Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Kimia Dasar

KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM DAN KETERAMPILAN


LABORATORIUM

NURUL FADHILAH
H041221065

KELOMPOK 6

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan kerja di laboratorium adalah upaya pencegahan dan

pertolongan terhadap kecelakaan yang diakibatkan oleh desain, sistem, proses dan

kegiatan di laboratorium. Setiap laboratorium dengan semua desain dan

aktivitasnya berpotensi untuk terjadinya kecelakaan. Kecelakaan kerja adalah

kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan tidak diduga sebelumnya yang dapat

menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, peralatan maupun korban jiwa

yang terjadi dalam suatu proses kerja. Enam puluh persen kecelakaan kerja

disebabkan oleh kesalahan manusia hal ini antara lain karena keterbatasan

pengetahuan pekerja, lalai dan ceroboh dalam bekerja, tidak melaksanakan

prosedur kerja yang diberikan dan tidak disiplin melaksanakan peraturan

keselamatan kerja termasuk penggunaan alat pelindung diri (Dwi, dkk, 2019).

Laboratorium merupakan unsur penting dan salah satu syarat bagi

keberadaan suatu perguruan tinggi. Kelas praktikum membantu mahasiswa untuk

menguji teori yang dipelajari lebih terperinci sehingga dapat meningkatkan

ketertarikan pada bidang yang dipelajari. Kelas praktikum adalah bagian penting

dari kurikulum. Adanya pemahamam yang keliru bahwa keclinya potensi bahaya

di laboratorium pendidikan karena cenderung menggunakan bahan kimia relatif

sedikit dibandingkan pada industri menyebabkan kurang dipahaminya potensi

bahaya yang pada akhirnya menyebabkan kerugian finansial, kerusakan peralatan,

penyakit akibat kerja dan lebih buruk lagi menyebabkan kematian karena

laboratorium penelitian adalah perusahaan dalam skala kecil (Dwi, dkk, 2019).
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip

keselamatan kerja di laboratorium, mengenal alat-alat laboratorium dan fungsinya,

serta mengetahui simbol-simbol bahaya dari bahan kimia.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapaun tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Memahami prinsip-prinsip keselamatan kerja di laboratorium.

2. Mengenal simbol-simbol bahaya bahan kimia dan cara penanganannya.

3. Mengenal alat-alat keselamatan kerja di laboratorium kimia dan mengetahui

fungsi masing-masing.

1.2.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dalam percobaan kali ini yaitu mengamati langsung fungsi

dari alat-alat laboratorium dan prosedur kerjanya, simbol-simbol berbahaya pada

bahan kimia, alat keselamatan kerja pada laboratorium kimia dan membangkitkan

kesadaran mengenai keselamatan kerja..


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja di laboratorium adalah upaya pencegahan terjadinya

kecelakaan yang diakibatkan oleh desain, sistem, proses dan kegiatan di

laboratorium. Setiap laboratorium dengan semua desain dan kegiatannya berpotensi

untuk terjadinya kecelakaan. Kecelakaan kerja yang paling sering dialami oleh

responden di laboratorium adalah bersentuhan dengan panas, terkena tumpahan

bahan kimia serta mengeluh pusing akibat menghirup bahan kimia pada saat

melakukan pengujian. Tidak ada hubungan antara penerapan SOP dan tingkat

pengetahuan dengan kejadian kecelakaan kerja, dan ada hubungan antara

penggunaan Alat Pelindung Diri dengan terjadinya kecelakaan kerja di

laboratorium (Dwi, dkk, 2019).

Potensi bahaya di laboratorium diantaranya adalah bahaya kimia termasuk

di dalamnya agen penyebab kanker (karsigonik), racun, iritan, polusi, bahan yang

mudah terbakar, asam dan basa kuat. Potensi bahaya bisa berasal dari darah dan

cairan tubuh, spesimen kultur, jaringan tubuh, hewan percobaan, maupun pekerja

lainnya. Potensi bahaya fisik termasuk di dalamnya radiasi ion dan non ion,

ergonomi, kebisingan, tekanan panas, pencahayaan, listrik, api (Dwi, dkk, 2019).

