Anda di halaman 1dari 15

MENGUKUR KADAR KLOROFIL PADA DAUN

KADEK SATYAWAN, NPM 1603010305


Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hindu Indonesia, Denpasar

ABSTRAK
Klorofil adalah pigmen hijau yang memberikan sebagian besar warna pada tanaman dan
memungkinkan tanaman untuk melakukan proses fotosintesis. Berdasarkan hal tersebut, maka
dilakukan sebuah percobaan dengan menggunakan daun tumbuhan puring berwarna kuning
(Codiaeum variegatum), daun puring berwarna hijau (Codiaeum variegatum) dan daun miana
berwarna merah (Coleus benth) untuk mengetahui perbedaan kadar klorofil dari ketiga sampel
tersebut. Pengukuran kadar klorofil ini menggunakan metode spektrofotometri pada panjang
gelombang 649 nm dan 665 nm. Teknik preparasi sampel yang digunakan meliputi teknik
homogenisasi dan teknik pemanasan. Dimana, teknik homogenisasi dilakukan dengan cara
penggerusan sampel sedangkan teknik pemanasan dilakukan dengan cara memanaskan pada
waterbath pada suhu 70 0C. Dari hasil praktikum didapat kadar total klorofil yang paling
tinggi dengan teknik homogenasi dan teknik pemanasan adalah pada Daun Miana merah
(Coleus benth) dengan kadar 13.3982 mg/L dan 9.6669 mg/L, selanjutnya Daun Puring Hijau
(Codiaeum variegatum) dengan kadar 5.5328 mg/L dan 8.945 mg/L dan kadar klorofil yang
paling rendah adalah pada Daun Puring Kuning (Codiaeum variegatum) dengan kadar 0.1375
mg/L dan 0.0844 mg/L.
Kata kunci : Absorbansi, klorofil a, klorofil b, total klorofil

