KIMIA DASAR I
PENYUSUN:
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017/2018
1
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga tim
penulis dapat menyelesaikan penuntun praktikum Kimia Dasar I guna lancarnya kegiatan
praktikum di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sriwijaya.
Dalam menyusun penuntun ini, Tim penulis menyadari sepenuhnya masih banyak
terdapat kekurangan, akan tetapi berkat bantuan dari segala pihak akhirnya kesulitan-kesulitan
tersebut dapat diatasi
Atas bantuan dari berbagai pihak tersebut, pada kesempatan yang baik ini Tim penulis
menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
2. Jurusan Kimia FMIPA Unsri
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Diskripsi lab Kimia Dasar
Percobaan I Pengamatan Ilmiah 10
Percobaan II Rumus Empiris Senyawa 12
Percobaan III Stoikiometri Larutan 14
Percobaan IV Penetapan Massa Molar berdasarkan Penurunan Titik Beku 17
Percobaan V Struktur Senyawa 20
Percobaan VI Pembuatan Larutan dari padatan 22
Percobaan VII Pembuatan Larutan dari cairan 26
Percobaan VIII Reaksi Redoks 29
Daftar Pustaka
3
DESKRIPSI LAB KIMIA DASAR
UMUM
Kimia, seperti semua pengetahuan cabang ilmu lainnya, ditegakkan di atas percobaan-
percobaan, di laboratorium kita akan mempelajari teknik-teknik dasar yang digunakan oleh para
ahli kimia dan menerapkannya pada suatu percobaan.
Di laboratorium hal utama adalah masalah keselamatan mahasiswa dan dosen. Maka
sebelum masuk ke ruang laboratorium yakinkan terlebih dahulu bahwa anda telah membaca
ketentuan dan teknik-teknik laboratorium dalam penuntun praktikum kimia dasar.
Bekerja secara hati-hati dan efesien merupakan sesuatu yang dituntut dalam program
laboratorium. Percobaan harus didesain terlebih dahulu sehingga rencana kerja dapat
diselesaikan dalam masa normal sekitar dua jam kalau seandainyam anda betul-betul sudah siap
dan kerja secara efesien.
Berikut ini adalah aturan-aturan keselamatan umum & tata tertib di laboratorium.
KETENTUAN UMUM
1. Gunakan kaca mata pelindung debu & jangan menggunakan lensa kontak.
2. Gunakan jas lab dan sepatu serta gunakan sarung tangan khusus ketika menuangkan cairan
korosif (yang merusak).
3. Dilarang makan, merokok atau minum.
4. Jangan pernah meninggalkan suatu percobaan. Tak boleh menerima tamu, tak boleh ada api
kecuali ada perintah asisten.
5. Simpanlah buku-buku dan lainnya yang dimiliki di atas rak yang ada di laboratorium.
6. Gunakan lemari asam untuk percobaan yang melibatkan atau menggunakan gas berbahaya.
7. Bacalah label yang tertera di botol atau wadah dengan cermat untuk meyakinkan Anda
terhadap bahan yang betul tersebut. Kenali sifat-sifat bahan kimia yang akan Anda kerjakan
di dalam setiap percobaan.
4
PROSEDUR MENGATASI KECELAKAAN
Bila ada kecelakaan di laboratorium, maka perhatikanlah apa yang harus diperbuat seperti
di bawah ini :
1. Laporkan kepada asisten (instruktur) atau kepala laboratorium. Bila hal ini darurat, ambillah
segera langkah-langkah untuk mengeluarkan personil ke tempat yang aman atau jauh dari
tempat kecelakaan.
5
PENGELOLAAN LIMBAH KIMIA
6
menutupnya kembali botol tersebut. Jangan menaruh tutup tersebut ke atas permukaan lain.
Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
6. Mengambil bahan kimia cair.
Bawalah beker gelas bersih ke botol reagensia. Keluarkan atau lepaskan tutup botol
reagensia dan tuangkanlah sejumlah cairan yang diinginkan ke dalam beker glass. Jangan
memasukkan pipet tetes ke dalam botol. Tutupkan kembali stopper. Jangan mengambil
lebih dari pada yang diperlukan, jika seandainya berlebihan mengambil kelebihannya
buang pada tempatnya.
7
Kebijaksanaan yang diterapkan terhadap ujian regular juga dipakai dalam ujian akhir.
Ujian komperehensif dapat berupa multiple choice.
c. Quiz (15%)
Mahasiswa yang skornya kurang dari 80 pada ulangan quiz berarti tidak lulus (nilai
quis minimal 80, bila tidak mencapai 80 maka harus mengulang) Quiz diberikan dalam
bentuk essay atau berupa perhitungan yang berkaitan dengan teori dari semua
percobaan-percobaan yang telah dilakukan.
d. Lain-lain (penampilan, tingkah dll)
Penampilan anda di laboratorium merupakan petunjuk penting dari adanya kepahaman
terhadap prinsip-prinsip ilmu kimia dan penerapannya di dalam teknik laboratorium.
3 3 100 3 3 100
2 2 85 1 1 85
3 2 75 2 1 70
1 1 65 1 0 55
2 1 60 2 0 40
3 1 55
1 0 45
2 0 40
e. Laporan tertulis laboratorium (25%)
Laporan harus dibuat per percobaan, dan paling lambat 7 hari setelah tanggal
percobaan sesuai jadwal dalam silabus. Laporan harus diselesaikan dalam masa
laboratorium bila diajukan dalam 7 hari laporan diselesaikan setelah masa
laboratorium selesai akan dihukum dengan pengurangan 10%, dan dengan 10% lagi
untuk hari-hari berikutnya yang terlambat. Nilai laporan tertinggi 100.
8
f. Jenis laporan laboratorium atau proyek (10%)
Dalam silabus akan diperinci laporan laboratorium yang harus diserahkan dalam
bentuk tertulis. Laporan-laporan, termasuk tabel dan kurva, harus ditulis (diketik
computer) dan diprint. Merupakan tanggung jawab mahasiswa untuk meyakinkan
bahwa mereka tahu bagaimana seharusnya menyajikan. Laporan dinilai dengan skor
sampai 100 tak lebih setelah 10 selesai praktikum. Laporan lewat harinya akan
direduksi 10%, dan lebih dari hari setelah hari terlambat tersebut ditambah lagi 10%
per harinya.
Prosedur Check-In
1. Meja kerja, daftar peralatan, kunci kombinasi akan Anda dapat. Kunci yang rusak akan
diganti/diperbaiki. Jika Anda akan melengkapi kunci Anda, silahkan hubungi petugas.
2. Semua mahasiswa harus melengkapi dan mengembalikan kartu isian kepada asisten/petugas.
3. Anda dapat membuka lemari dan laci laboratorium Anda dan menyimpan perlengkapan lab
kerja Anda.
4. Cek peralatan yang ada dalam daftar dalam lemari Anda. Jangan diterima peralatan yang
rusak atas gelas yang retak atau pecah.
5. Apabila Anda kehilangan beberapa item, laporkan segera.
6. Dalam daftar peralatan tulis nomor meja, nomor praktikum, dan nama Anda.
7. Simpan daftar peralatan dilaci/lemari Anda dan Anda dapat mulai mengerjakan percobaan.
9
PERCOBAAN I
PENGAMATAN ILMIAH
I. Tujuan
1. Memperoleh pengalaman dalam mencatat dan menjelaskan pengamatan percobaan.
2. Mengembangkan keterampilan dalam menangani alat kaca dan memindahkan bahan kimia padat
maupun cairan.
3. Membiasakan diri dengan tata cara keselamatan kerja di laboratorium.
10
Merkuri oksida yaitu serbuk jingga, dimasukkan dalam tabung reaksi dan dipanaskan selama 2
menit. Batang korek api dinyalakan kemudian dipadamkan. Batang korek api yang masih membara ini
lalu didekatkan pada mulut tabung.
