Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH STRUKTUR TUMBUHAN

SIMETRI, RUMUS DAN DIAGRAM BUNGA,


PENYERBUKAN DAN PEMBUAHAN

Dosen Pengampu :

1. Dra. MUSWITA, M.Si.


2. Dr. UPIK YELIANTI, M.S.

Kelompok 6 (Enam) :
1. Lara Anggita (A1C418017)
2. Adelia Alfitri H. (A1C418066)
3. Anggi Permatasari (A1C418091)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2019
A. SIMETRI BUNGA
Simetri adalah suatu benda atau badan yang juga biasa disebut untuk
bagian-bagian tugun tumbuhan (batang, daun, maupun bunga) jika benda tadi oleh
sebuah bidang dapat dibagi menjadi dua bagian sedemikian rupa, sehingga kedua
bagian itu saling dapat menutupi. Jadi seandainya bidang itu dijadikan tempat untuk
melipat, maka benda tadi dapat dijadikan suatu benda yang setangkup atau simetris.
Dapat pula dikatakan demikian: bidang pemisah tadi dapat dianggap merupakan
sebuah cermin datar dan bagian yang satu merupakan bayangan cermin bagian
yang lainnya. Bidang yang dapat dibuat untuk memisahkan suatu benda dalam dua
bagian yang satu sama lain merupakan bayangannya dalam cermin datar tadi
disebut bidang simetri.

Bunga sebagai suatu bagian tubuh tumbuhan dapat pula mempunyai sifat tersebut
di atas, dan maka bunga dapat berupa:
1) Asimetris atau Tidak Simetris, jika pada bunga tidak dapat dibuat satu bidang
simetri dengan jalan apapun juga. Misalnya Bunga Tasbih (Canna hybrida
Hort.).

2) Setangkup Tunggal (monosimentris atau zygomorphus), jika pada bunga


hanya dapat dibuat satu bidang simetri saja yang membagi bunga menjadi dua
bagian yang setangkup. Sifat ini dilambangkan dengan ↑ (anak panah). Bunga
Setangkup Tunggal dapat dibedakan menjadi 3 macam:
a. Setangkup Tegak, jika bidang simetrinya berimpit dengan bidang median.
Misalnya Bunga Telang (Clitoria ternatea L.).

b. Setangkup Mendatar, jika bidang simetrinya tegak lurus pada bidang


median, dan tegak lurus pula pada arah vertikal. Misalnya Bunga Corydalis.

c. Setangkup Miring, jika bidang simetrinya memotong bidang median


dengan sudut yang lebih kecil (lebih besar) dari 900. Misalnya Bunga
Kecubung (Datura metel L.).
3.) Setangkup Menurut 2 Bidang (bilateral simetri atau disimetri), yaitu bunga
yang dapat dijadikan 2 bagian yang setangkup menurut 2 bidang simetri yang
tegak lurus satu sama lain. Misalnya bunga tumbuhan suku (Cruciferae),
contohnya Bunga Lobak (Raphanus sativus L.).

4.) Beraturan atau Bersimetri Banyak (polusimetri, regularis, atauactinomorphus),


yaitu jika bunga dapat dibuat banyak bidang simetri untuk membagi bunga itu
dalam 2 bagiannya yang setangkup. Dilambangkan dengan * (bintang).
Misalnya bunga Lilia Gereja (Lilium longiflorum Thunb.).
B. DIAGRAM BUNGA DAN RUMUS BUNGA

1. DIAGRAM BUNGA

Gambar yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagiannya, dalam


pengertian lain disebutkan sebagai suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari
semua bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan
penampang melintang daun kelopak, tajuk bunga, benang sari dan putik serta
bagian-bagian lainnya. Untuk membuat diagram bunga, harus diperhatikan hal-hal
berikut :

1. Letak bunga pada tumbuhan, kita hanya membedakan dua macam letak
bunga :

a. Bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis).

b. Bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris).

2. Bagian bunga yang akan dibuat diagram tersusun dalam beberapa lingkaran.
Gambar 106. Cara membuat diagram bunga

Untuk bunga yang letaknya pada ketiak daun, garis itu menggambarkan
bidang yang dapat dibuat melalui sumbu bunga, sumbu batang yang mendukung
bunga, dan tengah-tengah (poros bujur) daun, bidang ini disebut dengan bidang
median.

