Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENELITIAN

FORMULASI SABUN CAIR KEWANITAAN (Feminime hygine)


DARI EKSTRAK SIMPLISIA BIJI MANGGA
(Mangifera indica L.)

Disusun oleh:
Fauziah Nurul Fajriah 3920187181419
Iftitah Silmi Kaffah 3920187181421
Khumairoh Nur Safira 3920187181422
Khurin Ainun Salsabila 3920187181423

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
MANTINGAN
2019 /1440 H
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mengidentifikasikan kesehatan adalah


suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial ekonomi terutama pada kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan. Menurut WHO, masalah
kesehatan mengenai reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah
total beban penyakit yang menyerang pada wanita diseluruh dunia dan jumlah wanita
diseluruh dunia yang pernah mengalami keputihan 75% sedangkan wanita Eropa
yang mengalami keputihan sebesar 25% (Tri Indah Setiani, 2015). Keputihan
dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu keluarnya
cairan dari vagina. Keputihan merupakan infeksi jamur candida (Candida albicans)
pada genetalia perempuan dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu Candida
albicans. Dalam keadaan normal, vagina memproduksi cairan yang berwarna bening,
tidak berbau, tidak berwarna, jumlahnya tak berlebihan dan tidak disertai gatal.
Namun dalam keadaan Kondisi abnormal (patologis) biasanya berwarna kuning,
hijau, keabu-abuan, berbau amis, busuk. Jumlah cairan vagina dalam jumlah banyak
dan menimbulkan keluhan seperti gatal, serta rasa terbakar pada daerah intim. Faktor
penyebab keluhan pada vagina, terbanyak diakibatkan infeksi vagina yang
disebabkan oleh kuman, jamur, virus dan parasit serta tumor. Keputihan merupakan
keluhan yang paling sering ditemukan pada perempuan (Wiwin Embo Johar, 2013).
Candida albicans merupakan penyebab utama infeksi jamur invasif dan merupakan
masalah kesehatan umum yang terjadi di masyarakat (Hartati, 2019).
Penghambatan jamur Candida albicans dapat didefinisikan secara secara
farmakologi maupun non farmakologi. Berdasarkan non farmakologi suatu jamur
tersebut dapat diatasi secara membersihkan daerah kewanitaan yaitu dengan
membasuh dengan air bersih. Hal yang harus diperhatikan dalam membasuh daerah
kewanitan yaitu dengan membasuhnya dari arah depan kebelakang apabila kita
menggunakan sabun untuk membersih daerah intim kita, sebaiknya menggunakan
sabun yang lunak dengan pH 3.5 misalnya sabun bayi yang biasanya ber-pH netral.
Sedangkan berdasarkan farmakologi dapat menggunakan obat antiseptik lainnya
ataupun menggunakan sabun pembersih kewanitaan (feminine hygiene) (Ifaya, 2017).
Sabun kewanitaan yang digunakan untuk terapi farmakologi penghambat
Candida albicans biasanya dikombinasi dengan ekstrak untuk menambah efektivitas
kerjanya. Biji mangga salah satunya, Zat aktif dalam biji mangga terbukti mampu
melawan suatu jamur terutama Candida albicans sehingga memiliki kandungan
antioksidan yang cukup tinggi, menunjukkan adanya efektivitas biji mangga sebagai
bakterisida. Biji mangga juga memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena
mengandung senyawa fenolik yang tinggi. Berdasarkan penelitian Legesse dan
Shimelis, Biji mangga memiliki kandungan fitokimia yang tinggi, berupa tanin.
Kandungan fitokimia gallotanin yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap
beberapa macam gram positif dan negatif juga telah dilaporkan oleh Engels et. Al
(Faridatul, 2017).

Mangga (Mangifera indica L.) merupakan buah yang banyak ditemui di


daerah tropis. Sebagian besar masyarakat hanya memanfaatkan buah mangga pada
bagian daging buahnya, sedangkan biji mangga hanya dijadikan sebagai limbah.
Berdasarkan penelitan (Ningsih, Zusfahair, & Diyu , 2017) bahwa ekstrak daun
mangga memiliki aktivitas anti jamur terhadap Candida albicans. Aktivitas anti
jamur pada konsentrasi 1000 ppm yakni sebebsar 8,12 mm. Sedangkan menurut
penelitian (Faridatul, 2017) biji mangga memiliki kandungan fitokimia yang cukup
tinggi, diantaranya mempunyai kandungan alkanoid, tanin, flavonoid dan saponin
menunjukkan adanya efektivitas biji manga sebagai bakterisida. Senyawa-senyawa
tersebut berpotensi menghambat jamur Candida albicans. Berdasarkan penelitian di
atas peneliti bertujuan untuk membuat formulasi sabun kewanitaan yang dikombinasi
dengan ekstrak biji mangga untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans
penyebab keputihan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menguji efektivitas sediaan sabun kewanitaan ?
2. Bagaimana formulasi yang tepat untuk bahan pembuatan sabun kewanitaan?
3. Bagaimana evaluasi fisik terhadap sediaan sabun kewanitaan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui cara menguji efektivitas sediaan sabun kewanitaan.
2. Mengetahui formulasi yang tepat untuk bahan pembuatan sabun kewanitaan.
3. Mengetahui evaluasi fisik terhadap sediaan sabun kewanitaan.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah cara peling efektif untuk formulasi sabun cair
kewanitaan dari ekstrak simplisia biji mangga (Mangifera indica l.) terhadap jamur
Candida albicans
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
penelitian selanjutnya.
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan menambah wawasan pembaca khususnya para pemakai
ekstraks biji mangga (Mangifera indica L) terhadap jamur Candida albicans.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sabun Pembersih Kewanitaan (feminime hygiene)

