Anda di halaman 1dari 31

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

PENYUSUN:

DR. Miksusanti, M.Si


DR. Muharni, M.Si
Widia Purwaningrum, M.Si
Dr. Poedji Loekitowati H, M.Si
Novi Angraini, A.Md

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga tim
penulis dapat menyelesaikan penuntun praktikum Kimia Dasar I guna lancarnya kegiatan
praktikum di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sriwijaya.
Dalam menyusun penuntun ini, Tim penulis menyadari sepenuhnya masih banyak
terdapat kekurangan, akan tetapi berkat bantuan dari segala pihak akhirnya kesulitan-kesulitan
tersebut dapat diatasi
Atas bantuan dari berbagai pihak tersebut, pada kesempatan yang baik ini Tim penulis
menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
2. Jurusan Kimia FMIPA Unsri

Inderalaya, Agustus 2017

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Diskripsi lab Kimia Dasar
Percobaan I Pengamatan Ilmiah 10
Percobaan II Rumus Empiris Senyawa 12
Percobaan III Stoikiometri Larutan 14
Percobaan IV Penetapan Massa Molar berdasarkan Penurunan Titik Beku 17
Percobaan V Struktur Senyawa 20
Percobaan VI Pembuatan Larutan dari padatan 22
Percobaan VII Pembuatan Larutan dari cairan 26
Percobaan VIII Reaksi Redoks 29
Daftar Pustaka

3
DESKRIPSI LAB KIMIA DASAR

UMUM

Kimia, seperti semua pengetahuan cabang ilmu lainnya, ditegakkan di atas percobaan-
percobaan, di laboratorium kita akan mempelajari teknik-teknik dasar yang digunakan oleh para
ahli kimia dan menerapkannya pada suatu percobaan.
Di laboratorium hal utama adalah masalah keselamatan mahasiswa dan dosen. Maka
sebelum masuk ke ruang laboratorium yakinkan terlebih dahulu bahwa anda telah membaca
ketentuan dan teknik-teknik laboratorium dalam penuntun praktikum kimia dasar.
Bekerja secara hati-hati dan efesien merupakan sesuatu yang dituntut dalam program
laboratorium. Percobaan harus didesain terlebih dahulu sehingga rencana kerja dapat
diselesaikan dalam masa normal sekitar dua jam kalau seandainyam anda betul-betul sudah siap
dan kerja secara efesien.
Berikut ini adalah aturan-aturan keselamatan umum & tata tertib di laboratorium.

KETENTUAN UMUM

1. Gunakan kaca mata pelindung debu & jangan menggunakan lensa kontak.
2. Gunakan jas lab dan sepatu serta gunakan sarung tangan khusus ketika menuangkan cairan
korosif (yang merusak).
3. Dilarang makan, merokok atau minum.
4. Jangan pernah meninggalkan suatu percobaan. Tak boleh menerima tamu, tak boleh ada api
kecuali ada perintah asisten.
5. Simpanlah buku-buku dan lainnya yang dimiliki di atas rak yang ada di laboratorium.
6. Gunakan lemari asam untuk percobaan yang melibatkan atau menggunakan gas berbahaya.
7. Bacalah label yang tertera di botol atau wadah dengan cermat untuk meyakinkan Anda
terhadap bahan yang betul tersebut. Kenali sifat-sifat bahan kimia yang akan Anda kerjakan
di dalam setiap percobaan.

4
PROSEDUR MENGATASI KECELAKAAN
Bila ada kecelakaan di laboratorium, maka perhatikanlah apa yang harus diperbuat seperti
di bawah ini :
1. Laporkan kepada asisten (instruktur) atau kepala laboratorium. Bila hal ini darurat, ambillah
segera langkah-langkah untuk mengeluarkan personil ke tempat yang aman atau jauh dari
tempat kecelakaan.

2. Kenali lokasi-lokasi dan cara kerja alat-alat berikut di laboratorium :


Air pancuran pencuci mata APM
Shower pengaman darurat SPD
Pemadam kebakaran PK
Pintu keluar darurat PKD
Kotak P3K P3K
Selimut api (pasir, karung) SA
Kotak alarm api KAA
Telepon terdekat TT
Kantor kepala laboratorium KKL
(Buatlah denah lokasi dari fasilitas laboratorium tersebut)
3. Bila bahan kimia korosif memercik ke mata Anda, segera cuci mata Anda dengan air dari
pancuran pencuci mata
4. Apabila terbakar sendiri.
Untuk luka bakar kecil, Anda dapat menaruhkan air es pada bagian yang terluka bakar untuk
menghilangkan rasa sakit. Tidak boleh menempelkan apapun pada tempat luka bakar tersebut,
kecuali suatu analgetik topikal. Untuk luka bakar besar, hubungi langsung dokter.
5. Apabila terjadi kebakaran.
Ambil alat pemadam kebakaran terdekat, lepaskan kunci pengamannya, bidik sumber api, dan
dari jarak beberapa meter semprotkan alat tersebut sampai apinya padam.

5
PENGELOLAAN LIMBAH KIMIA

Dilarang membuang bahan kimia sembarangan dengan cara


menumpahkan/membuang begitu saja ke dalam saluran pipa
atau kaleng sampah. Bak pembuangan limbah bahan kimia
secara rutin tersedia di dalam laboratorium

PERHATIKAN PETUNJUK PENCEGAHAN KECELAKAAN


BERIKUT INI :

1. Bekerja dengan tabung atau batang gelas


a. Ketika memasukkan tabung atau termometer ke dalam tutup karet, selalu gunakan
gliserin atau air sabun sebagai pelicin. Lindungi tangan anda dengan cara membungkus
tabung gelas tersebut dengan handuk.
b. Dibilas dengan air semua pinggiran tabung atau batang gelas tersebut.
c. Buang segera glassware yang retak atau pecah ke dalam tempat sampah yang sesuai.
Ganti barang yang pecah dari laci Anda dengan menghubungi asisten/analis.
d. Jangan memanaskan gelas ukur, labu ukur, atau termometer langsung dengan api
bunsen.
2. Penggunaaan Pembakar Bunsen
a. Pembakar Bunsen hanya dapat dinyalakan selama waktu pemakaian. Jauhkan
penempatannya dari rak reagensia.
b. Sebelum menyalakan Bunsen, yakinkan tidak ada reagensia yang mudah terbakar.
c. Jangan sampai tangan atau rambut anda dekat dengan nyala api.
3. Susunlah alat-alat percobaan dengan cermat.
4. Jangan membawa botol reagensia ke atas meja Anda.
5. Melepaskan tutup gelas dari botol reagensia.
Genggamlah tutup botol antara dua jari telunjuk dan jari tengah dengan telapak tangan
anda menghadap ke atas. Peganglah tutup tersebut pada posisi ini sampai Anda

6
menutupnya kembali botol tersebut. Jangan menaruh tutup tersebut ke atas permukaan lain.
Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
6. Mengambil bahan kimia cair.
Bawalah beker gelas bersih ke botol reagensia. Keluarkan atau lepaskan tutup botol
reagensia dan tuangkanlah sejumlah cairan yang diinginkan ke dalam beker glass. Jangan
memasukkan pipet tetes ke dalam botol. Tutupkan kembali stopper. Jangan mengambil
lebih dari pada yang diperlukan, jika seandainya berlebihan mengambil kelebihannya
buang pada tempatnya.

