Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM

PENGENDALIAN HAYATI

DISUSUN OLEH :

NAMA : DELIA TSURAYA M.N

NIM : A1C415003

KELOMPOK : 2

1. WULAN SUCI RAHMAWATI


2. RISKY KURNIA DARI
3. SIFA FAUZIAH
4. M.HERU TRI PUTRA
5. YOGA SEPTIA NUGRAHA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017
Bab 1. HASIL dan PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapat hasil


seperti yang tertera pada tabel berikut :

Table pengamatan setelah satu minggu

NO PERLAKUAN JUMLAH KERUSAKAN KETERANGAN

1.
Neochetina sp 3 165 lubang pada daun Jumlah daun 5
1 daun rusak parah

2. Neochetina sp 5 246 lubang pada daun umlah daun 5


1 daun rusak

3. Neochetina sp 265 lubang pada daun Jumlah daun 5


1 daun rusak parah

- Pembahasan

Praktikum kali ini akan membahas tentang pengendalian hayati,


dimana pengendalian hayati ini merupakan salah satu usaha yang
dilakukan organisme seperti predator, patogen maupun parasitoid untuk
menjaga kepadatan populasi pada suatu ekosistem. Menurut Oka
(1995:98) menyatakan bahwa pengendalian hayati ialah suatu pengaturan
populasi pada kepadatan organisme dari musuh-musuh alamnya, jadi
tingkat kepadatan dari organisme tersebut akan lebih rendah dibandingkan
dengan tidak diatur oleh musuh alamnya. Dalam hal ini praktikan
menggunakan tanaman eceng gondok/ Eichornia crassipes yang
merupakan suatu hama bagi makhluk hidup diperairan yang mengganggu
aktifitas keberlangsungan hidup organisme perairan tersebut contohnya
seperti ikan-ikan yang berada di air, hidupnya menjadi sangat terbatas
akibat dari pertumbuhan akar eceng gondok/Eichornia crassipes yang
menjalar ke berbagai tempat. Menurut pendapat Odum (1971) Eceng
gondok ialah tumbuhan yang mempunyai tingkatan yang tinggi untuk
bahan pencemar dibandingkan dengan tumbuhan yang lain sehingga
tumbuhan eceng gondok dapat juga bertahan hidup diwilayah perairan
yang tercemar. Tumbuhan eceng gondok dapat dijadikan biofertilizer yaitu
sebagai tumbuhan yang dapat memfiksasi logam logam berat yang ada di
perairan. Pernyataan tersebut hampir sama dengan Tosepu (2012 : 37)
bahwasanya eceng gondok sebagai tumbuhan gulma yang mengganggu
ekosistem perairan sehingga pertumbuhannya perlu dikendalikan. Eceng
gondok memiliki beberapa manfaat yang memberikan keuntungan bagi
manusia maupun lingkungan sekitarnya apabila jumlahnya berada pada
toleransi optimal.

Dampak keberadaan eceng gondok ini yaitu dapat menghambat


perkembangan populasi ikan, karena telah menutupi permukaan air. Oleh
sebab itu, diperlukan suatu cara atau usaha dalam mengendalikan
pertumbuhan tanaman eceng gondok, dengan menggunakan jasa predator,
parasit ataupun patogen . Sehingga pertumbuhan dari eceng gondok
tersebut dapat terhambat . Adapun parasit yang digunakan untuk
mengendalikan pertumbuhan eceng gondok ialah dengan memberi suatu
organisme yaitu berupa Kutu eceng gondok/ Neochetina sp.