Sabun pembersih kewanitaan (feminine hygiene) adalah suatu sediaan


pembersih daerah kewanitaan berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar dan
digunakan untuk membersihkan daerah kewanitaan tanpa menimbulkan iritasi pada
kulit (Ikka Wahidatul, 2017). Sabun cair ini banyak diproduksi karena
penggunaannya lebih praktis, bentuk yang menarik, aman jika digunakan secara
berulang. Di samping itu sabun cair dapat digunakan sebagai antiseptik terhadap
bakteri dan jamur, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terserang infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dan jamur (Wida Ningsih, 2017). Sabun cair merupakan
produk yang diminati karena saat ini masyarakat modern suka produk praktis dan
ekonomis. Alasan pembuatan dalam bentuk sediaan sabun cair karena memiliki
keunggulan mudah dibawa berpergian dan lebih higienis karena disimpan didalam
wadah yang tertutup rapat (Dewi Chusniasih, 2018).

2.2 Klasifikasi Mangga


Kingdom Plantae
Kelas Magnoliopsida
Ordo Sapindales
Famili Anacardiaceae
Genus Mangifera
Spesies M. indica

Kandungan zat aktif di dalam Mangifera indica L., menyebutkan bahwa biji
daun dan batang mangga, mengandung flavonoid sedangkan daun dan kulit batang
mengandung saponin serta biji dan kulit batangnya mengandung tanin (Jannah,
2017).

Dari survei fitokimia yang dilakukan, diketahui bahwa biji mangga Arum
manis mengandung senyawa metabolit sekunder golongan terpenoid, kuinon,
flavonoid, dan fenolik. Senyawa-senyawa metabolit sekunder ini sering dipergunakan
sebagai bahan dasar obat-obatan modern. Sebagai contoh, senyawa terpenoid
setoksicavikol asetat, merupakan senyawa yang bersifat antitumor dari tumbuhan
lengkuas. Artemisin bersifat antimalaria dari tumbuhan Artemisia annua
(Compositae). Senyawa ini merupakan jenis seskuiterpen dari golongan terpenoid.
Curcumin yang merupakan senyawa fenolik berasal dari kunyit (Curcuma longa)
bersifat antiimflamasi dan antioksidan. Zat aktif dalam biji mangga terbukti mampu
melawan suatu jamur terutama Candida albicans sehingga memiliki kandungan
antioksidan yang cukup tinggi, menunjukkan adanya efektivitas biji mangga sebagai
bakterisida. Senyawa flavonoid, triterpenoid dan saponin adalah senyawa kimia yang
memiliki potensi sebagai antibakteri dan antivirus. Sementara itu senyawa alkaloid
juga penting bagi industry farmasi karena kebanyakan mempunyai efek fisiologis
tertentu (Zulhipri, 2011).

2.3 Ekstraksi (Depkes RI, 2000)

Ekstraksi suatu tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman obat. Sedangkan
ekstrak adalah sediaan kental dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan.

Cara mengekstraksi ialah dengan menggunakan bijinya dan dipisahkan dari


cangkang biji (bagian biji yang keras), bagian yang diambil untuk diekstrak hanya
bagian dalam biji. Biji yang telah dikumpulkan diiris tipis dan dapat dikeringkan
dengan bantuan sinar matahari ataupun dengan alat seperti oven. Masing-masing biji
yang telah kering dihaluskan menggunakan blender untuk memperkecil ukuran
sampel, agar proses ekstraksi efisien. Dengan adanya manfaat biji manga sebagai
antibakteri atau antijamur, efektivitas antijamur ditentukan dengan mengukur zona
hambat disekitar sumuran. Semua pengujian dilakukan triplo. KHM dari ekstrak
dijadikan dasar sebagai konsentrasi ekstrak yang digunakan untuk pembuatan sabun
cair.

