Anda di halaman 1dari 15

Laporan Akhir

Praktikum Kimia Fisika II

LARUTAN NON ELEKTROLIT (HUKUM ROULT)

Tanggal Percobaan : Jumat, 19 Maret 2021

Kelas : Kimia 4C

Nama : Sasti Maziya Zulfah 11190960000097

Dosen : Nurmaya Arofah

Laboratorium Kimia

Pusat Laboratorium Terpadu

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2020/2021
Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa mampu memahami sifat-sifat cairan/larutan non elektrolit.


2. Mahasiswa mampu menjelaskan kembali pengaruh komposisi campuran terhadap titik
didih.

Prinsip Percobaan

Pada percobaan ini dilakukan pencampuran larutan kloroform dan aseton dengan
perbandingan volume yang berbeda-beda. Mengukur titik didih dari tiap perbandingan
volume tersebut untuk mengetahui pengaruh komposisi terhadap titik didih serta mengetahui
apakah campuran memenuhi Hukum Raoult atau tidak.

Tinjauan Pustaka

Menurut Dogra (1990), Jika sebuah larutan mengikuti hukum Raoult di seluruh
rentang komposisi sistem, larutan tersebut dianggap sebagai larutan ideal. Hukum Raoult
biasanya diartikan sebagai fugasitas tiap komponen dalam larutan yang sama dengan hasil
kali fugasitas kemurniannya pada suhu dan tekanan yang sama dan fraksi mol dalam larutan
tersebut adalah: fi = xi fi *

Syukri (1999) menyatakan bahwa, saat kedua cairan bercampur, ruang di atasnya
akan berisi uap dari kedua cairan tersebut. Tekanan uap jenuh masing-masing komponen
( dalam ruangan lebih kecil dari tekanan uap jenuh cairan murni ( , karena permukaan
larutan terisi dua jenis zat, sehingga peluang penguapan setiap komponen berkurang.
Probabilitasnya sama dengan fraksi mol masing-masing (xi).

Menurut Petrucci (1987), dalam larutan cair di mana tidak terjadi interaksi kimiawi
antara semua komponen, hukum Raoult berlaku untuk pelarut ideal maupun pelarut bukan
ideal. Tetapi hukum Raoult tidak berlaku untuk mencairkan larutan non-ideal. Perbedaan ini
berasal dari fakta bahwa banyaknya jumlah dari molekul pelarut. Dalam lingkungan pelarut
murni, ini menciptakan lingkungan yang sama sekali berbeda untuk molekul terlarut. Untuk
terlarut dalam larutan encer yang tidak ideal mengikuti hukum Henry, bukan hukum Raoult.

Berdasarkan Dogra (1990), hukum Raoult mengenai tekanan uap parsial A untuk dua
campuran yang masing-masingnya telah diukur tekanannya berlaku:

PA = X A PoA

Untuk tekanan uap parsial B berlaku :

PB = XB PoB

PoA = tekanan uap A ( yaitu cairan murni )

PoB = tekanan uap B

XA dan XB merupakan fraksi mol. Sementara menurut hukum Dalton jumlah dari tekanan uap
(P) adalah :

P = PA + PB

Menurut Oxtoby (2001), Larutan non-ideal dapat menunjukkan penyimpangan yaitu


berupa penyimpangan positif (memiliki tekanan uap lebih tinggi dari yang diperkirakan oleh
hukum Raoult) maupun penyimpangan negatif (memiliki tekanan uap lebih rendah). Pada
tingkat molekuler, ketika zat terlarut menarik molekul pelarut dengan sangat kuat, terjadi
penyimpangan negatif, yang menyebabkan berkurangnya kecenderungan untuk melarikan
diri ke fase gas. Sebaliknya, jika molekul pelarut dan zat terlarut tidak tertarik satu sama lain,
maka akan terjadi penyimpangan positif.