Pada garis yang menggambarkan bidang median itu di sebelah atas lingkaran
yang terluar digambarkan secara skematik penampang melintang batang
(digambar sebagai lingkaran kecil), dan disebelah bawahnya gambar skematik
daun pelindungnya. Pada lingkaran-lingkaranya sendiri berturut-turut dari luar
atau kedalam digambar daun-daun kelopak, daun-daun tajuk, benang sari, dan
yang terakhir penampang melintang buah.

Dalam menggambar bagian-bagian bunganya sendiri harus diperhatikan


ialah :

a. Berapa jumlah masing-masing bagian bunga tadi.


b. Bagaimana susunanya terhadap sesamanya (misalnya daun kelopak satu
dengan daun kelopak lain), bebas satu sama lain, bersentuhan tepinya,
berlekatan dll.

c. Bagian susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun


kelopak terhadap daun-daun tajuk bunga, benang sari, dan daun-daun
buah penyusun putiknya), berhadapan atau berseling, bebas atau
berlekatan, dll.

d. Bagaimana letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.

Ternyatan, bahwa seringkali bidang median itu membagi bunga dalam dua bagian
yang setangkup (simetrik).

Bagian-bagian lain pada bunga yang seringkali dapat menjadi ciri khas untuk
golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada diagram
bunga :

a) Kelopak tambahan (apicalyx), umumnya terdapat pada tumbuhan


suku Malvaceae, misalnya kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).

b) Mahkota (tajuk) tambahan (corona), misalnya pada biduri (Calotropis


gigantea Dryand).

Dikemukakan pula dalam membicarakan perihal bagian-bagian bunga, bahwa


ada bagian-bagian bunga yang mengalami metamorfosis atau tereduksi atau
lenyap sama sekali. Berkaitan dengan soal ini dalam penyusunan diagram bunga
dapat berpenganggan pada pendirian berikut :

1. Hanya menggambarkan bagian bunga menurut apa adanya,

2. Membuat diagram bunga yang tidak hanya memuat bagian-bagian yang


benar-benar ada, tetapi juga menggambarkan bagian-bagian yang sudah tidak
ada (tereduksi), namun menurut teori seharusnya ada.

Dengan demikian kita dapat membedakan dua macam diagram bunga :

a. Diagram bunga empirik

Diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian bunga yang


benar-benar ada, jadi menggambarkan keadaan bunga yang sesungguhnya,
oleh sebab itu diagram ini juga dinamakan diagram sungguh (yang
sebenarnya).

b. Diagram teoritik

Diagram bunga yang selain menggambarkan bagian-bagian bunga yang


sesungguhnya, juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada lagi, tetapi
meurut teori seharusnya ada.

Bagian-bagian yang hanya menurut teori saja seharusnya ada, tidak digambar
seperti bagian-bagian yang benat-benar ada, melainkan dengan lambang lain,
biasanya bintang atau silang kecil, kebanyakan hal ini hanya mengenai
benang-benang sari saja, yang keadaan yang sesungguhnya pada bunga seringkali
tidak cocok dengan teori.

2. RUMUS BUNGA

Rumus bunga hanya dapat ditunjukkan hal-hal mengenai 4 bagian pokok bunga
sebagai berikut :
1. Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calyx), yang
merupakan istilah ilmiah untuk kel opak.

2. Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C, singkatan


dari corolla (istillah ilmiah untuk mahkota bunga).

3. Benang-benang sari, yang dinyatakan dengan huruf A singkatan


kata androcium (istilah ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga).

4. Putik, yang dinyatakan huruf G, singkatan kata gynaecium (istilah ilmiah


untuk alat betina pada bunga).

Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu
mempergunakan huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaitu huruf P,
singkatan dari kata Perigonium (tenda bunga).

Didepan rumus hendaknya diberi tanda yang menunjukkan simetri bunga,


biasanya hanya diberikan dua macam tanda simetri, yaitu :

* untuk bunga bersimetri banyak (actinomorphus),

misalnya pada lilia gereja (Lilium longiflorum Thumb.)

* P6. A 6. G 3

↑ untuk bunga yang bersimetri satu (zygomorphus),

misalnya pada bunga merak : ↑ K 5. A 5. A 10. G 1.