PENDAHULUAN
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari ranting, biasanya
berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap energy dari cahaya matahari untuk
fotosintesis. Daun merupakan organ penting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya
karena tumbuhan adalah organism autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya
sendiri melalui konversi energi cahaya matahari menjadi energi kimia (Wikipedia, 2016).
Semua bagian yang berwarn hijau pada tumbuhan, termasuk batang hijau dan buah yang
belum matang, memiliki kloroplas yaitu tempat fotosistesis pada tumbuhan. Tetapi daun
merupakan tempat utama berlangsungya fotosintesis pada sebagian besar tumbuhan karena
kandungan kloroplasnya yang sangat besar.
Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas. Pada tumbuhan
tingkat tinggi, kloroplas terutama terdapat pada jaringan parenkim palisade dan parenkim
spons daun. Dalam kloroplas, pigmen utama klorofil serta karotenoid dan xantofil terdapat
pada membran tilakoid (Sumaenda, 2011).
Terdapat dua macam klorofil yaitu klorofil a dengan rumus molekul C55H72O5N4Mg
dan klorofil b dengan rumus molekul C55H70O6N4Mg. Pada tumbuhan, klorofil a dan
klorofil b merupakan pigmen utama fotosintetik, yang berfungsi sebagai antenna,
mengumpulkan menyerap cahaya violet, biru, merah dan memantulkan/mentransfer cahaya
hijau ke pusat reaksi pada proses fotosintesis. Molekul klorofil adalah suatu derivate porfirin
yang mempunyai struktur tetrapirol siklis dengan satu cincin pirol yang sebagian tereduksi
(Sumaenda, 2011). Klorofil a berperan secara langsung dalam reaksi pengubahan energi
radiasi menjadi energi kimia serta menyerap dan mengangkut energi ke pusat reaksi molekul.
Sementara itu, klorofil b berfungsi sebagai penyerap energi radiasi yang selanjutnya
diteruskan ke klorofil a (Sirait, 2008).
Untuk mengetahui kadar klorofil digunakanlah salah satu instrument yang disebut
spektrofotometer. Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari spektrum dan
panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar,1990).
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam dan
spektrofotometer double-beam Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut hanya pada
pemberian cahaya, di mana pada single-beam, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai
yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Berbeda dengan single-
beam, pada spektrofotometer double-beam,nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan
dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama.
Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, di
mana salah satu melewati blanko (disebut juga reference beam) dan yang lainnya melewati
larutan (disebut juga sample beam). Dari kedua jenis tersebut, spektrofotometer double -
beam memiliki keunggulan lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi larutannya
telah mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko. Selain itu, pada single-beam,
ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya akibat
fluktuasi voltase (Wikipedia, 2016)
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pengujian kadar klorofil dengan menggunakan
sampel daun puring berwarna kuning dan hijau serta daun miana berwarna merah.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dimana menggunakan Metode
Spektrofotometri untuk mengetahui kadar klorofil dari masing-masing sampel.
Alat dan bahan yang digunakan adalah Beker gelas 500 mL dan 250 mL, cuvet,
pemanas (waterbath), spektrofotometer, ethanol 96%, corong, kertas saring, daun puring
berwarna kuning (Codiaeum variegatum), daun puring berwarna hijau (Codiaeum
variegatum) dan daun miana berwarna merah (Coleus benth).
Penelitian ini menggunakan dua teknik penyiapan larutan klorofil yaitu dengan teknik
homogenasi dalam cawan porselin dan teknik pemanasan.
Teknik homogenasi dalam cawan porselin diawali dengan menimbang 250 mg sampel,
kemudian masukkan dalam cawan porselin, ditambahkan 10 mL ethanol 96% lalu digerus.
Selanjutnya saring dan ambil filratnya serta disentrifuse 1500 rpm. Setelah itu masukkan
filtrate ke labu takar kemudian ditambahkan ethanol 96% sehingga mencapai volume 25 mL.
Sedangkan teknik pemanasan diawali dengan menimbang sampel 250 mg, rajang kecil-
kecil, terus masukkan dalam tabung reaksi. Selanjutnya tambahkan 10 mL
ethanol 96%, lalu dipanaskan dalam waterbath pada suhu 700C, sampai klorofil larut
sempurna. Saring dan ambil filtratnya, kemudian tambahkan ethanol 96% sampai volume 25
mL.
Untuk mengukur kadar klorofil, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi terhadap nilai
transmitansinya. Nilai transmitan pelarut harus dibuat atau diatur 100%, sehingga nilai
absorbansi yang dihasilkan saat pengukuran semata-mata ditentukan oleh klorofil sebagai zat
terlarutnya (bukan oleh pelarut).
Langkah-langkahnya adalah, hidupkan spektrofotometer sebelum digunakan untuk
mengukur (lk 20 menit) agar alatnya stabil. Tuangkan pelarut ethanol ke dalam cuvet sampai
garis batas. Bersihkan dan keringkan permukaan luar tabung cuvet. Atur panjang gelombang
pengukuran pada spektrofotometer. Masukkan cuvet ke spektrofotometer. Diatur nilai
“transmittan”-nya menunjuk pada angka 100 %, dengan memutar tombol pengatur
transmittannya.
Selanjutnya adalah pengukuran kadar klorofil diawali dengan menuangkan larutan
klorofil ke Cuvet sampai garis batas, bersihkan permukaan Cuvet dengan tissue
dan dimasukkan ke spektrofotometer. Kemudian dicatan nilai absorbansi (A = OD) untuk
setiap panjang gelombangnya.

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap uji konsentrasi klorofil daun
tanaman puring warna kuning dan hijau serta daun miana, maka diperoleh data pengujian
menggunakan spektrofotometer seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai Absorbansi pada Daun Puring Kuning dan Hijau serta Daun Miana

Nilai Absorbansi

Teknik Homogenasi Teknik Pemanasan


Sampel Pengulangan
λ λ λ λ
649 nm 665 nm 649 nm 665 nm
Daun Puring warna Kuning I 0,005 0,005 0,002 0,003
(Codiaeum variegatum) II 0,006 0,004 0,004 0,005
Daun Puring warna Hijau I 0,200 0,247 0,309 0,449
(Codiaeum variegatum) II 0,202 0,249 0,311 0,451
Daun Miana warna merah I 0,467 0,660 0,343 0,460
(Coleus benth) II 0,469 0,664 0,344 0,457
Keterangan :
λ = panjang gelombang (nm)

Dari tabel 1, dapat kita lihat secara keseluruhan bahwa absorbansi sampel pada λ = 665 nm
lebih besar dibandingkan absorbansi sampel λ = 649 nm. Ini menandakan bahwa semakin
besar λ (panjang gelombang) untuk analisis maka semakin besar juga nilai absorbansi yang
didapat

PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berlangsung pada tanggal 30 Desember 2016, dilakukan pengamatan
kadar klorofil pada daun Puring Kuning dan Hijau serta daun Miana. Praktikum tersebut
bertujuan untuk membedakan kadar klorofil dari sampel yang berbeda warna yaitu sampel
berwarna kuning dan hijau serta merah. Berdasarkan Tabel 1, maka didapat kadar klorofil
menggunakan rumus menurut (Wintermans & de Mots: 1965)

Klorofil. a = 13,7 D-665 - 5,76 D-649 (mg/ l)


Klorofil. b = 25,8 D-649 - 7,60 D-665 (mg/ l)
Total klorofil = 20,0 D-649 + 6,10 D-665 (mg/ l)

Hasil perhitungan kadar klorofil tersaji pada Tabel 2.