Larutan yang mengikuti hukum Raoult disebut Larutan ideal. Larutan yang
menyimpang dari garis lurus disebut solusi non-ideal. Larutan yang ideal adalah larutan
dengan gaya tarik yang sama antar molekul, berarti gaya tarik antara pelarut dan molekul
terlarut sama dengan gaya tarik molekul pelarut atau molekul zat terlarut. Pengertian larutan
ideal dapat diungkapkan oleh pernyataan Raoult bahwa tekanan uap parsial masing-masing
komponen dalam larutan sama dengan tekanan uap komponen dalam produk murni fraksi
mol larutan (Sukardjo, 1985).
Metode Percobaan

A. Alat dan Bahan


Alat :
1. Alat refluks (labu leher 3, thermometer dan kondensor)
2. Heating mantle
3. Batu didih
4. Corong
5. Alumunium foil
6. gelas ukur 10 mL

Bahan :
1. Aseton
2. Kloroform

B. Cara Kerja
1. Dipasang alat refluks, termometer harus tercelup ditengah-tengah cairan. Tapi
jangan menyentuh dasar labu didihnya.
2. 10 ml cairan A dimasukkan ke dalam labu didih melalui lubang kondensor
(gunakan corong). Kemudian dipanaskan sampai mendidih. Dicatat suhu
didihnya.
3. Ditambahkan 2 ml cairan B ke dalam labu melalui lubang kondensor lagi.
Dipanaskan lagi hingga mendidih. Kemudian dicatat suhu didihnya lagi.
4. Ditambahkan lagi 2 ml cairan B dan seterusnya hingga cairan B yang
ditambahkan genap 10 ml; setiap kali dilakukan penambahan 2 ml cairan B, labu
dipanaskan hingga mendidih. Dicatat suhu masing-masing campuran.
5. Campuran tadi dituangkan ke wadah lain, kemudian labu didih dibersihkan hingga
betul-betul kering.
6. 10 ml cairan B dituangkan ke dalam labu didih dandi panaskan hingga mendidih,
kemudian dicatat suhu didihnya.
7. Ditambahkan 2 ml cairan A dan dipanaskan hingga mendidih, dicatat suhu
didihnya dan seterusnya hingga cairan A yang ditambahkan mencapai 10 ml.
Setiap kali setelah penambahan 2 ml cairan A, labu dipanaskan hingga mendidih.
Kemudian dicatat suhu didihnya.
Hasil dan Pembahasan

Percobaan kali ini dilakukan berdasarkan dengan Hukum Raoult. Hedricson (1988)
berpendapat bahwa, Campuran ideal merupakan salah satu senyawa yang mematuhi hukum
Raoult. Namun, faktanya tidak ada pencampuran yang benar-benar dianggap ideal. Namun
pencampuran beberapa larutan memang dapat mendekati kondisi ideal. Sementara menurut
Dogra (1990), Jika sebuah larutan mengikuti hukum Raoult di seluruh rentang komposisi
sistem, larutan tersebut dianggap sebagai larutan ideal.

Dalam percobaan ini, dilakukan pencampuran antara larutan kloroform dan aseton
dengan perbandingan volume yang berbeda-beda dan diukur titik didih tiap perbandingan
tersebut untuk mengetahui hubungan antara komposisi larutan dengan titik didihnya. Titik
didih kloroform adalah sebesar 61,2 sementara aseton 56 .

Campuran Titik Didih Fraksi Mol


Kloroform Aseton Kloroform Aseton
0 mL 10 mL 57 0 1
2 mL 10 mL 59 0.155 0.845
4 mL 10 mL 59 0.268 0.732
6 mL 10 mL 59 0.355 0.645
8 mL 10 mL 60 0.424 0.576
10 mL 10 mL 61 0.479 0.521
10 mL 0 mL 60 1 0
10 mL 2 mL 58 0.822 0.178
10 mL 4 mL 58 0.698 0.302
10 mL 6 mL 58 0.604 0.396
10 mL 8 mL 58 0.555 0.444
10 mL 10 mL 56 0.479 0.521

Menurut Petrucci (1987), Hukum Raoult adalah dimana sebuah larutan memiliki daya
tarik antar molekul yang berbeda sama dengan gaya tarik antar molekul serupa. Tekanan uap
setiap komponen sebanding dengan fraksi mol komponen tersebut, dan juga sebanding
dengan tekanan uap murni komponen tersebut.
Titik didih larutan dan komposisi larutan berbanding lurus. Perubahan pada komposisi
zat terlarut menyebabkan terjadinya perubahan titik didih campuran. Semakin besar
komposisi zat terlarut, maka titik didih pun akan semakin tinggi. Berlaku sebaliknya, jika
komposisi zat terlalut kecil, maka akan terjadi penurunan titik didih.

