Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bunga (floss) adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini
disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah
fitohormon tertentu. Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan
pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah,
lama pencahayaan, dan ketersediaan air.
Bunga (flos) merupakan salah satu organ tubuh tumbuhan yang berfungsi sebagai
alat perkembangbiakan secara generatif yang memiliki bentuk dan susunan yang berbeda-
beda menurut jenisnya. Bunga berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan
pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang
menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa biji. Bunga merupakan sebagian dari
cara reproduksi seksual yang menghasilkan biji, dan akhirnya dari bijilah diperoleh
tumbuhan baru (Tjitrosomo, 1983) Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah
menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji.
Proses dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut
dengan pembentukan biji
Suatu bunga yang lengkap mempunyai daun kelopak (calyx), daun mahkota
(corolla), benang sari (stamen), putik (pistilum), dan daun buah.Bunga terdiri atas bagian
yang steril dan bagian yang fertil (reproduktif). Bagian steril meliputi sejumlah helai
daun kelopak (sepal), kumpulannya disebut calyx, dan sejumlah helai daun mahkota
(petal), kumpulannya disebut korola. Calyx dan corolla, bersama-sama disebut perhiasan
bunga (periant). Jika periant tidak terbagi menjadi calyx dan corola, setiap helaiannya
disebut tepal. Bagian reproduktif adalah benang sari atau stamen (mikrosporofil) dan
daun buah atau karpel (megasporofil). Keseluruhan stamen disebut andresium dan
keseluruhan karpel disebut ginesium. Beberapa bunga memiliki warna yang cerah yang
berfungsi sebagai pemikat hewan pembantu penyerbukan. Beberapa bunga yang lain

1
menghasilkan panas atau aroma yang khas, juga untuk memikat hewan untuk membantu
penyerbukan.

Gambar bagian-bagian dari bunga

Dalam mendeskripsikan bunga, selain dengan kata-kata dapat ditambahkan


dengan gambar-gambar yang melukiskan bagian-bagian bunga atau berupa diagram
bunga. Selain dengan diagram,susunan bungadapat dinyatakan dengan sebuah rumus
yang terdiri atas lambang-lambang, huruf-huruf dan angka-angka yang semua itu dapat
memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian"bagiannya
(Tjitrosoepomo, 1995). Secara singkat, diagram dan rumus bunga dapat memudahkan
kita dalam mengidentifikasi suatu bunga.
.
1. 2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara menentukan rumus bunga ?

2. Bagaimana cara menentukan diagram bunga ?

1. 3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui dan memahami diagram bunga dan rumus Bunga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Diagram Bunga


Diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian
bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang-
penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik, juga
bagian-bagian bunga lainnya jika masih ada, di samping ke empat bagian pokok tersebut
di atas. Perlu diperhatikan, bahwa lazimnya dari daun-daun kelopak dan tajuk bunga di
gambar penampang melintang bagian tengah-tengahnya, sedang dari benang sari
digambarkan penampang kepala sari, dan dari putik penampang melintang bakal
buahnya. Dari diagram bunga itu selanjutnya dapat diketahui pula jumlah masing-masing
bagian bunga tadi dan bagian letak serta susunannya antara yang satu dengan yang lain.
Selain dari itu perlu diingat pula, bahwa diagram bunga sedikit banyak merupakan suatu
gambar yang bersifat skematik.
Dalam membicarakan tentang bunga dan bagian-bagiannya, telah diterangkan
bahwa bagian-bagian bunga duduk di atas dasar bunga masing-masing teratur dalam satu
lingkaran atau lebih. Dalam diagram bunga, masing-masing bagian harus digambarkan
sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang berlainan digambarkan
dengan lambang yang sama. Mengingat, bahwa yang digambarkan pada diagram itu
penampang-penampang melintang masing-masing bagian bunga seperi telah diuraikan di
atas, maka kemungkinan adanya persamaan gambar hanyalah mengenai daun-daun
kelopak dan daun tajuk bunga sedangkan mengenai benang sari dan putiknya rasanya
tidak akan terjadi kekeliruan. Oleh sebab itu kelopak dan daun tajukharus selalu
digambarkan dengan lambang-lambang yang jelas berbeda, walaupun bentuknya mirip
satu sama lain.

