Anda di halaman 1dari 14

Iftitah Silmi Kaffah/Farmasi 4A/3920187181421

1. Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.


Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
di transmisikan atau yang di absorpsi. Pada umumnya ada beberapa jenis
spektrofotometri yang sering digunakan dalam analisis secara kimiawi, antara
lain spektrofotometri vis, spektrofotometri UV, spektrofotometri UV-Vis.
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah
cahaya tampak (visible). Cahaya visible stermasuk spektrum elektromagnetik
yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak
adalah 380 smpai 750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita,
entah itu putih, merah, hijau, biru, apapun. Selama dia sapat dilihat oleh mata,
maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan aau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang (Khopkar, 2008).

Komponen-komponen peralatan spektrofotmeter terdiri dari bagian-bagian


penting yaitu :

a. Sumber cahaya

Sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran


radiasi yang stabil dan instensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang
biasa untuk daerah tamak, ultraviolet dekat dan infrared dekat adalah
sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terluar dari wolform (tunsgten).
Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang
gelombang (λ) adalah 350-2200 nm. Untuk sumber pada daerah ultraviolet
(UV) digunakan lampu hidrogen atau lampu deutrium dengan panjang
gelombang 175 ke 375 atau 400 nm.

b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis meenjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang berbeda (terdispersi). Ada 2 macam monokromator
yaitu prisma dan erating (kisi difraksi). Cahaya monokromatis ini dapat
dilihat dengan panjang gelombang tertentu yang sesuai untuk kemudian
dilewatkan melalui celah sempit yang disebut slit. Ketelitian dari
monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah (slidt width) yang
dipakai.

c. Cuvet

Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang dipakai sebagai tempat


contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet harus memenuhi syarat-
syarat diantaranya :

 Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya


 Permukaannya secara optis harus benar-benar sejajar
 Harus tahan (tidak beraksi) terhadap bahan-bahan kimia
 Tidak boleh rapuh
 Mempunyai bentuk yang sederhana

Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastik, dengan


bentuk tangan empat persegi panjang 1x1 cm, dan tinggi 5 cm. Pada
pengukuran di daerah ini dipakai cuvet kwarsa, sedangkan cuvet dari kaca
tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorpsi sinar UV. Semua macam
kuvet dapat dipakai pengukuran sinar tampak.

d. Detektor

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya


pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya
menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil
dalam bentuk jarum penunjuk aatau angka digital. Syarat-syarat ideal
sebuah detektor yaitu kepekaan tinggi, perbandingan isyarat atau signal
dengan bising tinggi, respon konstan cepat dan signal minimum tanpa
radiasi. Signal listri yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

e. Amplifer

Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar


dapat dibaca oleh indikator yang biasanya berupa recorder analog atau
komputer (Khopkar, 2008).

1. Spektrofluorometer

Metode spektrofluorometri adalah suatu metode pengukuran berdasarkan


sinar yang berfluorosensi yang dipancarkan oleh zat uji dibandingkan dengan
yang dipancarkan oleh suatu baku tertentu. Pada umumnya cahaya yang
diemisikan oleh larutan berfluorosensi mempunyai intensitas maksimum pada
panjang gelombang yang biasanya 20 nm hingga 30 nm lebih panjang dari
panjang gelombang radiasi eksitasi. Fluorosensi adalah gejala dari suatu
molekul setelah radiasi cahaya, melepas kembali radiasi tadi dengan panjang
gelombang yang lebih panjang. Fluorosensi akan nampak jelas apabila
penyerapan sinar pada daerah ultraviolet dan melepaskannya dalam daerah
gelombang nampak.

Prinsip kerja dari spektrofluorometri yaitu, pada fluorometri larutan zat


disinari sinar panjang gelombangnya disekitar panjang gelombang maksimum
penyerapan maksimum yang berasal dari lampu raksa atau lampu pijar yang
telah disekat dengan filter. Intensitas diukur atau dibandingkan dengan
intensitas larutan baku. Sinar fluorosensi dibebaskan dari sinar hamburan
dengan melewatkan sinar melalui filter atau monokromator. Cara pengukuran
pada dasarnya sama dengan cara spektrofotometri, karena zat organic yang
berfluorosensi mungkin terurai secara fotokimia, penyinaran harus dilakukan
sesingkat mungkin. Oleh karena daerah dimana intensitas fluorosensi
sebanding dengan kadaar umumnya sangat sempit, maka perbandingan (c - d)
/ (a - b) tidak boleh kurang dari 0,40 dan tidak boleh lebih dari 2,50.