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

1. BIAYA PRAKTIKUM (DIBIAYAI FAKUSTAS MIPA)


2. PENGISIAN FORMULIR PRAKTIKUM
3. MENYALIN LAPORAN
Walaupun dalam beberapa percobaan anda boleh bekerja sama dengan mahasiswa lainnya
untuk mendapatkan data, tetapi laporan dan perhitungan yang anda buat haruslah dari hasil
kerja sendiri. Mahasiswa dilarang bekerja sama dalam membuat laporan. Dalam hal ini
jurusan kimia menganggap serius. Sanksi minimum dalam bentuk menyalin apapun adalah
bernilai E.
4. WAKTU RESPONSI (resitasi)
Tiap test lamanya 50 menit per-minggu. Selama masa ini dua jenis percobaan dan
teori/perhitungan yang berkaitan dengan jenis praktikum ini akan dibicarakan oleh
mahasiswa. Laporan respons sudah harus diterima sebelum masuk lab.
5. KOMPONEN PENILAIAN
- Ujian I dan II 20%. Lain-lain (tertib dll) 15%. Laporan tertulis lab 25%
- Ujian akhir 15%. Quiz 15%. Laporan pendahuluan pratikum 10%
a. Ujian I dan II (masing-masing 10%)
Ada dua macam ujian (masing-masing 50 menit), sesuaikan dengan silabus.
b. Comprehensive ujian akhir

7
Kebijaksanaan yang diterapkan terhadap ujian regular juga dipakai dalam ujian akhir.
Ujian komperehensif dapat berupa multiple choice.
c. Quiz (15%)
Mahasiswa yang skornya kurang dari 80 pada ulangan quiz berarti tidak lulus (nilai
quis minimal 80, bila tidak mencapai 80 maka harus mengulang) Quiz diberikan dalam
bentuk essay atau berupa perhitungan yang berkaitan dengan teori dari semua
percobaan-percobaan yang telah dilakukan.
d. Lain-lain (penampilan, tingkah dll)
Penampilan anda di laboratorium merupakan petunjuk penting dari adanya kepahaman
terhadap prinsip-prinsip ilmu kimia dan penerapannya di dalam teknik laboratorium.

Contoh skala penilaian dapat disusun sebagai berikut :


Jenis percobaan (3 ion yang tak diketahui) Jenis percobaan (2 anion yang tak diketahui)
Yang
harus Jawaban yang Nilai Yang harus Jawaban Nilai
dilaporkan benar dilaporkan yang benar

3 3 100 3 3 100
2 2 85 1 1 85
3 2 75 2 1 70
1 1 65 1 0 55
2 1 60 2 0 40
3 1 55
1 0 45
2 0 40
e. Laporan tertulis laboratorium (25%)
Laporan harus dibuat per percobaan, dan paling lambat 7 hari setelah tanggal
percobaan sesuai jadwal dalam silabus. Laporan harus diselesaikan dalam masa
laboratorium bila diajukan dalam 7 hari laporan diselesaikan setelah masa
laboratorium selesai akan dihukum dengan pengurangan 10%, dan dengan 10% lagi
untuk hari-hari berikutnya yang terlambat. Nilai laporan tertinggi 100.

8
f. Jenis laporan laboratorium atau proyek (10%)
Dalam silabus akan diperinci laporan laboratorium yang harus diserahkan dalam
bentuk tertulis. Laporan-laporan, termasuk tabel dan kurva, harus ditulis (diketik
computer) dan diprint. Merupakan tanggung jawab mahasiswa untuk meyakinkan
bahwa mereka tahu bagaimana seharusnya menyajikan. Laporan dinilai dengan skor
sampai 100 tak lebih setelah 10 selesai praktikum. Laporan lewat harinya akan
direduksi 10%, dan lebih dari hari setelah hari terlambat tersebut ditambah lagi 10%
per harinya.

PROSEDUR PENGECEKAN LABORATORIUM

Prosedur Check-In
1. Meja kerja, daftar peralatan, kunci kombinasi akan Anda dapat. Kunci yang rusak akan
diganti/diperbaiki. Jika Anda akan melengkapi kunci Anda, silahkan hubungi petugas.
2. Semua mahasiswa harus melengkapi dan mengembalikan kartu isian kepada asisten/petugas.
3. Anda dapat membuka lemari dan laci laboratorium Anda dan menyimpan perlengkapan lab
kerja Anda.
4. Cek peralatan yang ada dalam daftar dalam lemari Anda. Jangan diterima peralatan yang
rusak atas gelas yang retak atau pecah.
5. Apabila Anda kehilangan beberapa item, laporkan segera.
6. Dalam daftar peralatan tulis nomor meja, nomor praktikum, dan nama Anda.
7. Simpan daftar peralatan dilaci/lemari Anda dan Anda dapat mulai mengerjakan percobaan.

9
PERCOBAAN I
PENGAMATAN ILMIAH

I. Tujuan
1. Memperoleh pengalaman dalam mencatat dan menjelaskan pengamatan percobaan.
2. Mengembangkan keterampilan dalam menangani alat kaca dan memindahkan bahan kimia padat
maupun cairan.
3. Membiasakan diri dengan tata cara keselamatan kerja di laboratorium.

II. Pertanyaan Prapraktek :


1. Bagaimana caranya mengamati reaksi yang menghasilakn gas, cairan dan padatan.
2. Mana dari bahan kmia yang perlu diperlakukan dengan hati-hati dan sebutkan bahayanya :
alkohol, ammonium nitrat, kalsium klorida, bahan kimia organik, dan air suling.

