Anda di halaman 1dari 7

FORMAT TUGAS PENDAHULUAN ACARA I

COVER

LEMBAR PENILAIAN

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan Standard
2.2 Standardisasi larutan
2.3 % berat, % volume dan Fraksi Mol
2.4 Molaritas (M), Normalitas (N) dan Molalitas
2.5 HCl

LATAR BELAKANG MIN. 2 PARAGRAF (I PARAGRAF 5 KALIMAT)


TUJUAN SESUAI MODUL
TIAP SUBBAB TINJAUAN PUSTAKA MIN. 1 PARAGRAF (5KALIMAT)
SERTAKAN SITASI
LIHAT CONTOH DIBAWAH
ISI LATAR BELAKANG DAN TINJAUAN PUSTAKA JANGAN SAMA
DENGAN YANG DICONTOHIN YA
TINJAUAN PUSTAKA AMBIL DARI BUKU ATAU JURNAL, JANGAN

AMBIL DARI BLOG


Contoh

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

ACARA I
PREPARASI LARUTAN
(Larutan Standard dan Standardisasi Larutan)

Disusun oleh:
ISTIQOMAH
26020115120049
KELOMPOK 2

JURUSAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2015
LEMBAR PENILAIAN

Nama : Istiqomah

Nim : 26020115120049

Kelas : Ilmu Kelautan A

Kelompok :2

Shift :2

No Indikator Nilai
1. I. Pendahuluan
2. II. Tinjauan Pustaka
3. III. Materi Metoda
4. IV. Hasil dan Pembahasan
5. V. Penutup
6. Daftar Pustaka
7. Lampiran
Total

Semarang, 18 September 2015

Koordinator Asisten Asisten Pendamping

(Nathacya Manurung) (Victorina Yulina Santi H.)


NIM. 26020111140108 NIM. 26020111130059
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda
jenis. Ada dua komponen utama pembentukan larutan, yaitu zat terlarut (solution), dan
pelarut (solvent). Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat bergantung
pada sifat kedua komponen pembentukan larutan. Apabila fase larutan dan fase zat-
zat pembentukannya sama, zat yang berada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut
pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya.
Larutan baku primer berfungsi untuk membakukan atau untuk memastikan
konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang ketepatan/kepastian
konsentrasinya sukar diperoleh melalu pembuatannya secara langsung. Disamping
larutan baku primer, dikenal juga larutan baku sekunder, larutan ini kebekuannya
(kapasitas molaritasnya) ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer.
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut
dan pelarut. Terkadang saat membuat larutan, sulit untuk membuat larutan dengan
konsentrasi sesuai yang dibutuhkan. Untuk itu perlu adanya standarisasi dengan larutan
standar.

1.2 Tujuan
1. Membuat larutan standard HCl 0,1 N dari larutan HCl pekat.
2. Menstandarisir (memeriksa kembali) ketepatan konsentrasi larutan HCl yang
dibuat.
3. Mengenali peralatan glass ware yang digunakan serta fungsinya masing-masing.
4. Mengenali sifat-sifat dan ciri-ciri senyawa kimia yang digunakan dalam
praktikum.

1.3 Manfaat
1. Praktikan mampu membuat larutan standar HCl 0,1 N dari larutan HCl pekat.
2. Praktikan mampu menstandarisir ketepatan konsesntrasi Hcl yang dibuat.
3. Praktikan memahami fungsi masing-masing glass ware.
4. Praktikan memahami sifat-sifat dan ciri-ciri senyawa kimia yang digunakan dalam
praktikum.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larutan Standard

Larutan baku/larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah


diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan pada
buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang
akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan
menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer. Nilai konsentrasi larutan
baku primer dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan
teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu (Basset, 1994).
Menurut Basset (1994), Syarat-syarat larutan baku primer adalah:
1. Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu
110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini
biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk
menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan
pernguraian parsial).
2. Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara
atau dipengaruhi karbondioksida.
3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan
kepekaan tertentu.
4. Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen
yang besar.
5. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
6. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung.
Sumber
Basset, J., 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi ke- 4. Jakarta: Kedokteran
EGC.

Anda mungkin juga menyukai