Grafik Hubungan Antara Titik Didih Sebagai Fungsi


Komposisi Cairan Kloroform

61.5
61
60.5
y = 6.8808x + 57.239 61
60
59.5 60
59 titik didih
59
58.5 59 59 Linear (titik didih)
58
57.5
57
56.5 57
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

Grafik diatas dapat dilihat bahwa titik didih larutan meningkat seiring dengan
penambahan komposisi kloroform. Pada saat volume aseton dikonstankan menjadi 10 mL
sementara volume kloroform divariasikan dari 0 mL ke 10 mL, fraksi mol pada kloroform
meningkat dan juga terjadi peningkatan suhu dari 57oC menjadi 61oC.

Namun, didapatkan hasil yang berbeda pada variasi penambahan komposisi aseton.
Berikut grafiknya :

Grafik Hubungan Antara Titik Didih Sebagai


Fungsi Komposisi Cairan Aseton
60.5
60
59.5
59
58.5 titik didih
58
Linear (titik didih)
57.5
57 Linear (titik didih)
56.5
56
55.5
0 0.2 0.4 0.6
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa ketika larutan kloroform dikonstankan
10 mL sementara dilakukan variasi pada volume aseton terjadi penurunan titik didih seiring
dengan penambahan komposisi aseton. Penurunan suhu terjadi dari 60oC menjadi 56oC.

Dapat diketahui bahwa campuran aseton-kloroform bukanlah larutan ideal, melainkan


terjadi penyimpangan negatif. Menurut Oxtoby (2001), pada tingkat molekuler, ketika zat
terlarut menarik molekul pelarut dengan sangat kuat, terjadi penyimpangan negatif, yang
menyebabkan berkurangnya kecenderungan untuk melarikan diri ke fase gas. Penyimpangan
ini terjadi dikarenakan terbentuknya ikatan antarmolekul pada komponen. Pada
penyimpangan ini, terjadi ikatan hidrogen. Penyimpangan negatif hukum Raoult terjadi
apabila interaksi dalam campuran zat lebih kuat daripada interaksi dalam masing–masing zat
(A–B>A–A, B–B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi campuran negatif (eksotermik)
dan mengakibatkan terjadinya pengurangan volume campuran. Penyimpangan negatif dari
hukum Raoult terjadi karena kecenderungan bercampurnya kloroform dan aseton lebih besar
sehingga jumlah tekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal yang telah
diramalkan hukum Dalton.

Sifat fisik campuran non-ideal akan berubah dari keadaan ideal. Sifat ini disebut sifat
koligatif larutan, dan ini hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut, bukan pada sifat
dan keadaan partikel. Menurut Oxtoby (2001), Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang
tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh
banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Penurunan tekanan uap dan kenaikan titik
didih juga merupakan bagian dari sift koligatif larutan. Tekanan uap, juga dipenaruhi oleh
gaya antar molekul. Semakin besar gaya antar molekul yang terjadi, maka semakin kecil
tekanan uap pada campuran. Begitupula sebaliknya. Sementara untuk larutan ideal, menurut
Sukardjo (1985) merupakan larutan dengan gaya tarik yang sama antar molekul, berarti gaya
tarik antara pelarut dan molekul terlarut sama dengan gaya tarik molekul pelarut atau molekul
zat terlarut.
Kesimpulan

Berdasarkan hasli percobaan, dapat disimpulkan :

1. Titik didih suatu zat dalam larutan dipengaruhi oleh komposisi dari larutan tersebut.
Semakin besar komposisi dari zat terlarut dalam suatu larutan maka semakin besar
pula titik didih larutan tersebut.
2. Tekanan uap campuran dipengaruhi gaya antar molekul campuran tersebut. Gaya
antar molekul berbanding terbalik dengan tekanan uap campuran. Dimana ikatan antar
molekul sejenis lebih kuat daripada ikatan antar molekul campuran.
3. Campuran kloroform dan aseton merupakan campuran contoh campuran
penyimpangan negatif.
4. Penyimpangan dari hukum Raoult terjadi karena kecenderungan bercampurnya
kloroform dan aseton yang lebih besar sehingga jumlah tekanan uap kedua zat lebih
kecil daripada larutan ideal.