3
Jika hendak membuat diagram bunga, kita harus memperhatikan hal-hal berikut :

1. Letak bunga pada tumbuhan. Dalam hubunngannya dengan perencanaan suatu


diagram, kita hanya akan membedakan 2 macam letak bunga :
a. Bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis)
b. Bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris)
2. Bagian-bagian bunga yang akan kita buat diagram tadi tersusun dalam beberapa
lingkaran

Jika dari bunga yang hendak kita buat diagramnya telah kita tentukan kedua hal
tersebut, kita mulai dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris, sesuai dengan
jumlah lingkaran tempat duduk bagian-bagian bunganya, kemudian melalui titik pusat
lingkaran-lingkaran yang konsentris itu kita buat garis tegak lurus atau vertikal. Untuk
bunga di ketiak daun, garis itu menggambarkan bidang yang dapat dibuat melalui sumbu
bunga, sumbu batang yang mendukung bunga itu, dan tengah-tengah (poros bujur) daun,
yang dari ketiaknya muncul bunga tadi. Bidang ini disebut bidang median. Pada garis
yang menggambarkan bidang median itu disebelah atas lingkaran yang terluar
digambarkan secara skematik penampang melintang batang (digambar sebagai lingkaran
kecil), dan disebelah bawahnya gambar skematik daun pelindungnya. Pada lingkaran-
ligkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam digambarkan daun-daun kelopak,
daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang melintang bakal buah.

Dalam menggambar bagian-bagian bunganya sendiri yang harus diperhatikan ialah :


a. jumlah masing-masing bagian bunga tadi.
b. Bagaimana susunannya terhadap sesamanya (misalnya daun kelopak yang satu
dengan yang lain) : bebas satu sama lain, bersentuhan tepinya, berlekatan, atau lain
lagi.
c. Bagaimana susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun kelopak
terhadap daun-daun tajuk bunga, benang sari, dan daun-daun buah penyusun
putiknya) : berhadapan atau berseling, bebas atau berlekatan dan seterusnya.
d. Bagaimana letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.

4
bahwa sering kali bidang median itu membagi bunga dalam dua bagian yang
setangkup (simetrik).

Bagi bunga yang letaknya pada ujung batang atau cabang, tidak dikenal bidang
mediannya disebelah atas lingkaran yang terluar tidak pula digambar penampang
melintang batang (karena pada bunga yang demikian batang itu akan bersambung dengan
tangkai bunga), tetapi pada sebelah bawah biasanya masih ditambahkan gambar
penampang melintang daun pelindung (jika ada).
Jadi dengan demikian, pada suatu diagram bunga tidak hanya kita ketahui hal-hal yang
menyangkut bagian-bagian bunganya saja, tetapi juga dapat diketahui mengenai letaknya
pada tumbuhan.
Telah dikemukakan pula, bahwa dalam pembutan diagram bunga selain ke empat
bagian bunga yang pokok : kelopak, tajuk, benang sari dan putik, dapat pula digambarkan
bagian-bagian lain, jika memang ada dan dipandang perlu untuk dikemukakan. Bagian-
bagian lain tersebut adalah :
a. Kelopak tambahan (epicalyx), umum terdapat pada tumbuhan suku malvaceae
misalnya kapas, kembang sepatu, dll.
b. Mahkota (tajuk) tambahan atau corona yang biasa terdapat pada suku ascelepiadaceae
misalnya biduri.