III. Dasar Teori


Ilmu kimia mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami
materi ini dalam proses alamiah maupun eksperimen yang direncanakan. Seperti dalam semua ilmu
pengetahuan alam orang terus menerus membuat pengamatan dan mengumpulkan fakta yang kemudian
dicatat dengan cermat sampai dibuat kesimpulan.
Sebelum menarik kesimpulan, data hasil observasi yang banyak diringkas menjadi satu
pertanyaan singkat yang disebut hukum. Hukum dan fakta yang ada dijelaskan dengan bantuan
hipotesis ataupun suatu teori yang dirancang untuk menyarankan mengapa atau bagaimana suatu hal
dapat terjadi.
Semua hal ini jika disimpulkan merupakan suatu prosedur yang disebut Penelitian Ilmiah yang
melibatkan tiga langkah utama, yaitu :
1. Pelaksanaan percobaan dan mengumpulkan data
2. Menjelaskan hipotesis untuk menghubungkan dan menjelaskan data yang ada
3. Mengajukan teori
Hipotesis yang diajukan kadang-kadang terbukti tidak terlalu sesuai keadaan yang nyata dan
terjadi, walaupun tidak segeraa ditolak. Hal ini terjadi karena banyak para ilmuwan kimia yang enggan
untuk meninggalkan teori lama untuk menganut dan mengembangkan teori yang baru yang oleh mereka
dikatakan bahwa masih banyak hal-hal di alam ini yang samar-samar dan tidak jelas. Oleh sebab itu
hipotesis dapat ditolak, diubah atau walaupun jarang, sesudah diuji seksama, bahkan menjadi hukum atau
teori ilmiah. Mari kita lihat cara mengajukan hipotesis.

10
Merkuri oksida yaitu serbuk jingga, dimasukkan dalam tabung reaksi dan dipanaskan selama 2
menit. Batang korek api dinyalakan kemudian dipadamkan. Batang korek api yang masih membara ini
lalu didekatkan pada mulut tabung.

Pengamatan Hipotesis
Logam keperakan terbentuk di bagian dalam Merkuri dan oksigen dihasilkan dari
tabung reaksi pemanasan merkuri oksida
Batang korek api kembali menyala

IV. Prosedur Percobaan


1. Busa hitam. Masukkan gula pasir ke dalam tabung reaksi 150 mL sampai 1/6 tabung reaksi
terisi. Tambahkan 5 mL asam sulfat pekat dan aduk hati-hati.
2. Panas dan dingin. Masukkan seujung sudip ammonium klorida ke dalam tabung reaksi dan
kalsium klorida ke dalam tabung reaksi yang lain. Isilah tabung sampai setengahnya dengan air.
Peganglah bagian bawah tabung (catatan : buanglah bahan kmia ke dalam bak cuci, lalu siram
dengan air yang banyak).
3. Aktif dan tidak aktif. Isilah gelas piala (250 mL) dengan air sampai setengahnya. Masukkan
sebuah paku besi dan sekeping logam kalsium dalam air. Catat pengamatan anda dan ajukan
hipoetesis.
4. Paku tembaga. Isilah setengah gelas piala (250 mL) dengan larutan tembaga (II) sulfat,
masukkan sebuah paku besi ke dalamnya. Tunggu beberapa menit lalu catat pengamatan anda.
5. Ada dan hilang. Masukkan sekitar 10 mL merkuri (II) nitrat ke dalam gelas ukur. Tambahkan
20 mL larutan kalium iodida ke dalam gelas piala tersbut. Amati dan catat, kemudian ajukan
hipotesa anda.

11
PERCOBAAN II
RUMUS EMPIRIS SENYAWA

I. Tujuan :
1. Mencari rumus empiris dari suatu senyawa dan menetapkan rumus molekul senyawa tersebut.
2. Mempelajari cara mendapatkan data percobaan dan cara memakai data untuk menghitung rumus
empiris.

II. Pertanyaan Prapraktek


1. Berilah 5 buah contoh senyawa yang memilki rumus molekul dan rumus empiris yang sama dan
5 buah senyawa yang memiliki rumus molekul dan rumus empiris yang berbeda.
2. Pembakaran senyawa CxHy dalam oksigen berlebih menghasilkan 1,955 g CO2 dan 1 g H2O. Jika
Ar O = 16 g/mol, C = 12 g/mol dan H = 1 g/mol, bagaimana rumus emperis senyawa tersebut?

III. Dasar Teori


Untuk menyatakan komposisi zat-zat dan menggambarkan perubahan-perubahan kualitatif yang
terjadi selama reaksi kimia secara tepat, singkat dan langsung, kita gunakan lambang-lambang kimia dan
rumus-rumus kimia. Secara umum dikenal rumus emperis dan rumus molekul.
Rumus emperis adalah suatu senyawa yang menyatakan nisbah (jumlah) terkecil jumlah atom
yang terdapat dalam senyawa tersebut, sedangkan rumus yang sebenarnya untuk semua unsur dalam
senyawa dinamakan rumus molekul. Sebagai contoh karbondioksida terdiri dari 1 atom C dan 2 atom O,
maka rumus emperisnya sama dengan rumus molekulnya yaitu CO2. Hidrogen peroksida yang
mempunyai 2 atom H dan 2 atom O memiliki rumus molekul H2O2 rumus emperisnya HO.
Untuk penulisan rumus emperis walau tak ada aturan yang ketat, tetapi umumnya untuk zat
anorganik, unsur logam atau hidrogen ditulis terlebih dahulu, diikuti dengan non logam/metaloid dan
akhirnya oksigen, sedangkan untuk zat-zat organik aturan yang umum berlaku adalah C, H, O, N, S, dan
P.
Berdasarkan beberapa percobaan yang dilakukan disimpulkan rumus empiris ditentukan lewat
penggabungan nisbah bobot dari unsur-unsurnya. Ini merupakan langkah yang penting untuk
memperlihatkan sifat berkala dan unsur-unsur. Secara sederhana penentuan rumus emperis suatu senyawa
dapat dilakukan dengan eksperimen, dengan menentukan persentase jumlah unsur-unsur yang terdapat
dalam zat tersebut, memakai metode analisis kimia kuantitatif. Disamping itu ditentukan pula massa
molekul relative senyawa tersebut. Untuk menyatakan rumus emperis senyawa telah diketahui dapat
disimpulkan sifat-sifat fisik dan kimia dari zat tersebut, yaitu :

12
1. Dari rumus emperis ini dapat dilihat unsur apa yang terkandung senyawa tersbut, dan berapa
banyak atom dari masing-masing unsur membentuk molekul senyawa tersebut.
2. Massa molekul relative dapat ditentukan dengan menjumlahkan massa atom relative dari unsur-
unsur yang membentuk senyawa.
3. Berdasarkan rumus emperis dapat dihitung jumlah relative unsur-unsur yang terdapat dalam
senyawa atau komposisi persentase zat tersebut.

