm+]n[Xn-]m

Secara percobaan Ksp dapat menentukan kelarutan, dan sebaliknya kelarutan suatu zat
dapat dihitung dari harga Ksp yang diketahui.

IV. Prosedur
1. Siapkan 5 buah tabung reaksi yang kering dan bersih, beri tanda 1 s/d 5.
2. Pada tabung reaksi 1, masukan larutan NaCl 0,1 M setinggi 2 cm ke dalam tabung reaksi
lalu tambahkan kedalamnya 3-4 tetes larutan AgNO3 0,1 M dan amati perubahan yang
terjadi .
31
3. Pada tabung reaksi 2, masukan larutan Na2SO4 0,1 M setinggi 2 cm ke dalam tabung
reaksi lalu tambahkan kedalamnya 3-4 tetes larutan K2CrO4 0,1 M dan amati perubahan
yang terjadi.
4. Pada tabung reaksi 3, masukan larutan AgNO3 0,1M setinggi 2 cm lalu tambahkan
kedalamnya 3-4 tetes larutan K2CrO4 0,1 M dan amati perubahannya.
5. Pada tabung reaksi 4, masukan larutan BaCl2 setinggi 2 cm lalu tambahkan kedalamnya
3-4 tetes larutan K2CrO4 0,1 M dan amati perubahan yang terjadi.
6. Pada tabung reaksi 5, masukan larutan Na2SO4 setinggi 2 cm lalu tambahkan
kedalamnya 3-4 tetes larutan BaCl2 0,1 M dan amati perubahan yang terjadi.

32
Nama : ……………………
NIM : ……………………

LEMBAR LAPORAN
Percobaan 6. HASIL KALI KELARUTAN
SENYAWA KOMPLEKS

Tabel pengamatan
Campuran
No. Reaksi Pengamatan
Laruran
1. AgNO3 + NaCl

2. Na2SO4 + K2CrO4

3. AgNO3 + K2CrO4

4. BaCl2 + K2CrO4

5. Na2SO4 + BaCl2

Pertanyaan :
1. Bagaimana pengaruh senyawa kompleks terhadap kelarutan ?
2. Campuran mana saja yang dapat membentuk endapan ? Jelaskan.
3. Tentukan rumus Ksp dari reaksi – reaksi pencampuran diatas !

33
PERCOBAAN VII
SKALA pH DAN PENGGUNAAN INDIKATOR

I. Tujuan
1. Membuat larutan standar asam atau basa dalam berbagai konsentrasi
2. Mengukur pH larutan dengan berbagai indikator
3. Memilih indikator yang sesuai pH
4. Mengukur pH larutan

II. Pertanyaan Prapraktek


1. Phenolptalain adalah salah satu indikator yang lazim digunakan untuk identifikasi asam-basa,
bagaimana warna dalam larutan asam-basa?
2. Apa yang dimaksud dengan pH? Berapa pH netral?
3. Apabila 0,01 mol HCl ada dalam 10 liter larutan, berapa molaritasnya, berapa H dan berapa
pH nya ?
4. Bagaimana hubungan antara H+ dan OH- dalam larutan air jika H+ = 10-4 M ?

III. Latar Belakang


Konsep mengenai asam dan basa didasarkan pada beberapa sifat yang ditunjukkan 0leh
sekelompok senyawa dalam larutan air. Berdasarkan sifat-sifat yang ditunjukkan tersebut, asam
adalah senyawa yang mempunyai senyawa rasa asam dam memerahkan lakmus biru. Basa adalah
senyawa yang mempunyai rasa pahit dan membirukan kertas lakmus merah. Dalam larutan air asam
menghasikan H+ dan basa menghasilkan OH-. Ion H+ dan ion OH- dari basa akan bereaksi membentuk
H2O sehingga larutan bersifat netral.
Keasaman dan kebasaan suatu larutan tergantung pada ion mana yang dominan dalam larutan,
jika [OH-] = [H+] maka larutan bersifat netral contoh:
[H+] = 10-3 mol/L dari persamaan untuk kesetimbangan air diperoleh:

Kw = [H+] [OH-] = 1 x 10-14

10-3 x [OH-] = 1 x 10-14 jadi, [OH-] = 10-11 mol/L

Skala pH
Berdasarkan pengertian [H+] dan [OH-], kita dapat mengetahui skala pH, pH adalah logaritma negatif
[H+] atau ditulis sebagai berikut: pH = -log [H+] dan Poh = -log [OH-].