Daftar Pustaka

Dogra, S.K dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisika dan Soal-soal. UI-Press: Jakarta

Hedricson. 1988. Kimia Organik. Bandung: ITB.

Oxtoby. (2001). Prinsip-prinsip Kimia Modern jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Sukardjo. 1985. Kimia Fisika Jilid I. Bina Aksara : Yogyakarta

Syukri. (1999). Kimia Dasar. Bandung. Bandung: ITB.


Lampiran

1. Pertanyaan pra kerja :


a. Bagaimana cara mengukur suhu?
Jawab : suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer. Termometer
memiliki berbagai jenis, antara lain adalah termometer klinis, termometer lab,
termometer ruang, termometer digital, dsb.

b. Bagaimana cara bekerja dengan menggunakan senyawa benzen - toluen ?


Jawab : cara bekerja dengan menggunakan senyawa benzen-toluen adalah dengan
menggunakan apd lengkap yaitu, masker, sarung tangan, kacamata lab, serta jas
lab. Diperlukan kehati-hatian tinggi karena senyawa tersebut mudah terbak dan
dapat meledak serta bersifat toksik.

2. Pertanyaan Setelah Kerja :


a. Sebutkanlah ciri-ciri larutan ideal ?
Jawab :
- Homogen pada seluruh kisaran komposisi dan sistem, mulai dari fraksi mol
nol sampai dengan satu (0<x<1).
- Pada pembentukan larutan dari komponen-komponennya tidak ada perubahan
entalpi, artina panas larutan sebelum dan sesudah campuran adalah sama.
- Perubahan volume percampuran sama dengan nol, artinya jumlah volume
larutan sebelum dan sesudah pencampuran sama.
- Memenuhi hukum Raoult.
b. Mengapa komposisi suatu campuran dapat mempengaruhi titik didih ?
Jawab : komposisis suatu campuran dapat mempengaruhi titik didih karena
semakin besar komposisis zat terlarut dalam larutan, maka semakin besar pula
titik didih larutan tersebut. Begitupun sebaliknya, semakin kecil komposisi zat
terlarut dalam larutan, maka semakin kecil pula titik didih larutan tersebut.

c. Terangkan bagaimana cara mengukur tekanan uap parsial masing-masing


komponen campuran?
Jawab :
- Hitung mol tiap komponen
Mol =

- Hitung fraksi mol tiap komponen

Fraksi mol Komponen A =

- Hitung tekanan parsial tiap komponen

3. Perhitungan
Dik :
 Mr Aseton = 58 g/mol
 Aseton = 0,79 g/ml
 Mr Kloroform = 119,5 g/mol
 Kloroform = 1,49 g/ml

Jawab :