Tabel 2. Kadar klorofil masing masing sampel
Kandungan Kandungan
klorofil klorofil
Teknik Total Teknik Total
Sampel Pengukuran
Homogenasi Klorofil Pemanasan Klorofil
Klorofil Klorofil Klorofil Klorofil
a b a b
Daun Puring I 0.0397 0.091 0.1305 0.0296 0.0288 0.0583
Kuning (Codiaeum
II 0.0202 0.1244 0.1444 0.0455 0.0652 0.1105
variegatum)
Rata-rata 0.03 0.1077 0.1375 0.0375 0.047 0.0844
Daun Puring Hijau I 2.2319 3.2828 5.5067 4.3715 4.5598 8.9189
(Codiaeum
II 2.2478 3.3192 5.5589 4.3873 4.5962 8.9711
variegatum)
Rata-rata 2.2398 3.301 5.5328 4.3794 4.578 8.945
Daun Miana merah I 6.3521 7.0326 13.366 4.3263 5.3534 9.666
(Coleus benth) II 6.3954 7.0538 13.4304 4.2795 5.402 9.6677
Rata-rata 6.3737 7.0432 13.3982 4.3029 5.3777 9.6669

Dari table 2, kita dapat lihat bahwa terdapat perbedaan kadar klorofil pada masing-
masing sampel. Pada teknik homogenasi, rata-rata kadar klorofil a sampel berturu-turut yaitu
0.03 mg/L, 2.2398 mg/L dan 6.3737 mg/L, sedangkan rata-rata kadar klorofil b sampel
berturut-turut yaitu 0.1077 mg/L, 3.301 mg/L dan 7.0432 mg/L. Sedangkan pada teknik
pemanasan, rata-rata kadar klorofil a sampel berturut-turut yaitu 0.0375 mg/L, 4.3794 mg/L
dan 4.3029 mg/L, sedangkan rata-rata kadar klorofil b sampel berturut-turut yaitu 0.047 mg/L,
4.578 mg/L dan 5.3777 mg/L.
Secara umum, jika dibandingkan antara teknik Homogenasi dengan Teknik
Pemanasan, terlihat jumlah kadar klorofil b lebih besar dibandingkan kadar klorofil a. Hasil
tersebut bertolak belakang dengan praktikum Maulid & Laily (2015) yang menyatakan bahwa
klorofil a menyusun 75 % dari total klorofil. Menurut Ruth Maduma D.Sianturi (dalam S
Prasetyo Susiana, Sunjaya H dan N Yohanes Y, 2012), terbentuknya klorofil b yang lebih
banyak pada keadaan ternaungi diduga karena adanya ketidakseimbangan pembentukan
klorofil akibat pengurangan intensitas radiasi. Sementara konversi menjadi klorofil b relative
tidak dipengaruhi oleh intensitas secara langsung. Selain itu menurut Day dan Underwood
(1988), kadar klorofil b lebih besar bias juga disebabkan kesalahan dalam pengukuran secara
spektrometri, misalnya beberapa zat kadang-kadang melekat sangat kuat pada sel dan sukar
untuk dapat dicuci bersih, sidik jari dapat menyerap radiasi ultra ungu dan adanya gelembung
gas dalam lintasan optik.
Total klorofil adalah jumlah kadungan klorofil yang terdapat pada suatu tanaman.
Berikut hasil total klorofil kedua teknik bila disajikan dalam diagram:

Total Klorofil Teknik Homogenasi


1%

29%
Daun Puring Warna Kuning
Daun Puring Warna Hijau
Daun Miana Warna Merah

70%

Gambar. 1. Total Klorofil Teknik Homogenasi


Total Klorofil Teknik Pemanasan
0%

Daun Puring Kuning


48% Daun Puring Hijau
52%
Daun Miana Merah

Gambar. 2. Total Klorofil Teknik Pemanasan


Dari gambar 1 dan 2, terlihat bahwa Daun Miana Merah yang memiliki total klorofil
yang paling banyak, disusul daun puring hijau dan daun puring kuning. Hasil ini tidak sesuai
dengan hasil yang didapat oleh Maulid Rendy R dan Laily Ainun N (2015) yang menyatakan
bahwa kandungan klorofil total pada daun yang berwarna hijau tua 50% lebih tinggi daripada
daun yang berwarna merah tua, hal ini dikarenakan pada daun yang berwarna hijau tua
memiliki kandungan klorofil yang lebih dominan daripada daun yang berwarna merah.
Menurut Dwidjoseputro (1980), factor yang mempengaruhi kandungan klorofil adalah
1) Faktor genetik
Pembentuka klorofil dibawa oleh suatu gen tertentu didalam kromosom. Jika gen ini
tidak ada maka akan terjadi albino.
2) Cahaya
Faktor cahaya pada jenis tanaman tertentu tidak begitu penting, misalnya pada tanaman
angiospermae.
3) Oksigen
Oksigen bersama-sama dengan cahaya dapat mempengaruhi proses pembentukan
klorofil.
4) Karbohidrat
Karbohidrat terutama dalam bentuk gula membantu pembentukan klorofil dalam daun-
daun yang mengalami tumbuh dalam gelap (etiolasi).
5) Nitrogen, magnesium dan besi (N, Mg,Fe)
Bahan-bahan pembentuk klorofil ini harus ada dalam tumbuhan, kekurangan salah satu
zat-zat tersebut mengakibatkan klorosis.
6) Air (H2O)
Kekurangan air mengakibatkan desentegrasi dari klorofil.
7) Temperatur
Kondisi terbaik pembentukan klorofil adalah pada suhu 260-3000C

KESIMPULAN
Kadar total klorofil yang paling tinggi dengan teknik homogenasi dan teknik pemanasan
adalah pada Daun Miana merah (Coleus benth) dengan kadar 13.3982 mg/L dan 9.6668 mg/L,
selanjutnya Daun Puring Hijau (Codiaeum variegatum) dengan kadar 5.5328 mg/L dan 8.945
mg/L dan kadar klorofil yang paling rendah adalah pada Daun Puring Kuning (Codiaeum
variegatum) dengan kadar 0.1375 mg/L dan 0.0844 mg/L.

DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A., Jr. and Underwood, A. L., (1988), Analisa Kimia Kuantitatif , Edisi ke
4, Alih Bahasa Soendoro, R., Erlangga, Jakarta, 337-347 dan 650-651.
Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar fisiologi tumbuhan. Jakarta : Gramedia.
Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia (UI-Press),
Jakarta, Hal 215-216
Sumenda, L. (2011). Analisis Kandungan Klorofil Daun Mangga (Mangifera Indica L.) Pada
Tingkat Perkembangan Daun Yang Berbeda. Bioslogos, 1, (1)
S Prasetyo Susiana, Sunjaya H dan N Yohanes Y. 2012. Pengaruh Rasio Massa Daun
Suji/Pelarut, Temperatur dan Jenis Pelarut Pada Ekstraksi Klorofil Daun Suji Secara
Batch Dengan Pengontakan Dispersi. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat. Universitas Katolik Prahayangan
Wikipedia. 2016. Daun. Teradapat pada https://id.wikipedia.org/wiki/Daun (diakses pada
tanggal 2 Januari 2017)
LAMPIRAN

A. Perhitungan Kadar Klorofil


Teknik Homogenasi
Klorofil a
Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran I
= 13,7 D665 – 5,76 D649
=13,7 . 0,005 – 5,76 . 0,005
= 0,0397 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran II


= 13,7 D665 – 5,76 D649
=13,7 . 0,004 – 5,76 . 0,006
= 0,0202 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Hijau Pengukuran I


= 13,7 D665 – 5,76 D649
=13,7 . 0,247 – 5,76 . 0,200
= 2,2319 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Hijau Pengukuran II


= 13,7 D665 – 5,76 D649
=13,7 . 0,249 – 5,76 . 0,202
= 2,24778 mg/L

Sampel Daun Miana Merah (Coleus hybridus) Pengukuran I


= 13,7 D665 – 5,76 D649
= 13,7 . 0,660 – 5,76 . 0,467
= 6,3521 mg/L

Sampel Daun Miana Merah (Coleus hybridus) Pengukuran II


= 13,7 D665 – 5,76 D649
=13,7 . 0,664 – 5,76 . 0,469
= 6,3954 mg/L
Klorofil b

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran I


= 25,8 D649 – 7,60 D665
= 25,8. 0,005 – 7,60 . 0,005
= 0,091 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran II