Selain lambang yang menunjukkan simetri, pada rumus bunga dapat pula
ditambahkan lambang yang menunjukkan kelamin bunga. Untuk bunga
banci (hermaphroditus) dipakai lambang : ♀. Untuk bunga jantan dipakai
lambang : ♂. Dan untuk bunga betina dipakai lambang : ♀. Lambang jenis
kelamin ditempatkan didepan lambang simetri. Jika kedua contoh rumus tersebut
diatas dilengkapi dengan lambang jenis kelaminnya, maka rumusnya menjadi :

̑♀̑ ↑ K 5, C 5, A 10, G1, dan

̑♀̑ * P 6, A 6, G 3

Suatu bagian bunga dapat tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran.
Bunga-bunga yang dipakai contoh di atas misalnya masing-masing mepunyai
bagian-bagiannya yang terususun dalam 5 lingkaran. Bunga merak misalnya
mempunyai 2 lingkaran benang sari, tiap lingkaran berbilangan 3. Dalam hal yang
demikian di belakang huruf yang menunjukan bagian yang tersusun dalam lebih
dari satu lingkaran tadi harus ditaruh 2 kali angka yang menunjukan jumlah
bagian di dalam tiap lingkaran dengan tanda + (tanda tambah) dan diletakkan di
dua angka yang menunjukkan bagian bunga yang tersusun dalam dua angka tadi.
Contoh kedua rumus di atas harus kita ubah menjadi :

̑♀̑ ↑ K 5, C 5, A 5 + 5, G1, dan

̑♀̑ * P 3 +3, A 3 + 3, G 3.

Jika bagian-bagian bunga yang tersusun dalam masing-masing lingkaran


berlekatan satu sama lain, maka yang menunjukkan jumlah bagian bersangkutan
ditaruh dalam kurung ( ). Pada contoh di atas, umumnya harus kita ubah
menjadi :

̑♀̑ ↑ K (5), C 5, A 5 + 5, G1, dan

̑♀̑ * P (3 +3), A 3 + 3, G (3).


Pada contoh ini (bunga waru), benang-benang sarinya sendiri berlekatan pula
satu sama lain. Oleh sebab itu angka yang menunjukan jumlah benang sari yang
ditaruh dalam tanda kurung ( ), sedang tanda-tanda yang menunjukan mahkota
dan benang-benang sari lalu di taruh dalam kurung besar [ ].

Jika bagian bunga tidak dapat diketahui jumlahnya karena terlalu banyak
maka di tulis dengan lambang ∞. Untuk lebih jelasnya rumus bunga waru tadi
adalah sebagai berikut :

̑♀̑ * K (5), [ C 5, A (∞) ], G(5)

Adapun lambang yang digunakan untuk menyatakan duduknya bakal buah,


jika bakal buahnya tenggelam maka pada angka yang menunjukkan jumlah dari
putik diberi garis bawah, contoh G1. Apabila bakal buahnya sejajar tidak ada
tanda khusus, dan jika bakal buahnya lebih tinggi maka pada angka yang
menunjukkan jumlah putik diberi garis di atas angka tersebut.

Dengan demikian, jika dari kedua contoh bunga diatas kita harus membuat
rumus bunga yang lengkap, rumus tadi akan menjadi seperti berikut :

̑♀̑ ↑ K (5). C 5, A 5 + 5, G 1

̑♀̑ * P (3 + 3), A 3 + 3, G (3)

Karena urutan bagian bunga yang sifatnya tetap maka bisa saja beberapa
lambang dalam rumus bunga dapat di hilangkan misalnya lambang untuk
menunjukkan jenis kelamin jantan, betina dan banci, karena jenis kelamin dari
bunga juga dapat dilihat pada ada atau tidaknya benang sari dan putik dalam satu
bunga, jika keduanya ada maka bunga tersebut adalah bunga banci. Tetapi jika
dibelakang A ditulis 0 berarti bunganya betina, sebaliknya jika dalam rumus
tertera G 0, berarti bunganya adalah bunga jantan.

Berikut beberapa contoh dari diagram dan rumus bunga dari beberapa
spesies tanaman :

1) Suku Palmae (Arecaceae), misalnya pada kelapa (Cocos nucifera L.)


♂ K 3. C 3. A (6). G 0

♀ K 3. C 3. A 0, G (3)

2) Suku Gramineae (Poaceae), misalnya padi (Oryza sativa L.)