Kecelakaan tidak akan terjadi jika bersikap hati-hati. Jika terluka dan cedera

dan tidak terlalu serius, cuci area tersebut dengan air. Jika ada pendarahan yang

serius, berikan tekanan langsung dengan membalut yang bersih dan steril. Untuk

luka bakar ringan, biarkan air dingin mengalir di atas area yang terbakar. Untuk
luka bakar pada area mata atau kulit, bilas area tersebut dengan air yang banyak.

Dalam setiap kasus, pergi ke dokter jika kasus yang dialami serius (James, 2019).

2.2 Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi,

atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja. Kesehatan kerja adalah kondisi

yang merujuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. Individu

yang bebas dari penyakit, cidera serta masalah mental emosi yang dapat

mengganggu aktivitas. Kesehatan mental merupakan kondisi yang merujuk pada

kondisi fisik, mental dan stabilitas secara umum (Abdurrozaq Hasibun, dkk, 2020).

Indikator Kesehatan kerja dalam melakukan pekerjaan atau percobaan di

lingkungan kerja maupun dalam melakukan percobaan di laboratorium:

1. Keadaan dan kondisi karyawan keadaan dan kondisi karyawan adalah keadaaan

yang dialami oleh karyawan pada saat bekerja yang mendukung aktivitas dalam

bekerja.

2. Lingkungan kerja adalah lingkungan yang lebih luas dari tempat kerja yang

mendukung aktivitas karyawan dalam bekerja.

3.Perlindungan karyawan adalah fasilitas yang diberikan untuk menunjang

kesejahteraan karyawan (Abdurrozaq Hasibun, dkk, 2020).

Ruang lingkup dalam kesehatan kerja meliputi:

1. Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan kerja.

2. Pelaksanaan pemeriksaan Kesehatan kerja.

3. Pelaksanaan P3K.

4. Pelaksanaan gizi kerja.

5.Pelaksanaan pemeriksaan syarat ergonomi (Abdurrozaq Hasibun, dkk, 2020).


2.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium

Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah, maupun rohaniah

praktikan. Keselamatan kerja adalah rangkaian usaha untuk menciptakan suasana

kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di laboratorium.

Keselamatan kerja adalah kondisi Kesehatan yang bebas dari risiko kecelakaan dan

kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup bahan kimia yang berbahaya

(Riswan Dwi Djatmiko, 2016).

Pentingnnya peraturan perundang-undangan tentang Kesehatan dan

keselamatan kerja di laboratorium. Pembangunan nasional dapat berjalan dengan

baik jika kualitas, kompetensi dan prosionalisme sumber daya manusianya juga

baik, termasuk di dalamnya sumber daya manusia keselamatan dan Kesehatan

kerja. Data menunjukkan bahwa di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta

pekerja menderita penyakit akibat kerja, 2,1 juta pekerja meninggal dunia dan

kerugian yang dialami sebesar 1,25 triliun USD. Sementara itu, data PT. Jamsostek

(Persero) menunjukkan bahwa dalam periode 2002-2005 telah terjadi lebih dari 300

ribu kecelakaan kerja. 5000 kematian, 500 cacat tetap dan kompetensi lebih dari

Rp.550 milyar (Riswan Dwi Djatmiko, 2016).

Landasan hukum peraturan perundang-unangan Kesehatan dan keselamatan

kerja diatur dalam pasal 27 ayat (2) tentang K3 yany menyatakan bahwa tiap warga

negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Makna pasal tersebut sangatlah luas. Pekerja juga berhak mendapatkan

perlindungan terhadap K3 agar dalam melaksanakan percobaan tercipta kondisi


kerja yang kondusif, nyaman, sehat dan aman serta dapat mengembangkan

keterampilan dan kemampuannya agar dapat hidup layak sesuai dengan harkat dan

martabat manusia (Riswan Dwi Djatmiko, 2016).

Hirarki pengendalian merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan.