IV. Prosedur Percobaan


1. Ambil cawan krus dan tutupnya. Alat ini harus bersih dan kering.
2. Timbang krus dan tutupnya hingga ketelitian 0,001 g, catat bobotnya.
3. Ke dalam cawan tambahkan 0,5 g logam tembaga, campur dengan 10 mL asam nitrat 4 M dan
tutup dengan gelas arloji.
4. Pemanasan dilanjutkan sampai terbentuk kristal kekuning-kuningan, dinginkan dalam suhu
kamar.
5. Timbang cawan penguap beserta isinya sampai bobot tetap.
6. Tentukan rumus empiris dari oksida tembaga tersebut.

13
PERCOBAAN III
STOIKIOMETRI LARUTAN

I. Tujuan :
1. Mempelajari dan menerapkan prinsip stoikiometri dalam larutan untuk menganalisis contoh
yang mengandung asam dengan metode titrasi/volumetri
2. Menstandarisasi larutan penitrasi.
3. Menentukan konsentrasi contoh : Asam asetat dan asam sulfat dengan larutan standar sekunder
NaOH

II. Pertanyaan Prapraktek :


1. Apa yang dimasud dengan :
a) koefisien reaksi b) mol c) asam c) basa d ) titik ekivalen e) indikator
2. Jelaskan perbedaan titik akhir titrasi dengan titik ekivalen.
3. Tuliskan reaksi yang terjadi antara NaOH dengan CH3COOH dan NaOH dengan H2SO4
4. Sebanyak 0,7742 g kalium hidrogen sitrat dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan dilarutkan
dengan air suling, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH, berupa molaritaas larutan NaOH
tersebut?

III. Dasar Teori


Beberapa pereaksi dan/atau hasil reaksi dapat berada dalam larutan. Satu komponen yang
menentukan keadaan larutan apakah sebagai padatan, cairan, atau gas disebut pelarut (solvent).
Komponen-komponen lain disebut zat terlarut (solute). Lambang NaCl (aq) misalnya menunjukkan
bahwa air sebagai pelarut dan natrium klorida sebagai zat terlarut. Dalam air laut, air juga merupakan
pelarut tetapi banyak sekali zat terlarutnya, dan NaCl yang paling banyak terdapat.
Jumlah zat terlarut yang dapat dilarutkan dalam sebuah pelarut sangat bervariasi. Itulah sebabnya
perlu mengetahui susunan atau konsentrasi yang tepat suatu larutan bila harus dilakukan perhitungan pada
reaksi kimia dalam larutan. Untuk perhitungannya tetap berdasarkan perbandingan koefisien reaksi
masing-masing zat yang terlibat dalam suatu persamaan reaksi yang telah disetarakan. Salah satu cara
untuk menentukan konsentrasi zat dalam bentuk larutan adalah dengan metode volumetric/titrimetri.
Analisa volumetrik adalah analisa kuantitatif dimana kadar komponen dari zat uji ditetapkan
berdasarkan volume pereaksi (konsentrasi doketahui) yang ditambahkan kedalam larutan zat uji, hingga
komponen yang akan ditetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Proses yang dikenal
dengan titrasi, oleh karena itu analisis volumetric dikenal juga dengan analisa titrimetri.

14
Suatu pereaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi syarat-
syarat berikut :
1. Reaksi harus berlangsung sesuai persamaan reaksi kimia tertentu, harus tidak ada reaksi samping.
2. Reaksi harus berlangsung sampai benar-benar lengkap pada titik ekivalen, suatu indicator harus
ada untuk menunjukkan titik akhir.
3. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam jangka waktu yang tidak
terlalu lama
Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan titer atau larutan
baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat baku yang ditimbang secara seksama atau
dengan penetapan yang dikenal dengan standarisasi (pembakuan) terhadap larutan basa, yang selanjutnya
digunakan untuk menganalisis contoh yang mengandung asam. Bila sebagai titran adalah larutan baku
asam, maka penetapan tersebut asidimetri dan bila larutan baku basa sebagai titran maka disebut
alkalimetri.
Secara ringkas reaksi asam atau basa atau netralisasi disebabkan oleh proton (H+) dari asam yang
beraksi dengan OH- dari basa. Reaksi yang terjadi adalah:

H+(aq) + OH-(aq) H2O(aq)


Sumber ion H+ dapat berasal dari asam atau kuat atau asam lemak, dan ion OH- berasal dari
basa kuat dan lemah. Bila H+ dan OH- berasal dari asam kuat maka reaksi tersebut dinamakan reaksi asam
kuat-basa kuat.
Pada kebanyakan titrasi asam basa, perubahan larutan pada titik ekivalen tidak jelas. Untuk
mengatasi hal ini maka digunakan indicator yaitu senyawa organic atau basa lemah yang mempunyai
warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa), dimana indicator ini
memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Secara umum untuk titrasi asam basa, indicator yang
digunakan indicator fenolftalien yang mempunyai trayek pH 8,3 10,5 dimana senyawa ini tidak
berwarna pada larutan asam dan berwarna merah jambu dalam larutan basa.

IV. Prosedur Percobaan :


A. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M
Cuci dengan baik buret 50 mL, selanjutnya bilas dengan air suling, tutup ceratnya dan
masukkan kira-kira 5 mL larutan NaOH yang akan distandarisasi. Miringkan dan putar buret
dan ulangi proses pembilasan sekali atau dua kali dengan larutan NaOH. Isi buret dengan
larutan hingga skala 0, alirkan larutan untuk mengeluarkan gelembung udara pada ujung buret
dan isi buret kembali.

15
Cuci 3 erlenmeyer 250 mL dan kemudian bilas dengan air suling. Pipet 25 mL larutan
HCl standar 0,1 M kedalam setiap Erlenmeyer. Tambahkan kedalam Erlenmeyer masing-
masing 25 mL air suling dan 3 tetes indicator fenolftalien. Catat kedudukan awal NaOH pada
buret kemudian alirkan sedikit larutan NaOH pada Erlenmeyer pertama. Titik akhir tercapai
bila bewarna merah jambu bertahan selama 30 detik setelah campuran. Catat volume akhir
dalam buret, isi buret kembali dan titrasi pada Erlenmeyer kedua dan ketiga. Hitunglah
molaritas larutan standar NaOH.