Pengamatan Hipotesis
Logam keperakan terbentuk di bagian dalam Merkuri dan oksigen dihasilkan dari
tabung reaksi pemanasan merkuri oksida
Batang korek api kembali menyala
11
PERCOBAAN II
RUMUS EMPIRIS SENYAWA
I. Tujuan :
1. Mencari rumus empiris dari suatu senyawa dan menetapkan rumus molekul senyawa tersebut.
2. Mempelajari cara mendapatkan data percobaan dan cara memakai data untuk menghitung rumus
empiris.
12
1. Dari rumus emperis ini dapat dilihat unsur apa yang terkandung senyawa tersbut, dan berapa
banyak atom dari masing-masing unsur membentuk molekul senyawa tersebut.
2. Massa molekul relative dapat ditentukan dengan menjumlahkan massa atom relative dari unsur-
unsur yang membentuk senyawa.
3. Berdasarkan rumus emperis dapat dihitung jumlah relative unsur-unsur yang terdapat dalam
senyawa atau komposisi persentase zat tersebut.
13
PERCOBAAN III
STOIKIOMETRI LARUTAN
I. Tujuan :
1. Mempelajari dan menerapkan prinsip stoikiometri dalam larutan untuk menganalisis contoh
yang mengandung asam dengan metode titrasi/volumetri
2. Menstandarisasi larutan penitrasi.
3. Menentukan konsentrasi contoh : Asam asetat dan asam sulfat dengan larutan standar sekunder
NaOH
14
Suatu pereaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi syarat-
syarat berikut :
1. Reaksi harus berlangsung sesuai persamaan reaksi kimia tertentu, harus tidak ada reaksi samping.
2. Reaksi harus berlangsung sampai benar-benar lengkap pada titik ekivalen, suatu indicator harus
ada untuk menunjukkan titik akhir.
3. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam jangka waktu yang tidak
terlalu lama
Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan titer atau larutan
baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat baku yang ditimbang secara seksama atau
dengan penetapan yang dikenal dengan standarisasi (pembakuan) terhadap larutan basa, yang selanjutnya
digunakan untuk menganalisis contoh yang mengandung asam. Bila sebagai titran adalah larutan baku
asam, maka penetapan tersebut asidimetri dan bila larutan baku basa sebagai titran maka disebut
alkalimetri.
Secara ringkas reaksi asam atau basa atau netralisasi disebabkan oleh proton (H+) dari asam yang
beraksi dengan OH- dari basa. Reaksi yang terjadi adalah:
15
Cuci 3 erlenmeyer 250 mL dan kemudian bilas dengan air suling. Pipet 25 mL larutan
HCl standar 0,1 M kedalam setiap Erlenmeyer. Tambahkan kedalam Erlenmeyer masing-
masing 25 mL air suling dan 3 tetes indicator fenolftalien. Catat kedudukan awal NaOH pada
buret kemudian alirkan sedikit larutan NaOH pada Erlenmeyer pertama. Titik akhir tercapai
bila bewarna merah jambu bertahan selama 30 detik setelah campuran. Catat volume akhir
dalam buret, isi buret kembali dan titrasi pada Erlenmeyer kedua dan ketiga. Hitunglah
molaritas larutan standar NaOH.
16
PERCOBAAN IV
PENETAPAN MASSA MOLAR
BERDASARKAN PENURUNAN TITIK BEKU
I. Tujuan
1. Menetapkan titik beku cairan murni dan larutan.
2. Menetapkan massa molar dari senyawa yang tidak diketahui berdasarkan penurunan titik beku.
T T
17
Penurunan titik beku dirumuskan sebagai berikut :
Tb = Kb . m
Tb = Tb lar Tb pel
Dimana
M = (w2/Mr W2) x (1000/w1)
Keterangan :
W2 = massa zat terlarut
Mr = Mr zat terlarut
W1 = massa pelarut
M = Molalitas
Pada larutan elektrolit, nilai koligatif lebih besar dari zat non elektrolit, sebab zat elektrolit
mengalami disosiasi / ionisasi membentuk ion-ionnya sehingga ada factor koreksi Van Hoff (i).