Menurut Stefhany (2013:2) dalam Gunawan (2007) menyatakan


bahwa eceng gondok ialah tumbuhan gulma yang hidup di daerah perairan
yang hidupnya dapat mengapung pada air yang telah dalam . Eceng
gondok ini dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Pada
perkembangbiakan yang vegetative dapat melipat ganda sebanyak dua kali
dalam waktu 7 sampai 10 hari. kemudian di perjelas kembali oleh Soerjani
(1975:112) ia mengungkapkan bahwa eceng gondok memiliki daya
regenerasi yang sangat cepat karena potongan dari eceng gondok akan
terbawa arus pada suatu ekosistem sehingga akan terus berkembang .
Eceng gondok ini sangat peka pada keadaan yang sumber haranya didalam
air yang kurang mencukupi, akan tetapi responnya pada sumber hara yang
tinggi juga besar

Pada praktikum yang dilakukan, praktikan memberikan perlakuan


berbeda-beda pada eceng gondok . Tiap-tiap eceng gondok diberi jumlah
kutu yang berbeda, diantaranya berjumlah3,5,7. Pengamatan ini
berlangsung selama 1 minggu. Telah terlihat pada hari kedua eceng
gondok daunnya dalam keadaan rusak ringan, yaitu terdapat lubang lubang
kecil yang merupakan tanda dari pada kutu eceng gondok/ Neochetina sp.
dalam hal memakan helaian daun pada eceng gondok tersebut.kemudian
diamati hingga hari ke 7. Jumlah kerusakan mencapai 165 lubang pada
daun, jumlah daun 5 pada perlakuan 1 . 1 daun mengalami rusak parah,
untuk prlakuan ke 2 jumlah kutu 5 jumlah kerusakan pada daun 246
lubang, 1 daun rusak. Untuk perlakuan ke 3 pada eceng gondok jumlah
lubang 265 pada daun, dan 1 dau rusak parah. warna dari eceng gondok
telah mengalami perubahan yaitu berwarna cokelat dan sedikit
menimbulkan bau . Hal ini telah mengidentifikasikan rusaknya eceng
gondok yang diakibatkan oleh kutu dapat menghambat pola pertumbuhan
eceng gondok yang begitu cepat.

Bab II. Kesimpulan


Berdasarkan pengamatan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :

1. Pengendalian hayati merupakan pengendalian pertumbuhan organisme secara


berlebihan yang dapat menganggu kehidupan organisme lain atau lingkungan
sekitarnya yang dapat dilakukan secara alami maupun buatan. adapun manfaat
dari pengendalian hayati adalah dapat meningkatan keberhasilan pengendalian
hama ataupun gulma dalam jumlah besar dengan biaya yang rendah dalam
periode waktu yang singkat tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
manusia dan lingkungan. Sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan
selama kurang lebih dua minggu dapat diketahui bahwa semakin banyak
jumlah Neochetina sp maka semakin cepat terjadinya kerusakan pada eceng
gondok.

Bab III. Refleksi

- Pengetahuan yang diperoleh : Dapat mengetahui dan menambah


wawasan terkait pengendalian hama ataupun gulma dengan
menggunakan metode alami tanpa merusak lingkungan sekitar.
- Saran saya pada praktikum ini ialah sebaiknya praktikan harus
memperhatikan dalam menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum,
diusahakan sebaik mungkin mendapatkan bahan ataupun alat
praktikum lengkap semuanya, agar dalam melaksanakan praktikum
tidak mengulur-ulur waktu lagi sampai pada minggu berikutnya

DAFTAR RUJUKAN
Odum, E.P. 1970. Dasar dasar Ekologi. Terjemahan : Samingan T dan
Srigandono, B. Yogyakarta : UGM Press

Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press

Stefany, A.C. dkk. 2013. Fitomerasi Phospat Dengan Menggunakan


Tumbuhan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Pada
Limbah Cair Industri Kecil Pencuciuan Pakaian (Laundry)
. Jurnal Institut Teknologi Nasional Teknik Lingkungan I Teras
. Vol. 1. No. 1. Jurusan Teknik Lingkungan Itenas. Bandung.

Soerjani, S.W. (1975). Eceng Gondok Sebagai Penyerap Pencemar. Bogor:


SEAMEO Biotrop
Tosepu, R. 2012. Laju Penurunan Logam Berat Plumbum (Pb) Dan Cadmium
(Cd) Oleh Eichornia Crassipes Dan Cyperus
Papyrus.Sulawesi tenggara. Universitas Halouleo Vol. 19,
No.1, Maret. 2012: 37 45 Rajawali Pers]

Anda mungkin juga menyukai