̑♀̑ ↑ K 1. + (2). C 2 + 0, A 3, G 1

3) Suku Cannaceae, misalnya bunga tasbih ( Canna indica Hort )

̑♀̑ K 3, C 3, A 5, G (3)

4) Suku Malvaceae, misalnya kapas ( Gossypium ), waru ( Hibiscus tiliaceus


L. ), dan lain-lain.

̑♀̑ * K (5). [C 5. A (∞)]. G (5)

5) Suku Bombacaceae, misalnya kapok randu ( Ceiba pentandra Gaertn. )

̑♀̑ * K (5), C 5, A (∞). G (5)

6) Suku Solanaceae, miasalnya : kecubung (Datura metel L.), tembakau


(Nicotiana tabacum L.), dan lain-lain.

̑♀̑ ↑ K (5), C 5, A 5, G (2)

7) Suku Cruciferae (Brassicaceae), misalnya lobak ( Raphanus sativus L.)

̑♀̑ * K (4), C 4, A 2 + 4, G (2)


8) Suku Nyctaginaceae, misalnya bunga pagi sore (Mirabilis jalapa L.)

̑♀̑ * K 5, C (5), A 5, G (5)

Dan masih banyak lagi rumus-rumus bunga lainnya, yang dapat menunjukkan
ciri khasnya masing-masing.

C. PENYERBUKAN DAN PEMBUAHAN


Penyerbukan atau Persarian (Pollinatio) dan Pembuahan (Fertillisation)

Penyerbukan (Pollinatio) adalah jatuhnya serbuk sari pada kepala putik


(untuk golongan tumbuhn biji tertutup) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada
bakal biji (untuk tumbuhan berbiji telanjang). Sedang, pembuahan
(Fertillisation) adalah terjadinya perkawinan (persatuan atau peleburan menjadi
satu) sel telur yang terdapat dalam kandung lembaga di dalam bakal biji dengan
suatu inti yang berasal dari serbuk sari.

Bunga yang mengalami peristiwa tersebut, kepala sarinya akan pecah atau
membuka dan mengeluarkan serbuk sari. Yang pada akhirnya serbuk sari sampai
ke kepala putik dan terjadilah penyerbukan. Apabila serbuk sari jatuh pada kepala
putik yang cocok, maka serbuk sari akan berkecambah, terjadilah buluh serbuk
sari yang tumbuh menuju ke arah bakal biji. Selama pertumbuhn ini, inti dalam
serbuk sari membelah menjadi dua, satu pada bagian depan buluh yang menjadi
penuntun gerak tumbuh bulut itu ke arah bakal biji (inti vegetatif), dan yang
kedua (inti generatif) lalu membelah lagi menjadi dua inti sperma.
Setelah sampai pada liang bakal biji, inti vegetatif binasa, dinding buluh pada
bagian itu terlarut dan kedua inti sperma menuju ke kadung lembaga.

Sementara itu, dalam kandung lembaga lainnya membelah tiga kali secara
berurutan sehingga terjadi 8 inti. Dari 8 inti, tiga menuju ke tempat yan
berhadapan dengan liang bakal biji, dan dari ke 3 inti itu, satu merupakan sel telur
(ovum) dan dua di kanan dan kiri merupakanpenggarak atau pendamping
(synergida). Tiga inti lainnya menuju ke bagian kandung lembaga yang
berlawanan dengan liang kandung lembaga (disebut dengan chalaza)dan menjadi
antipoda, dua lagi menuju ke tengah kandung lembaga dan bersatu menjadi inti
kandung lembaga sekunder. Dua inti generatif dari buluh serbuk sari tadi, satu
kawin dengan sel telur dan hasil peleburan akan menjadi lembaga. Inti generatif
yang kedua kawin dengna inti kandung lembaga sekunder membentuk jaringan
tempat penimbunan cadangan makanan. Peristiwa perkawinan ini disebut
pembuahan, dan yang diuraikan diatas tadi disebut dengan pembuahan ganda.
Pembuahan ganda hanya terjadi pada tumbuhan biji tertutup, sedangkan pada
tumbuhan biji telanjang tidak ada inti kandung lembaga sekunder, jadi yang dapat
mengadakan perkawinan hanyalah sel telur saja dan dikataka dengan pembuahan
tunggal.

Jika persarian yang diikuti oleh pembuahan berhasil, bakal buah akan
tumbuh menjadi buah, bakal biji menjadi biji, sementara bagian- bagian bunga
lainnya menjadi layu dan gugur. Penyerbukan hanya diikuti pembuahan bila
tumbuhan diserbuki oleh tumbuhan yang sama atau sejenis, jika tidak pembuahan
tidak akan berlangsung. Hal ini disebabkan karena serbuk sari yang jatuh pada
kepala putik tumbuhan yang berbeda tidak dapat tumbuh menjadi buluh serbuk
sari.