Tb = Kb . m . i
Tb = Kb . m (1+(n-1))
Dengan
n = jumlah ion
a = derajat ionisasi
18
2. Tetapkan titik beku larutan p Xilena, catat temperatur setiap 15 detik seperti pada butir 3.
V. Perhitungan
1. Plot kurva titik beku p Xilena murni, tentukan titik beku pelarut murni.
2. Buat kurva titik beku larutan senyawa dalam p Xilena. Gunakan metode yang digunakan
pada latar belakang, tentukan titik beku larutan.
3. Tetapan titik beku molar (Kb) p Xilena = 4,3oC per menit. Cari rapatan p Xilena dalam
handbook dan hitung masa pelarut yang digunakan. Hitung masa molar senyawa.
4. Asisten akan memberikan rumus empiris senyawa. Hitung rumus molekulnya.
19
PERCOBAAN V
STRUKTUR SENYAWA
I. Tujuan :
1. Menyusun model setiap senyawa yang ditugaskan berdasarkan rumus molekulnya.
2. Menggambarkan model senyawa dalam struktur tiga dimensi.
3. Menggambarkan rumus struktur untuk setiap senyawa berdasarkan model molekulnya.
4. Menuliskan rumus struktur dan titik elektron untuk setiap model senyawa yang diberikan oleh
asisten.
20
Pada umumnya, bila suatu unsur non logam bersenyawa dengan unsur-unsur non logam lain,
elektron tidak dilepaskan ataupun ditarik oleh atom-atom, melainkan digunakan secara bersama-sama
yang disebut ikatan kovalen. Senyawa yang dibentuk oleh ikatan kovalen disebut senyawa kovalen.
3H + N NH3
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengambil kesimpulan mengenai rumus titik elektron senyawa
dari suatu model. Model tersebut disusun dari sejumlah bola dan tongkat penghubung. Setiap bola
mewakili sebuah atom dan setiap tongkat penghubung mewakili satu ikatan kovalen tunggal. Satu ikatan
kovalen tunggal terdiri dari dua elektron yang digambarkan dengan 2 titik.
Untuk menyusun suatu model, satu tongkat yang menghubungkan dua bola menggambarkan satu
ikatan tunggal. Jika dua bola bergabung dengan dua tongkat, ini berarti satu ikatan ganda atau empat
elektron ikatan. Tiga tongkat yang menggabungkan dua bola menggambarkan tiga pasang elektron ikatan.
21
PERCOBAAN VI
PEMBUATAN LARUTAN DARI PADATAN
I. Tujuan
1. Mampu memahami teori dasar mengenai larutan dan konsentrasi
2. Mampu membuat larutan dan mengencerkan larutan dari bahan padat dengan berbagai
konsentrasi
Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih.
Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah-ubah. Disebut homogen karena
susunannya begitu seragam sehingga tak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan
dengan mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran heteregon permukaan- permukaan tertentu dapat
dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah.
Meskipun semua campuran fase gas bersifat homogen dan karena itu dapat disebut larutan,
molekul-molekulnya begitu terpisah sehingga tak dapat saling menarik dengan efektif. Larutan fase padat
sangat berguna dan dikenal baik. Contoh larutan fase padat antara lain perunggu (tembaga dan zink
sebagai penyusun utama), emas perhiasan (biasanya emas dan tembaga), dan amalgam kedokteran gigi
(merkurium dan perak).
Biasanya yang dimaksudkan dengan larutan adalah fase cair. Lazimnya salah satu komponan
(penyusun) larutan semacam itu adalah suatu cairan. Cairan ini disebut medium pelarut atau pelarut
(solvent). Komponen lain, yang dapat berbentuk gas, cairan ataupun zat padat dibayangkan sebagai
terlarut ke dalam komponen pertama. Zat yang terlarut disebut zat terlarut (solute). Dalam hal-hal yang
meragukan, zat yang kuantitasnya lebih kecil disebut zat terlarut.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam
larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat
dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa
22
satuan konsentrasi adalah molar, normal, molal, dan bagian per sejuta (part per million, ppm). Sementara
itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah)
atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada
proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara
pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu
sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut
tetap stabil.
Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik
komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan
dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah
endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut
sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu
zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat
padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka
terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya
berbanding terbalik terhadap suhu.
Larutan ideal bila interaksi antar molekul komponen-komponen larutan sama besar dengan
interaksi antar molekul komponen-komponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi
yang disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair)
berbanding tepat lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal tidak
terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas tertentu. Contoh
larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena.
Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume
komponen-komponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan
pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan.
23
3. Tambahkan sejumlah aquadest ke dalam gelas kimia sedikit demi sedikit sambil diaduk
sampai larut sempurna dengan volume 25 mL.
4. Tuangkan larutan garam tersebut ke dalam labu takar 50 mL, kemudian gelas kimia dan
batang pengaduknya dibilas dengan aquadest dan air bilasannya dimasukkan ke dalam labu
takar.
5. Jika volume larutan belum mencapai 50 mL maka tambahkan aquadest menggunakan botol
semprot sampai tanda batas, pasang tutup labu lalu homogenkan dan beri label.
6. Buat perhitungan massa kristal CuSO4.5H2O yang dibutuhkan jika akan membuat larutan 50
mL CuSO4.5H2O 0.1 N.
b. Mengencerkan Larutan
Mengencerkan Larutan CuSO4.5H2O 0.1 M menjadi larutan CuSO4.5H2O 0.05 M
sebanyak 50 mL
1. Siapkan larutan CuSO4.5H2O 0.1 M yang telah dibuat pada percobaan a.
2. Hitung volume larutan CuSO4.5H2O 0.1 M yang akan diencerkan menjadi larutan
CuSO4.5H2O 0.05 M dengan menggunakan rumus pengenceran.
3. Siapkan labu ukur 50 mL.
4. Pipet larutan CuSO4.5H2O 0.1 M yang telah dihitung dan masukkan ke dalam labu ukur.
5. Tambahkan sejumlah aquadest ke dalam labu ukur sampai dengan tanda batas.
6. Pasang tutup labu lalu homogenkan dan beri label.
24
Mengencerkan Larutan NaOH 0.1 M menjadi larutan NaOH 0.05 M sebanyak 50 mL
1. Siapkan larutan NaOH 0.1 M yang telah dibuat pada percobaan a.
2. Hitung volume larutan NaOH 0.1 M yang akan diencerkan menjadi larutan NaOH 0.05 M
dengan menggunakan rumus pengenceran.
3. Siapkan labu ukur 50 mL.
4. Pipet larutan NaOH 0.1 M yang telah dihitung dan masukkan ke dalam labu ukur.
5. Tambahkan sejumlah aquadest ke dalam labu ukur sampai dengan tanda batas.
6. Pasang tutup labu lalu homogenkan dan beri label.
25
PERCOBAAN VII
PEMBUATAN LARUTAN DARI CAIRAN
I. Tujuan
1. Mampu memahami teori dasar mengenai larutan dan konsentrasi
2. Mampu membuat larutan dan mengencerkan larutan dari bahan cair dengan berbagai
konsentrasi
26
a. Melarutkan Bahan Cair
Membuat 100 mL larutan HNO3 0.2 M dari HNO3 pekat
1. Catat nilai densitas (rapatan) dan % (b/v) HNO3 pada label kemasan HNO3.
2. Hitunglah volume HNO3 pekat yang diperlukan untuk keperluan di atas menggunakan
rumus Molaritas dan pengenceran.
