Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH STRUKTUR TUMBUHAN

-SIMETRI BUNGA DAN RUMUS BUNGA-

Dosen Pengampu:
Dr. Upik Yelianti, M.S
Dra. Muswita, M.Si
M. Erik Sanjaya

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Anifitria Insani
Della Oktivia Armitha
Desi Asnita
Fadel Muhammad Pradana
Gita Anggraini
Maulidya

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa tumbuhan memiliki alat sebagai daya tarik untuk memikat
makhluk hidup lainnya. Alat yang dimaksud adalah bunga (Flos). Bunga juga
berfungsi sebagai alat perkembangbiakan tumbuhan, sebab pada bunga
terdapat putik dan benang sari. Namun, tidak semua bunga yang memiliki
putik dan benang sari. Selain itu, ternyata bunga juga memiliki sifat yang
disebut simetri pada bunga dan untuk menggambarkan sifat tersebut bunga
juga memiliki rumus bunga yang dituliskan dalam angka dan huruf.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan
dan memahami tentang simetri pada bunga serta sifat-sifat bunga yang
digambarkan dalam rumus bunga.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini yakni:
1. Apa penjelasan secara lengkap mengenai simetri bunga?
2. Apa yang dimaksud dengan rumus bunga dan cara menentukan
rumus bunga?

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Simetri Pada Bunga
Simetri adalah sifat suatu benda atau badan yang juga biasa disebut untuk
bagian-bagian tubuh tumbuhan (batang, daun, maupun bunga) jika benda tadi
oleh sebuah bidang dapat dibagi menjadi dua bagian sedemikian rupa,
sehingga kedua bagian itu saling dapat menutupi. Jadi seandainya bidang itu
dijadikan tempat untuk melipat, maka benda tadi dapat dijadikan suatu benda
yang setangkup atau simetris. Dapat pula dikatakan demikian: bidang
pemisah tadi dapat dianggap merupakan sebuah cermin datar dan bagian yang
satu merupakan bayangan cermin bagian yang lainnya. Bidang yang dapat
dibuat untuk memisahkan suatu benda dalam dua bagian yang satu sama lain
merupakan bayangannya dalam cermin datar tadi disebut bidang simetri.
Bunga sebagai suatu bagian tubuh tumbuhan dapat pula mempunyai sifat
tersebut diatas, dan bertalian dengan simetri itu dapat dibedakan bunga yang:

1. Asimetris atau Tidak Simetris, jika pada bunga tidak dapat dibuat satu
bidang simetri dengan jalan apapun juga. Misalnya Bunga Tasbih (Canna
hybrida Hort.).

Bunga Tasbih (Canna hybrida Hort.).

2. Setangkup Tunggal (monosimentris atau zygomorphus), jika pada bunga


hanya dapat dibuat satu bidang simetri saja yang membagi bunga menjadi
dua bagian yang setangkup. Sifat ini dilambangkan dengan (anak panah).
Bunga Setangkup Tunggal dapat dibedakan menjadi 3 macam:
a) Setangkup Tegak, jika bidang simetrinya berimpit dengan bidang
median. Misalnya Bunga Telang (Clitoria ternatea L.).
Bunga Telang (Clitoria ternatea L.).
b) Setangkup Mendatar, jika bidang simetrinya tegak lurus pada
bidang median, dan tegak lurus pula pada arah vertikal. Misalnya
Bunga Corydalis.

Bunga Corydalis
c) Setangkup Miring, jika bidang simetrinya memotong bidang
median dengan sudut yang lebih kecil (lebih besar) dari 90 0.
Misalnya Bunga Kecubung (Datura metel L.).

Bunga Kecubung (Datura metel L.).

3. Setangkup Menurut 2 Bidang (bilateral simetri atau disimetri), yaitu


bunga yang dapat dijadikan 2 bagian yang setangkup menurut 2 bidang
simetri yang tegak lurus satu sama lain. Misalnya bunga tumbuhan suku
(Cruciferae), contohnya Bunga Lobak (Raphanus sativus L.).
Bunga Lobak (Raphanus sativus L.).
4. Beraturan atau Bersimetri Banyak (polusimetri,regularis, atau actinomo
rphus), yaitu jika bunga dapat dibuat banyak bidang simetri untuk
membagi bunga itu dalam 2 bagiannya yang setangkup. Dilambangkan
dengan * (bintang). Misalnya bunga Lilia Gereja (Lilium longiflorum
Thunb.).

