PENDAHULUAN
1
menghasilkan panas atau aroma yang khas, juga untuk memikat hewan untuk membantu
penyerbukan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Jika hendak membuat diagram bunga, kita harus memperhatikan hal-hal berikut :
Jika dari bunga yang hendak kita buat diagramnya telah kita tentukan kedua hal
tersebut, kita mulai dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris, sesuai dengan
jumlah lingkaran tempat duduk bagian-bagian bunganya, kemudian melalui titik pusat
lingkaran-lingkaran yang konsentris itu kita buat garis tegak lurus atau vertikal. Untuk
bunga di ketiak daun, garis itu menggambarkan bidang yang dapat dibuat melalui sumbu
bunga, sumbu batang yang mendukung bunga itu, dan tengah-tengah (poros bujur) daun,
yang dari ketiaknya muncul bunga tadi. Bidang ini disebut bidang median. Pada garis
yang menggambarkan bidang median itu disebelah atas lingkaran yang terluar
digambarkan secara skematik penampang melintang batang (digambar sebagai lingkaran
kecil), dan disebelah bawahnya gambar skematik daun pelindungnya. Pada lingkaran-
ligkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam digambarkan daun-daun kelopak,
daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang melintang bakal buah.
4
bahwa sering kali bidang median itu membagi bunga dalam dua bagian yang
setangkup (simetrik).
Bagi bunga yang letaknya pada ujung batang atau cabang, tidak dikenal bidang
mediannya disebelah atas lingkaran yang terluar tidak pula digambar penampang
melintang batang (karena pada bunga yang demikian batang itu akan bersambung dengan
tangkai bunga), tetapi pada sebelah bawah biasanya masih ditambahkan gambar
penampang melintang daun pelindung (jika ada).
Jadi dengan demikian, pada suatu diagram bunga tidak hanya kita ketahui hal-hal yang
menyangkut bagian-bagian bunganya saja, tetapi juga dapat diketahui mengenai letaknya
pada tumbuhan.
Telah dikemukakan pula, bahwa dalam pembutan diagram bunga selain ke empat
bagian bunga yang pokok : kelopak, tajuk, benang sari dan putik, dapat pula digambarkan
bagian-bagian lain, jika memang ada dan dipandang perlu untuk dikemukakan. Bagian-
bagian lain tersebut adalah :
a. Kelopak tambahan (epicalyx), umum terdapat pada tumbuhan suku malvaceae
misalnya kapas, kembang sepatu, dll.
b. Mahkota (tajuk) tambahan atau corona yang biasa terdapat pada suku ascelepiadaceae
misalnya biduri.
a. Diagram bunga empirik yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian
bunga yang benar-benar ada. Jadi menggambarkan keadaan bunga yang
sesungguhnya, oleh sebab itu diagram ini juga dinamakan diagram sungguh atau yang
sebenarnya.
b. Diagram teoritik yaitu diagram bunga yang selain menggambarakan bagian-bagian
bunga yang sesungguhnya, juga memuat bagian-bagian yang secara teoritis
seharusnya ada. Hal ini berkaitan dengan prinsip umumnya :
Bunga pada dicotyledone adalah 4, atau 5, atau kelipatannya
Bunga pada monocotyledone adalah 3 atau kelipatannya.
5
Gambar 1. Keterangan pada diagram bunga
6
2.2 Rumus bunga
Menurut Rosanti (2013), rumus bunga merupakan gambaran tentang keadaan
suatu bunga. Rumus bunga menunjukkan keadaan kelopak bunga, mahkota bunga, organ-
organ reproduktifnya, dan simetrinya. Bila bunga merupakan bunga majemuk, untuk
menghitung rumus bunga dilakukan terhadap satu bunga saja, yang mewakili keseluruhan
bunga majemuk. Susunan rumus bunga menyatakan posisi bunga mulai dari tangkai
bunga sampai ke putik. Secara berturut-turut, rumus bunga dimulai dari kelamin bunga
tersebut, yang ditunjukkan oleh organ reproduktifnya.
Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat-sifat
bunga bertalian dengan simetri dan jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan
dari bagian-bagiannya, sedangkan angka menyatakan jumlah masing-masing bagian
bunga. Oleh suatu rumus bunga dapat ditunjukkan hal-hal sebagai berikut.
a. Kelopak (calyx) dinyatakan dengan huruf K
b. Mahkota atau tajuk (corolla) dinyatakan dengan huruf C
c. Benang sari (androecium) dinyatakan dengan huruf A, dan
d. Putik (gynaecium) dinyatakan dengan huruf G.
Jika antara kelopak bunga dan mahkota bunga tidak dapat dibedakan, untuk
menyatakan bagian tersebut digunakan huruf P untuk tenda bunga (perigonium).
Penulisan rumus bunga, dibelakang huruf-huruf tersebut ditaruhkan angka-angka yang
dapat menyatakan jumlah bagian-bagian bunga tersebut. Antara huruf dan angka
diberikan tanda koma (,).
Di depan rumus bagian bunga, hendaknya di tambahkan simetri yaitu (*) untuk
bunga bersimetri banyak, dan tanda (↑) untuk bunga bersimetri satu. Selain lambang yang
menunjukkan jenis kelamin bunga. Untuk bunga banci dipakai lambang (♀), untuk bunga
jantan dipakai lambang (♂), dan bunga betina dipakai lambang (♀). Untuk menyatakan
keadaan antara daun-daun kelopak, tajuk, dan benang sari (berlekatan atau terpisah),
digunakan tanda kurung untuk mengapit angka. Sedangkan bakal buah, dinyatakan
adanya garis (diatas atau di bawah) angka yang menunjukkan jumlah putik sesuai
kedudukannya.
7
Aturan penulisan rumus bunga selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Jumlah bagian bagian bynga dinyatakan dengan angka yang ditulis di belakang
symbol tersebut.
2. Jika bagian bagian bunga tersusun dalam lebih dari satu lingkaran, misalnya dalam
dua lingkaran, maka diterakan dua kali angkanya dengan dibubuhi tanda (+) sebagai
batas tiap-tiap jumlah bagian bagian bunga 1 lingkaran.
3. Jika bagian bagian dari tiap perhiasan bunga berlekatan, maka angka dalam rumus
diberi tanda (…). Pemakaian tanda kurun […] digunakan jika perhiasan bunga
berlekatan dengan bagian lainnya, misal pada mahkota bunga melekat benang sari.
4. Bakal buah (ovarium) yang menumpang dinyatakan dengan sebuah garis yang ditulis
di bawah huruf G . Sebaliknya jika ovarium tenggelam (o.inferium) maka penulisan
garis di atas huruf G. Angka-angka pada huruf G adalah menyatakan jumlah bakal
buahnya.
♀ K 0, C 5, A 0, G (5)
♂↑ K 2, C (3 + 2), A 3, G 0
10
* P6, A6, G3.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian
bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang-
penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik,
juga bagian-bagian bunga lainnya jika masih ada, di samping ke empat bagian
pokok tersebut di atas.
2. Rumus bunga merupakan gambaran tentang keadaan suatu bunga. Rumus bunga
menunjukkan keadaan kelopak bunga, mahkota bunga, organ-organ
reproduktifnya, dan simetrinya. Bila bunga merupakan bunga majemuk, untuk
menghitung rumus bunga dilakukan terhadap satu bunga saja, yang mewakili
keseluruhan bunga majemuk.
11
f) Untuk bunga banci dipakai lambing (♀)
g) Untuk bunga jantan dipakai lambing (♂)
h) Untuk bunga betina dipakai lambing (♀)
12
DAFTAR PUSTAKA
Yudianto, Adi Suroso Drs. 1992. Mengerti Morfologi Tumbuhan. (Apa dan Mengapa)
Tarsito : Bandung
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049753/pendidikan/materi+kuliah+morf.bunga_.pdf
http://nengdepi06.blogspot.co.id/2015/06/diagram-dan-rumus-bunga.html
13