Diagram bunga dapat dibedakan menjadi 2 :

a. Diagram bunga empirik yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian
bunga yang benar-benar ada. Jadi menggambarkan keadaan bunga yang
sesungguhnya, oleh sebab itu diagram ini juga dinamakan diagram sungguh atau yang
sebenarnya.
b. Diagram teoritik yaitu diagram bunga yang selain menggambarakan bagian-bagian
bunga yang sesungguhnya, juga memuat bagian-bagian yang secara teoritis
seharusnya ada. Hal ini berkaitan dengan prinsip umumnya :
 Bunga pada dicotyledone adalah 4, atau 5, atau kelipatannya
 Bunga pada monocotyledone adalah 3 atau kelipatannya.

5
Gambar 1. Keterangan pada diagram bunga

Gambar 2. Cara Membuat Diagram Bunga

Gambar 3. Diagram Bunga Aksilar (a), Diagram Bunga Terminal (b)

6
2.2 Rumus bunga
Menurut Rosanti (2013), rumus bunga merupakan gambaran tentang keadaan
suatu bunga. Rumus bunga menunjukkan keadaan kelopak bunga, mahkota bunga, organ-
organ reproduktifnya, dan simetrinya. Bila bunga merupakan bunga majemuk, untuk
menghitung rumus bunga dilakukan terhadap satu bunga saja, yang mewakili keseluruhan
bunga majemuk. Susunan rumus bunga menyatakan posisi bunga mulai dari tangkai
bunga sampai ke putik. Secara berturut-turut, rumus bunga dimulai dari kelamin bunga
tersebut, yang ditunjukkan oleh organ reproduktifnya.
Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat-sifat
bunga bertalian dengan simetri dan jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan
dari bagian-bagiannya, sedangkan angka menyatakan jumlah masing-masing bagian
bunga. Oleh suatu rumus bunga dapat ditunjukkan hal-hal sebagai berikut.
a. Kelopak (calyx) dinyatakan dengan huruf K
b. Mahkota atau tajuk (corolla) dinyatakan dengan huruf C
c. Benang sari (androecium) dinyatakan dengan huruf A, dan
d. Putik (gynaecium) dinyatakan dengan huruf G.
Jika antara kelopak bunga dan mahkota bunga tidak dapat dibedakan, untuk
menyatakan bagian tersebut digunakan huruf P untuk tenda bunga (perigonium).
Penulisan rumus bunga, dibelakang huruf-huruf tersebut ditaruhkan angka-angka yang
dapat menyatakan jumlah bagian-bagian bunga tersebut. Antara huruf dan angka
diberikan tanda koma (,).
Di depan rumus bagian bunga, hendaknya di tambahkan simetri yaitu (*) untuk
bunga bersimetri banyak, dan tanda (↑) untuk bunga bersimetri satu. Selain lambang yang
menunjukkan jenis kelamin bunga. Untuk bunga banci dipakai lambang (♀), untuk bunga
jantan dipakai lambang (♂), dan bunga betina dipakai lambang (♀). Untuk menyatakan
keadaan antara daun-daun kelopak, tajuk, dan benang sari (berlekatan atau terpisah),
digunakan tanda kurung untuk mengapit angka. Sedangkan bakal buah, dinyatakan
adanya garis (diatas atau di bawah) angka yang menunjukkan jumlah putik sesuai
kedudukannya.

7
Aturan penulisan rumus bunga selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Jumlah bagian bagian bynga dinyatakan dengan angka yang ditulis di belakang
symbol tersebut.
2. Jika bagian bagian bunga tersusun dalam lebih dari satu lingkaran, misalnya dalam
dua lingkaran, maka diterakan dua kali angkanya dengan dibubuhi tanda (+) sebagai
batas tiap-tiap jumlah bagian bagian bunga 1 lingkaran.
3. Jika bagian bagian dari tiap perhiasan bunga berlekatan, maka angka dalam rumus
diberi tanda (…). Pemakaian tanda kurun […] digunakan jika perhiasan bunga
berlekatan dengan bagian lainnya, misal pada mahkota bunga melekat benang sari.
4. Bakal buah (ovarium) yang menumpang dinyatakan dengan sebuah garis yang ditulis
di bawah huruf G . Sebaliknya jika ovarium tenggelam (o.inferium) maka penulisan
garis di atas huruf G. Angka-angka pada huruf G adalah menyatakan jumlah bakal
buahnya.