Pemilihan hirarki pengendalian memberikan manfaat secara efektifitas dan efisiensi

sehingga risiko menurun dan menjadi risiko yang dapat diterima bagi satu

organisasi. Secara efektivitas, hirarki control pertama diyakini memberikan

efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan hirarki yang kedua. Hirakri pengendalian

ini memiliki dua dasar pemikiran dalam menurunkan risiko yaitu melalui

menurunkan probabilitas kecelakaan atau paparan serta menurunkan tingkat

keparahan suatu kecelakaan atau paparan (Riswan Dwi Djatmiko, 2016).

Hirarki pengendalian dalam system manajemen keselamatan dan Kesehatan

kerja antara lain:

1. Eliminasi

2. Subtitusi

3. Pengendalian Teknik

4. Pengendalian administrative

5. Alat pelindung diri

Penyakit akibat kerja penyakit yang timbul akibat pengaruh lingkungan

kerja atau laboratorium yang berhubungann dengan pekerjaan. Timbul karena

pekerja terpapar berbagai bahan berbahaya di tempat praktikum atau di tempat

kerja. Penyakit akibat kerja dapat juga berpengaruh langsung atau tidak langsung

kepada keluarga pekerja di rumah atau kerabat Ketika selesai melakukan sebuah

pekerjaan (Riswan Dwi Djatmiko, 2016).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3. 1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Pipet tetes, Corong, Spatula,

Botol semprot, Gelas piala 100 mL, Gelas ukur 50 mL, Labu ukur 100 mL, Pipet volume

10 mL, Bulb, dan Batang pengaduk.

3.2 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Aquadest,

CuSO4 dan padatan NaCl.

3.3 Prosedur Percobaan

Dilakukan percobaan larutan CuSO4 0,2M sebanyak 100 mL diencerkan

dari larutan CuSO4 2M dengan cara disiapkan alat yang akan gigunakan terlebih

dahulu, lalu dicuci alat hingga bersih, dan dibilas dengan aquadets kemudian

dikeringkan. Larutan CuSO4 2M dipipet sebanyak 10 mL kedalam labu ukur 100

mL dengan pipet volume 10 mL. Diencerkan larutan dengan aquadet hingga

mendekati garis meniskus labu, kemudian dikeringkan leher labu ukur.

Dihimpitkan larutan hingga garis meniskus dengan pipet. Kemudian dihomogenkan

larutan CuSO4 0,2M.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Pengamatan

Tabel 1. Simbol Bahan Kimia


No. Bahan Kimia Keterangan Simbol
Label
1. Fenol Iritan
(Pengganggu)

2. Etanol Mudah terbakar

3. Asam Klorida Berbahaya


terhadap
lingkungan air

4. Sianida Beracun

5. Kalium Perklorat Oksidator

6. Natrium Hidroksida Korosif


7. Nitrogleserin Mudah meledak

8. Etilen Glikol Dapat melukai

Tabel 2 Alat Pelindung Diri


No. Nama Alat Fungsi Gambar
1. Lab coat Melindungi badan
dari percikan bahan
kimia berbahaya.

2. Gas mask Bahan kimia atau


reaksi kimia yang
dihasilkan bisa
mengeluarkan gas
berbahaya. Oleh
karena itu,
masker gas sangat
cocok digunakan
sehingga gas
berbahaya
tersebut tidak
terhirup.
3. Safety glasses Percikan larutan
kimia atau panas
dapat
membahayakan
mata orang yang
bekerja di
laboratorium.
Oleh karena itu,
mereka harus
menggunakan
kaca mata khusus
yang tahan
terhadap potensi
bahaya kimia dan
panas.
3. Safety shoes Melindungi kaki
dari Api dan
tekanan tertentu.

4. Face shield Digunakan untuk


melindungi muka
dari panas, api,
dan percikan
material panas.

5. Safety glove Melindungi


tangan dari
ceceran larutan
kimia yang bisa
membuat kulit
gatal atau
melepuh.
Tabel 3. Alat-alat Laboratorium
No. Nama Alat Spesifikasi Kegunaan
1. Tabung Reaksi Berbahan dasar Sebagai tempat untuk
kaca dan tahan mereaksikan bahan
panas. kimia.