Contoh bilangan [H+] = 10-3 mol/L, maka pH = 3

34
Bila diketahui [OH-] = 10-2 mol/L, maka [H+] = 10-14/10-2 mol/L = 10-12 mol/L

pH = 12

Untuk asam dan basa lemah [H+] dan [OH-] adalah sebagai berikut:

[H+] = [asam] x a, atau

[OH-] = [basa] x b

Indikator asam basa merupakan senyawa yang warnanya dalam larutan asam maupun basa
berbeda. Tidak semua indikator berubah warnanya pada pH. Beberapa indikator berubah warnanya
pada pH 7 yang lainnya pada pH 4,5 atau 6,8 dan seterusnya. Perubahan warna pada indikator
tergantung pada [H+] dalam larutan, maka indikator asam basa digunakan untuk memperkiakan
keasaman atau kebasaan larutan.

Lihat table 1:

Table 1. Trayek pH indikator

NO Indikator Interval Perubahan Warna


1. Metil ungu 0,2 – 0,3 Kuning – Ungu
2. Timol biru 1,2 – 2,8 Merah – Kuning
3. Metil jingga 3,1 – 4,4 Merah – Jingga – Kuning
4. Brom fenol biru 3,0 – 4,6 Kuning – Biru – Ungu
5. Kongo merah 3,0 – 5,0 Biru – Merah
6. Brom Kesol Hijau 3,8 – 5,4 Kuning – Biru
7. Metil Merah 4,4 – 6,2 Merah – Kuning
8. Brom Kesol Merah Hijau 5,2 – 6,8 Kuning – Merah Jambu
9. Lakmus 4,5 – 8,5 Merah – Biru
10. Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru
11. Fenol Merah 6,8 – 8,2 Kuning – Merah
12. Timol Biru 8,0 – 9,6 Kunging – Biru
13. Fenolpftalain 8,3 – 10,0 Tak Berwarna – Merah
14. Timolptalain 9,3 – 10,5 Kuning – Biru
15. Alizarin Kuning 10 – 12 Kuning – Merah
16. Indigokarmil 11,4 – 13,0 Biru – Kuning
17. Trinitrol Benzene 12,0 – 14,0 Tak Berwarna – Jingga

IV. Prosedur
Setiap kelompok mahasiswa membuat seperangkat larutan indikator pembanding yang terdiri
dari 1 larutan yang pH nya berkisar antara 2-12. Standar warna ini dipakai pada percobaan berikutnya
untuk mengetahui pH dari sejumlah larutan. Larutan standar ini harus dibuat dengan sangat teliti,
karena akan digunakan sebagai pembanding.

A. Daerah asam pH 2 sampai pH 6

35
1. Isi tabung dengan larutan standar HCl 0,01M karena HCl terionisasi sempurna maka pH
larutan ini adalah 2
2. Buatlah larutan lain dengan pH 3, 4, 5, 6 dengan setiap kali melakukan pengenceran 10 kali,
dimulai dengan pH 2, caranya sebagai berikut
3. Untuk membuat larutan pH 3, diambil 1 mL larutan pH 2 encerkan dengan 9 mL air suling
yang sudah dididihkan (untuk mengusir CO2), aduk pelan-pelan. Didapatkan larutan pH 3.
Dengan caranya yang sama, buatlah larutan dengan pH 4, 5, 6.

B. Daerah Netral pH 7
1. Gunakan air yang telah dididihkan, masukkan ke dalam tabung reaksi.

C. Daerah besar pH 8 sampai dengan pH 12


1. Isi larutan pertama dengan larutan standar NaOH 0,01M karena NaOH terionisasi sempurna
maka pH larutan ini adalah 12
2. Buatlah larutan lain dengan pH 11.10. 9, 8 dengan setiap kali melakukan pengenceran
dengan 9 mL air yang sudah dididihkan (untuk mengusir CO2), aduk pelan-pelan dapatkan
larutan pH 11 dengan cara yang sama buatlah larutan pH 10, 9, 8.
3. Beri label setiap larutan yaitu sesuai dengan pH nya lalu letakkan pada tabung reaksi
4. Simpanlah sekitar 1 mL dari setiap larutan yang dibuat pada bagian A, B, C yang akan
digunakan pada percobaan tabung reaksi.
5. Teteskan 1 tetes indikator setiap pH dan perhatikan pula daerah mana yang dijumpai
perubahan warna. Indikator yang digunakan berturut-turut adalah metil jingga, penolptalain,
brom timol biru, fenol merah dan metil merah.

D. Petunjuk pH berbagai zat


Dengan menggunakan indikator yang disediakan, tentukan pH konsentrasi dari:
1. Minuman berkarbonat
2. Soda kue (encerkan)
3. Sari buah jeruk dilarutkan
4. Detergen
a. Pipet sekitar 2 mL dari setiap larutan zat tersebut di atas dan masukkan masing-masing
ke dalam tabung reaksi.
b. Teteskan masing-masing indikator ke dalam masing-masing tabung reaksi.
c. Bandingkan warnanya dengan larutan standar.
d. Tentukan pH dari setiap larutan berdasrkan warna larutan yang terjadi setelah
penambahan indikator.
e. Bandingkan pengukuran dengan menggunakan kertas pH universal.