Prinsip Dasar Fluoresensi :


a. Keadaan singlet dan triplet states
 Keadaan dasar – dua elektron per orbital; elektron punya spin
berlawanan dan berpasangan
 Keadaan eksitasi singlet
Elektron pada orbital energi lebih tinggi memiliki arah spin
berlawanan relative terhadap elektron dalam orbital lebih rendah.
 Keadaan eksitasi triplet
Elektron valence tereksitasi secara spontan berbailk arah spinnya
(spin flip). Proes ini disebut intersystem crossing (perpindahan antar
sistem). Electrons dlm kedua orbital sekarang memiliki arah spin
sama.
b. Jenis emisi
 Fluoresensi – kembali dari keadaan eksitasi singlet ke keadaan dasar;
tidak memerlukan perubahan arah spin (relaksasi yang lebih lazim,
proses lebih cepat)
 Fosforesensi – Kembali dari keadaan eksitasi triplet ke keadaan dasar;
elektron perlu perubahan arah spin  proses lebih lama.
 Laju emisi fluoresensi beberapa tingkat lebih cepat daripada
fosforesensi (karena perubahan arah spin perlu waktu) .

Rangkaian alat spektrofluorometri :

 Sumber enegi eksitasi

Banyak terdapat sumber radiasi. Lampu merkuri relatif stabil dan


memancarkan energi terutama pada panjang gelombang diskret.
Lampu tungsten memberikan energi kontinyu di daerah tampak.
Lampu pancar xenon bertekanan tinggi seringkali digunakan pada
spektrofluorometer karena alat tersebut merupakan sebuah sumber
dengan intensitas tinggi yang menghasilkan energi konntinyu dengan
intensitas tinggi dari ultraviolet sampai inframerah.

Pada filter fluorometer ( fluorimeter ) digunakan lampu uap raksa


sebagai sumber cahaya dan energi eksitasi deseleksi dengan filter.
Pada spektrofluorimeter biasanya digunakan lampu xenon (150 W)
yang memancarkan spektrum kontinyu dengan panjang gelombang
200-800 nm. Energi eksistasi diseleksi dengan monokromator eksitasi
(grating)

 Kuvet untuk sampel

Sel spesimen yang digunakan dalam pengukuran fluoresensi dapat


berupa tabung bulat atau sel empat persegi panjang (kuvet), sama
seperti yang digunakan pada spektrofotometri resapan, terkecuali
keempat sisi vertikalnya dipoles. Ukuran spesimen uji yang sesuai
adalah 2 ml sampai 3 ml, tapi beberapa instrumen dapat disesuaikan
dengan sel-sel kecil yang memuat 100 μl hingga 300 μl atau dengan
pipa kapiler yang hanya memerlukan jumlah spesimen yang kecil.
Spektrofotometer harus dioperasikan sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuat.

Bila panjang gelombang untuk eksitasi di atas 320 nm dapat


digunakan kevet dari gelas, akan tetapi untuk eksitasi pada panjang
gelombang yang lebih pendek digunakan kuvet dari silika. Kuvet
tidak boleh berfluoresensi dan tidak boleh tergores karena dapat
menghamburkan.

 Detector

Pada umumnya fluorometer menggunakan tabung-tabung


fotomultiplier sebagai detektor, banyak tipe jenis dari jenis tersebut
yang tersediadan masing-masing mempunyai ciri khusus yang
berkenaan dengan daerah spektral dengan kepekaan maksimum,
menguntungkan dan derau secara elektrik. Arus foto diperbesar dan
dibaca pada sebuah meter atau perekam (Arianto, 2015).

2. Elektrokimia

Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari


hubungan antara reaksi kimia dengan arus listrik. Elektrokimia dapat di
aplikasikan dalam berbagai keperluan manusia, seperti keperluan sehari-hari
dalam rumah tangga dan industri-industri besar seperti industri yang
memproduksi bahan-bahan kimia organik mapun anorganik, farmasi, polimer,
otomotif, perhiasan, pertambangan, pengolahan limbah dan bidang analisis.

Penggunaan elektrokimia diantaranya adalah :

a. Sel galvani, yaitu sel yang didasarkan pada reksi kimia yang dapat
menghasilkan arus listrik, seperti baterai, aki dan sel bakar (fuel cell).
b. Sel elektrolitis, yaitu sel yang didasarkan pada reaksi kimia yang
memerlukan arus listrik.