2.4 Jamur Candida albicans

Organ intim wanita, seperti vagina sangat sensitif dengan kondisi lingkungan.
Karena letaknya tersembunyi dan tertutup, vagina memerlukan suasana kering.
Kondisi lembab akan mengundang berkembang biaknya jamur dan patogen. Ini
adalah salah satu penyebab keputihan. Candida albicans merupakan flora normal
selaput mukosa saluran pernafasan, saluran pencernaan dan genitalia wanita. Namun
jamur ini diketahui merupakan spesies candida yang paling berbahaya, dilaporkan
bahwa 85-95% penyebab keputihan adalah Candida albicans . Pada penelitian
terdahulu, dilaporkan bahwa sekitar 70% jamur yang diisolasi dari pengobatan
candidiasis sistemik adalah Candida albicans. Dilaporkan candidiasis sistemik
mengakibatkan kematian sebesar 30-40% dan endokarditis 60%. Selain itu, jamur ini
juga dapat menyerang otak sehingga menyebabkan terjadinya meningitis (Ayu Meida
Handayani, 2017).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Perlakuan dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitofarmasi, Jurusan
Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor Kampus Putri.
Pembuatan simplisia dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Darussalam Gontor. Pengamatan kuantitas dan kualitas simplisia
dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Darussalam Gontor. Penelitian dilakukan selama 6 bulan, mulai dari bulan Juni 2019
sampai November 2019.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


Alat-alat yang digunakan adalah lumpang alu sebanyak 2 buah, batang
pengaduk sebanyak 2 buah, cawan krus sebanyak 1 buah, cawan porselen sebanyak 2
buah, corong sebanyak 1 buah, gelas kimia 3 buah, gelas ukur volume 100 ml
sebanyak 1 buah, gelas ukur volume 150 ml sebanyak 1 buah, gelas ukur volume 10
ml sebanyak 2 buah, pipet tetes sebanyak 1 buah, sendok tanduk sebanyak 1 buah,
seperangkat alat maserasi, timbangan digital sebanyak1 buah, toples sebanyak 1 buah,
vakum sebanyak 1 buah, rotavapor sebanyak 1 buah, tissue sebanyak 1 pack, tusuk
gigi sebanyak 10 biji, korek api sebanyak 1 buah, kaca objek sebanyak 3 buah, pH
meter sebanyak 1 buah dan kertas saring whattman no.42 sebanyak 3 buah, water
bath, alumunium foil, oven, lemari pendingin, tabung reaksi.
Bahan-bahan yang diperlukan adalah Ekstrak biji manga 6 gram, Aquades 5
liter, Asam Stearat 30 ml, Etanol 96 % 1 liter, Gliserol 30 ml, Triethanolamin 15 ml,
adeps lanae 15 ml, Asam sitrat 10 ml, Cocoamidopropylbetaine 20 ml, NaCl 30 ml
dan Gliserin 30 ml.
3.3 Rancangan Penelitian
Tabel I.Formula sabun cair ekstrak biji alpukat dengan variasi konsentrasi.
No Nama Bahan F1 F2 F3

1 Ekstrak biji mangga 25% 50% 75%

2 Asam Stearat 7,5 8 8,5

3 Adeps Lanae 1 1 1

4 Triethanolamin 2 2 2

5 Gliserol 5 5 5

6 Etanol 96% 70% 50%

7 Aquadest ad 100 ad 100 ad 100

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak biji mangga. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah formulasi sabun cair kewanitaan.