2. Gelas Beaker Wadah Sebagai tempat untuk


berbentuk gelas menampung,
yang terdapat melarutkan,
tulisan volume memanaskan bahan
pada dinding kimia.
gelas dengan
berbagai macam
ukuran dari
yang kecil
hingga besar
(dari 1 ml
hingga 1 L).
3. Labu Erlenmeyer -Berbahan dasar Sebagai tempat untuk
kaca -Dapat menampung titran pada
menampung 250 proses titrasi.
mL, 500 mL,
hingga 1000 mL
cairan.
4. Gelas Ukur Berbahan dasar Sebagai tempat untuk
kaca. mengukur volume
larutan.

5. Pipet Tetes Pipet tetes Untuk mengambil atau


memiliki memindahkan cairan
spesifikasi dalam skala tetesan
ukuran dari kecil.
panjangnya.
Ada beberapa
ukuran pipet
tetes yang ada di
laboratorium,
mulai dari 15
cm hingga 40
cm.
6. Labu Ukur -Berbahan dasar Sebagai tempat untuk
kaca . membuat larutan
-Dapat dengan konsentrasi
menampung 100 tertentu dan untuk
mL 250 mL, mengencerkan larutan.
500 mL, hingga
1000 mL cairan.
7. Pipet Volume Alat Untuk mengeluarkan
laboratorium dan memindahkan
yang terbuat larutan dengan volume
dari bahan dasar tertentu.
kaca.
8. Corong -Diameter 5- Untuk menyaring
7,5 cm campuran kimia.
-Berbahan dasar
kaca

9. Bulb Terbuat dari karet Membantu mengambil


yang tahan cairan ataupun larutan
terhadap bahan kimia yang dianggap
kimia. berbahaya dengan cara
disambungkan pada
pipetukur ataupun
pipet volume.

10. Spatula -Berbahan dasar Untuk mengambil


logam/stainless bahan kimia yang
berbentuk padatan.
Dipakai untuk
mengaduk larutan.

11. Batang Pengaduk -Panjang 20-30 Untuk mengaduk


cm cairan di dalam gelas
-Terbuat dari kimia.
kaca pejal

12. Gelas Arloji -Berbahan dasar Untuk menimbang zat


kaca . berbentuk kristal, untuk
-Diameter 8-10 menutup bejana lain
cm saat pemanasan.

13. Pipet Skala Alat Untuk mengeluarkan


laboratorium dan memindahkan
yang terbuat larutan dengan volume
dari bahan dasar tertentu.
kaca.
14. Statif dan Klem - Berbahan Statif:
dasar logam. Digunakan untuk
menopang buret pada
proses titrasi atau pipa
U pada proses
elektrolisis.

Klem:
Digunakan untuk
menjepit buret pada
proses titrasi atau pipa
U pada proses
elektrolisis.

15. Buret - Berbahan Untuk mengeluarkan


dasar gelas. larutan dengan Volume
tertentu.

Tabel 4. Pembuatan Larutan


No. Zat Terlarut Bobot/volume Pelarut Volume Keterangan
(g/mL) Larutan
(mL)
1. CuSO4 10 Aquadest 100 Pengenceran
zat cair.

2. NaCl 0,5 Aquadest 100 Pengenceran


zat padat.
4.2 Pembahasan

Peranan laboratorium dari waktu ke waktu terus meningkat, sejalan dengan

hal ini, percobaan-percobaan yang ada di laboratorium semakin berkembang. Mulai

dari prosedur hingga teknik-teknik keamanan telah dikembangkan guna menjaga

keselamatan orang-orang yang bekerja di laboratorium. Praktikum merupakan

paket yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran kimia. Materi kimia

yang cenderung aplikatif dan bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

mendorong mahasiswa untuk berkreasi atau sekedar ingin tahu serta

mempraktekkan apa yang mereka pelajari secara teoritis.