Contoh membuat rumus bunga :

 Contoh rumus bunga dasar :

Jenis Bunga Rumus Bunga Keterangan


5 daun kelopak, 5 daun mahkota,
Merak (Caesalpinia
K5, C5, A10, G1 10 benang sari dan putik terjadi
pulcherrima)
dari sehelai buah.
6 daun tenda bunga, 6 benang
Lilia gereja (Lilium
P6, A6, G3 sari dan putik yang terjadi dari 3
longiforum)
buah.

 Contoh rumus bunga dengan simetrinya :

Jenis Bunga Rumus Bunga Keterangan


Merak (Caesalpinia
↑ K5, A5, A10, G1 Zygomorphus (simetri satu)
pulcherrima)
Lilia gereja (Lilium
*P6, A6, G3 Actonomorphus (simetri banyak)
longiforum)

 Rumus bunga beserta kelamin bunga :


8
Jenis Bunga Rumus Bunga Keterangan
Merak (Caesalpinia
♀♂ ↑ K5, C5, A10, G1 Hermaproditus (banci)
pulcherrima)
Lilia gereja (Lilium
♀♂ *P6, A6, G3 Hermaproditus (banci)
longiforum)

 Rumus bunga tersusun beberapa lingkaran :

Jenis Bunga Rumus Bunga Keterangan

Merak (Caesalpinia ♀♂↑ K(5), C5, A5 + 5, Dua lingkaran dan kelopaknya


pulcherrima) G1 berlekatan

Lilia gereja (Lilium Dua lingkaran, tenda bunga


♀♂*P(3 + 3), A6, G(3)
longiforum) berlekatan dan 3 buah berlekatan

 Rumus bunga duduk bakal buahnya :

Jenis Bunga Rumus Bunga Keterangan

Merak (Caesalpinia ♀♂↑K(5), C5, A5 + 5,


Menumpang
pulcherrima) G1

Lilia gereja (Lilium


♀♂*P(3 + 3), A6, G(3) Menumpang tapi berlekatan
longiforum)

Berikut beberapa contoh Rumus Bunga Berbagai Jenis Tumbuhan :

No. Suku dan jenis tanaman Rumus bunga


1. Suku Palmae (Arecaceae), ♂ K 3, C 3, A (6), G 0
misalnya kelapa (Cocos nucifera L. ♀ K 3, C 3, A 0, G (3)

2. Suku Graminae (Poaceae), ♀ ↑ K 1 + (2), C 2 + 0, A 3, G 1


misalnya padi (Oryza sativa L.)
3. Suku Cannaceae, ♀ K 3, C 3, A 5, G (3)
misalnya bunga tasbih (Canna indica Hort.)
4. Suku Orchidaceae, ♀ ↑ P 3 + 3, A 1, G (3)
misalnya anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis Bl.)
9
5. Suku Liliaceae, ♀ * P 3 + 3, A 3, G (3)
misalnya kembang sungsang (Gloriosa superba L)
6. Suku Papilionaceae, ♀ ↑ K (5), C 5, A 1 + (9), G 1
misalnya kembang telang (Clitoria ternatea L.)
7. Suku Maluaceae, misalnya kapas (Gossypium sp.) ♀ * K (5), C 5, A ( ), G (5)
8. Suku Bombacaceae, ♀ * K (5), C 5, A (), G (5)
misalnya kapok randu (Ceiba pentandra Gaertn.),
durian (Durio zibethinus L.)
9. Suku Solanaceae, ♀ ↑ K (5), C (5), A (5), G (2)
misalnya kecubung (Datura metel L.), tembakau
(Nicotiana tabacum L.)
10. Suku Cruciferae (Brassicaceae), ♀ * K 4, C 4, A 2 + 4, G (2)
misalnya lobak (Raphanus sativus L.)
11. Bunga kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) ♀ * ↑ K5 C5 A10 + G1
12. Suku Nygtaginaceae, ♀ * K 5, C (5), A 5, G (5)
misalnya bunga pagi sore (Mirabis jalapa L.)
13. Bunga kana (Canna hybrida) ♀ * ↑ K3 C3 A4½ + G(3)
14. Bunga bougenvil (Bougenvillea spectabilis Willd.) ♀ * ↑ K3 C4 A12 G3
15. Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) ♀, K(5), C(5), A~, G(5)
16. Bunga teratai (Nymphaea lotus L.) ♀ * P 5. C (4+7+8+3). A ~, G ~
17. Bunga alamanda (Allamanda cathartica L ♀ , K5, C (5), G1, A5.

