Disusun oleh:
Fauziah Nurul Fajriah 3920187181419
Iftitah Silmi Kaffah 3920187181421
Khumairoh Nur Safira 3920187181422
Khurin Ainun Salsabila 3920187181423
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Kandungan zat aktif di dalam Mangifera indica L., menyebutkan bahwa biji
daun dan batang mangga, mengandung flavonoid sedangkan daun dan kulit batang
mengandung saponin serta biji dan kulit batangnya mengandung tanin (Jannah,
2017).
Dari survei fitokimia yang dilakukan, diketahui bahwa biji mangga Arum
manis mengandung senyawa metabolit sekunder golongan terpenoid, kuinon,
flavonoid, dan fenolik. Senyawa-senyawa metabolit sekunder ini sering dipergunakan
sebagai bahan dasar obat-obatan modern. Sebagai contoh, senyawa terpenoid
setoksicavikol asetat, merupakan senyawa yang bersifat antitumor dari tumbuhan
lengkuas. Artemisin bersifat antimalaria dari tumbuhan Artemisia annua
(Compositae). Senyawa ini merupakan jenis seskuiterpen dari golongan terpenoid.
Curcumin yang merupakan senyawa fenolik berasal dari kunyit (Curcuma longa)
bersifat antiimflamasi dan antioksidan. Zat aktif dalam biji mangga terbukti mampu
melawan suatu jamur terutama Candida albicans sehingga memiliki kandungan
antioksidan yang cukup tinggi, menunjukkan adanya efektivitas biji mangga sebagai
bakterisida. Senyawa flavonoid, triterpenoid dan saponin adalah senyawa kimia yang
memiliki potensi sebagai antibakteri dan antivirus. Sementara itu senyawa alkaloid
juga penting bagi industry farmasi karena kebanyakan mempunyai efek fisiologis
tertentu (Zulhipri, 2011).
Ekstraksi suatu tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman obat. Sedangkan
ekstrak adalah sediaan kental dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan.
Organ intim wanita, seperti vagina sangat sensitif dengan kondisi lingkungan.
Karena letaknya tersembunyi dan tertutup, vagina memerlukan suasana kering.
Kondisi lembab akan mengundang berkembang biaknya jamur dan patogen. Ini
adalah salah satu penyebab keputihan. Candida albicans merupakan flora normal
selaput mukosa saluran pernafasan, saluran pencernaan dan genitalia wanita. Namun
jamur ini diketahui merupakan spesies candida yang paling berbahaya, dilaporkan
bahwa 85-95% penyebab keputihan adalah Candida albicans . Pada penelitian
terdahulu, dilaporkan bahwa sekitar 70% jamur yang diisolasi dari pengobatan
candidiasis sistemik adalah Candida albicans. Dilaporkan candidiasis sistemik
mengakibatkan kematian sebesar 30-40% dan endokarditis 60%. Selain itu, jamur ini
juga dapat menyerang otak sehingga menyebabkan terjadinya meningitis (Ayu Meida
Handayani, 2017).
BAB III
METODE PENELITIAN
3 Adeps Lanae 1 1 1
4 Triethanolamin 2 2 2
5 Gliserol 5 5 5
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak biji mangga. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah formulasi sabun cair kewanitaan.
Ayu Meida Handayani, d. (2017). Sabun Cair “Granat Putih” (Punica Granatum).
ISSN 2407-9189, 171.
Dewi Chusniasih, d. (2018). UJI EFEKTIVITAS ANTIJAMUR SABUN CAIR
PEMBERSIH KEWANITAAN EKSTRAK ASETON DAUN JAMBU BIJI
TERHADAP Candida albicans. JURNAL FARMASI MALAHAYATI Vol 1 No
2,, 50.
dkk, I. W. (2017). Formulasi Sabun Pembersih Kewanitaan (Feminime Hygiene) dari
Ekstrak Kulit Buah Durian (Durio zibethinus Murray). Jurnal Mandala
Pharmacon Indonesia, 9.
Faridatul, Z. (2017). UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI
MANGGA (Mangifera indica.L) TERHADAP Propionibacterium acnes .
Pharmasipha, Vol.1, No.1, 32.
Hartati, d. (2019). Identifikasi Candida albicans pada Wanita Dewasa di Kota
Kendari secara Makroskopis dan Mikroskopis. Volume 6, No 2, 535.
Ifaya, M. (2017). Formulasi Sabun Pembersih Kewanitaan (Feminime Hygiene).
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 3.No.2 , 8.
Ikka Wahidatul Rahmi, d. (2017). Formulasi Sabun Pembersih Kewanitaan
(Feminime Hygiene). Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 3.No.2, 81.
Jannah, R. N. (2017). Potensi Anthelmintik Ekstrak Biji Mangga Gadung (Mangifera
indica L. ) Terhadap Cacing Mecistocirrus digitatus Secara in vitro. Journal of
Parasite Science. (J. Parasite Sci.)Vol. 1, No.2, 59.
Tri Indah Setiani, d. (2015). Kebersihan Organ Kewanitaan dan Kejadian Keputihan
Patologi pada Santriwati di Pondok Pesantren Al Munawwir Yogyakarta.
Ners dan Kebidanan Indonesia, 40.
Wida Ningsih, d. (2017). FORMULASI SABUN PEMBERSIH KEWANITAAN
(Feminime Hygiene) DARI MINYAK ATSIRI RIMPANG LENGKUAS
PUTIH (Alpinia galanga L) DAN UJI AKTIFITAS ANTISEPTIK
TERHADAP Candida albicans . Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik
(JIFFK) , 52.
Wiwin Embo Johar, d. (2013). PERSEPSI DAN UPAYA PENCEGAHAN
KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA MUHAMMADIYAH 1
SEMARANG. Keperawatan Maternitas . Volume 1, No. 1, 38.
Zulhipri, d. (2011). PROFIL FITOKIMIA DAN UJI ANTIBAKTERI BIJI
MANGGA ARUM MANIS. ISSN 2089-0087, 9.