Dalam bakal buah yang mengandung banyak bakal biji, agar semua bakal
biji dapat tumbuh menjadi biji, maka masing-masing harus dibuahi, jadi pada
kepala putik harus ada sekurang-kurangnya sejumah serbuk yang sama dengan
jumlah bakal biji dalam bakal buah. Namun, seringkali dalam kenyataan selalu
ada saja beberapa bakal biji yang tidak dapat dicapai oleh buluh serbuk sari,
sehingga tidak terjadi pembuahan. Bakal biji itu, dalam perkembangan akan
terdesak oleh biji-biji yang lain dan akhirnya hanya merupakan biji yang kecil,
keriput dan tidak akan tumbuh menjadi tumbuhan baru karena dalam bakal biji itu
tidak terbentuk lembaga.

Pembentukan calon tumbuhan baru (lembaga) yang disertai dengan


perkawinan antara sel telur dan inti sperma disebut amfimiksis (amphimixis),
sedang pembentukan lembaga tanpa adanya perkawinan
disebut apomiksis (apomixes) contoh partenogenesis pada tumbuhan pisang.

Bagian tumbuhan yang sering dideskripkan adalah bunganya. Dalam


mendeskripsikan bunga, selain dengan kata-kata, dapat ditambahkan dengan
gambar-gambar yang melukiskan bagian-bagian bunga atau berupa diagram
bunga. Kecuali dengan diagram, susunan bunga dapat dinyatakan dengan sebuah
rumus yang terdiri atas lambang-lambang, huruf-huruf, dan angka-angka yang
semua itu dapat memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta
bagian-bagiannya
Kadang-kadang terjadi kegagalan penyerbukan dan pada beberapa jenis
tumbuhan tidak mungkin terjadi autogami. Penyebabnya adalah sebagai berikut :

a. Dikogami : Bila waktu masaknya putik dan serbuk sari tidak bersamaan, hal
ini disebabkan karena:1. Serbuk sari masak lebih dahulu
daripada putiknya....(protandri).
....Contoh : seledri, bawang Bombay, jagung
2. Putik masak lebih dahulu daripada serbuk sari....(protogini).

b. Didesious : Bila pada satu spesies, alat kelamin jantan dan betinanya
terpisahContoh : salak dan melinjo (Gnetum Arremon)

c. Heterostili : Bila panjang antara tangkai benang sari dan tangkai putik tidak
sama dan berbeda jauh.Contoh : kopi, kina dan kaca piring.

d. Herkogami : Bila bentuk bunga tidak memungkinkan serbuk sari jatuh ke


kepala putik.Contoh : vanili

Proses Penyerbukan dan Pembuahan


Butir serbuk/serbuk sari Þ menempel pada kepala putik Þ membentuk buluh
serbuk (2 inti, inti vegetatif dan inti generatif) berjalan ke arah mikropil (pintu
kandung lembaga) Þ inti generatif membelah Þ 2 inti sperma Þ sampai di mikropil,
inti vegetatif mati Þ satu inti sperma membuahi sel telur Þ embrio. Satu inti
sperma lain membuahi inti kandung lembaga Þ endosperma (makanan cadangan
bagi embrio). Karena pembuahannya berlangsung dua kali maka pembuahan pada
Angiospermae disebut pembuahan ganda.

Embrio pada tumbuhan berbiji tertentu dapat terbentuk karena beberapa sebab.
yaitu :

1. Melalui peleburan sperma dan ovum (amfimiksis)

Tidak melalui peleburan sperma dan ovum (apomiksis), yang dapat dibedakan
atas:

embrio yang terbentuk berasal dari kandung


a. Apogami :
2. lembaga. Misalnya : dari sinergid dan antipoda.

b.Partenogenesis : embrio terbentuk dari sel telur yang tidak dibuahi.

merupakan embrio yang terbentuk dari sel nuselus,


c. Embrio adventif :
yaitu bagian selain kandung lembaga.

Apomiksis dan amfimiksis dapat terjadi bersamaan, maka akan terbentuk lebih
dari satu embrio dalam satu biji, disebut poliembrioni. Peristiwa ini sering
dijumpai pada nangka, jeruk dan mangga.
DAFTAR PUSTAKA

Gembong Tjitrosoepomo. 2016. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press

Anda mungkin juga menyukai