B. Menentukan persentase asam asetat dalam cuka


Cuka dapur mengandung asam asetat 4-6%. Karena komponen yang bersifat asam dalam
cuka adalah asam asetat, maka konsentrasi asam asetat dapat dengan mudah ditentukan melalui
titrasi dengan larutan standar NaOH atau basa kuat lainnya.
Sampel cuka dapat diperoleh dipasar dan dicatat pengmatan pada labelnya seperti nomor,
merek, dan sebaginya. Cuci dan bilas tiga Erlenmeyer 250 mL, pipet 2 mL asam cuka ke dalam
setiap Erlenmeyer. Tambahkan 20 mL air suling, 3 tetes indikator fenolftalien dan selanjutnya
titrasi dengan larutan standar NaOH sampai terebntuk warna merah jambu. Hitung persentase
masa pada tiap-tiap sampel.

C. Penentuan konsentrasi asam sulfaf (H2SO4)


Masukkan masing-masing 20 mL sampel asam sulfat ke dalam tiga buah Erlenmeyer 250 mL
dan tambahkan 3 tetes indicator fenolftalein dan selanjutnya titrasi dengan larutan standar
NaOH sampai terbentuk warna merah jambu. Hitung konsentrasi asam sulfat dalam sampel.

16
PERCOBAAN IV
PENETAPAN MASSA MOLAR
BERDASARKAN PENURUNAN TITIK BEKU

I. Tujuan
1. Menetapkan titik beku cairan murni dan larutan.
2. Menetapkan massa molar dari senyawa yang tidak diketahui berdasarkan penurunan titik beku.

II. Pertanyaan Prapraktek


1. Dalam 400 g air dilarutkan 9 g glukosa. Hitung berapa derajad penurunan titik beku air !
2. Dalam 400 g air dilarutkan 9 g glukosa dan sejumlah urea. Bila titik beku larutan -0,93 C
tentukan berat urea yang ditambahkan.
3. Sebanyak 1,2 g senyawa rumus C8H8O dilarutkan dalam 15,0 mL sikloheksana ( 0,799 g/mL).
hitunglah molaritas dan molalitas larutan ini.

III. Dasar Teori


Sifat koligatif merupakan sifat yang berlaku umum pada larutan, dimana besarnya hanya
bergantung pada jumlah partikel yang terdapat dalam larutan, tidak bergantung pada jenisnya. Sifat-sifat
tersebut adalah :
1. Penurunan titik beku, Tb
2. Kenaikan titik didih, Td
3. Penurunan tekanan uap, P
4. Tekan osmose, = mRT
Larutan akan memperlihatkan perilaku pendinginan yang berbeda dengan cairan murni.
Temperatur larutan akan turun lebih rendah tetapi belum membeku, kemudian akan turun lagi secara
perlahan disaat pembekuan berlangsung (gambar b), lewat dingin, artinya temperatur turun di bawah titik
beku lalu naik lagi. Untuk memperoleh titik yang terbaik, tariklah dua garis, masing-masing untuk bagian
atas dan bagian bawah kurva hingga berpotongan. Titik potong menunjukkan titik beku.

T T

17
Penurunan titik beku dirumuskan sebagai berikut :
Tb = Kb . m
Tb = Tb lar Tb pel
Dimana
M = (w2/Mr W2) x (1000/w1)
Keterangan :
W2 = massa zat terlarut
Mr = Mr zat terlarut
W1 = massa pelarut
M = Molalitas
Pada larutan elektrolit, nilai koligatif lebih besar dari zat non elektrolit, sebab zat elektrolit
mengalami disosiasi / ionisasi membentuk ion-ionnya sehingga ada factor koreksi Van Hoff (i).
Tb = Kb . m . i
Tb = Kb . m (1+(n-1))
Dengan
n = jumlah ion
a = derajat ionisasi

IV. Prosedur Percobaan


A. Penetapan titik beku pelarut
1. Ambil tabung raksi besar, gabus, sumbat dengan dua lubang, thermometer dengan ketelitian
sampai 0,1oC, statif dan klem, kawat kasa, kawat pengaduk, dan gelas piala 600 ml. rakitlah
alat seperti gambar berikut, pasanglah thermometer dan kawat pendingin yang terdiri dari es,
air dan sedikit garam.
2. Tambahkan tepat 5 mL air ke dalam tabung, lalu pasanglah sumbat. Jepitlah tabung seperti
yang terlilhat pada gambar. Pastikan permukaan cairan pendingin dalam gelas piala.
3. Gunakan kawat pengaduk untuk mengaduk p Xilena sewaktu mendingin. Jika temperatur telah
mencapai 18oC, catatlah temperatur setiap 15 detik hingga p Xilena membeku.
4. Angkat tabung dari cairan pendingin dan biarkan mencair kembali. Gunakan tabung dan
isinya untuk percobaan B.
B. Penetapan masa senyawa yang tak diketahui
1. Ambil kira-kira 1 sampai 2,5 g senyawa, dan timbang dengan ketelitian tinggi. Pindahkan
ke dalam tabung hingga semua zat larut.

18
2. Tetapkan titik beku larutan p Xilena, catat temperatur setiap 15 detik seperti pada butir 3.

V. Perhitungan
1. Plot kurva titik beku p Xilena murni, tentukan titik beku pelarut murni.
2. Buat kurva titik beku larutan senyawa dalam p Xilena. Gunakan metode yang digunakan
pada latar belakang, tentukan titik beku larutan.
3. Tetapan titik beku molar (Kb) p Xilena = 4,3oC per menit. Cari rapatan p Xilena dalam
handbook dan hitung masa pelarut yang digunakan. Hitung masa molar senyawa.
4. Asisten akan memberikan rumus empiris senyawa. Hitung rumus molekulnya.

19
PERCOBAAN V
STRUKTUR SENYAWA

I. Tujuan :
1. Menyusun model setiap senyawa yang ditugaskan berdasarkan rumus molekulnya.
2. Menggambarkan model senyawa dalam struktur tiga dimensi.
3. Menggambarkan rumus struktur untuk setiap senyawa berdasarkan model molekulnya.
4. Menuliskan rumus struktur dan titik elektron untuk setiap model senyawa yang diberikan oleh
asisten.

II. Pertanyaan Prapraktek :


1. Bagaimana perbedaan panjang ikatan tunggal dengan ikatan ganda dua dan ikatan ganda tiga.
2. Beri nama bentuk ruang (model 3 demensi) tetrahedral, octahedral, linier, dll dari senyawa
berikut : a) H2, b) CH4, c) C6H6, d) C2H2
3. Gambarkan rumus struktur dan rumus titik elektron dari setiap model yang digambarkan pada
soal (2).

