ABSTRAK
Klorofil adalah pigmen hijau yang memberikan sebagian besar warna pada tanaman dan
memungkinkan tanaman untuk melakukan proses fotosintesis. Berdasarkan hal tersebut, maka
dilakukan sebuah percobaan dengan menggunakan daun tumbuhan puring berwarna kuning
(Codiaeum variegatum), daun puring berwarna hijau (Codiaeum variegatum) dan daun miana
berwarna merah (Coleus benth) untuk mengetahui perbedaan kadar klorofil dari ketiga sampel
tersebut. Pengukuran kadar klorofil ini menggunakan metode spektrofotometri pada panjang
gelombang 649 nm dan 665 nm. Teknik preparasi sampel yang digunakan meliputi teknik
homogenisasi dan teknik pemanasan. Dimana, teknik homogenisasi dilakukan dengan cara
penggerusan sampel sedangkan teknik pemanasan dilakukan dengan cara memanaskan pada
waterbath pada suhu 70 0C. Dari hasil praktikum didapat kadar total klorofil yang paling
tinggi dengan teknik homogenasi dan teknik pemanasan adalah pada Daun Miana merah
(Coleus benth) dengan kadar 13.3982 mg/L dan 9.6669 mg/L, selanjutnya Daun Puring Hijau
(Codiaeum variegatum) dengan kadar 5.5328 mg/L dan 8.945 mg/L dan kadar klorofil yang
paling rendah adalah pada Daun Puring Kuning (Codiaeum variegatum) dengan kadar 0.1375
mg/L dan 0.0844 mg/L.
Kata kunci : Absorbansi, klorofil a, klorofil b, total klorofil
PENDAHULUAN
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari ranting, biasanya
berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap energy dari cahaya matahari untuk
fotosintesis. Daun merupakan organ penting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya
karena tumbuhan adalah organism autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya
sendiri melalui konversi energi cahaya matahari menjadi energi kimia (Wikipedia, 2016).
Semua bagian yang berwarn hijau pada tumbuhan, termasuk batang hijau dan buah yang
belum matang, memiliki kloroplas yaitu tempat fotosistesis pada tumbuhan. Tetapi daun
merupakan tempat utama berlangsungya fotosintesis pada sebagian besar tumbuhan karena
kandungan kloroplasnya yang sangat besar.
Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas. Pada tumbuhan
tingkat tinggi, kloroplas terutama terdapat pada jaringan parenkim palisade dan parenkim
spons daun. Dalam kloroplas, pigmen utama klorofil serta karotenoid dan xantofil terdapat
pada membran tilakoid (Sumaenda, 2011).
Terdapat dua macam klorofil yaitu klorofil a dengan rumus molekul C55H72O5N4Mg
dan klorofil b dengan rumus molekul C55H70O6N4Mg. Pada tumbuhan, klorofil a dan
klorofil b merupakan pigmen utama fotosintetik, yang berfungsi sebagai antenna,
mengumpulkan menyerap cahaya violet, biru, merah dan memantulkan/mentransfer cahaya
hijau ke pusat reaksi pada proses fotosintesis. Molekul klorofil adalah suatu derivate porfirin
yang mempunyai struktur tetrapirol siklis dengan satu cincin pirol yang sebagian tereduksi
(Sumaenda, 2011). Klorofil a berperan secara langsung dalam reaksi pengubahan energi
radiasi menjadi energi kimia serta menyerap dan mengangkut energi ke pusat reaksi molekul.
Sementara itu, klorofil b berfungsi sebagai penyerap energi radiasi yang selanjutnya
diteruskan ke klorofil a (Sirait, 2008).
Untuk mengetahui kadar klorofil digunakanlah salah satu instrument yang disebut
spektrofotometer. Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari spektrum dan
panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar,1990).
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam dan
spektrofotometer double-beam Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut hanya pada
pemberian cahaya, di mana pada single-beam, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai
yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Berbeda dengan single-
beam, pada spektrofotometer double-beam,nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan
dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama.
Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, di
mana salah satu melewati blanko (disebut juga reference beam) dan yang lainnya melewati
larutan (disebut juga sample beam). Dari kedua jenis tersebut, spektrofotometer double -
beam memiliki keunggulan lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi larutannya
telah mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko. Selain itu, pada single-beam,
ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya akibat
fluktuasi voltase (Wikipedia, 2016)
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pengujian kadar klorofil dengan menggunakan
sampel daun puring berwarna kuning dan hijau serta daun miana berwarna merah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dimana menggunakan Metode
Spektrofotometri untuk mengetahui kadar klorofil dari masing-masing sampel.
Alat dan bahan yang digunakan adalah Beker gelas 500 mL dan 250 mL, cuvet,
pemanas (waterbath), spektrofotometer, ethanol 96%, corong, kertas saring, daun puring
berwarna kuning (Codiaeum variegatum), daun puring berwarna hijau (Codiaeum
variegatum) dan daun miana berwarna merah (Coleus benth).
Penelitian ini menggunakan dua teknik penyiapan larutan klorofil yaitu dengan teknik
homogenasi dalam cawan porselin dan teknik pemanasan.
Teknik homogenasi dalam cawan porselin diawali dengan menimbang 250 mg sampel,
kemudian masukkan dalam cawan porselin, ditambahkan 10 mL ethanol 96% lalu digerus.
Selanjutnya saring dan ambil filratnya serta disentrifuse 1500 rpm. Setelah itu masukkan
filtrate ke labu takar kemudian ditambahkan ethanol 96% sehingga mencapai volume 25 mL.
Sedangkan teknik pemanasan diawali dengan menimbang sampel 250 mg, rajang kecil-
kecil, terus masukkan dalam tabung reaksi. Selanjutnya tambahkan 10 mL
ethanol 96%, lalu dipanaskan dalam waterbath pada suhu 700C, sampai klorofil larut
sempurna. Saring dan ambil filtratnya, kemudian tambahkan ethanol 96% sampai volume 25
mL.
Untuk mengukur kadar klorofil, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi terhadap nilai
transmitansinya. Nilai transmitan pelarut harus dibuat atau diatur 100%, sehingga nilai
absorbansi yang dihasilkan saat pengukuran semata-mata ditentukan oleh klorofil sebagai zat
terlarutnya (bukan oleh pelarut).
Langkah-langkahnya adalah, hidupkan spektrofotometer sebelum digunakan untuk
mengukur (lk 20 menit) agar alatnya stabil. Tuangkan pelarut ethanol ke dalam cuvet sampai
garis batas. Bersihkan dan keringkan permukaan luar tabung cuvet. Atur panjang gelombang
pengukuran pada spektrofotometer. Masukkan cuvet ke spektrofotometer. Diatur nilai
“transmittan”-nya menunjuk pada angka 100 %, dengan memutar tombol pengatur
transmittannya.
Selanjutnya adalah pengukuran kadar klorofil diawali dengan menuangkan larutan
klorofil ke Cuvet sampai garis batas, bersihkan permukaan Cuvet dengan tissue
dan dimasukkan ke spektrofotometer. Kemudian dicatan nilai absorbansi (A = OD) untuk
setiap panjang gelombangnya.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap uji konsentrasi klorofil daun
tanaman puring warna kuning dan hijau serta daun miana, maka diperoleh data pengujian
menggunakan spektrofotometer seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai Absorbansi pada Daun Puring Kuning dan Hijau serta Daun Miana
Nilai Absorbansi
Dari tabel 1, dapat kita lihat secara keseluruhan bahwa absorbansi sampel pada λ = 665 nm
lebih besar dibandingkan absorbansi sampel λ = 649 nm. Ini menandakan bahwa semakin
besar λ (panjang gelombang) untuk analisis maka semakin besar juga nilai absorbansi yang
didapat
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berlangsung pada tanggal 30 Desember 2016, dilakukan pengamatan
kadar klorofil pada daun Puring Kuning dan Hijau serta daun Miana. Praktikum tersebut
bertujuan untuk membedakan kadar klorofil dari sampel yang berbeda warna yaitu sampel
berwarna kuning dan hijau serta merah. Berdasarkan Tabel 1, maka didapat kadar klorofil
menggunakan rumus menurut (Wintermans & de Mots: 1965)
Dari table 2, kita dapat lihat bahwa terdapat perbedaan kadar klorofil pada masing-
masing sampel. Pada teknik homogenasi, rata-rata kadar klorofil a sampel berturu-turut yaitu
0.03 mg/L, 2.2398 mg/L dan 6.3737 mg/L, sedangkan rata-rata kadar klorofil b sampel
berturut-turut yaitu 0.1077 mg/L, 3.301 mg/L dan 7.0432 mg/L. Sedangkan pada teknik
pemanasan, rata-rata kadar klorofil a sampel berturut-turut yaitu 0.0375 mg/L, 4.3794 mg/L
dan 4.3029 mg/L, sedangkan rata-rata kadar klorofil b sampel berturut-turut yaitu 0.047 mg/L,
4.578 mg/L dan 5.3777 mg/L.