Peralatan elektrokimia minimal terdiri dari tiga komponen penting yaitu


anoda, katoda, dan elektrolit. Anoda adalah tempat berlangsungnya reaksi
oksidasi, elektroda adalah konduktor yang digunakan unutk bersentuhan
dengan bagian atau media non-logam dari sebuah sirkuit. Anoda berupa
logam penghantar listrik, pada sel elektrokimia anoda akan terpolarisasi jika
arus listrik mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir berlawanan dengan
arah pergerakan elektron. Pada sel galvani (baterai) maupun sel elektrolitis,
anoda merupakan tempat berlangsungnya reaksi oksidasi. Katoda merupakan
elektroda yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir keluar darinya. Pada
baterai biasa (karbon-seng), yang menjadi katoda adalah seng, yang juga
menjadi pembungkus baterai. Sedangkan, pada baterai alkaline, yang menjadi
katoda adalah mangandioksida (MnO2).

Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-
ionnya. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut
atau solute, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain
dalam larutan disebut pelarut solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut
dalam larutan dinyatakan konsetrasi larutan, sedangkan proses pencampuran
zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.

Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron bebas dari


suatu logam kepada komponen di dalam larutan. Kesetimbangan reaksi
elektrokimia sangat penting dalam sel galvani (sel yang menghasilkan arus
listrik) dan sel elektrolitis (sel yang menggunakan/memerlukan arus listrik).
Dalam bidang elektrokimia antara sel galvani dan sel elektrolitis terdapat
perbedaan yaitu berhubungan dengan reaksi spontan dan tidak spontan. Sel
galvani secara umum terjadi reaksi spontan, sedangkan sel elektrolitis terjadi
reaksi tidak spontan. Reaksi spontan artinya reaksi elektrokimia tidak
menggunakan energi atau listrik dari luar, sedangkan reaksi tidak spontan
yaitu reaksi memerlukan energi atau listrik (Yulianti, 2016).

3. Kromatgrafi Lapis Tipis (KLT)

kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia yang


didasarkan pada perbedaan distribusi molekul-molekul komponen diantara
dua fasa (fase gerak/eluen dan fase diam/adsorben) yang berbeda tingkat
kepolarannya. Kromatografi lapis tipis merupakan bentuk kromatografi planar
yang digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya
hidrofobic seperti lipida-lipida dan hidrokarbon (Sastrohamidjojo, 1991).

Prisnsip dari pemisahan kromatografi lapis tips adalah adanya perbedaan


sifat fisik dan kimia dari senyawa yaitu kecenderungan daro molekul untuk
melarut dalam cairan (kelarutan), kecenderungan molekul untuk menguap dan
kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan (adsorpsi. penyerapan)
(Hendayana, 2006).

4. Densitometer

Desintometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat


kehitaman suatu tutik pada sebuah film radiografi. Desintometer sangat
diperlukan unutk menghasilkan citra film radiografi yang berkualitas baik.

Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengunakan sensor cahaya yang
melalkukan pengukuran tingkat kehitaman film dengan cara mengukur tingkat
lumen dari suatu cahaya yang berhasil lolos dari film tersebut. Semakin hitam
suatu film maka akan semakin sedikit cahaya yang dapat lolos.

Cahaya yang lolos akan ditangkap oleh sensor cahaya dan diubah kedalam
bentuk tegangan. Nilai tegangan akan bervariasi sesuai dengan tingkat cahaya
yang ditangkap. Selanjutnya informasi dalam bentuk tegangan akan diproses
menggunakan rangkaian tertentu dan mikrokontroller sehingga didapan
densitas atau tingak kehitaman dari fil tersebut (Husaini, 2018).

5. Kromatografi Gas

Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menajdi komponen-


komponen degan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati
suatu lapisan serapan (sorben) yang diam.

Kromatpgrafi gas fase gerak dan fase diamnya diantaranya :

 Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap.
Pemisahan tercapai dengan pertisi sampel antara fase gas bergerak.
 Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah
menguap)
yang terikat pada zat padat penunjangnya.

Kromatografi gas mempunyai prinsip kerja yang sama dengan


kromatografi yang lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya
proses pemisahan campuran dilakukan antara stasionary fase cair dan fase
gerak pada oven temperur gas dapat dikontrol sedangkan pada kromatografin
kolom hanya pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki.

Secara rinci prinsip kromatografi adalah udara dilewatkan melalui nyala


hydrogen (hydrogen flame) selanjutnya upa organik tersebut akan terionisasi
dan menginduksi terjadinya aliran listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik
sebanding dengan ion.