36
PERCOBAAN VIII
HIDRASI AIR

I. Tujuan
1. Mempelajari sifat-sifat senyawa berhidrat.
2. Mempelajari reaksi bolak-balik hidrasi.
3. Menentukan presentase air di dalam suatu hidrat.

II. Pertanyaan Prapraktek


1. Definisikan apa yang dimaksud dengan hidrat.
2. Suatu sampel diketahui berupa hidrat yaitu zink sulfat (ZnSO4). Bila 300 gram sampel
dipanaskan hingga bobotnya tetap, bobot yang tersisa adalah 1,692 gram. Bagaimana
rumus garam hidrat ini?

III. Latar Belakang


Beberapa reaksi yang dilakukan di laboraturium kimia selalu berkenaan dengan
larutan, beberapa diantaranya bekerja dengan menggunakan air sebagai pelarut. Ketika
air diuapkan, hasil reaksi dapat diisolasi, seringkali dalam bentuk padatan. Kadangkala
produk padatan ini mengandung molekul air sebagai bagian dari komposisinya. Sebagai
contoh, jika nikel (II) Oksida (NiO) dilarutkan dalam larutan H2SO4 encer, maka akan
terbentuk NiSO4.

NiO(s) + H2SO4(aq) → NiSO4(aq) + H2O(I)

Bila air diuapkan, terbentuklah kristal berwarna hijau gelap. Ketika dianalisis kristal
tersebut mengandung 6 mol air untuk setiap mol nikel (II) sulfat. Senyawa ini dinamakan
hidrat atau garam hidrat, dan air yang ada merupakan bagian penting dari komposisinya
yang terbentuk dan disebut air hidrat.
Beberapa bahan akan menyerap sedikit air jika ditempatkan di atsmosfer yang
mengandung banyak uap air. Penambahan air akan membentuk hidrat dan kehilangan air
akan membentuk anhidrat, dan proses ini merupakan proses bolak balik. Sebagai contoh,
hidrat nikel (II) sulfat jika dipanaskan akan kehilangan air membentuk nikel (II) sulfat

37
anhidrat. Nikel (II) sulfat anhidrat dapat dilarutkan kembali dalam air dan dikristalisasi ulang
sebagai senyawa hidrat.
NiSO4. 6H2O NiSO4(s) + 6H2O(g)

Perubahan kimia pada reaksi kedua juga berlangsung spontan, tanpa penambahan
panas atau tambahan larutan air. Pada kelembaban relatif tinggi zat anhidrat yang higroskopis
dapat menyerap air dari atmosfer. Zat yang menyerap air sering digunakan sebagai zat
pengering atau pengawet gas atau cairan. Jika jumlah air yang diserap terlalu besar, zat
tersebut akan meleleh, dan dapat hilang secara spontan bila ditempatkan pada kelembaban
yang rendah. Zat ini dinamakan zat pemekar (efloresensi). Hal ini sering ditandai oleh
hancurnya kristal hidrat yang terbentuk dari serbuk anhidrat padat.
Presentase dari beberapa sampel dapat ditentukan secara tak langsung. Pemanasan
akan menguapkan air dan jika ditimbang ulang terjadi penyusutan bobot sampel. Besarnya
penyusutan merupakan bobot air yang ada, dan dalam hal ini dianggap tidak ada gas lain
yang dihasilkan dalam proses ini. Jika dilakukan pada senyawa yang diketahui, rumus hidrat
dapat diketahui.
Pada percobaan ini, Anda akan menentukan presentase air pada contoh hidrat,
membuat pengamatan kualitatif yang menarik pada proses hidrasi dan mengamati penyusutan
air pada pemanasan sejumlah contoh.
IV. Prosedur
A. Penentuan kuantitatif persentase air dalam senyawa hidrat.
1. Timbang cawan dan tutupnya yang telah dipanaskan sampai dengan bobot tetap.
2. Timbang 1 gram sampel dalam cawan, lalu timbang beserta tutupnya. Letakkan cawan
pada kaki tiga dengan penutup sedikit terbuka sehingga uap dapat keluar.
3. Panaskan cawan selama 1 menit dengan pembakar dibawahnya, kemudian naikkan
panasnya hingga bagian atas cawan terlihat merah. Biarkan pemanasan selama 10 menit.
4. Hentikan pemanasan, tutup cawan, biarkan dingin pada suhu kamar, kemudian timbang.
5. Ulangi pemanasan sampai didapatkan bobot tetap, artinya sampai didapatkan perbedaan
bobot 2-3 mg. Hitung persentase air dalam contoh dan tentukan rumus hidratnya.