1) 0 mL kloroform + 10 mL aseton

 n aseton = == = 0,136

 Fraksi mol aseton = = =1

 Fraksi mol kloroform = 0


2) 2 mL kloroform + 10 mL aseton

 n kloroform = == = 0,025 mol

 Fraksi mol kloroform = = = 0,155

 Fraksi mol aseton = = = 0,845

3) 4 mL kloroform + 10 mL aseton

 n kloroform = == = 0,05 mol

 Fraksi mol kloroform = = = 0,268

 Fraksi mol aseton = = = 0,732


4) 6 mL kloroform + 10 mL aseton

 n kloroform = == = 0,075 mol

 Fraksi mol kloroform = = = 0,355

 Fraksi mol aseton = = = 0,645

5) 8 mL kloroform + 10 mL aseton

 n kloroform = == = 0,1 mol

 Fraksi mol kloroform = = = 0,424

 Fraksi mol aseton = = = 0,576

6) 10 mL kloroform + 10 mL aseton

 n aseton = = = 0,136 mol

 Fraksi mol kloroform = = = 0,479

 Fraksi mol aseton = = = 0,521

7) 10 mL kloroform + 0 mL aseton

 n kloroform = = = 0,125 mol

 Fraksi mol kloroform = = =1

 Fraksi mol aseton =

8) 10 mL kloroform + 2 mL aseton

 n aseton = = = 0,027 mol

 Fraksi mol kloroform = = = 0,822

 Fraksi mol aseton = = = 0,178


9) 10 mL kloroform + 4 mL aseton

 n aseton = = = 0,054 mol

 Fraksi mol kloroform = = = 0,698

 Fraksi mol aseton = = = 0,302

10) 10 mL kloroform + 6 mL aseton

 n aseton = = = 0,082 mol

 Fraksi mol kloroform = = = 0,604

 Fraksi mol aseton = = = 0,396

11) 10 mL kloroform + 8 mL aseton

 n aseton = = = 0,1 mol

 Fraksi mol kloroform = = = 0,555

 Fraksi mol aseton = = = 0,444

4. MSDS
a) Aseton
- Wujud : cair (fluida)
- Warna : tak berwarna
- Bau : manis lembut berbau buah
- pH : 5 – 6 (air: 395 g/l, 20 °C)
- Titik cair/titik beku : -94,8 °C
- Titik didih awal dan rentang didih : 56,05 °C
- Titik nyala: -17 °C
- Kondisi mudah menyala (padat, gas) tidak relevan (fluida)
- Batas eksplosif
• batas eksplosi bawah (LEL) 2,6 vol%
• batas eksplosi atas (UEL) 12,8 vol%
- Batas eksplosi awan debu tidak relevan
- Tekanan uap air :240 hPa pada 20 °C
- Densitas : 0,79 g/cm³ pada 20 °C
- Densitas uap air :2,01 (udara = 1)
Deskripsi mengenai tindakan pertolongan pertama
 Catatan umum
Lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan cuci sebelum dipakai kembali.
 Setelah terhirup
Beri udara segar. Jika ragu, atau bila gejala tetap berlanjut, minta nasihat
medis.
 Setelah kontak dengan kulit
Perlindungan pencegahan untuk kulit (krim/salep penghalang) disarankan.
 Setelah kontak dengan mata
Alirkan air tawar bersih yang banyak selama minimal 10 menit sembari
membuka kelopak mata. Jika terjadi iritasi mata, konsultasikan pada dokter
mata.
 Setelah tertelan
Bilas mulut. Jangan rangsang untuk muntah. Bahaya aspirasi. Panggil dokter
segera.
b) Kloroform
- Bentuk : cair
- Warna : tidak berwarna
- Bau : manis
- Ambang Bau : 84,9 - 201,5 ppm
- Titik lebur : -63 °C
- Titik didih/rentang didih : kira-kira 61 °C pada 1.013 hPa
- Tekanan uap : 211 hPa pada 20 °C
- Kerapatan (densitas) uap Relatif :4,25
- Densitas : 1,48 g/cm3 pada 20 °C
- Kelarutan dalam air : 8,7 g/l pada 23 °C
- Koefisien partisi (noktanol/air) log Pow: 2 (25 °C)
- Viskositas, dinamis : 0,57 mPa.s pada 20 °C
Tindakan pertolongan pertama
 Saran umum
Pemberi pertolongan pertama harus melindungi dirinya.
 Setelah terhirup: hirup udara bersih. Segera hubungi dokter. Jika napas
terhenti: segera berikan pernapasan buatan secara mekanik, jika diperlukan
berikan oksigen.
 Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Periksakan ke dokter.
 Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter
mata. Lepaskan lensa kontak.
 Setelah tertelan: perhatian jika korban muntah. Resiko pengeluaran! Jaga agar
aliran udara tetap bebas. Kerusakan paru-paru mungkin terjadi setelah
pengeluaran muntah. Segera panggil dokter. Sesudah itu berikan : arang aktif
(20-40 g dalam 10% slurry).
2,

Anda mungkin juga menyukai