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Tekhnik Pengambilan Sampel
Sampel yang dipilih menggunakan tekhnik Purposive Sampling.
Sampel pada penelitian ini adalah biji mangga harumanis yang didapatkan
dari pasar Mantingan, Kab.Ngawi, Jawa Timur menggunakan pelarut etanol
96%.
3.4.2 Sterilisasi Alat
Alat-alat yang akan digunakan dicuci menggunakan deterjen. Lalu
dikeringkan menggunakan oven selama 1x24 jam.
3.4.3 Proses Ekstraksi
Setelah alat dan bahan ekstraksi disiapkan, simplisia biji mangga
dihaluskan menggunakan lupang dan alu untuk memperkecil ukuran sampel,
agar proses ekstraksi efisien. Simplisia biji mangga sebanyak 50 gram
dihancurkan hingga halus kemudian dimaserai dengan ditambahkan pelarut
etanol 96% sebanyak 500 mL. kemudian didiamkan selama 3 hari sambil
sesekali diaduk. Maserat disaring menggunakan corong buchner. Filtrat yang
terkumpul dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 60oC. Ekstrak yang
dihasilkan dipindahkan dalam cawan porselen dan diletakkan di atas penangas
air sampai semua pelarut menguap.
3.4.4 Pembuatan Formulasi Sabun cair
Fase minyak (asam stearate dan adeps lanae) dipanaskan sampai suhu
70oC diatas hot plate. Fase air (gliserol dan triethanolamin) juga ditambahkan
sedikit demi sedikit sambil terus digerus. Terakhir ditambahkan dengan
ekstrak biji mangga dan gentian violet diaduk sampai homogen kemudian
cukupkan volumenya dengan aquades sampai 100 mL.
3.4.5 Uji Evaluasi Fisik Sediaan Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna dan
Bau (Organoleptik)
Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan mendeskripsikan warna,
bau, dan bentuk dari sediaan sabun cair, sediaan yang dihasilkan sebaiknya
memiliki warna yang menarik, bau yang menyenangkan, dan kekentalan yang
cukup agar nyaman dalam penggunaan.
3.4.6 Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH dilakukan pada sediaan sabun pembersih kewanitaan
(feminine hygiene) selama masa penyimpanan 4 minggu. Pengukuran ph
menggunakan pH meter yang dilakukan dengan pengkalibrasian alat pH meter
menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4.
3.4.7 Pemeriksaan Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan cara sediaan diletakkan
diatas kaca arloji, lalu diraba dan diperhatikan secara seksama apakah terdapat
butiran kasar pada sediaan.
3.4.8 Uji Tinggi Busa
Uji tinggi busa dilakukan dengan cara sediaan sabun pembersih
kewanitaan (feminine hygiene) sebanyak 1 g dilarutkan dengan aquadest
sebanyak 10 mL kemudian kocok engan kecepatan konstan selama 20 detik.
3.4.9 Uji Iritasi
Dilakukan untuk menentukan potensi iritasi pada kulit setelah
diberikan sabun pembersih kewanitaan (feminine hygiene), dilakukan dengan
cara mengoleskan sediaan pada kulit normalpanel manusia dengan maksud
untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menumbulkan iritasi pada
kulit atau tidak.

3.5 Analisis Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif karena peneliti ingin menggambarkan atau melukiskan fakta-
fakta atau keadaan ataupun gejala yang tampak dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Meida Handayani, d. (2017). Sabun Cair “Granat Putih” (Punica Granatum).
ISSN 2407-9189, 171.
Dewi Chusniasih, d. (2018). UJI EFEKTIVITAS ANTIJAMUR SABUN CAIR
PEMBERSIH KEWANITAAN EKSTRAK ASETON DAUN JAMBU BIJI
TERHADAP Candida albicans. JURNAL FARMASI MALAHAYATI Vol 1 No
2,, 50.
dkk, I. W. (2017). Formulasi Sabun Pembersih Kewanitaan (Feminime Hygiene) dari
Ekstrak Kulit Buah Durian (Durio zibethinus Murray). Jurnal Mandala
Pharmacon Indonesia, 9.
Faridatul, Z. (2017). UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI
MANGGA (Mangifera indica.L) TERHADAP Propionibacterium acnes .
Pharmasipha, Vol.1, No.1, 32.
Hartati, d. (2019). Identifikasi Candida albicans pada Wanita Dewasa di Kota
Kendari secara Makroskopis dan Mikroskopis. Volume 6, No 2, 535.
Ifaya, M. (2017). Formulasi Sabun Pembersih Kewanitaan (Feminime Hygiene).
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 3.No.2 , 8.
Ikka Wahidatul Rahmi, d. (2017). Formulasi Sabun Pembersih Kewanitaan
(Feminime Hygiene). Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 3.No.2, 81.
Jannah, R. N. (2017). Potensi Anthelmintik Ekstrak Biji Mangga Gadung (Mangifera
indica L. ) Terhadap Cacing Mecistocirrus digitatus Secara in vitro. Journal of
Parasite Science. (J. Parasite Sci.)Vol. 1, No.2, 59.
Tri Indah Setiani, d. (2015). Kebersihan Organ Kewanitaan dan Kejadian Keputihan
Patologi pada Santriwati di Pondok Pesantren Al Munawwir Yogyakarta.
Ners dan Kebidanan Indonesia, 40.
Wida Ningsih, d. (2017). FORMULASI SABUN PEMBERSIH KEWANITAAN
(Feminime Hygiene) DARI MINYAK ATSIRI RIMPANG LENGKUAS
PUTIH (Alpinia galanga L) DAN UJI AKTIFITAS ANTISEPTIK
TERHADAP Candida albicans . Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik
(JIFFK) , 52.
Wiwin Embo Johar, d. (2013). PERSEPSI DAN UPAYA PENCEGAHAN
KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA MUHAMMADIYAH 1
SEMARANG. Keperawatan Maternitas . Volume 1, No. 1, 38.
Zulhipri, d. (2011). PROFIL FITOKIMIA DAN UJI ANTIBAKTERI BIJI
MANGGA ARUM MANIS. ISSN 2089-0087, 9.

Anda mungkin juga menyukai