= 25,8 D649 – 7,60 D665
= 25,8. 0,006 – 7,60 . 0,004
= 0,1244 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Hijau Pengukuran I


= 25,8 D649 – 7,60 D665
= 25,8. 0,200 – 7,60 . 0,247
= 3,2828 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Hijau Pengukuran II


= 25,8 D649 – 7,60 D665
= 25,8. 0,202 – 7,60 . 0,249
= 3,3192 mg/L

Sampel Daun Miana Merah (Coleus hybridus) Pengukuran I


= 25,8 D649 – 7,60 D665
= 25,8. 0,467 – 7,60 . 0,660
= 7,0326 mg/L

Sampel Daun Miana Merah (Coleus hybridus) Pengukuran II


= 25,8 D649 – 7,60 D665
= 25,8. 0,469 – 7,60 . 0,664
= 7,0538 mg/L
Total Klorofil

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran I


= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,005 + 6,10. 0,005
= 0,1305 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran II


= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,006 + 6,10 . 0,004
= 0,1444 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Hijau Pengukuran I


= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,200 + 6,10. 0,247
= 5,5067 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Hijau Pengukuran II


= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,202 + 6,10 . 0,249
= 5,5589 mg/L

Sampel Daun Miana Merah (Coleus hybridus) Pengukuran I


= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,467 + 6,10. 0,660
= 13,366 mg/L

Sampel Daun Miana Merah (Coleus hybridus) Pengukuran II


= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,469 + 6,10. 0,664
= 13,4304 mg/L
Teknik Pemanasan
Klorofil a
Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran I
= 13,7 D665 – 5,76 D649
=13,7 . 0,003 – 5,76 . 0,002
= 0,0296 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran II


= 13,7 D665 – 5,76 D649
=13,7 . 0,005 – 5,76 . 0,004
= 0,0455 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Hijau Pengukuran I


= 13,7 D665 – 5,76 D649
=13,7 . 0,449 – 5,76 . 0,309
= 4,3715 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Hijau Pengukuran II


= 13,7 D665 – 5,76 D649
=13,7 . 0,451 – 5,76 . 0,311
= 4,3873 mg/L

Sampel Daun Miana Merah (Coleus hybridus) Pengukuran I


= 13,7 D665 – 5,76 D649
=13,7 . 0,460 – 5,76 . 0,343
= 4,3263 mg/L

Sampel Daun Miana Merah (Coleus hybridus) Pengukuran II


= 13,7 D665 – 5,76 D649
=13,7 . 0,457 – 5,76 . 0,344
= 4,2795 mg/L
Klorofil b

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran I


= 25,8 D649 – 7,60 D665
= 25,8. 0,002 – 7,60 . 0,003
= 0,0288 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran II


= 25,8 D649 – 7,60 D665
= 25,8. 0,004 – 7,60 . 0,005
= 0,0652 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Hijau Pengukuran I


= 25,8 D649 – 7,60 D665
= 25,8. 0,309 – 7,60 . 0,449
= 4,5598 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Hijau Pengukuran II


= 25,8 D649 – 7,60 D665
= 25,8. 0,311 – 7,60 . 0,451
= 4,5962 mg/L

Sampel Daun Miana Merah (Coleus hybridus) Pengukuran I


= 25,8 D649 – 7,60 D665
= 25,8. 0,343 – 7,60 . 0,460
= 5,3534 mg/L

Sampel Daun Miana Merah (Coleus hybridus) Pengukuran II


= 25,8 D649 – 7,60 D665
= 25,8. 0,344 – 7,60 . 0,457
= 5,402 mg/L

Total Klorofil
Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran I
= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,002 + 6,10. 0,003
= 0,0583 mg/L
Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran II
= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,004 + 6,10 . 0,005
= 0,1105 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Hijau Pengukuran I


= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,309 + 6,10. 0,449
= 8,9189 mg/L

Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Hijau Pengukuran II


= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,311 + 6,10 . 0,451
= 8,9711 mg/L

Sampel Daun Miana Merah (Coleus hybridus) Pengukuran I


= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,343 + 6,10. 0,460
= 9,666 mg/L

Sampel Daun Miana Merah (Coleus hybridus) Pengukuran II


= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,344 + 6,10. 0,457
= 9,6677
= 9,6677 mg/L
B. DOKUMENTASI

PERSIAPAN SAMPEL

PENGUKURAN ABSORBANSI SAMPEL

Anda mungkin juga menyukai