Komponen alat Kromatografi Gas :

1. Gas pengangkut
Gas pengangkut/pemasok gas (carrier gas) ditempatkan dalam silinder
bertekanan tinggi. Biasanya tekanan dari silinder sebesar 150 atm.
Tetapi tekanan ini sangat besar untuk digunakan secara langsung. Gas
pengangkut harus memenuhi persyaratan :
 Harus inert, tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-pelarut,
dan material dalam kolom.
 Murni dan mudah diperoleh serta murah.
 Sesuai/cocok unutk detektor.
 Harus mengurangi difusi gas.

Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon, nitrogen,


karbondioksida, dan hidrogen. Gas helium dan argon sangat baik,
tidak mudah terbakar, teteapi sangat mahal. H2 musah terbakar,
sehingga harus berhati-hati dalam pemakaiannya. Kadang-kadang
digunakan juga CO2.

Pemilihan gas pengangkut atau pembawa ditentukan oleh detektor


yang digunakan. Tabung gas pembawa dilengkapi dengan pengatur
tekanan keluar dan pengukur tekanan. Sebelum masuk ke
kromatografi, ada pengukur kecepatan aliran gas serta sistem penapis
molekuler untuk memisahkan air dan pengotor gas lainnya. Pada
dasarnya kecepatan alir gas diatur melalui pengatur tekanan dua
tingakt yaitu pengatur kasar (coarse) pada tabung gas dan pengatus
halus (fine) pada kromatografi. Tekanan gas masuk ke kromatografi
(yaitu tekanan dari tabung gas) diatur pada 10-15 psi (diatas tekanan
ruangan) untuk memungkinkan aliran gas 25-150 mL/menit pada
kolom terpaket dan 1-25 mL/menit unutk kolom kapiler.

2. Tempat injeksi (injection part)


Dalam kromatografi gas cuplikan harus dalam bentuk fase uap.
Gas dan uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan
senyawa organik berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan
demikian senyawa yang berbentuk cairan dan padatan pertama-tama
harus diuapkan. Ini membutuhkan pemansan sebelum masuk ke dalam
kolom.
Tempat injeksi dari alat kromatografi gas selalu dipanaskan. Dalam
kebanyakan alat, suhu sari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama
unutk pengaturan suhu ini adalah bahwa suhu tempat injeksi sekitar
50oC lebih tinggi dar cuplikan yang mempunyai titik didih yang paling
tinggi. Bila kita tidak mengetahui titik didih komponen dari cuplikan
maka kita harus mencoba-coba. Sebagai tindak lanjut suhu dari tempat
injeksi dinaikkan. Jika puncak-puncak yang diperoleh lebih baik, ini
berarti bahwa suhu percobaan pertama terlalu rendah. Namun
demikian suhu tempat injeksi tidak boleh terlalu tinggi, sebab
kemungkinan akan terjadi perubahan karena panas atau penguraian
dari senyawa yang akan dianalisa.
Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara
menginjeksikan melalui tempat injeksi. Hal ini dapat dilakukan dengan
pertolongan jarum injeksi yang sering disebut “A Gas Tight Syringe”.
3. Kolom
Coloum, ada dua jenis kolom yang digunakan dalam GC. Yang
pertama adalah kolom kemas, yaitu berupa tabung yang terbuat dari
gelas atau steinstless berisi suatu padatan inert yang dikemas secara
rapi. Kolom ini memiliki ukuran panjang 1,5-10 m dan diameter 2,2-4
nm. Yang kedua adalah kolom kapiler, yang biasanya terbuat dari
silica dengan lapisan poliamida. Kolom jenis ini biasanya memiliki
ukuran panjang 20-26 m dengan diameter yang sangat kecil.
4. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang
telah dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan
dapat melakukan pada suhu yang lebih tinggi. Fungsi umumnya
mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik
kemudian arus listrik tersebut diteruskan ke rekorder untuk
menghasilkan kromatogram. Detektor yang umum digunakan:
a. Detektor hantaran panas
b. Detektor ionisasi nyala
c. Detektor penangkap elektron
d. Detektor fotometrik nyala
e. Detektor nyala alkali
f. Detektor spektroskopi massa
Detector, yang paling umum digunakan dalam GC adalah detector
ionisasi nyala (FID) dan detector kondutivitas termal (TCD). Kedunya
peka terhadap berbagai komponen dan dapat berfungsi pada berbagai
konsentrasi. Sementara TCD pada dasarnya universal dan dapat
digunakan untuk mendeteksi setiap komponen selain gas pembawa
(selama konduktivitas mereka berbeda dari gas pembawa, suhu
detektor),dalam jumlah besar sensitif terutama untuk hidrokarbon.
Sedangkan FID tidak dapat mendeteksi air. TCD adalah detector non-
destruktif, sedangkan FID adalah detector destruktif.