III. Dasar teori


Atom-atom bereaksi satu sama lain dengan menggunakan electron-electron dalam tingkatan
energi terluar. Antar aksi elektron ini menghasilkan gaya-gaya tarik yang kuat ikatan kimia yang
mengikat atom-atom bersamaan dalam suatu senyawa.
Dari rumus senyawa seperti H2O, H2O2, HCl, CO2, C2H2 jelas bahwa atom-atom dari unsur yang
berlainan mempunyai kemampuan berlainan dalam mengikat satu sama lain. Kemampuan bersenyawa
suatu unsur disebut valensi.
Wajah struktur yang paling penting dari atom-atom dalam menentukan perilaku kimia ialah
banyaknya elektron dalam tingkatan energi terluarnya. Elektron-elektron terluar ini dirujuk sebagai
energy valensi. Bila atom-atom suatu unsur bersenyawa dengan atom-atom unsur lain, selalu terjadi
perubahan dalam distribusi elektron pada tingkatan energi terluarnya. Terjadinya pembentukan senyawa
menyebabkan atom-atom unsur tertentu cenderung memperoleh elektron dan atom unsur lain cenderung
kehilangan elektron. Masing-masing berupaya untuk menghasilkan suatu penataan yang stabil.

Na + Cl NaCl Na+ + Cl-


H + Br HBr H+ + Br-

20
Pada umumnya, bila suatu unsur non logam bersenyawa dengan unsur-unsur non logam lain,
elektron tidak dilepaskan ataupun ditarik oleh atom-atom, melainkan digunakan secara bersama-sama
yang disebut ikatan kovalen. Senyawa yang dibentuk oleh ikatan kovalen disebut senyawa kovalen.
3H + N NH3
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengambil kesimpulan mengenai rumus titik elektron senyawa
dari suatu model. Model tersebut disusun dari sejumlah bola dan tongkat penghubung. Setiap bola
mewakili sebuah atom dan setiap tongkat penghubung mewakili satu ikatan kovalen tunggal. Satu ikatan
kovalen tunggal terdiri dari dua elektron yang digambarkan dengan 2 titik.
Untuk menyusun suatu model, satu tongkat yang menghubungkan dua bola menggambarkan satu
ikatan tunggal. Jika dua bola bergabung dengan dua tongkat, ini berarti satu ikatan ganda atau empat
elektron ikatan. Tiga tongkat yang menggabungkan dua bola menggambarkan tiga pasang elektron ikatan.

IV. Prosedur Percobaan


1. Susunlah model molekul untuk setiap senyawa di bawah ini (A, B, C, D). gambarkan model tiga
dimensinya pada lembar laporan.
2. Gambarkan rumus struktur dari setiap senyawa.
3. Tuliskan rumus titik elektron sesuai dengan rumus strukturnya. Setiap atom harus dikelilingi oleh
elektron octet . (catatan : kecuali atom hidrogen karena hanya mempunyai satu subkulit dan
ditempati oleh dua elektron).
4. Periksa kembali setiap rumus titik elektron dengan jalan menjumlahkan elektron valensinya.

Senyawa-senyawa prosedur di atas :


Senyawa A : senyawa dengan ikatan tunggal
H2 Cl2 Br2 I2 HCl HBr HI CH4
Cl4 CH2I2 NH3 H2O2 CH3OH
Senyawa B : Senyawa dengan ikatan ganda dua
C2H4 HONO HCOOHC2HCl3 CH3N2CH3
Senyawa C : Senyawa dengan ikatan ganda tiga
N2 C2H2 HOCN
Senyawa D : senyawa dengan dua ikatan ganda
CO2 C3H4 C2H2O
Senyawa yang tidak diketahui
Gambarkan rumus struktur setiap model molekul senyawa yang diberi oleh asisten. Tuliskan
rumus titik elektronnya sesuai dengan rumus struktur.

21
PERCOBAAN VI
PEMBUATAN LARUTAN DARI PADATAN

I. Tujuan
1. Mampu memahami teori dasar mengenai larutan dan konsentrasi
2. Mampu membuat larutan dan mengencerkan larutan dari bahan padat dengan berbagai
konsentrasi

II. Pertanyaan Prapraktek


1. Apa yang dimaksud dengan larutan?
2. Apa yang dimaksud dengan konsentrasi larutan ?
3. Apa yang dimaksud dengan pelarut dan zat terlarut?
4. Apa yang dimaksud dengan Normalitas, molalitas dan Molaritas?
5. Mengapa suatu zat dapat larut ke dalam pelarut tertentu?

III. Dasar Teori

Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih.
Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah-ubah. Disebut homogen karena
susunannya begitu seragam sehingga tak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan
dengan mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran heteregon permukaan- permukaan tertentu dapat
dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah.
Meskipun semua campuran fase gas bersifat homogen dan karena itu dapat disebut larutan,
molekul-molekulnya begitu terpisah sehingga tak dapat saling menarik dengan efektif. Larutan fase padat
sangat berguna dan dikenal baik. Contoh larutan fase padat antara lain perunggu (tembaga dan zink
sebagai penyusun utama), emas perhiasan (biasanya emas dan tembaga), dan amalgam kedokteran gigi
(merkurium dan perak).
Biasanya yang dimaksudkan dengan larutan adalah fase cair. Lazimnya salah satu komponan
(penyusun) larutan semacam itu adalah suatu cairan. Cairan ini disebut medium pelarut atau pelarut
(solvent). Komponen lain, yang dapat berbentuk gas, cairan ataupun zat padat dibayangkan sebagai
terlarut ke dalam komponen pertama. Zat yang terlarut disebut zat terlarut (solute). Dalam hal-hal yang
meragukan, zat yang kuantitasnya lebih kecil disebut zat terlarut.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam
larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat
dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa

22
satuan konsentrasi adalah molar, normal, molal, dan bagian per sejuta (part per million, ppm). Sementara
itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah)
atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada
proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara
pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu
sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut
tetap stabil.
Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik
komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan
dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah
endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut
sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu
zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat
padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka
terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya
berbanding terbalik terhadap suhu.
Larutan ideal bila interaksi antar molekul komponen-komponen larutan sama besar dengan
interaksi antar molekul komponen-komponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi
yang disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair)
berbanding tepat lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal tidak
terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas tertentu. Contoh
larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena.
Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume
komponen-komponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan
pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan.