Secara umum, jika dibandingkan antara teknik Homogenasi dengan Teknik
Pemanasan, terlihat jumlah kadar klorofil b lebih besar dibandingkan kadar klorofil a. Hasil
tersebut bertolak belakang dengan praktikum Maulid & Laily (2015) yang menyatakan bahwa
klorofil a menyusun 75 % dari total klorofil. Menurut Ruth Maduma D.Sianturi (dalam S
Prasetyo Susiana, Sunjaya H dan N Yohanes Y, 2012), terbentuknya klorofil b yang lebih
banyak pada keadaan ternaungi diduga karena adanya ketidakseimbangan pembentukan
klorofil akibat pengurangan intensitas radiasi. Sementara konversi menjadi klorofil b relative
tidak dipengaruhi oleh intensitas secara langsung. Selain itu menurut Day dan Underwood
(1988), kadar klorofil b lebih besar bias juga disebabkan kesalahan dalam pengukuran secara
spektrometri, misalnya beberapa zat kadang-kadang melekat sangat kuat pada sel dan sukar
untuk dapat dicuci bersih, sidik jari dapat menyerap radiasi ultra ungu dan adanya gelembung
gas dalam lintasan optik.
Total klorofil adalah jumlah kadungan klorofil yang terdapat pada suatu tanaman.
Berikut hasil total klorofil kedua teknik bila disajikan dalam diagram:
29%
Daun Puring Warna Kuning
Daun Puring Warna Hijau
Daun Miana Warna Merah
70%
KESIMPULAN
Kadar total klorofil yang paling tinggi dengan teknik homogenasi dan teknik pemanasan
adalah pada Daun Miana merah (Coleus benth) dengan kadar 13.3982 mg/L dan 9.6668 mg/L,
selanjutnya Daun Puring Hijau (Codiaeum variegatum) dengan kadar 5.5328 mg/L dan 8.945
mg/L dan kadar klorofil yang paling rendah adalah pada Daun Puring Kuning (Codiaeum
variegatum) dengan kadar 0.1375 mg/L dan 0.0844 mg/L.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A., Jr. and Underwood, A. L., (1988), Analisa Kimia Kuantitatif , Edisi ke
4, Alih Bahasa Soendoro, R., Erlangga, Jakarta, 337-347 dan 650-651.
Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar fisiologi tumbuhan. Jakarta : Gramedia.
Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia (UI-Press),
Jakarta, Hal 215-216
Sumenda, L. (2011). Analisis Kandungan Klorofil Daun Mangga (Mangifera Indica L.) Pada
Tingkat Perkembangan Daun Yang Berbeda. Bioslogos, 1, (1)
S Prasetyo Susiana, Sunjaya H dan N Yohanes Y. 2012. Pengaruh Rasio Massa Daun
Suji/Pelarut, Temperatur dan Jenis Pelarut Pada Ekstraksi Klorofil Daun Suji Secara
Batch Dengan Pengontakan Dispersi. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat. Universitas Katolik Prahayangan
Wikipedia. 2016. Daun. Teradapat pada https://id.wikipedia.org/wiki/Daun (diakses pada
tanggal 2 Januari 2017)
LAMPIRAN
Total Klorofil
Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran I
= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,002 + 6,10. 0,003
= 0,0583 mg/L
Sampel Daun Puring (Codiaeum variegatum) Kuning Pengukuran II
= 20,0 D649 + 6,10 D665
= 20,0. 0,004 + 6,10 . 0,005
= 0,1105 mg/L
PERSIAPAN SAMPEL