18. Bunga kertas (Bougeinvillea spectabilis) ♀, ↑, P3+3+3, A8+8+8, G1+1+1

19. Bunga mawar (Rosa sp.) ♀ K(5), C (∞), A (∞), G (∞).

20. Bunga tapak dara (Catharanthus roseus (L.) ♀ * K5,[C5, A5],G2


G.Don)

21 Bunga pepaya (carica papaya L) ♂ K 0, [C 5, A 5 + 5], G 0

♀ K 0, C 5, A 0, G (5)

*K (5), [C 5, A 5 + 5], G (5)

22 Bunga Jagung (Zea mays) ♀ ↑ K 0, C 6 + 2, A 0, G 1

♂↑ K 2, C (3 + 2), A 3, G 0

23 Bunga Kakao (Theobroma cacao) ↑ K 5, C 5, A 10, G 1

24 lilia gereja (lilium longiplorumthun ) ♀♂ ↑ K5, C5, A10, G1 dan ♀

10
* P6, A6, G3.

25 Bunga teratai (Nympheae lotus L) ♀*P5, C(4+7+8+3). A~,G~

26 Pacar air (impatiens walleriana) ↑K3, C5, A~, G1

27 Bunga kacang panjang (vigna sinensis) ↑ K5, C5, A1+9, G1

28 Bunga anggrek kalajengking (Arachis flos aeris) ♀* P3, A1, G2

29 Bunga cabai (capsicum annum) ↑ K1+(2), C2+0, A3,G1

30 Bunga tomat (Lycopersicon esculentum) ↑ K(5), C(5), A 5,G 1

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian
bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang-
penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik,
juga bagian-bagian bunga lainnya jika masih ada, di samping ke empat bagian
pokok tersebut di atas.

2. Rumus bunga merupakan gambaran tentang keadaan suatu bunga. Rumus bunga
menunjukkan keadaan kelopak bunga, mahkota bunga, organ-organ
reproduktifnya, dan simetrinya. Bila bunga merupakan bunga majemuk, untuk
menghitung rumus bunga dilakukan terhadap satu bunga saja, yang mewakili
keseluruhan bunga majemuk.

3. Suatu rumus bunga dapat ditunjukkan hal-hal sebagai berikut :


a) Kelopak (calyx) dinyatakan dengan huruf K
b) Mahkota atau tajuk (corolla) dinyatakan dengan huruf C
c) Benang sari (androecium) dinyatakan dengan huruf A, dan
d) Putik (gynaecium) dinyatakan dengan huruf G
e) Untuk bunga simetri banyak ditambah tanda (*)

11
f) Untuk bunga banci dipakai lambing (♀)
g) Untuk bunga jantan dipakai lambing (♂)
h) Untuk bunga betina dipakai lambing (♀)

12
DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University : Yogyakarta.

Yudianto, Adi Suroso Drs. 1992. Mengerti Morfologi Tumbuhan. (Apa dan Mengapa)
Tarsito : Bandung

Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049753/pendidikan/materi+kuliah+morf.bunga_.pdf

http://nengdepi06.blogspot.co.id/2015/06/diagram-dan-rumus-bunga.html

13

Anda mungkin juga menyukai