5. Oven kolom
Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu oven
harus diatur dan sedikit dibawah titik didih sampel. Jika suhu diset
terlalu tinggi, cairan fase diam bisa teruapkan, juga sedikit sampel
akan larut pada suhu tinggi dan bisa mengalir terlalu cepat dalam
kolom sehingga menjadi terpisah.
6. Recorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang
diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari
kromatogram yang diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara membandingkan waktu
retensi sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung
luas area maupun tinggi dari kromatogram. Sinyal analitik yang
dihasilkan detektor disambungkan oleh rangkaian elektronik agar bisa
diolah oleh rekorder atau sistem data.
Sebuah rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas dengan
kecepatan tertentu. di atas kertas tersebut dipasangkan pena yang
digerakkan oleh sinyal keluaran detektor sehingga posisinya akan
berubah-ubah sesuai dengan dinamika keluaran penguat sinyal
detektor. Hasil rekorder adalah sebuah kromatogram berbentuk pik-pik
dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan jenis detektor
yang digunakan.
Ada beberapa detektor yang dapat digunakan dalam kromatografi
gas. Detektor yang berbeda akan memberikan berbagai jenis
selektivitas. Detektor non selektif merespon senyawa kecuali gas
pembawa, Detektor selektif meresponi berbagai senyawa dengan sifat
fisik atau kimia umum dan detektor khusus menanggapi suatu senyawa
kimia tunggal. Detektor juga dapat dikelompokkan ke dalam
concentration dependant detectors and mass flow dependant detectors.
Sinyal dari concentration dependant detectors terkait dengan
konsentrasi zat terlarut dalam detektor, dan biasanya Pengenceran
sampel akan menurunkan respon detektor. Mass flow dependant
detectors biasanya menghancurkan sampel, dan sinyal tersebut
tergantung dengan laju di mana molekul-molekul zat terlarut menuju
ke detektor (Achmad, 1986).
7. Kromatografi Cair Tingkat Tinggi (KCKT)

Ciri teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi unutk mengirim fase
gerak ke dalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laj dan
efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar. Kromatografi
penukar ion telah berhasil digunakan unutk analisis kation, anion, dan ion
organik.

Rangakaian alat kromatografi cair tingkat tinggi :

 Eluent, yang berfungsi sebagai fase gerak yang akan membawa


sampel tersebut masuk kedalam kolom pemisah.
 Pompa, yang berfungsi unutk mendorong eluent dan sampel
tersebut masuk ke dalam kolom. Kecepatan alir ini dapat di
kontrol dan perbedaan kecepatan bisa mengakibatkan
perbedaan hasil.
 Injektor, tenpat memasukkan sampel dan kemudian sampel
dapat didistribusikan masuk ke dalam kolom.
 Kolom pemisah ion, berfungsi unutk memisahkan ion-ion yang
ada di dalam sampel. Keterpaduan antara kolom dan eluent bisa
memberikan hasil/puncak yang maskimal, begitupun
sebaliknya, jika tidak ada kecocokan, maka tidak akan
memunculkan puncak.
 Detektor, yang berfungsi sebagai membaca ion yang lewat
kedalam detektor
 Rekorder data, berfungsi untuk merekam dan mengolah data
yang masuk (Ardingingsih, 2009).
Daftar Pustaka
Achmad. (1986). Buku Materi Pokok Kimia Organ Bahan Alam. Jakarta:
Karunika Universitas Terbuka.

Ardingingsih, R. (2009). Penggunaan High Performance Liquid Chromatography


(HPLC) Dalam Proses Analisa Deteksi Ion. PUSTERAPAN, LAPAN.

Arianto, Y. (2015). Spektrofluorometri Kimia Instrumen. Jurnal Farmasi .

Hendayana. (2006). Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektoforensis


Modern. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Husaini, A. J. (2018). Rancang Bangun Densitometer dan Viewer Untuk


Pengujian Film Radiografi. Jurnal Teknologi Nuklir.

Khopkar. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Sastrohamidjojo, H. (1991). Kromatografi. Yogyakarta: UGM Press.

Yulianti, D. (2016). Analisis Kelistrikan Sel Volta Memanfaatkan Logam Bekas.


Jurnal Fisika.

Anda mungkin juga menyukai