Pada sub materi ini akan dipaparkan satu percobaan yaitu pengeceran

larutan. Pengenceran adalah penambahan pelarut ke dalam suatu larutan. Pada

prinsipnya jumlah mol zat sebelum dan sesudah diencerkan tetap. Pada percobaan

pengeceran larutan CuSO4 2 M, larutan CuSO4 2 M dipindahkan kedalam gelas

beaker kemudian dipindahkan ke labu ukur yang bervolume 100 mL menggunakan

pipet volume 10 mL. Penggunaan pipet volume dilakukan agar volume larutan yang

dipipet benar-benar teliti sebanyak yang diinginkan. Diencerkan dengan

menambahkan aquadest hingga sampai batas miniskus bawah labu ukur tersebut.

Dalam pengukurannya digunakan miniskus bawah karena larutan tersebut bersifat

bening. Setelah larutan ditambahkan hingga mendekati batas miniskus bawah maka

digunakan pipet tetes untuk menghimpitkan larutan lalu leher labu ukur

dikeringkan. Pengeringan leher labu ukur dilakukan untuk memastikan tidak adana

larutan yang dapat menambah volume larutan. Kemudian langkah terakhir, larutan

dihomogenkan dengan cara ibu jari menutup tutup labu ukur lalu labu ukur dibolak-

balikkan ke atas dan ke bawah sampai larutan tersebut homogen. Pada percobaan

pengeceran larutan NaCl 2 M, larutan NaCl 2 M dipindahkan kedalam gelas beaker

kemudian dipindahkan ke labu ukur yang bervolume 100 mL menggunakan pipet.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:

1). Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan ilmu pengetahuan dalam

upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya

yaitu mencapai produktivitas setinggi-tingginya.

2). Selama melakukan kegiatan percobaan, praktikan dituntut untuk selalu waspada,

khususnya ketika menggunakan bahan kimia berbahaya. Zat kimia berbahaya

biasanya diberi simbol tertentu sebagai tanda peringatan dengan makna, seperti

korosif, mudah meledak, mudah terbakar, pengoksidasi, iritan, berbahaya bagi

lingkungan, dan beracun.

3). Alat-alat keselamatan kerja di laboratorium kimia yaitu mulai dari alat

perlindungan mata, alat perlindungan kaki dan alat perlindungan badan.

Perlengkapan alat-alat keselamatan tersebut, seperti jas laboratorium, sarung

tangan, sepatu keselamatan, masker dan sebagainya.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Memberikan dukungan dalam hal fasilitas kelengkapan alat-alat laboratorium

agar praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan baik.

5.2.2 Saran untuk Asisten

Saya berharap agar asisten dapat memeberikan penjelasan prosedur dan

kegunaan alat lebih rinci dan dapat bekerja sama dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Zubrick, J.W., 2019, The Organic Chemical Lab Survival Manual. Husdon Vallery
Community College, New York.

Hasibuan, A., Purba, B., Marzuki, I., Sianturi, M.E., Armus, R., Gusti, S., Sitorus,
M.C.E., Khairi., Bachtiar, E., Susilawati, S. dan Jamaluddin, 2020, Teknik
Keselamatan da Kesehatan Kerja. Yayasan Kita Menulis, Medan.

Cahyaningrum, D., Sari, H.T.M. dan Isawandari, I., 2019, Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Pendidikan. Jurnal Pengelolaan Laboratorium Pendidikan, 1(2): 41-47.

Yang, Y., Reniers, G., Chen, G. dan Goerlandt, F, 2019 A bibliometric review of
laboratory safety in universities. Safety Science, 120(1): 14-24.
Lampiran 1. Perhitungan

1. Pengenceren Larutan CuS04

V1 × C1 = V2 × C2
V1 × M1 = V2 × M2
V1= V2 × C2
M1
V1 × C1 = 100 mL × 0,2 M
2M
V1 = 10 mL

2. Perhitungan NaCl 0,5 M sebanyak 100 mL dari NaCl 2M

V1 × C1 = V2 × C2

V1 × M1 = V2 × M2
V1= V2 × C2
M1
V1 × C1 = 100 mL × 0,5 M
2M
V1 = 25 mL
Lampiran 2. Sumber

Anda mungkin juga menyukai