B. Reaksi bolak-balik hidrat


1. Masukkan ½ spatula tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) ke dalam cawan
porselen. Amati sampel ini dan catat warnanya.

38
2. Tutup cawan dengan kaca arloji, kemudian panaskan (jangan terlalu panas). Contoh akan
berubah warna menjadi pucat dan akhirnya putih. Catat hasil pengamatan Anda.
3. Hentikan pemanasan, setelah dingin teteskan air yang terkumpul pada kaca arloji ke dalam
cawan, apa yang terjadi? (Jika air tidak terkumpul dapat ditambahkan air lain).
Catatan : Tembaga sulfat jangan dibuang.

Nama : ……………………
NIM : ……………………

LEMBAR LAPORAN
Percobaan 8. HIDRASI AIR
A. Air Hidrat
1. Massa cawan kosong + tutup.......................................……………………...g
2. Massa cawan kosong + tutup + contoh........................……………………...g
3. Massa cawan kosong + tutup + contoh (Pemanasan 1) …...………………...g
4. Massa cawan kosong + tutup + contoh (Pemanasan 2) …...………………...g
5. Massa cawan kosong + tutup + contoh (Pemanasan 3) …...………………...g
6. Massa contoh setelah pemanasan (bobot tetap) ...........……………………...g
7. Massa contoh sebelum pemanasan ..............................……………………...g
8. Massa air yang hilang dari contoh................................……………………...g
9. Persentase air yang hilang dari contoh ........................……………………...g
10. Massa molar senyawa anhidrat.....................................……………………...g
11. Rumus hidrat ...............................................................……………………...g
12. Jumlah zat contoh.........................................................……………………...g

Jika Anda memanaskan cawan dan isinya sampai bobot tetap, apa masalah-masalah yang
timbul dari percobaan? Apakah perhitungan Anda tentang persentase air terlalu tinggi, terlalu
rendah atau hasinya tidak berubah? Kemukakan alasan Anda.

B. Reaksi bolak-balik hidrasi


a. Warna CuSO4.5H2O …………………………………
b. Pada pemanasan CuSO4.5H2O terdapat/tidak terdapat air pada kaca arloji.
39
c. Warna contoh setelah pemanasan adalah ………………………
d. Setelah pemanasan dan penambahan H2O terjadi warna …………………….
e. Persamaan reaksi :
CuSO4.5H2O
CuSO4 + 5H2O

Pertanyaan :
1. Mengapa dipilih cawan porselin yang masih baik (utuh) untuk percobaan menetukan
rumus hidrat (percobaan A) ?
2. Apa yang dimaksud dengan bobot tetap ?
3. Apa tujuan menutup mulut tabung reaksi pada percobaan B ? Jelaskan .
4. Mengapa warna CuSO4 yang biru berubah menjadi putih pada pemanasan ?
5. Pemanasan harus dihentikan segera bila warna berubah menjadi coklat atau hitam.
Jelaskan maksud dan tujuan kalimat tersebut.
6. Suatu senyawa hidrat mempunyai massa 1,632 g sebelum dipanaskan dan 1,008 g
setelah dipanaskan. Hitunglah persentase air secara eksperimen pada hidrat.
7. Tuliskan reaksi setimbang dari pemanasan CuSO4.5H2O.

40
Daftar Pustaka

Anderson, C.H and J.L.Hawes, 1971, Basic Exsperimental Chemistry. A Laboratory Manual
for
Beginning students. W.A.Benjamin, California.

Day, Jr, R.A. and Underwood A.L, 1990, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi IV, Erlangga,
Jakarta.

Dosen-dosen Kimia di P.T.Wilayah Barat, 1994, Penuntun Praktikum Kimia Dasar, Jakarta.

Fessenden dan Fessenden, 1992. Kimia Organic II, Erlangga, Jakarta.

Keenan, C.W, D.C.Kleinfeller, J.H. Wood, 1986. Ilmu Kimia untuk Universitas. (terjemahan
A.H.Pudjaamaka) terbitan VI, Erlangga, Jakarta.

Mueller, W.J, M.G.Ondrus, M.Orfield, G.L.Zimmerman, 1985. Introduction to Chemistry the


Laboratory, J.C.Nurrenber, Minnesota.

Sudaremadji, S, Haryono, B, dan Suhardi, 1981. Analisa Bahan Pangan dan Pertanian.
Liberty, Yogykarta.

Winarno, 1992. Kimia Pangan dan Gizi, P.T.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Vogel & Vogel, 1993. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitative Makro dan Semmikro
(terjemahan A.H.Putjaamaka), Edisi V, P.T.Kalman Media Pustaka, Jakarta.

41

Anda mungkin juga menyukai