IV. Prosedur Percobaan


a. Melarutkan Bahan Padat
Membuat 50 mL larutan CuSO4.5H2O 0.1 M
1. Hitunglah massa kristal CuSO4.5H2O yang diperlukan untuk keperluan di atas
menggunakan rumus Molaritas.
2. Timbang massa kristal CuSO4.5H2O yang telah dihitung dengan menggunakan gelas kimia.

23
3. Tambahkan sejumlah aquadest ke dalam gelas kimia sedikit demi sedikit sambil diaduk
sampai larut sempurna dengan volume 25 mL.
4. Tuangkan larutan garam tersebut ke dalam labu takar 50 mL, kemudian gelas kimia dan
batang pengaduknya dibilas dengan aquadest dan air bilasannya dimasukkan ke dalam labu
takar.
5. Jika volume larutan belum mencapai 50 mL maka tambahkan aquadest menggunakan botol
semprot sampai tanda batas, pasang tutup labu lalu homogenkan dan beri label.
6. Buat perhitungan massa kristal CuSO4.5H2O yang dibutuhkan jika akan membuat larutan 50
mL CuSO4.5H2O 0.1 N.

Membuat 50 mL larutan NaOH 0.1 M


1. Hitunglah massa kristal NaOH yang diperlukan untuk keperluan di atas menggunakan
rumus Molaritas.
2. Timbang massa kristal NaOH yang telah dihitung dengan menggunakan gelas kimia.
3. Tambahkan sejumlah aquadest ke dalam gelas kimia sedikit demi sedikit sambil diaduk
sampai larut sempurna dengan volume 25 mL, biarkan sampai larutan dingin.
4. Setelah larutan dingin, tuangkan larutan tersebut ke dalam labu takar 50 mL, kemudian
gelas kimia dan batang pengaduknya dibilas dengan aquadest dan air bilasannya
dimasukkan ke dalam labu takar.
5. Jika volume larutan belum mencapai 50 mL maka tambahkan aquadest menggunakan botol
semprot sampai tanda batas, pasang tutup labu lalu homogenkan dan beri label.
6. Buat perhitungan massa kristal NaOH yang dibutuhkan jika akan membuat larutan 50 mL
NaOH 0.1 N.

b. Mengencerkan Larutan
Mengencerkan Larutan CuSO4.5H2O 0.1 M menjadi larutan CuSO4.5H2O 0.05 M
sebanyak 50 mL
1. Siapkan larutan CuSO4.5H2O 0.1 M yang telah dibuat pada percobaan a.
2. Hitung volume larutan CuSO4.5H2O 0.1 M yang akan diencerkan menjadi larutan
CuSO4.5H2O 0.05 M dengan menggunakan rumus pengenceran.
3. Siapkan labu ukur 50 mL.
4. Pipet larutan CuSO4.5H2O 0.1 M yang telah dihitung dan masukkan ke dalam labu ukur.
5. Tambahkan sejumlah aquadest ke dalam labu ukur sampai dengan tanda batas.
6. Pasang tutup labu lalu homogenkan dan beri label.

24
Mengencerkan Larutan NaOH 0.1 M menjadi larutan NaOH 0.05 M sebanyak 50 mL
1. Siapkan larutan NaOH 0.1 M yang telah dibuat pada percobaan a.
2. Hitung volume larutan NaOH 0.1 M yang akan diencerkan menjadi larutan NaOH 0.05 M
dengan menggunakan rumus pengenceran.
3. Siapkan labu ukur 50 mL.
4. Pipet larutan NaOH 0.1 M yang telah dihitung dan masukkan ke dalam labu ukur.
5. Tambahkan sejumlah aquadest ke dalam labu ukur sampai dengan tanda batas.
6. Pasang tutup labu lalu homogenkan dan beri label.

25
PERCOBAAN VII
PEMBUATAN LARUTAN DARI CAIRAN

I. Tujuan
1. Mampu memahami teori dasar mengenai larutan dan konsentrasi
2. Mampu membuat larutan dan mengencerkan larutan dari bahan cair dengan berbagai
konsentrasi

II. Pertanyaan Prapraktek


1. Apa yang dimaksud dengan larutan ?
2. Tuliskan macam-macam konsentrasi dalam larutan dan jelaskan!
III. Dasar Teori
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik
sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan,
atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap
jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute
adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dimana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O), selain air yang berfungsi
sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau
menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan, 2004).
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam
larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat
dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa
satuan konsentrasi adalah molar, normal, molal, dan bagian per sejuta (part per million, ppm). Sementara
itu, secara kualitatif komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat
( berkonsentrasi tinggi).
Dalam membuat larutan dari bahan cair, harus diketahui terlebih dahulu berat jenis bahan cair
yang akan dilarutkan. Rumus yang digunakan untuk menghitung konsentrasi bahan cair adalah sebagai
berikut :
% 1000 /
Molaritas HNO3 (p) =

IV. Prosedur Percobaan

26
a. Melarutkan Bahan Cair
Membuat 100 mL larutan HNO3 0.2 M dari HNO3 pekat
1. Catat nilai densitas (rapatan) dan % (b/v) HNO3 pada label kemasan HNO3.
2. Hitunglah volume HNO3 pekat yang diperlukan untuk keperluan di atas menggunakan
rumus Molaritas dan pengenceran.
3. Siapkan labu ukur 100 mL yang telah dibersihkan dan isi dengan 20 mL aquadest.
4. Ambil HNO3 pekat yang telah dihitung menggunakan pipet volume dan masukkan dalam
labu ukur 100 mL yang telah berisi aquadest melalui dinding labu secara perlahan-lahan.
5. Tambahkan sejumlah aquadest ke dalam labu ukur , tunggu sampai campuran dingin lalu
tambahkan aquadest lagi sampai dengan tanda batas.
6. Pasang tutup labu lalu homogenkan dan beri label.
7. Buat perhitungan volume HNO3 yang dibutuhkan jika akan membuat larutan HNO3 100
mL 0.2 N.