3. Siapkan labu ukur 100 mL yang telah dibersihkan dan isi dengan 20 mL aquadest.
4. Ambil HNO3 pekat yang telah dihitung menggunakan pipet volume dan masukkan dalam
labu ukur 100 mL yang telah berisi aquadest melalui dinding labu secara perlahan-lahan.
5. Tambahkan sejumlah aquadest ke dalam labu ukur , tunggu sampai campuran dingin lalu
tambahkan aquadest lagi sampai dengan tanda batas.
6. Pasang tutup labu lalu homogenkan dan beri label.
7. Buat perhitungan volume HNO3 yang dibutuhkan jika akan membuat larutan HNO3 100
mL 0.2 N.
b. Mengencerkan Larutan
Mengencerkan Larutan HNO3 0.2 M menjadi larutan HNO3 0.1 M sebanyak 50 mL
1. Siapkan larutan HNO3 0.2 M yang telah dibuat pada percobaan a.
2. Hitung volume larutan HNO3 0.2 M yang akan diencerkan menjadi larutan HNO3 0.1 M
dengan menggunakan rumus pengenceran.
3. Siapkan labu ukur 50 mL.
4. Pipet larutan HNO3 0.2 M yang telah dihitung dan masukkan ke dalam labu ukur.
27
5. Tambahkan sejumlah aquadest ke dalam labu ukur sampai dengan tanda batas.
6. Pasang tutup labu lalu homogenkan dan beri label.
28
PERCOBAAN VIII
REAKSI REDOKS
I. Tujuan :
1. Menentukan perubahan bilangan oksidasi pada senyawa pada suatu reaksi redoks
2. Menyetarakan persamaan reaksi redoks
3. Mengamati perubahan warna akibat adanya perubahan bilangan oksidasi
4. Menghitung berat ekivalen (BE) dari senyawa yang terlibat dalam reaksi redoks.
29
4. Tambahkan persamaan-persamaan ini dan saling meniadakan zat-zat yang muncul pada ruas kiri
dan ruas kanan dari persamaan yang diperoleh.
Kalium dikromat adalah sebuah agen pengoksidasi yang cukup kuat, dengan potensial standard
dari reaksi :
Cr2O72- + 14 H+ + 6 e 2 Cr3+ + 7H2O
Sebesar + 1,33 V. Kekuatannya sebagai pengoksidasi tidak sebesar kalium permanganate.
Keuntungannya adalah harganya tidak mahal, amat stabil dalam larutan dan tersedia dalam bentuk
yang cukup murni untuk digunakan membuat larutan-larutan standard melalui penimbangan
langsung. Kalium dikromat dapat ditentukan kadarnya dengan mereaksikan kalium dikromat dengan
KI berlebih. I2 yang terbentuk dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3)
30
Daftar Pustaka
Anderson, C.H and J.L.Hawes, 1971, Basic Exsperimental Chemistry. A Laboratory Manual for
Beginning students. W.A.Benjamin, California.
Day, Jr, R.A. and Underwood A.L, 1990, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi IV, Erlangga, Jakarta.
Dosen-dosen Kimia di P.T.Wilayah Barat, 1994, Penuntun Praktikum Kimia Dasar, Jakarta.
Keenan, C.W, D.C.Kleinfeller, J.H. Wood, 1986. Ilmu Kimia untuk Universitas. (terjemahan
A.H.Pudjaamaka) terbitan VI, Erlangga, Jakarta.
Mueller, W.J, M.G.Ondrus, M.Orfield, G.L.Zimmerman, 1985. Introduction to Chemistry the Laboratory,
J.C.Nurrenber, Minnesota.
Sudaremadji, S, Haryono, B, dan Suhardi, 1981. Analisa Bahan Pangan dan Pertanian. Liberty,
Yogykarta.
Winarno, 1992. Kimia Pangan dan Gizi, P.T.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Vogel & Vogel, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitative Makro dan Semmikro (terjemahan
A.H.Putjaamaka), Edisi V, P.T.Kalman Media Pustaka, Jakarta.
31