Bunga Lilia Gereja (Lilium longiflorum Thunb.).

2.2 Rumus Bunga


Rumus bunga dapat diartikan sebagai susunan bunga yang dinyatakan
dalam sebuah rumus berupa lambang-lambang dan angka-angka yang dapat
memberikan gambaran mengenai sifat bunga serta bagian-bagiannya. Ada 4
bagian bunga yang biasa tergambar dalam rumus bunga yaitu :
1. Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K yang merupakan singkatan
dari Kalik (calyx ).
2. Tajuk atau mahkota yang dinyatakan dengan huruf C singkatan dari
corolla.
3. Benang sari, di singkat dengan huruf A yang berasal dari kata
androecium.
4. Putik, yang dinyatakan dengan hurup G yang berasal dari kata
gynaecium.
Jika kelopak maupun mahkota memiliki kesamaan bentuk dan warna
maka akan dipergunakan istilah lain yang disimbolkan dengan huruf P yang
berasal dari kata perigonium.
Angka-angka dibelakang huruf menunjukan bagian-bagian bunga
tersebut. Diantara kedua huruf dan angka tersebut disisipkan tanda koma.
Sebagai contoh misal bunga Merak atau Caesalpinia pulcherrimaSwartz yang
memiliki 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang sari dan putik yang
terjadi dari sehelai daun buah maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
K5, C5, A10, G1 (bunga Merak atau Caesalpinia pulcherrimaSwartz).
Didepan rumus bunga sebaiknya diberikan tanda yang menunjukan
simetri bunga, biasanya hanya ada dua tanda simetri seperti pada gambar.
Sedangkan untuk yang bersimetri satu maka cukup di beri tanda panah keatas
di depan rumus bunga tersebut. Selain lambang tanda simetri, biasanya juga
di beri simbol yang menunjukan jenis kelamin bunga. Ada 3 macam lambang
atau simbol yang biasa digunakan yaitu lambang untuk bunga jantan, bunga
betina dan bunga banci. Jika bagian-bagian bunga yang tersusun dalam satu
lingkaran masing-masing lingkaran tersebut berlekatan satu sama lain maka
yang menunjukan jumlah bagian tersebut di letakan dalam tanda kurung.
Sehingga jika dituliskan lengkap dengan simetri bunga, jenis kelamin bunga
dan susunan bagian bunga, rumus bunga diatas akan menjadi seperti pada
gambar berikut :

Rumus Bunga Merak ( Caesalpinia pulcherima Swartz)

Tanda + tersebut menunjukan jumlah bagian tersebut yang ada pada dua
lingkaran. Sedangkan 1 dengan garis bawah menunjukan bakal buah yang
menumpang. Jika bakal buah tenggelam maka garis diletakan diatas bilangan
tersebut.

Berikut beberapa contoh rumus bunga untuk perbandingan dalam


menentukan rumus bunga.
Rumus bunga Cocos nucifera L

Rumus bunga Oryza sativa L

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini disimpulkan bahwa simetri adalah sifat suatu benda
atau badan yang juga biasa disebut untuk bagian-bagian tugun tumbuhan
(batang, daun, maupun bunga) jika benda tadi oleh sebuah bidang dapat
dibagi menjadi dua bagian sedemikian rupa, sehingga kedua bagian itu saling
dapat menutupi. Simetri pada bunga dapat dibedakan dalam bunga yang
asimetris atau tidak simetris, bunga yang setangkup tunggal, bunga yang
setangkup menurut dua bidang dan bunga yang beraturan atau bersimetri
banyak. Pada bunga yang setangkup tunggal kemudian dapat dibedakan lagi
dalam 3 macam, yakni setangkup tegak, setangkup mendatar dan setangkup
miring.
Sedangkan, sifat-sifat yang ada pada bunga tersebut dapat digambarkan
dengan rumus bunga yang dapat dituliskan dalam bentuk huruf, angka dan
simbol-simbol. Bagian-bagian bunga yang biasanya tergambar dalam rumus
bunga yakni Kelopak yang dinyatakan dalam huruf K, mahkota yang
dinyatakan dalam huruf C, benang sari yang dinyatakan dalam huruf A dan
putik yang dinyatakan dalam huruf G.

Anda mungkin juga menyukai