Membuat 100 mL larutan H2SO4 0.2 M dari H2SO4 pekat


1. Catat nilai densitas (rapatan) dan % (b/v) H2SO4 pada label kemasan H2SO4.
2. Hitunglah volume H2SO4 pekat yang diperlukan untuk keperluan di atas menggunakan
rumus Molaritas dan pengenceran.
3. Siapkan labu ukur 100 mL yang telah dibersihkan dan isi dengan 20 mL aquadest.
4. Ambil H2SO4 pekat yang telah dihitung menggunakan pipet volume dan masukkan dalam
labu ukur 100 mL yang telah berisi aquadest melalui dinding labu secara perlahan-lahan.
5. Tambahkan sejumlah aquadest ke dalam labu ukur , tunggu sampai campuran dingin lalu
tambahkan aquadest lagi sampai dengan tanda batas.
6. Pasang tutup labu lalu homogenkan dan beri label.
7. Buat perhitungan volume H2SO4 yang dibutuhkan jika akan membuat larutan 100 mL
H2SO4 0.2 N.

b. Mengencerkan Larutan
Mengencerkan Larutan HNO3 0.2 M menjadi larutan HNO3 0.1 M sebanyak 50 mL
1. Siapkan larutan HNO3 0.2 M yang telah dibuat pada percobaan a.
2. Hitung volume larutan HNO3 0.2 M yang akan diencerkan menjadi larutan HNO3 0.1 M
dengan menggunakan rumus pengenceran.
3. Siapkan labu ukur 50 mL.
4. Pipet larutan HNO3 0.2 M yang telah dihitung dan masukkan ke dalam labu ukur.

27
5. Tambahkan sejumlah aquadest ke dalam labu ukur sampai dengan tanda batas.
6. Pasang tutup labu lalu homogenkan dan beri label.

Mengencerkan Larutan H2SO4 0.2 M menjadi larutan H2SO4 0.1 M sebanyak 50 mL


1. Siapkan larutan H2SO4 0.2 M yang telah dibuat pada percobaan a.
2. Hitung volume larutan H2SO4 0.2 M yang akan diencerkan menjadi larutan H2SO4 0.1 M
dengan menggunakan rumus pengenceran.
3. Siapkan labu ukur 50 mL.
4. Pipet larutan H2SO4 0.2 M yang telah dihitung dan masukkan ke dalam labu ukur.
5. Tambahkan sejumlah aquadest ke dalam labu ukur sampai dengan tanda batas.
6. Pasang tutup labu lalu homogenkan dan beri label.

28
PERCOBAAN VIII
REAKSI REDOKS

I. Tujuan :
1. Menentukan perubahan bilangan oksidasi pada senyawa pada suatu reaksi redoks
2. Menyetarakan persamaan reaksi redoks
3. Mengamati perubahan warna akibat adanya perubahan bilangan oksidasi
4. Menghitung berat ekivalen (BE) dari senyawa yang terlibat dalam reaksi redoks.

II. Pertanyaan Prapraktek :


1. Apa yang dimaksud dengan oksidator dan reduktor?
2. Setarakan reaksi berikut dan hitung BE dari senyawa KMnO4 , Na2C2O4 dan K2CrO7 dalam
masing-masing reaksi di bawah ini :
MnO4- MnO2
Cr2O72- Cr3+
C2O42- CO2

III. Dasar teori


Berat ekivalen suatu zat yang terlibat dalam suatu reaksi dan dipakai sebagai dasar untuk titrasi.
Dalam reaksi redoks, berat ekivalen adalah berat dalam gram dari zat yang diperlukan untuk
menyediakan atau bereaksi dengan 1 mol elektron. Berat ekivalen dan berat molekul dihubungkan
dalam persamaan : BE = BM / n
Dimana n adalah jumlah elektron yang terlibat yang dibutuhkan atau dilepaskan dalam suatu reaksi
redoks. Reaksi redoks adalah suatu reaksi kimia dimana bilangan oksidasi dari senyawa berubah.
Istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi
dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Penangkapan hidrogen juga
disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut oksidasi. Pada umumnya menyetarakan
persamaan redoks dilaksanakan dengan mengambil langkah sebagai berikut :
1. Pastikan produk-produk reaksi
2. Nyatakan persamaan reaksi setengah sel dari tahap reduksi dan tahap oksidasi yang dilibatkan.
3. Gandakan tiap persamaan setengah sel dengan suatu factor sehingga kedua persamaan
mengandung jumlah electron yang sama.

29
4. Tambahkan persamaan-persamaan ini dan saling meniadakan zat-zat yang muncul pada ruas kiri
dan ruas kanan dari persamaan yang diperoleh.
Kalium dikromat adalah sebuah agen pengoksidasi yang cukup kuat, dengan potensial standard
dari reaksi :
Cr2O72- + 14 H+ + 6 e 2 Cr3+ + 7H2O
Sebesar + 1,33 V. Kekuatannya sebagai pengoksidasi tidak sebesar kalium permanganate.
Keuntungannya adalah harganya tidak mahal, amat stabil dalam larutan dan tersedia dalam bentuk
yang cukup murni untuk digunakan membuat larutan-larutan standard melalui penimbangan
langsung. Kalium dikromat dapat ditentukan kadarnya dengan mereaksikan kalium dikromat dengan
KI berlebih. I2 yang terbentuk dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3)

IV. Prosedur Percobaan


PENENTUAN KONSENTRASI K2CrO7
1. Masukkan 10 mL larutan K2CrO7 ke dalam Erlenmeyer kemudian tambahkan larutan KI 0,1 N
sebanyak 15 mL.
2. Setelah 15 menit, titrasi campuran tersebut dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai warna
larutan menjadi kuning muda.
3. Tambahkan indikator amilum dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru menjadi bening.
4. Tuliskan reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi pada no 1 dan no 2
5. Tentukan konsentrasi K2CrO7
6. Tentukan BE masing2-masing zat yang terlibat dalam reaksi.

30
Daftar Pustaka

Anderson, C.H and J.L.Hawes, 1971, Basic Exsperimental Chemistry. A Laboratory Manual for
Beginning students. W.A.Benjamin, California.

Day, Jr, R.A. and Underwood A.L, 1990, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi IV, Erlangga, Jakarta.

Dosen-dosen Kimia di P.T.Wilayah Barat, 1994, Penuntun Praktikum Kimia Dasar, Jakarta.

Fessenden dan Fessenden, 1992. Kimia Organic II, Erlangga, Jakarta.

Keenan, C.W, D.C.Kleinfeller, J.H. Wood, 1986. Ilmu Kimia untuk Universitas. (terjemahan
A.H.Pudjaamaka) terbitan VI, Erlangga, Jakarta.

Mueller, W.J, M.G.Ondrus, M.Orfield, G.L.Zimmerman, 1985. Introduction to Chemistry the Laboratory,
J.C.Nurrenber, Minnesota.

Sudaremadji, S, Haryono, B, dan Suhardi, 1981. Analisa Bahan Pangan dan Pertanian. Liberty,
Yogykarta.

Winarno, 1992. Kimia Pangan dan Gizi, P.T.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Vogel & Vogel, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitative Makro dan Semmikro (terjemahan
A.H.Putjaamaka), Edisi V, P.T.Kalman Media Pustaka, Jakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai